Anda di halaman 1dari 13

HIV

(HUMAN IMMUNODEFICIENCY
VIRUS)
PENGERTIAN
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang atau menginfeksi sel darah
putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome adalah sekelompok gejala pennyakit yang timbul karena turunya kekebalan tubuh yang di sebabkan
oleh infeksi HIV (Kemenkes RI,2016)

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu sejenis virus yang bertindak dengan
melemahkan dan memusnahkan sistem daya tahan tubuh manusia. Virus HIV telah dikenal sebagai virus yang
menyebabkan AIDS (The world bank, editor by Yolanda Tayler, 2004)
ETIOLOGI
1. Melalui hubungan seks dengan seorang yang terjangkit, yakni di mana berlaku pemindahan cairan dalam tubuh,
seperti cairan sperma, cairan vagina, saliva dari seseorang yang terinfeksi HIV ke orang lain.
2. Melalui darah yang telah dijangkiti HIV, contohnya menggunakan jarum suntikan yang tidak steril, pemindahan
darah atau organ-organ tubuh.
3. Dari ibu yang telah dijangkiti HIV kepada anaknya semasa kehamilan, kelahiran atau penyusuan.
4. Penggunaan alkohol dan obat bius, karena dalam keadaan tidak sadar, seseorang dapat melakukan seks bebas
dengan orang lain yang tidak diketahui kondisinya sudah tertular oleh virus atau belum.
5. Tingkat stres yang tinggi
6. Kurang gizi
7. Penyakit lain, terutama yang ditularkan lewat alat kelamin
8. Kurangnya pengetahuan tentang HIV/AIDS
TANDA DAN GEJALA
1. Individu yang terkena HIV jarang sekali merasakan dan menunjukkan timbulnya suatu tanda dan gejala infeksi. Jika
ada gejala yang timbul biasanya seperti flu biasa, bercak kemerahan pada kulit, sakit kepala, ruam-ruam dan sakit
tenggorokan.
2. Jika sistem kekebalan tubuhnya semakin menurun akibat infeksi tersebut maka akan timbul tanda-tanda dan gelaja
lain seperti kelenjar getah bening bengkak, penurunan berat badan, demam, diare dan batuk. Selain itu juga ada tanda
dan gejala yang timbul yaitu mual, muntah dan sariawan.
3. Ketika penderita masuk tahap kronis maka akan muncul gejala yang khas dan lebih parah. Gejala yang muncul
seperti sariawan yang banyak, bercak keputihan pada mulut, gejala herpes zooster, ketombe, keputihan yang parah
dan gangguan psiskis. Gejala lain yang muncul adalah tidak bisa makan candidiasis dan kanker servisk.
4. Pada tahapan lanjutan, penderita HIV akan kehilangan berat badan, jumlah virus terus meningkat, jumlah limfosit
CD4+ menurun hingga <200 sel/ul. Pada keadaan ini dinyatakan AIDS.
5. Pada tahap akhir menunjukan perkembangan infeksi opurtunistik seperti meningitis,mycobacterium avium dan
penurunan sistem imun. Jika tidak melakukan pengobatan maka akan terjadi perkembangan penyakit berat seperti
TBC,meningitis kriptokokus,kanker seperti limfoma dan sarcoma dan sarcoma Kaposi.
KOMPLIKASI
Oral lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis
Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat
badan, keletihan dan cacat.
Neurologik ; A. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency
Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial. B. Ensefalophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia,
hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis atau ensefalitis. Dengan efek: sakit kepala,
malaise, demam, paralise total/parsial. C. Infark serebral kornea sifilis menin govaskuler, hipotensi
sistemik, dan maranik endokarditis. D. Neuropati karena inflamasi diemilinasi oleh serangan HIV.
Gastrointertinal : A. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi.
Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi. B. Hepatitis karena bakteri dan
virus, limpoma, sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,
demam atritis. C. Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi,
dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
Respirasi Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus dan strongyloides
dengan efek sesak nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan, gagal nafas.
Dermatologik Lesi kulit stafilokokus: virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi
scabies/tuma, dan dekubitus dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis.
Sensorik : A. Pandangan: sarcoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan , B. Pendengaran: otitis eksternal akut dan
otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri (Susanto & Made Ari, 2013).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Baseline
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mempelajari kondisi penderita yang baru saja terdeteksi mengidap HIV dan melihat
apakah memiliki koinfeksi dari beberapa infeksi berikut:
a. Tuberkulosis
b. Hepatitis (terutama B dan C)
c. Infeksi menular seksual lainnya (gonorea, klamidia, sifilis)
d. Pemeriksaan darah lengkap (hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit – hitung jenis leukosit, eritrosit, laju endap darah)
e. Fungsi Hati (SGOT/SGPT)
f. Fungsi Ginjal (Ureum, Kreatinin, BUN)
g. Urinalisis
h. Profil Lipid
i. Pemeriksaan-pemeriksaan di atas juga bertujuan sebagai pemeriksaan penyaring untuk menilai apakah penderita dapat
segera memulai terapi ARV, karena kondisi-kondisi yang berkaitan dengan pemeriksaan tersebut, dapat dipengaruhi oleh
pemberian ARV.
Antigen P24
 Merupakan pemeriksaan yang sifatnya lebih spesifik karena mendeteksi infeksi HIV melalui protein
pembungkus HIV, dapat  terdeteksi lebih cepat yakni 1-3 minggu setelah infeksi awal, sehingga membantu
efektivitas deteksi dini HIV.
Sel CD4
 Pemeriksaan dilakukan umumnya dilakukan pada penderita yang telah terbukti positif terinfeksi HIV, untuk
mendapatkan gambaran imunitas seseorang, melalui jumlah sel CD4, juga bermanfaat sebagai kontrol
keberhasilan pengobatan ARV (Antiretroviral). Nilai normal berkisar antara 500-1500 sel/mm3.Dokter perlu
memperhatikan jumlah sel CD4 karena bila di bawah 200 sel/mm3 mengarah kepada kondisi
imunokompromais, salah satu tanda fase acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).
Viral Load
 Pemeriksaan viral load dilakukan untuk mengetahui perkiraan jumlah virus HIV dalam darah. Nilai hasil
pemeriksaan viral load akan menjadi penanda tingkatan virulensi penderita. Pemeriksaan ini menjadi indikator
dan sebagai target dalam terapi antiretroviral (ARV). Diharapkan setelah menjalani ARV, nilai viral load dapat
turun hingga tidak terdeteksi. Hal ini menandakan konsumsi ARV berhasil menekan aktivitas HIV dan
virulensi menjadi tergolong rendah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko infeksi b.d penurunan respon imun
2. Defisit nutrisi b.d penurunan nafsu makan dan efek medikasi
3. Nyeri akut b.d infeksi penyakit HIV
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko infeksi b.d penurunan respon imun
◦ Intervensi keperawatan :
a. Identifikasi pasien – pasien yang mengalami penyakit infeksi menular
b. Terapkan kawasan universal (mis. Cuci tangan aseptic,gunakan alat pelindung diri seperti masker,sarung
tangan,pelindung wajah,pelindung mata,apron,sepatu bot sesuai model transmisi mikroorganime)
c. Tempatkan pada ruang isolasi berteknan positif untuk pasien yang mengalami penurunan imunitas.
d. Tempatkan pada ruangan isolasi bertekanan negatif untuk pasien dengan resiko penyebaran infeksi via droplet atau
udara.
e. Sterilisasi dan desinfeksi alat – alat,furniture,lantai sesuai kebutuhan
f. Berikan tanda khisis pada pasien – pasien dengan penyakit menular
g. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
h. Ajarkan etika batuk atau bersin yg benar
1. Defisit nutrisi b.d penurunan nafsu makan dan efek medikasi
◦ Intervensi keperawatan :
a. Observasi status nutrisi
b. Identifikasi makanan yang disukai
c. Monitor asupan nutrisi
d. Monitor berat badan
e. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
f. Lakukan oral hygiene sebelum makan,jika perlu
g. Fasilitasi menentukan pedoman diet
h. Sajikan makanan dengan menarik dan sajikan dengan suhu sesuai
i. Berikan makanan yang tinggi serat dan mencegah konstipasi
j. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi serat
k. Berikan suplemen makanan jika perlu
l. Anjurkan posisi duduk jika mampu
m. Ajarkan diet yg di programkan
n. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,antiematik dll) jika perlu
o. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis yg dibutuhkan jika perlu
1. Nyeri akut b.d infeksi penyakit HIV
◦ Intervensi keperawatan :
a. Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Berikan tknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
e. Control lingkungan yg memperberat rasa nyeri
f. Fasilitasi istirahat dan tidur
g. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
h. Jelaskan pennyebab,periode dan pemicu nyeri
i. Jelaskan strategi meredakan nyeri
j. Anjurkan pasien untuk memonitor nyeri secara mandiri
k. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
l. Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai