Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan Epidemi HIV global UNAIDS 2012 menunjukan bahwa

terdapat 34 juta orang dengan HIV di seluruh dunia. Sebanyak 50% di

antaranya adalah seorang perempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang

dari 15 tahun.di asia selatan dan tenggara terdapat kurang lebih 4 juta

orang dengan HIV/AIDS. Menurut laporan progres HIV-AIDS WHO

Ragional SEARO(2011) sekitar 1,3 juta orang(37%) perempuan terinfeksi

HIV.jumlah perempuan yang terinfeksi HIV dari tahun ke tahun semakin

meningkat seiring dengan jumlah laki-laki yang semakin meningkat

melakukan hubungan seksual yang tidak aman.

Di sejumlah negara berkembang HIV/AIDS merupakan oenyebab

utama perempuan usia reproduksi. Infeksi HIV pada ibu hamil dapat

mengancam kehidupan ibu serta ibu dapat menularkan virus kepada

bayinya. Lebih dari 90% kasus anak terinfeksi HIV, ditularkan melalui

proses penularan dari ibu ke anak atau mother-to-child HIV transmission(

MTCT). Virus ini dapat disebarkan dari kehamilan,saat persalinan dan

saat menyusui. Data estimasi UNAIDS/WHO tahun 2009 juga

memperkirakan 22.000 anak di wilayah asia-pasifik terinfeksi HIV dan


tanpa pengobatan, setengah dari anak yang terinfeksi tersebut akan

meninggal sebelum ulang tahun kedua.

Di indonesia infeksi HIV merupakan salah satu masalah kesehatan

utama dan salah satu penyakit menular yang dapat mempengaruhi

kematian ibu dan anak. Human immunodefieciency virus ( HIV) telah ada

di indonesia sejak kasus pertama ditemukan tahun 1987. Sampai saat

inikasus HIV/AIDS telah dilaporkan oleh 341 dari 497 kebupate/kota di 33

provensi.selain itu, indonesia adalah salah satu negara didunia dengan

estimasi peningkatan insidens rate infeksi HIV lebih dari 25%

(UNAIDS,2012).

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah suatu penyakit

yang ditimbulkan sebagai dampak berkembang biaknya virus HIV (Human

Immunodeficiency Virus) didalam tubuh manusia, yang mana virus ini

menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya

sistem kekebalan tubuh. Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh

membuat si penderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit

termasuk penyakit ringan sekalipun.

Virus HIV menyerang sel putih dan menjadikannya tempat

berkembang biaknya Virus. Sel darah putih sangat diperlukan untuk

sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita

diserang penyakit, Tubuh kita lemah dan tidak mampu melawan penyakit
yang datang dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena

influenza atau pilek biasa.

Pada tahun 2000 terjadi peningkatan penyebaran epidemic HIV secara

nyata melalui perkerja seks komersial, tetapi ada fenomena baru

penyebaran HIV/AIDS melalui pengguna narkoba suntuk. Tahun 2002

HIV sudah menyebar ke rumah tangga. Sejauh ini lebih dari 6,5 juta

perempuan di Indonesia jadi populasi rawan tertular HIV. Lebih dari 30%

diantaranya melahirkan bayi yang tertular HIV. Pada tahun 2015,

diperkirakan akan terjadi penularan pada 38.500 anak yang dilahirkan dan

itu terinfeksi HI Sampai tahun 2006 diperkirakan 4.360 anak terkena HIV

dan separuh diantaranya meninggal dunia. Saat ini diperkirakan 2320

anak terkena HIV. Kebanyakan wanita mengurus keluarga dan anak-

anaknya selain mengurus diri sendiri, sehingga gangguan kesehatan

pada wanita akan mempengaruhi seluruh keluarganya.

Wanita dengan HIV/AIDS harus mendapatkan dukungan dan

perawatan mencakup penyuluhan yang memaai tentang penyakitnya,

perawatan, pengobatan, serta pencegahan penularan pada anak dan

keluarganya. Penularan HIV ke ibu bisa akibat hubungan seksual yang

tidak aman, pemakaian narkoba injeksi dengan jumlah bergantian

bersama pengidap HIV, tertular melalui darah dan produk darah,

penggunaan alat kesehatan yang tidak steril serta alat untuk menoreh

kulit. Penyebab terjadinya infeksi HIV pada wanita secara berurutan dari
yang terbesar adalah pemakaian obat terlarang melalui injeksi 51%,

wanita heteroseksual 34%, transfuse darah 8%, dan tidak diketahui

sebanyak 70%. Penularan HIV ke bayi dan anak bis dari ibu ke anak,

penularan melalui darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan

seksual pada anak).

Penularan dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita

HIV/AIDS sebagian besar (85%) berusia subur (15-44 tahun) sehingga

terdapat resiko penularan infeksi yang bias terjadi pada saat kehamilan.

Prevalensi penularan dari ibu ke bayi dalah 0,01% sampai 0,7%. Bila ibu

baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi

terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan gejala AIDS sudah

jelas pada ibu kemungkinan mencapai 50%. Tingkat transmisi AIDS dapat

dikurangi dari 25% - 30% menjadi kurang dari 2% (berkurang > 90%)

kalau pakai obat antiretoviris (ARV) pada Trismester terakhir kehamilan,

selama persalinan, dan kelahiran dan bayi diobati pascapersalinan

selama 6 minggu dan tidak disusui. Aturan/resiman yang sangat efektif ini

belum ada di Negara-negara sedang berkembang.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana menerapkan asuhan kebidanan (wanita penderita HIV)

sesuai wewenang dan tanggung jawab bidan pada Ny. "E" di Puskesmas

Jumpandang baru Kota Makassar tahun 2017?


C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan

kebidanan dengan menggunakan standar pelayanan kebidanan di

Puskesmas jumpandang baru Kota Makassar pada tanggal 03 Mei

2017

2. Tujuan khusus

Dapat melaksanakan asuhan pada wanita penderitaHIV/AIDS di

komunitas dalam konteks asuhan individu, keluarga dan masyarakat

di puskesmas jumpandang baru Makassar.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan masukan mahasiswi Jurusan Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Makassar dalam rangka pencapaian target.

2. Bagi penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis, suatu

tambahan pengalaman yang sangat berharga.

3. Bagi klien

Dapat dijadikan sebagai media informasi dan motivasi bagi klien dan

keluarganya bahwa pemeriksaan dan pemantauan kesehatan yang

sesuai standar sangat penting khususnya asuhan kebidanan pada

wanita penderita HIV/AIDS.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Defenisi HIV (Human Immunodeficliency Virus)

Defenisi HIV (Human Immunodeficliency Virus) / virus penurunan

kekebalan tubuh pada manusia adalah kuman yang sangat kecil yang

disebut virus, yang tidak bisa terlihat oleh manusia. AIDS (Aquired

Immuno Deficiensy Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat

menurunnya system kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang

terinveksi virus Human Immunodeficliency Virus (HIV). Orang yang

terinfeksi virus ini tidak dapat mengatasi serbuan penyakit infeksi lain

karena system tubuhnya menurun terus secara drastis.

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah suatu penyakit

yang ditimbulkan sebagai dampak berkembang biaknya virus HIV (Human

Immunodeficiency Virus) didalam tubuh manusia, yang mana virus ini

menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya

sistem kekebalan tubuh. Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh

membuat si penderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit

termasuk penyakit ringan sekalipun.

Virus HIV menyerang sel putih dan menjadikannya tempat

berkembang biaknya Virus. Sel darah putih sangat diperlukan untuk

sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita

diserang penyakit, Tubuh kita lemah dan tidak mampu melawan penyakit
yang datang dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena

influenza atau pilek biasa.

Ketika tubuh manusia terkena virus HIV maka tidaklah langsung

menyebabkan atau menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan waktu

yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk

menyebabkan AIDS atau HIV positif yang mematikan.

HIV, virus penyebab AIDS, dapat menular dari ibu yang terinfeksi HIV

ke bayinya. Tanpa upaya pencegahan, kurang-lebih 30 persen bayi dari

ibu yang terinfeksi HIV menjadi tertular juga. Ibu dengan viral load tinggi

lebih mungkin menularkan HIV kepada bayinya. Namun tidak ada jumlah

viral load yang cukup rendah untuk dianggap "aman". Infeksi dapat terjadi

kapan saja selama kehamilan, namun biasanya terjadi beberapa saat

sebelum atau selama persalinan. Bayi lebih mungkin terinfeksi bila proses

persalinan berlangsung lama. Selama persalinan, bayi yang baru lahir

terpajan darah ibunya. Meminum air susu dari ibu yang terinfeksi dapat

juga mengakibatkan infeksi pada si bayi. Ibu yang HIV-positif sebaiknya

tidak memberi ASI kepada bayinya. Untuk mengurangi risiko infeksi ketika

sang ayah yang HIV-positif, banyak pasangan yang menggunakan

pencucian sperma dan inseminasi buatan.

B. Etiologi

AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV. Bila seseorang terkena

infeksi HIV, virus akan menyerang sistim kekebalan tubuh yaitu bagian
tubuh kita yang bertugas untuk melawan infeksi. Gallo (National Institute

of Health, USA) menemukan virus HTL III (Human T. Lymphotropic Virus)

yang juga adalah penyebab AIDS. Pada tahun 1986 dari Afrika ditemukan

virus lain yang dapat pula menyebabkan AIDS disebut HIV-2 dan berbeda

dengan HIV-1 secara genetic maupun antigenic.

C. Tanda dan Gejala

1. AIDS

AIDS merupakan manifestasi lanjutan HIV. Selama stadium individu

bisa saja merasa sehat dan tidak curiga bahwa mereka penderita

penyakit. Pada stadium lanjut, system imun individu tidak mampu lagi

menghadapi infeksi Opportunistik dan mereka terus menerus

menderita penyakit minor dan mayor Karen tubuhnya tidak mampu

memberikan pelayanan. Angka infeksi pada bayi sekitar 1 dalam 6

bayi. Pada awal terinfeksi, memang tidak memperlihatkan gejala-

gejala khusus. Namun beberapa minggu kemudian orang tua yang

terinfeksi HIV akan terserang penyakit ringan sehari-hari seperti flu

dan diare. Penderita AIDS dari luar tampak sehat. Pada tahun ke 3-4

penderita tidak memperlihatkan gejala yang khas. Sesudah tahun ke

5-6 mulai timbul diare berulang, penurunan berat badan secara

mendadak, sering sariawan di mulut dan terjadi pembengkakan

didaerah kelenjar getah bening. Jika diuraikan tanpa penanganan

medis, gejala PMS akan berakibat fatal.


2. HIV Infeksi HIV memberikan gambaran klinik yang tidak spesifik

dengan spectrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala

(asimtomatif) pada stadium awal sampai dengan gejala-gejala yang

berat pada stadium yang lebih lanjut. Perjalanan penyakit lambat dan

gejala-gejala AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun sesudah infeksi,

bahkan dapat lebih lama lagi. Faktor-faktor yang mempengaruhi

berkembangnya HIV menjadi AIDS belum diketahui jelas. Diperkirakan

infeksi HIV yang berulang ulang dan pemaparan terhadap infeksi-

infeksi lain mempengaruhi perkembangan kearah AIDS. Menurunnya

hitungan sel CDA di bawah 200/ml menunjukkan perkembangan yang

semakin buruk. Keadaan yang buruk juga ditunjukkan oleh

peningkatan B2 mikro globulin dan juga peningkatan I9A. Perjalan

klinik infeksi HIV telah ditemukan beberapa klasifikasi yaitu :

a. Infeksi Akut : CD4 : 750 1000 Gejala infeksi akut biasanya timbul

sedudah masa inkubasi selama 1-3 bulan. Gejala yang timbul

umumnya seperti influenza, demam, atralgia, anereksia, malaise,

gejala kulit (bercak-bercak merah, urtikarta), gejala syaraf (sakit

kepada, nyeri retrobulber, gangguan kognitif danapektif), gangguan

gas trointestinal (nausea, diare). Pada fase ini penyakit tersebut

sangat menular karena terjadi viremia. Gejala tersebut diatas

merupakan reaksi tubuh terhadap masuknya unis yang

berlangsung kira-kira 1-2 minggu.


b. Infeksi Kronis Asimtomatik : CD4 > 500/ml Setelah infeksi akut

berlalu maka selama bertahun-tahun kemudian, umumnya sekitar 5

tahun, keadaan penderita tampak baik saja, meskipun sebenarnya

terjadi replikasi virus secara lambat di dalam tubuh. Beberapa

penderita mengalami pembengkakan kelenjar lomfe menyeluruh,

disebut limfa denopatio (LEP), meskipun ini bukanlah hal yang

bersifat prognostic dan tidak terpengaruh bagi hidup penderita.

Saat ini sudah mulai terjadi penurunan jumlah sel CD4 sebagai

petunjuk menurunnya kekebalan tubuh penderita, tetapi masih

pada tingkat 500/ml.

c. Infeksi Kronis Simtomatik Fase ini dimulai rata-rata sesudah 5

tahun terkena infeksi HIV. Berbagai gejala penyakit ringan atau

lebih berat timbul pada fase ini, tergantung pada tingkat imunitas

pemderita.

1) Penurunan Imunitas sedang : CD4 200 500 Pada awal sub-

fase ini timbul penyakit-penyakit yang lebih ringan misalnya

reaktivasi dari herpes zoster atau herpes simpleks. Namun

dapat sembuh total atau hanya dengan pengobatan biasa.

Keganasan juga dapat timbul pada fase yang lebih lanjut dari

sub-fase ini dan dapat berlanjut ke sub fase berikutnya,

demikian juga yang disebut AIDS-Related (ARC).


2) Penurunan Imunitas berat : CD4 < 200 Pada sub fase ini terjadi

infeksi oportunistik berat yang sering mengancam jiwa

penderita. Keganasan juga timbul pada sub fase ini, meskipun

sering pada fase yang lebih awal. Viremia terjadi untuk kedua

kalinya dan telah dikatakan tubuh sudah dalam kehilangan

kekebalannya.

Tanda dan Gejala AIDS antara lain :

a) Dicurigai AIDS pada orang dewasa bila ada paling sedikit dua

gejala mayor dan satu gejala minor dan tidak ada sebab-sebab

imunosupresi yang lain seperti kanker,malnutrisi berat atau

pemakaian kortikosteroid yang lama.

(1) gejala Mayor

(a) Penurunan berat badan lebih dari 10% .

(b) Diare kronik lebih dari satu bulan.

(c) Demam lebih dari satu bulan

(2) Gejala Minor

(a) Batuk lebih dari satu bulan.

(b) Dermatitis preuritik umum.

(c) Herpes zoster recurrens.

(d) Kandidias orofaring.

(e) Limfadenopati generalisata.

(f) Herpes simplek diseminata yang kronik progresif


b) Dicurigai AIDS pada anak. Bila terdapat palinh sedikit dua

gejala mayor dan dua gejala minor, dan tidak terdapat sebab

sebab imunosupresi yang lain seperti kanker, malnutrisi berat,

pemakaian kortikosteroid yang lama atau etiologi lain.

(1) Gejala Mayor

(a) Penurunan berat badan atau pertmbuhan yang lambat

dan abnormal

(b) Diare kronik lebih dari 1bulan

(c) Demam lebih dari1bulan.

(2) Gejala minor

(a) Limfadenopati generalisata.

(b) Kandidiasis oro-faring.

(c) Infeksi umum yang berulang.

(d) Batuk parsisten.

(e) Dermatitis

D. HIV/AIDS Pada Wanita

HIV/AIDS berbeda pada wanita karena :

1. Wanita lebih mudah terinfeksi HIV dari pada pria. Pria memasukkan

semen ke dalam vagina, dimana cairan tersebut tidk akan menetap

untuk waktu yang lama. Bil\a dalam semen tersebut mengandung virus

HIV maka akan mudah masuk kedalam tubuh wanita melalui vagina
dan servix, terutama bila terdapat sayatan atau ulkus pada bagian

tersebut.

2. Wanita sering terkena infeksi pada usia muda daripada pria. Ini karena

wanita muda dan gadis-gadis biasanya sering sulit untuk menolak

hubungan seksual yang tidk dikehendaki ataupun yang tidak aman.

3. Wanita menerima transfuse darah lebih banyak daripada pria karena

masalah kelahiran.

4. Perkembangan penyakit AIDS lebih cepat pada wanita setelah

terinfeksi HIV. Gizi kurang dan usia subur menyebabkan wanita kurang

mampu melawan penyakit.

5. Wanita sering secara tidak adil dipermasalahkan sebagai biang keladi

penyebaran AIDS, tetapi sebetulnya pria juga mempunyai tanggung

jawab yang sama besar dengan pria.

6. Wanita hamil yang terinfeksi HIV akan menularkannya kepada janin.

7. Wanita biasanya menjadi perawat anggota keluarga yang sakit dengan

AIDS, meskipun mereka juga sedang sakit.

E. Penularan / Penyebaran HIV/AIDS

HIV hidup dicairan tubuh seperti darah, semen dan cairan dari orang yang

terinfeksi HIV. Virus menjadi tersebar bila cairan-cairan tubuh tersebut

masuk ke tubuh orang lain. HIV bias tersebar dengan cara :

1. Hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang terinfeksi

virus.
2. Jarum dan alat suntik yang tidk steril, atau benda tajam lain yang

menusuk atau menyayat kulit.

3. Transfusi darah, bila darah tersebut belum diperiksa apakah bebas

dari HIV.

4. Ibu hamil yang terinveksi HIV menularkan ke bayi sewaktu hamil,

melahirkan dan menyusui.

5. Darah terinfeksi yang masuk ke dalam sayatan atau luka terbuka

orang lain. HIV dapat ditularkan dari ibu ke bayinya dengan tiga cara

yaitu di dalam uterus (lewat-plasenta) sewaktu persalinan atau melalui

air susu ibu. Pada bayi yang menyusui kira-kira separuhnya transmisi

terjadi sewaktu sekitar persalinan, sepertiganya melalui menyusui ibu

dan sebagian kecil di dalam uterus. Bayi terinfeksi yang tidak disusui

ibunya, kira-kira dua pertiga dari transmisi terjadi sewaktu atau dekat

dengan persalinan dan sepertiganya di dalam uterus.

a. Kehamilan

Kehamilan bisa berbahaya bagi wanita dengan HIV atau AIDS

selama persalinan dan melahirkan. Ibu sering akan mengalami

masalah-masalah sebagai berikut :

1) Keguguran

2) Demam, infeksi dan kesehatan menurun.

3) Infeksi serius setelah melahirkan, yang sukar untuk di rawat dan

mungkin mengancam jiwa ibu,


b. Melahirkan

Setelah melahirkan cucilah alat genitalia 2 kali sehari dengan air

bersih sehingga terlindungi dari infeksi.

c. Menyusui Infeksi HIV kadang-kadang ditularkan ke bayi melalui air

susu ibu (ASI). Saat ini belum diketahui dengan pasti frekuensi

kejadian seperti ini atau mengapa hanya terjadi pada beberapa

bayi tertentu tetapi tidak pada bayi yang lain. Di ASI terdapat lebih

banyak virus HIV pada ibu-ibu yang baru saja terkena infeksi dan

ibu-ibu yang telah memperlihatkan tanda-tanda penyakit AIDS.

Setelah 6 bulan, sewaktu bayi menjadi lebih kuat dan besar,

bahaya diare dan infeksi menjadi lebih baik. ASI dapat diganti

dengan susu lain dan memberikan makanan tambahan. Dengan

cara ini bayi akan mendapat manfaat ASI dengan resiko lebih kecil

untuk terkena HIV

F. Pencegahan HIV/AIDS

Pencegahan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan cara :

1. Selalu dan saling setia dengan pasangan masing-masing.

2. Biasakan melakukan hubungan seksual yang aman, yaitu hubungan

yang mencegah masuknya kuman yang mungkin terdapat didalam

cairan semen pria kedalam bagian-bagian tubuh wanita.

3. Hindari pelubangan telinga, tattoo, tujuk jarum/membuat

sayatan/lubang pada kulit tubuh dengan alat yang belum dicuci.


4. Hindari transfuse darah kecuali untuk keadaan darurat.

5. Jangan saling meminjam alat cukur ataupun sikat gigi.

6. Jangan menyentuh darah orang lain/luka terbuka tanpa perlindungan

(Maxwell, 2000).

G. Penanganan HIV / AIDS

1. Penanganan Umum

a. Setelah dilakukan diagnosa HIV, pengobatan dilakukan untuk

memperlambat tingkat replikasi virus. Berbagai macam obat

diresepkan untuk mencapai tujuan ini dan berbagai macam

kombinasi obat-obatan terus diteliti. Untuk menemukan obat

penyembuhannya.

b. Pengobatan-pengobatan ini tentu saja memiliki efek samping,

namun demikian ternyata mereka benar-benar mampu

memperlambat laju perkembangan HIV didalam tubuh.

c. Pengobatan infeksi-infeksi appertunistik tergantung pada zat-zat

khusus yang dapat menginfeksi pasien, obat anti biotic dengan

dosis tinggi dan obat-obatan anti virus seringkali diberikan secara

rutin untuk mencegah infeksi agar tidak menjalar dan menjadi

semakin parah.

2. Penanganan Khusus

a. Penapisan dilakukan sejak asuhan antenatal dan pengujian

dilakukan atas permintaan pasien dimana setelah proses konseling


risiko PMS dan hubungannya dengan HIV, yang bersangkutan

memandang perlu pemeriksaan tersebut.

b. Upayakan ketersediaan uji serologic.

c. Konseling spesifik bagi mereka yang tertular HIV, terutama yang

berkiatan dengan kehamilan da risiko yang dihadapi.

d. Bagi golongan risiko tinggi tetapi hasil pengujian negative lakukan

konseling untuk upaya preventif (penggunaan kondom).

e. Berikan nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi infeksi

oportunistik.

f. Lakukan terapi (AZT sesegera mungkin, terutama bila konsentrsi

virus (30.000-50.000) kopi RNA/Ml atau jika CD4 menurun secara

drati.

g. Tatalaksana persalinan sesuai dengan pertimbangan kondisi yang

dihadapi (pervaginanm atau perabdominam, perhatikan prinsip

pencegahan infeksi).

H. PENGOBATAN HIV/AIDS

Kendatipun dari berbagai negara terus melakukan researchnya dalam

mengatasi HIV AIDS, namun hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada

obatnya termasuk serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan

manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS. Orang yang terkena

virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah

terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat


memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-

benar bisa disembuhkan Adapun tujuan pemberian obat-obatan pada

penderita AIDS adalah untuk membantu memperbaiki daya tahan tubuh,

meningkatkan kualitas hidup bagi meraka yang diketahui terserang virus

HIV dalam upaya mengurangi angka kelahiran dan kematian.

Antibiotik adalah pengobatan untuk gonore. Pasangan seksual juga

harus diperiksa dan diobati sesegera mungkin bila terdiagnosis gonore.

Hal ini berlaku untuk pasangan seksual dalam 2 bulan terakhir, atau

pasangan seksual terakhir bila selama 2 bulan ini tidak ada aktivitas

seksual. Banyak antibiotika yang aman dan efektif untuk mengobati

gonorrhea, membasmi N.gonorrhoeae, menghentikan rantai penularan,

mengurangi gejala, dan mengurangi kemungkinan terjadinya gejala sisa.

Pilihan utama adalah penisilin + probenesid. Antibiotik yang dapat

digunakan untuk pengobatan gonore, antara lain:

1. Amoksisilin 2 gram + probenesid 1 gram, peroral

2. Ampisilin 2-3 gram + probenesid 1 gram. Peroral


3. Azitromisin 2 gram, peroral\

4. Cefotaxim 500 mg, suntikan Intra Muskular

5. Ciprofloxacin 500 mg, peroral

6. Ofloxacin 400 mg, peroral

7. Spectinomisin 2 gram, suntikan Intra Muskular Obat-obat tersebut

diberikan dengan dosis tunggal.

Pengobatan pada Hamil/menyusui

Pada wanita hamil tidak dapat diberikan obat golongan kuinolon

dan tetrasiklin. Dari ibu kepada bayinya. Ibu hamil yang punya

penyakit HIV berisiko tinggi menularkan ke bayinya saat masa hamil,

bersalin dan menyusui. Penularan HIV dari ibu hamil ke anak bisa

terjadi karena infeksi melewati plasenta, saat proses persalinan atau

menyusui. Sumber infeksi ini bisa dari darah ibu, plasenta, cairan

amnion dan ASI. Kemungkinan bayi tertular HIV dari ibunya pada

masa kehamilan adalah 15-20 persen. Sedangkan pada saat kelahiran

10-15 persen, dan pada saat menyusui adalah 15-20 persen.Yang

direkomendasikan adalah pemberian obat golongan sefalosporin

(Seftriakson 250 mg IM sebagai dosis tunggal). Jika wanita hamil

alergi terhadap penisilin atau sefalosporin tidak dapat ditoleransi

sebaiknya diberikan Spektinomisin 2 gr IM sebagai dosis tunggal.

Pada wanita hamil juga dapat diberikan Amoksisilin 2 gr atau 3 gr oral


dengan tambahan probenesid 1 gr oral sebagai dosis tunggal yang

diberikan saat isolasi N. gonorrhoeae yang sensitive terhadap

penisilin. Amoksisilin direkomendasikan unutk pengobatan jika disertai

infeksi C. trachomatis.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NY E DENGAN HIV/AIDS

DI KELURAHAN KALUKUANG

MAKASSAR 03 MEI 2017

Tanggal Pengkajian : 03 MEI 2017 Jam 09.10 Wita

Nama Pengkaji : ANDI TENRI CITRA SARI

A. IDENTITAS KELUARGA

1. Identitas Identitas ibu / suami

a. Nama : NyE / TnF

b. Umur : 33 Thn / 33 Thn

c. Nikah : 2x /11x, 2 Tahun

d. Suku :Makassar / Makassar

e. Agama : Islam / Islam

f. Pendidikan : SMA / SMA

g. Pekerjaan : Karyawan swasta/ Karyawan swasta

h. Alamat : Kelurahan kalukuang

2. RIWAYAT KESEHATAN

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu menderita penyakit + HIV


b. Riwayat Kesehatan Lalu

Ibu pernah mengkomsumsi obat-obatan jenis narkoba, ibu

terdeteksi Hiv sekitar 10 bulan yang lalu pada saat pemeriksaan

kehamilan di trimester II, ibu sempat mendapatkan pengobatan

ARV beberapa bulan.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Tidak ada riwayat penyakit bawaan, tetapi suami juga seorang

yang mengkomsumsi Narkoba dan tidak pernah melakukan tes

HIV.

3. Riwayat Reproduksi

a. Riwayat Menstruasi

Menarche 15 tahun, Haid tidak teratur, satu kali dalam setahun,

lamanya 7 hari, dismenorhea tidak ada.

b. Riwayat KB

Ibu tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi.

4. Riwayat Perkawinan

Ini perkawinan yang ke-2 kurang lebih 2 tahun, dan suami ini

perkawinan yang ke-11.

5. Riwayat Psikososial, Spiritual Dan Ekonomi

Sebelum keluarga mengetahui penyakitnya kehidupan berlangsung

seperti biasa. Tetapi setelah penyakit ini di ketahui terjadi perubahan


drstis pada keluarga terdekat yang mulai menjauhi ibu dan keluarga

termaksud anaknya. Orang tua suami juga menanggapi secara acuh

dan tidak mau memberikan nasehat kepada anaknya.

6. Pola Kebiasaan Sehari-Hari

a. Nutrisi

Nafsu makan baik, frekuensi makan 2 kali sehari dengan menu

nasi, ikan, tempe, sayur, telur dan buah pisang. Minum air 6-8

gelas/ hari

b. Personal hygine

Mandi 2 kali sehari, keramas 3 kali seminggu, gosok gigi tiap kali

mandi, dan ganti pakaian setiap selesai mandi.

c. Eliminasi

BAK teratur 3-4 kali setiap hari dan BAB setiap hari maksimal 1 kali

dan tidak teratur.

d. Istirahat

tidur malam 7-8 jam.

e. Pekerjaan

Selain mengurus rumah tangga ibu juga mencari nafkah.

f. Pengetahun

Ibu tidak mengetahui tentang penyakit HIV/AIDS dan penularannya

g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum :

ibu nampak dalam kondisi sehat

2) Head To Toe secara inspeksi :

a) Kepala : bentuk bulat, dan ukuran normal

b) Mata : ketajaman penglihatan dapat melihat, reflex cahaya

mata baik, sclera tidak ikterus, tidak menggunakan alat

bantu kacamata.

c) Hidung : bentuk dan posisi normal, tidak ada cairan atau

serum yang keluar.

d) Telinga : bentuk telinga normal, ketajaman pendengaran

dan fungsi pendengaran normal.

e) Mulut : bibir pecah-pecah, lidah lembab

f) Ekstremitas : ibu masih mampu duduk berdiri dan berjala,

tetapi cepat lelahdan pada tangan kiri tanpak tanda bekas

suntikan.

g) Integument : kulit kehitaman .

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Diagnosa Medis : Menderita Penyakit HIV

b. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang medis

1) Laboratorium: Hasil pemeriksaan darah positif.

2) Rontgen: -

3) ECG: -
4) USG:-

c. Obat-obatan:

1) TDF 1X12 jam

2) LAM 1X2 malam

3) EFV 1X1

B. PERUMUSAN DIAGNOSA/MASALAH KESEHATAN

Ibu dengan + HIV sekitar 10 bulan yang lalu

C. PERENCANAAN

Berdasarkan diagnose dan masalah, maka dapat diangkat masalah

utama yaitu: pengobatan terapi ARV yang terputus/ tidak lagi di lanjutkan

Tujuan: setelah dilakukan tindakan kebidanan, ibu dapat :

1. Mengerti tentang penyakit HIV/AIDS

2. Mengetahui penyebab terjadinya HIV/AIDS

3. Mengetahui bagai mana penularan HIV/AIDS

Kriteria: 1. Adanya respon verbal

2. Umpan balik secara verbal

Intervensi:

1. Berikan penjelasan tentang pengertian penyakit HIV/AIDS

Rasional : Agar ibu dapat mengerti pengertian HIV/AIDS

2. Berikan penjelasan mengenai penyebab-penyebab terjadinya

HIV/AIDS
Rasional: Agar ibu dapat mengetahui penyebab terjadinya penyakit

HIV/AIDS

3. Berikan Penjelasan tentang cara penularan HIV/AIDS

Rasional: Agar ibu dapat mengetahui cara penularan HIV/AIDS

4. Menyarankan ibu untuk datang ke klinik metadon memeriksakan

keadaanya kembali serta membawa anaknya untuk di periksa di

puskesmas

Rasional : Agar ibu dapat kembali berobat dengan rutin

D. PELAKSANAAN

1. Memberikan penjelasan tentang pengertian HIV/AIDS

Hasil: Ibu mengerti pengertian penyakit HIV/AIDS

2. Memberikan penjelasan mengenai penyebab-penyebab terjadinya

HIV/AIDS

Hasil: Ibu mengetahui penyebab-penyebab terjadinya penyakit

HIV/AIDS

3. Menjelaskan tentang cara penularan HIV/AIDS

Hasil: ibu memahami bagai mana cara penularan HIV/AIDS

4. Menyarankan ibu untuk datang kembali ke klinik metadon

umemeriksakan keadaannya serta memeriksakan kesehatan anaknya

di Puskesmas

Hasil: ibu akan membicarakan dengan suami


E. EVALUASI

1. Ibu mengerti pengertian penyakit HIV/AIDS

2. Ibu mengetahui penyebab-penyebab terjadinya penyakit HIV/AIDS

3. ibu memahami bagai mana cara penularan HIV/AIDS

4. ibu tidak pernah membawa anaknya ke puskesmas


PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA

NY L DENGAN HIV/AIDS DI KELURAHAN KASI-KASI

MAKASSAR 05 MEI 2017

DATA SUBJEKTIF (S) :

Ibu dalam kondisi sehat , anaknya sudah seminggu dalam kondisi demam

dan batuk pada malam hari.

DATA OBJEKTIF (O):

Ibu nampak sering berkeringat dan nampak kurang mengurus kebersihan

dirinya serta anaknya dalam kondisi lemes dan sedang flu.

ANAMNESIS (A)

NyE 33 tahun dengan penyakit + HIV

PLANING (P)

1. Menganjurkan ibu untuk datang membawa anaknya ke puskesmas ?

Hasil : ibu akan membicarakan kepada suaminya terlebih dahulu

2. Memberikan HE tentang penyebab dan cara penularan penyakit

HIV/AIDS

Hasil : ibu memahami dan mampu menjelaskan kembali


3. Memberikan dukungan Psikologi pada ibu untuk memperhatikan

kesehatan anaknya.

Hasil : ibu merasa bahagia.

4. Menyarankan ibu untuk memeriksakan kembali keadaanya ke klinik

metadon serta membawa anaknya ke puskesmas untuk diperiksa

Hasil : ibu bersedia akan datang ke puskesmas memeriksakan

keadaanya.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah suatu penyakit

yang ditimbulkan sebagai dampak berkembang biaknya virus HIV (Human

Immunodeficiency Virus) didalam tubuh manusia, yang mana virus ini

menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya

sistem kekebalan tubuh. Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh

membuat si penderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit

termasuk penyakit ringan sekalipun.

Virus HIV menyerang sel putih dan menjadikannya tempat

berkembang biaknya Virus. Sel darah putih sangat diperlukan untuk

sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita

diserang penyakit, Tubuh kita lemah dan tidak mampu melawan penyakit

yang datang dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena

influenza atau pilek biasa.

HIV adalah kuman yang sangat kecil, yang disebut virus yang tidak

bisa terlihat oleh manusia. AIDS adalah penyakit yang berkembang

kemudian, setelah seseorang terkena infeksi HIV, virus AIDS. Penularan

HIV pada wanita terjadi melalui pemakaian obat terlarang injeksi 51%.

Wanita hetero seksusal 34%, transfuse darah 8% dan tidak diketahui

sebanyak 7%.
Sedangkan penularan HIV pada bayi dan anak bisa melalui jalur

vertical (ibu ke bayi), darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan

seksual pada anak), dan pemakaian alat kesehatan yang tidak steril.

Gejala umum yang ditemukan pada bayi dengan infeksi. HIV adalah

gangguan tumbuh kembang, kondisi diasis oral, diare kronis. Penularan

HIV dari ibu ke bayi bisa dicegah melalui empat cara mulai saat hamil,

saat melahirkan dan setelah lahir (Nurs, 2007).

B. Saran

Diharapkan kepada para pembaca supaya lebih memahami apa itu

penyebab, penanganan serta tanda-tanda dan gejala HIV/AIDS agar tidak

lebih terkena infeksi.


DAFTAR PUSTAKA

http://ilmu-asuhan-kebidanan.blogspot.co.id/2009/07/hiv-dan-aids.html

(diakses pada tanggal 15 mei 2016).

. http://ilmu-pasti-pengungkap kebenaran.blogspot.com/2011/11/hivaids-pada

ibu-hamil.html#ixzz1uSGaM4JD (diakses pada tanggal 15 mei 2017)

http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.co.id/2012/06/asuhan

kebidanan-pada-ibu-hamil-anc.html ( diakses pada tanggal 15 mei 2017).

Kementrian kesehatan RI.Estimasi Populasi Dewasa Rawan Terinfeksi

HIV,2009

Pedoman-ppia,2012.pdf

UNAIDS .UNAIDS Global Report,2012

Anda mungkin juga menyukai