HIV/ AIDS
Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Vinny Alvionita
2. Siti Maesaroh
3. Erna Ristianti
4. Yudha Pangestu
5. Restu Setya Aji W
B. Etiologi
HIV disebabkan oleh virus yang bernama human immunodeficiency dan virus ini
melekat dan memasuki limfosit T helper CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit
CD4+ dan sel-sel imunologik lain dan orang itu mengalami destruksi sel CD4+ secara
bertahap (Betz dan Sowden, 2002). Infeksi HIV disebabkan oleh masuknya virus yang
bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus) ke dalam tubuh manusia (Pustekkom,
2005).
C. Patofisiologi
Patofisiologi HIV (human immunodeficiency virus) dimulai dari transmisi virus ke
dalam tubuh yang menyebabkan infeksi yang terjadi dalam 3 fase: serokonversi,
asimtomatik, dan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). HIV ditransmisikan
melalui cairan tubuh dari orang yang terinfeksi HIV, seperti darah, ASI, semen dan
sekret vagina. Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui port d’entree yang terdapat
pada tubuh, umumnya kemungkinan ini meningkat melalui perilaku berisiko yang
dilakukan.
Virus kemudian masuk ke dalam sel dengan menempel pada reseptor CD4
melalui pembungkus glikoprotein. Sebagai retrovirus, HIV menggunakan enzim reverse-
transcriptase, memungkinkan terbentuknya DNA-copy, untuk terbentuk dari RNA-
virus. Virus kemudian menempel dan merusak CD4, sehingga terjadi deplesi nilai CD4
dalam darah, seiring dengan terjadinya peningkatan replikasi virus yang direfleksikan
dari hasil nilai viral load yang tinggi, menandakan tingkat virulensi yang tinggi.
H. Penatalaksanaan
1. Perawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain:
a. Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan mencegah
kemungkinan terjadi infeksi
b. Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada
c. Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan
dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT
dengan berintegrasi ke DNA virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV
d. Mengatasi dampak psikososial
e. Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan
prosedur yang dilakukan oleh tenaga medis
f. Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus selalu
memperhatikan perlindungan universal (universal precaution)
I. Pencegahan
Pencegahan infeksi HIV primer pada semua golongan usia kemungkinan akan
memengaruhi epidemil global lebih dari terapi apa pun dimasa depan yang dapat
diketahui. Kesalahan konsepsi mengenai factor resiko untuk infeksi HIV adalah target
esensial untuk usaha mengurangi perilaku resiko, terutama diantara remaja. Untuk dokter
spesialis anak, kemampuan member konsultasi pada pasien dan keluarga secara efektif
mengenai praktik seksual dan penggunaan obat adalah aliran utama usaha pencegahan ini.
Bahkan pendidikan dan latihan tersedia dari The American Medical Assosiation dan The
American Academy of Pediatrics yang dapat membantu dokter pediatric memperoleh
kenyamanan dan kompetensi yang lebih besar pada peran ini.
Pencegahan infeksi HIV pada bayi dan anak harus dimulai dengan tepat dengan
pencegahan infeksi pada perempuang hamil. Langkah kedua harus menekan pada uji
serologi HIV bagi semua perempuan hamil. Rekomendasi ini penting karena uji coba
pengobatan mutakhir menunjukkan bahwa protocol pengobatan bayi menggunakan obat
yang sama selama beberapa minggu secara signifikan mengurangi angka transmisi dari
ibu ke bayi.
Pemberian zidovudin terhadap wanita hamil yang terinfeksi HIV-1 mengurangi
penularan HIV-1 terhadap bayi secara dermatis. Penggunaan zidovudin (100 mg lima
kali/24 jam) pada wanita HIV-1 dalam 14 minggu kehamilan sampai kelahiran dan
persalinan dan selama 6 minggu pada neonatus (180 mg/m2 secara oral setiap jam)
mengurangi penularan pada 26% resipien palasebo sampai 8% pada resipien zidovudin,
suatu perbedaan yang sangat bermakna. Pelayanan kesehatan A.S. telah menghasilkan
pedoman untuk penggunaan zidovudin pada wanita hamil HIV-1 positif untuk mencegah
penularan HIV-1 perinatal. Wanita yang HIV-1 positif, hamil dengan masa kehamilan 14-
34 minggu, mempunyai anak limfosid CD4 + 200/mm atau lebih besar, dan sekarang
tidak berada pada terapi atteretrovirus dianjurkan menggunakan zidovudin. Zidovudin
intravena (dosis beban 1 jam 2 mg/kg/jam diikuti dengan infus terus menerus 1
mg/kg/jam sampai persalinan) dianjurkan selama proses kelahiran. Pada semua keadaan
dimana ibu mendapat zidovudin untuk mencegah penularan HIV-1, bayi harus mendapat
sirup zidovudin (2 mg/kg setiap 6 jam selama usia 6 minggu pertama yang mulai dan8
jam sesudah lahir). Jika ibu HIV-1 positif dan tidak mendapatkan zidovudin, zidovudin
harus dimulai pada bayi baru lahir sesegera mungkin sesudah lahir, tidak ada bukti yang
mendukung kemajuan obat dalam mencegah infeksi HIV-1 bayi baru lahir sesudah 24
jam. Ibu dan anak diobati dengan zidovudin harus diamati dengan ketak untuk kejadian-
kejadian yang merugikan dan didaftar pada PPP untuk menilai kemungkinan kejadian
yang merugikan jangka lama. Saat ini, hanya anemia ringan reversible yang telah
ditemukan pada bayi. Untuk melaksanakan pendekatan ini secara penuh, semua wanita
harus mendapatkan prenatal yang tepat, dan wanita hamil harus diuji untuk positivitas
HIV-1.
A. Pengkajian
1. Data Subjektif, mencakup:
a. Pengetahuan klien tentang AIDS
b. Data nutrisi, seperti masalah cara makan, BB turun
c. Dispneu (serangan)
d. Ketidaknyamanan (lokasi, karakteristik, lamanya)
2. Data Objektif, meliputi:
a. Kulit, lesi, integritas terganggu
b. Bunyi nafas
c. Kondisi mulut dan genetalia
d. BAB (frekuensi dan karakternya)
e. Gejala cemas
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran TTV
b. Pengkajian Kardiovaskuler
c. Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan darah meningkat. Gagal jantung
kongestif sekunder akibat kardiomiopati karena HIV.
d. Pengkajian Respiratori
e. Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak napas, takipnea, hipoksia, nyeri dada,
napas pendek waktu istirahat, gagal napas.
f. Pengkajian Neurologik
g. Sakit kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan perilaku, nyeri otot, kejang-
kejang, enselofati, gangguan psikomotor, penurunan kesadaran, delirium,
meningitis, keterlambatan perkembangan.
h. Pengkajian Gastrointestinal
i. Berat badan menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak putih
kekuningan pada mukosa mulut, faringitis, candidisiasis esophagus, candidisiasis
mulut, selaput lender kering, pembesaran hati, mual, muntah, colitis akibat diare
kronis, pembesaran limfa.
j. Pengkajain Renal
k. Pengkajaian Muskuloskeletal
l. Nyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak (ataksia)
m.Pengkajian Hematologik
n.Pengkajian Endokrin
4. Kaji status nutrisi
a. Kaji adanya infeksi oportunistik
b. Kaji adanya pengetahuan tentang penularan
D. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri Akut bd Agen Cidera NOC: Kontrol Nyeri NIC: Monitor
Biologis Pernafasan
Indikator IR ER
1. Melakukan
Mengenali kapan pengkajian
nyeri terjadi nyeri
Menggambarkan komrehensif
faktor penyebab yang meliputi
lokasi,
Menggunakan karakteristik,
faktor durasi,
pencegahan frekuensi,
kualitas, atau
Melaporkan beratnya nyeri
nyeri yang dan faktor
terkontrol pencetus
Keterangan: 2. Observasi
1. Tidak Pernah menunjukan adanya
petunjuk non
2. Jarang menunjukan ferbal mengenai
ketidaknyaman
3. Kadang kadang menunjukan
an terutama
4. Sering menunjukan pada mereka
yang tidak
5. Secara konsisten menunjukan dapat
berkomunikasi
secara efektif
3. Pastikan
perawatan
analgesik bagi
pasien di
lakukan dengan
pemantauan
yang ketat
5. Tidak terganggu
2. Posisikan pasien
Kedalaman
untuk
Inspirasi
memaksimalkan
Keterangan: ventilasi
Indikator IR ER 1. Bersihkan
lingkungan
Mengidentifikasi dengan baik
faktor risiko setelah
infeksi digunakan
untuk setiap
Mengetahui pasien
konsekuensi
2. Ganti peralatan
terkait infeksi
perawatan per
Mengetahui pasien sesuai
perilaku yang protokol
berhubungan institusi
dengan faktor
3. Isolasi orang
infeksi
yang terkena
Keterangan: penyakit
menular
1. Tidak pernah menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang-kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Tidak terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
2. Monitor
Mengantuk
tekanan darah,
Dehidrasi nadi dan
respirasi sesuai
Keterangan: kebutuhan
1. Sangat terganggu 3. Monitor dan
2. Banyak terganggu laporkan
adanya tanda
3. Cukup terganggu dan gejala dari
hipotermia dan
4. Sedikit terganggu
hipertermia
6. Tidak terganggu
DAFTAR PUSTAKA
Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs
Approach,J.B. Lippincott Company, London.
Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice,
4th edition, Mosby Year Book, Toronto
Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year Book, St. Louis.
Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua,
EGC, Jakarta.