Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan sekumpulan
gejala yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia setelah sistem kekebalan
tubuhnya dirusak oleh virus yang disebut HIV. AIDS merupakan salah satu
penyakit infeksi menular seksual. Sebagaimana pada penyakit menular seksual
lainnya, AIDS menyerang pada semua tingkat umur dan merupakan suatu
penyakit yang berbahaya. Dikatakan demikian karena ia dapat menyerang siapa
saja tanpa kecuali.Belum ada vaksin atau obat yang bisa membunuh virus HIV,
adanya window period dan merupakan fenomena gunung es.
Pada akhir tahun 2000, sebanyak 36,1 juta orang diseluruh dunia mengidap
HIV atau AIDS. 90%-nya terdapat di negara-negara yang sedang berkembang,
seperti Indonesia. Di Indonesia infeksi HIV atau AIDS sudah merupakan masalah
kesehatan yang memerlukan perhatian. Menurut Dirjen P2M atau PLP jumlah
HIV atau AIDS pada tahun 1999 sebanyak 783 orang dan meningkat pesat sampai
dengan 31 Maret 2002 sebanyak 2876 kasus dengan rincian 2187 terinfeksi HIV
dan 689 kasus AIDS.
Melihat kenyataan tersebut, maka peran perawat harus ditujukan untuk
mengatasi masalah ini, antaranya, dengan memberikan asuhan keperawatan pada
orang yang terinfeksi HIV/AIDS .Dan juga perawat berperan sebagai penyuluh
dan pendidik bagi golongan yang beresiko terhadap HIV/AIDS.

B.

TUJUAN
a.

TUJUAN UMUM
Diharapkan

setelah

mengikuti

seminar,

mahasiswa/i

akan

dapat

memahami asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS.


b.

TUJUAN KHUSUS
Setelah seminar diharapkan mahasiswa/i dapat:

Menyebutkan pengertian penyakit AIDS.

Mengidentifikasikan etiologi AIDS.

Menggambarkan

patofisiologi

dari

penyakit AIDS.

Menggambarkan manifestasi klinik.

Menjelaskan penatakaksanaan medis.

Menjelaskan pemeriksaan diagnostik.

Menjelaskan asuhan keperawatan pada


pasien dengan penyakit AIDS.

Pengkajian

Diagnosa keperawatan

Perencanaan

Implementasi

Evaluasi
Menjelaskan pendidikan pasien

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.

PENGERTIAN
-

HIV (Human Immunodeficiency Virus) yaitu virus yang menyerang/ merusak


sistem kekebalan tubuh manusia yang kemudian dapat menimbulkan AIDS.

AIDS (Acquired Immunodeficiency Virus) adalah sekumpulan keadaan klinis


yang merupakan akibat akhir dari infeksi HIV.
Atau kumpulan suatu gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh.

B.

ETIOLOGI
Penyebab utama AIDS adalah infeksi oleh virus yang dinamakan HIV. Virus ini
termasuk dalam famili retroviridae.

C.

FASE-FASE PADA INFEKSI HIV DAN AIDS


Fase

Lamanya fase

Antibodi
dapat
diketahui
Tidak

Tidak ada

Dapat
ditransm
isi
Ya

Mungkin

Seperti sakit flu

Ya

Infeksi
HIV 1-15 tahun atau
asymptomatic
lebih
Suppresi imun Diatas 3 thn
symptomatik

Ya

Tidak ada

Ya

Ya

Ya

AIDS

Ya

Deman,
keringat
dimalam hari, BB
hilang,
diare,
neuropaty, keletihan,
rash, lympadenopaty,
berpikir lambat, lesi
oral.
Infeksi
oportunistik
berat, dan tumor pada
beberapa sistem tubuh,
manifestasi neurologis

Window
4 minggu-6 bln
periode
setelah infeksi
Acute primary 1-2 minggu
HIV infection

D.

Variable:
1-5
tahun
dari
kondisi
AIDS
terdefenisi/pasti
PATOFISIOLOGI

Gejala

Ya

Virus yang menyebabkan infeksi HIV adalah HIV yang terdiri dari 2 tipe yakni: -.
HIV I
-. HIV II

HIV I, tersebar ke seluruh dunia, sedangkan HIV II merupakan virus utama yang
ditemukan di Afrika Barat, yang sangatkomersial dan secara epidemiologi terdapat
pada daerah itu.
E.

MANIFESTASI KLINIS
Pada beberapa sistem tubuh berikut ini yang terjadi bersamaan dengan multipel
infeksi:
1.

Mulut
Penyebab:
Lesi diakibatkan oleh: candida, herpes simplex, KS, virus papiloma, berupa kutil
pada mulut, HIV gingivitis, atau peridontitis, leukoplakia pada mulut. Akibatnya
nyeri mulut terutama kesulitan mengunyah dan menelan, penurunan intake nutrisi
dan cairan, dehidrasi, penurunan berat badan dan kelelahan.

2.

Neurologic
a.

penyebab:

AIDS

dementia

complex

yang

disebabkan

oleh:

berlangsungnya serangan HIV dalam sel saraf.Akibatnya: perubahan


kepribadian, kegagalan kognitif, konsentrasi menurun, tidak mampu
mengambil keputusan, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan,
membutuhkan bantuan dalam melakukan ADL, atau tidak mampu
melakukan ADL, paresis dan plegia, inkontinensia, isolasi sosial.
b.

Penyebabnya:
Akut encephalopathy disebabkan oleh : reaksi obat terapeutik, over
dosis obat, hypoxia, hypoglikemi, ketidakseimbangan elektrolit,
meningitis yang disebabkan oleh: mycrobacterium toberculosis, virus
herpes

simplex,

cytomegalovirus,

sipilis,

candida,

limpoma.

Akibatnya: sakit kepala, malaise, demam, paralisis keseluruhan atau


sebagian, penurunan kognitif, distorsi, coma, kematian.
c.

Neuropaty
Penyebab: inflamasi demyelinasi diakibatkan dari berlangsungnya
serangan virus HIV, reaksi obat, kaporsi sarkoma, lesi. Akibatnya:
penurunan kontrol motorik, ataksia, mati rasa pada bagian perifer, rasa
panas, isolasi sosial.

3.

GI
Penyebab:
-

Diare: disebabkan oleh cryptosporidium, isopora, cytomegalovirus,


salmonela, KS, lympoma. Akibatnya: penurunan berat badan, anoreksia,
fatique, inkontinensia.

Hepatitis: disebabkan oleh virus hepatitis A,B,C,D dan E; penggunaan


obat yang tidak resmi, alkoholisme, CMV. Akibatnya: anoreksia, mual,
muntah, nyeri pada perut, jaundice, demam, malaise, kemerahan, nyeri
sendi, hepatomegali, gagal hati, kematian.

Anorectal disease disebabkan oleh: abses dan fistula pada daerah perifer
anus, luka dan inflamasi pada perianal yang disebabkan oleh infeksi.
Akibatnya susah BAB, terasa nyeri pada rectal, diare.

4.

Pernapasan
Penyebabnya: infeksi oleh kuman TB, candida, taxoplasma gondi, virus influenza.
Akibatnya napas pendek, batuk, nyeri, hipoxia, aktivitas intoleransi, capek, gagal
napas dan kematian.

5.

Dermatologi
Penyebabnya: lesi virus herpes simplex, pseudomonas, dermatitis, reaksi obat,
scabies, kaposis sarcoma, dekubitus, kerusakan integritas kulit yang diakibatkan
dari penekanan dan inkontinensia. Akibatnya: nyeri, panas, sepsis dan infeksi
sekunder.

6.

Sensori
Penyebabnya:
-

Penglihatan: KS pada konjungtiva, megalovirus renitis. Akibatnya


kebutaan.

Pendengaran: otitis eksternal dan otitis media akut, tuli, meningitis, CMV
dan reaksi obat. Akibatnya nyeri dan tuli.

KS jarang terjadi pada wanita, pengidap hemofili, anak-anak dengan AIDS. KS


juga berperan dalam diagnosa AIDS. Namun frekuensi manifestasi infeksi HIV ini
berkurang, KS dipertimbangkan neoplasma yang jarang sampai mendatangkan AIDS
epidemik. Hal ini hanya ditemukan di Afrika atupun laik-laki tua keturunan

Mediterania. Dalam bentuk klasik KA merupakan penyakit yang perkembangannya


lambat. Perkumpulan KS dengan infeksi HIV bersifat menyerang beberapa bagian
tubuh dan biasa berkembang di seluruh bagian tubuh. KS merupakan tumor malignan
atau jinak pada endotelium, lapisan sel epitel pembuluh darah, jantung, jaringan
limpoid dan serous. Secara keseluruhan dari organ tersebut dan lesi bervariasi warna
dan ukuran merupkan bentuk dasar sejumlah darah yang dikandung. Lesi utama
tampak di wajah, kepala dan rongga mulut.Lesi KS juga ditemukan di paru-paru,
rectum, esofagus, nasofaring, hati, empedu, limfe, ginjal dan otak, organ tersebut
menjadi multisentrik dari pada metastatik. Ini berarti bahwa lesi primer yang berat
akan muncul di waktu yang sama di tempat yang berbeda di tubuh.
Orang yang mengidap Ks, manifestasi pertama mereka dari imunosupresi
adalah memikirkan prognosis yang baik. KS merupakan kontributor yang penting
untuk kematian orang terinfeksi HIV.
Reaksi psikologis yang ditunjukkan oleh infeksi HIV dibutuhkan perawatan
yang baik, seperti manifestasi fisik respon psikologis yang bervariasi, respon yang
bervariasi tergantung budaya dan faktor sosial ekonomi, usia, gender dan kondisi
hidup seseorang yang terinfeksi. Rasa takut dan cemas mwerupakan tahap awal.
Keputusan diri sendiri untuk test HIV menimbulkan kecemasan karena hasil test
adalah positif atau kecemasan meningkat oleh karena menunggu hasilnya.
Salah satu pertahanan psokologis yang digunakan orang yang posistif HIV
sering kali mengerikan, yakni mencoba bunuh diri.Banyak respon ketakutan, mereka
mengisolasi diri dari orang lain agar tidak diketahui. Banyak orang yang terinfeksi
HIV asimptomatik, sering kali langsung hypokondria. Reaksi psikologis mungkin
meningkat saat orang tersebut menjadi simtomatik. Seorang yang terinfeksi HIV bisa
kehilangan pekerjaan, isolasi sosial dan nyeri fisik yang menetap. Orang yang dengan
HIV cenderung memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap orang lain dalam
memenuhi kebutuhan dasar dan kenyamanan. Kita perlu memberi suasana yang
mendamaikan, yang penuh kasih sayang dan mermbantu dalam mempersiapkan
kematian.
Reaksi psikologis terhadap infeksi HIV:
1. Reaksi saat diketahui seseorang positif HIV

Menolak

Mati rasa

Marah

Perasaan tidak berdaya

Kecemasan

Depresi dan keinginan bunuh diri

Takut kehi9langan kehidupan seks

Takut ditolak oleh oirang lain

Takut kehilangan pekerjaan

Perasaan bersalah, takut hidup dengan infeksi yang mengancam

Hipokondria

Perubahan gaya hidup

Isolasi diri

2. Reaksi menjadi gejala


-

Kesedihan berlebihan

Tidak ada harapan

Percobaan untuk bunuh diri

Keadaan memalukan misalnya gejala fisik dan diare

Kesepian

Reaksi stres pada perlakuan dengan menuntut pengobatan medis

3. Reaksi kematian
-

Perhatian dengan memutuskan urusan hidup seseorang, misalnya:


perdamaian, menentukan sifat

F.

Preokupasi dengan nyeri dan kontrol nyeri

Preokupasi dengan gejala penyakit lain

Takut ditinggalkan sebelum meninggal

Takut mati
CARA PENULARAN HIV/AIDS

Penularan secara langsung


-

Kontak seksual langsung dengan seseorang yang terinfeksi.

Terinfeksi melalui darah

Melalui jarum suntik, tato, tindakan yang tidak steril.

Transfusi darah atau produk darah yang terinfeksi dengan virus AIDS melalui
cairan tubuh.

Pemberian obat per IV dengan seseorang yang terinfeksi.

Luka dan melalui darah ibu ke fetus selama kehamilan.

Hal-hal yang tidak menularkan HIV:


-

Perpindahan melalui udara, batuk.

Bersentuhan (berjabatan tangan), merangkul.

Berciuman.

Makan dan minum bersama.

Mandi bersama.

Gigitan nyamuk.

Melalui keringat dan air mata.

G.

TEMPAT HIDUP VIRUS

DAN

KELOMPOK

ORANG

YANG

BERESIKO
a.

Tempat hidup virus HIV di cairan tubuh manusia:

Darah

Cairan sperma

Cairan vagina

ASI

b.

Kelompok orang yang beresiko terkena HIV/AIDS:

Homoseksual, biseksual, penggunaan obat-obatan IV, WTS dan orang


yang mempunyai partner seks yang berganti-ganti

Orang yang partner seksnya mempunyai pasangan seks yang lain

Orang yang menggunakan peralatan medis, seperti: netles, syringes,


cookers.

Orang yang terkena melalui hubungan seks


Mereka yang mendapat transfusi darah, bayi baru lahir yang ibunya
terinfeksi juga

H.

TEST HIV

1. Test HIV
Test HIV dapat dilakukan jika seorang mempunyai antibodi HIV dalam darah.Test
HIV dilakukan dengan menggunakan darah vena. Ada 2 test yang biasa digunakan
yaitu test pertama Elisa test. Jika hasilnya negatif berarti tidak dilakukan test
lanjutan, tetapi jika hasilnya positif maka selanjutnya akan dilakukan test Western
Blot. Jika pada test yang kedua ini hasilnya positif maka orang tersebut dianggap
terinfeksi HIV.
2. Orang yang harus ditest
Orang yang harus ditest adalah orang yang terpapar terhadap HIV atau orang yang
mempunyai pola hidup yang beresiko terpapar HIV harus ditest.HIV ditularkan
dari seseorang ke orang lain melalui kontak seksual dan darah. Orang-orang yang
dianggap beresiko tinggi antara lain:
-

Homoseksual, biseksual, pengguna obat-obat


IV, WTS dan orang-orang yang mempunyai partner seke yang berganti-ganti.

Orang

yang

partner

seksnya

mempunyai

pasangan seks yang lain


-

Orang yang menggunakan peralatan medis


seperti netles, syringes, cookers.

Orang yang mendapat penyakit akibat dari seks

Orang yang mendapat transfusi darah.

Bayi yang lahir dari ibu yang mempunyai virus


AIDS juga dapat terinfeksi

3. Prosedur test HIV


-

Test Confidential seperti test medis lainnya.


Didapat dari hasil pencatatan medis.Tetapkan teman-teman dan pemimpin
anda untuk mengcopi medical record anda, yang memuat test antibodi HIV
anda.

Test

Anonymous,

orang

yang

tidak

memberitahukan nama. Beberapa orang hanya diberikan nomor kode, dan


kamu harus memberi kode untuk menentukan hasil test.Dengan test

Anonymous, keputusan tergantung pada seseorang juga dokter dan ini sangat
individual.
4. Bila arti test negatif
Jika hasil test anda negatif, itu berarti bahwa ttidak ada antibodi HIV dalam darah
anda. Pada 4-12 minggu sesudah orang terinfeksi maka akan terbentuk antibodi
HIV. Hal ini berarti orang yang baru terinfeksi, hasil test dapat negatif. Oleh
karena itu jika anda termasuk kelompok resiko tinggi, dimana kamu ingin test
lakukan 6 bulan setelah terpapar. Apabila hasil test tetap negatif anda dan
pasangan seks anda harus melindungi diri dengan menggunakan kondom.
5. Hal-hal yang terjadi jika hasil test positif
Test HIV positif tidak berarti bahwa anda langsung terserang AIDS sekaerang
tetapi anda akan mendapatkannya di masa yang akan datang. Kita tidak tahu
apakah seseorang yang terinfeksi HIV akhirnya berkembang ke AIDS.
Kita tahu bahwa beberapa orang yang terinfeksi selama beberapa tahun dan tidak
berkembang ke AIDS. Ini menunjukkan bahwa perawatan diri yang baik pada diri
seseorang, fisik dan emosi, dapat memberikan hidup beberapa tahun pada orang
yang terinfeksi HIV
Yang terutama tidak perlu panik. Infeksi HIV hanya sebagian dari seluruh
total gambaran kehidupan anda. Jagalah selalu kesehatan diri anda, kontrol teratur
ke dokter, suport emosi, lindungi diri dari virus AIDS, lindungi diri dari aktivitas.
6. Kepada siapa diceritakan
Katakan kepada dokter anda sehingga mereka mampu memberitahukan kepada
anda kemungkinan perawatan yang terbaik.Anda juga bisa katakan kepada
pasangan seks anda dan anjurkan agar mereka juga melakukan test.diskusikan
dengan mereka bagaimana cara melindungi diri.
Ini penting agar orang lain dapat membantu anda,teman dan semua orang yang
positif HIV. Tetapi kamu yang harus menentukan sendiri orang-orang yang kamu
percaya meskipun akhir-akhir ini sudah banyak diberikan pendidikan kepada
publik tetapi masih juga ada salah paham tentang infeksi HIV dan AIDS.
Saat test HIV anda positif

Test HIV positif bukan berarti kena AIDS. Itu berarti anda diinfeksi virus
HIV dan harus mengambil langkah-langkah untuk mempertahankan kesehatan
tubuh dan cegah transmisi.
Pengobatan anda
Test positif hanya sebagian dari gambaran keadaan. Dokter akan
memberikan pengobatan atau tindakan tertentu untuk mempertahankan kesehatan
dan mencegah infeksi. Obat yang diberikan seperti AZT dapat mencegah
perkembangan HIV. Anda harus peka terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh
anda, karena tubuh sangat rentan terhadap infeksi. Segera ke dokter bila terjadi
sakit akut atau terjadi perubahan dalam tubuh (seperti demam, nyeri,batuk, napas
pendek, perdarahan, perubahan kondisi kulit)
Pentingnya pola hidup sehat
Jaga kesehatan tubuh anda karena dengan begitu bisa melawan infeksi
HIV. Nutrisi dan istirahat yang cukup diperlukan dan latihan juga sangat penting
ini dapa menguatkan tubuh, meningkatkan energi dan stamina.Hindari alkohol
atau menggunakan obat-obatan IV, sebab dapat membuat inefeksi HIV menjadi
lebih buruk dan mengarah ke aids. Alkohol dan obat- oabtan dapat juga merusak
keseimbangan tubuh anda.
Koping
Koping terhadap diagnosa HIV memang sangat sulit, beberapa orang
merasa bahwa hidup ini hanya sendiri. Tetapi bantu untuk keluarkan dari perasaan
itu dan katakan bahwa dia tidak sendiri. Segera dapatkan bantuan dari psikologis
atau psikiatrik. Orang-orang ini dapat memberikan support emosional dan
membantu

dalam menghadapi masalah-masalah

sosial yaitu

pandangan

masyarakat tentang AIDS. Teman-teman dan keluarga dapat juga bersama


membantu anda. Inbformasi tentang HIV dan AIDS perlu disosialisasikan kepada
masyarakat luas.
Bagaimana cara untuk melindungi diri
Seks: pastikan bahwa pasangan seksual anda tidak mempunyai pasangan seks
yang lain.Memeluk, masturbasi,menggosok-gosok tidak bisa menularkan

virus HIV sejauh kita tidak mempunyai kulit yang luka. Jika kamu
mempunyai pasangan seks, cara-cara unutk melindungi diri dari infeksi:
o

Gunakan kondom dari awal sampai akhir.

Jangan pernah melakukan sesuatu yang dapat menyebabkan luka,


abrasi atau perdarahan (seperti anal intercause).
Gunakan lubricant seperti K..Y Jelly, jangan gunakan saliva oil

lubricant seperti spetrolium jelly atau minyak sayuran.


o

Hindari oral seks.

Hindari deep-kissing.

Penggunaan obat-obatan
Jika

kamu

pemakai

obat-obatan,

segera

hentikan

sebab

dapat

memperburuk HIV. Selama kamu berusaha menghentikan:


o

Jangan bekerja sama dengan orang lain.

Jangan bekerja sama dengan orang lain yang juga menggunakan


obat-obatan.
Jika kamu menggunakan alat-alat, bersihkan kembali dengan obat

pemutih dan air.


Wanita

: Jangan dulu hamil sebab virus yang anda derita dapat


diturunkan ke bayi anda. Anak yang lahir dengan virus
AIDS meninggal sebelum umur 2 tahun. Kehamilan
dapat memperburuk infeksi HIV dan beberapa wanita
akan sering sakit dan dapat meninggal selama hamil. Jika
kamu siap mempunyai bayi, jangan beri ASI sebab anda
dapat memberikan virus itu lewat ASI.

Sumbangan/donor

: Jangan memberikan donor darah, sperma atau organorgan tubuh.

I.

STUDI DIAGNOSTIK DAN PENEMUAN

Test untuk diagnosa HIV


ELISA

: Positif terhadap antibodi HIV (karena


kemungkinan hasil positif tidak benar. Test
ini akan dibuat 2 kali).

Western Bolt

: Positif akibat indikasi kehadiran antibodi


HIV. Test ini

positif dengan ELISA;

negatif akibat indikasi bukan antibodi.


P24 antigen test

: Positif karena indikasi sirkulasi antigen


HIV

Culture HIV

Dasar

positif

pada

ukuran

adanya

kebalikan rekaman aktivitas dalam suspek


T Limfosit (akan diambil 60 hari sampai
mendapatkan hasil).

Test untuk perusakan sistem imun: berubahnya hasil test dalam petunjuk indikasi
adalah tanda memburuknya status imun.
Hematokrit

: Pengurangan dalam ukuran normal dari


37%-49%.

Eritrosit sedimentasi rate

: Elevasi ukuran normal <15 mm/h.

CD4 limphocytes

: Pengurangan dalam ukuran normal dari


600-1200.

CD4/CD8 limphocytes ratio

: Normal 2:1-ratio menurun atau sebaliknya.

Serum neopterin

: Elevasi di atas garis normal.

Serum B2 microglobulin

: Elevasi nilai normal dari 12-18 g/dl.

WBC

: <3500 sel/mm.

Test keseluruhan status kesehatan dari HIV-menulari manusia.


Test berikutnya akan dilakukan setelah seseorang positif HIV. Akan dilindungi
periodikal untuk monitor kesehatan secara umum dan respon terhadap gejala. Saat
hasil test individu ada indikasi patologi, maksudnya menentukan garis dasar untuk
dijadikan perbandingan pada penemuan berikutnya.
CBC, diferensial, jumlah platelet
SMA-12 atau jalur penyaringan darah yang serupa.
Test serologi syphilis, toxoplasma, cryptoccus dan hepatitis
Urynalisis, x-ray dada
Pap smear atau test kehamilan

Tuberkulin skin test: reaksi lemah dari 5 mm indurasi adalah positif untuk imun
seseorang.

Test untuk penyakit pada oral


Inspeksi
Pemeriksaan

: tampak lesi oral.


mikroskopik pada sediaan spesimen sputum: positif sel ragi

candida.
Kultur virus herpes simplex : positif virus herpes simplex
Pemeriksaan mikroskopik jaringan/biopsi jaringan: positif multinuclear sel
raksasa
Mikroskopi elektron

: positif partikel virus.

Pemeriksaan biopsi jaringan: positif adanya kutil, KS dan atau sel seukoplakia
berbulu.

Test untuk penyakit neurologi


Pemeriksaan neurologi

: hiperfleksi, tanda barbinski, alaxia (hilang

keseimbangan), ketidakmampuan untuk melakukan ADL.


Pemeriksaan status mini-mental: penurunan fungsi mental.
CT Scan/MRI: lesi abnormal cerebral, atropi, distorsi ventrikel infark.
Elektroenchepalogram: Generalizet Blowing (perlahan menyamaratakan).
Elektromyelogram: elektikal abnormal kondusi.
Analisis CSF: protein dan darah terdapat penemuan abnormal.

Test untuk penyakit GI


Endoscopy: gambaran lesi GI
Kultur dan pemeriksaan mikroskopik feces, cairan GI/biopsi jaringan: positif
patogen edan lesi KS ataub lympoma.
Enzim hepatic (AST, ALT) (ADP): elevasi di atas baseline pasien.
Bilirubun: elevasi di atas baseline pasien
CT Scan/ultra sound abnormal: pembesaran hati atau keadaan abnormal lainnya.
Sigmoindscopy: gambaran penyakit rectal.
Inspeksi anus: gambaran lesi, KS atau eksudat
X-ray: penemuan abnormal.
Test fungsi pulmonal: penurunan fungsi.

Pemeriksaan jaringan hasil broncoscopy atau biopsi paru-paru terbuka: karateristik


organisme atau neoplasma.
Gallium citrate scan: peningkatan uptake pada individu yang HIV.
Pemeriksaan kultur sputum atau sekresi broncial oleh lavage: positif karateristik
patogen.
Anlisa gas darah: indikasi adanya hipoxemia.

Test untuk penyakit sistem sensori


Pemeriksaan opthalmic: kerusakan retina konsisten dengan CMV retinitis.
Audiometry: pendengaran berkurang.

Test penyakit dermatologi


Uji mikroskopik lesi biopsi: muncul karateristiklasi, patogen atau neoplasma.

J.

MANAJEMEN MEDIK
Tujuan manajemen medik infeksi HIV adalah mempertahankan status imun pada
level tinggi untuk mencegah kesempatan masuknya penyakit. Pendekatan ini ada 3
macam. Yang pertama adalah mempromosikan status umum kesehatan (promosi
kesehatan) dan memperbaiki atau mempertahankan fungsi imun dan mengobati
penyakit serta pendidikan pasien terhadap perlakuan untuk memperbaiki resistensi
infeksi yang tepat. Yang kedua adalah mencegah infeksi yang memicu T4 pembantu
aktivitas sel dan yang berikut adalah replikasi HIV. Ini adalah imunisasi yant bagus
yang disiapkan dan profilaksis. Yang ketiga adalah menekan aksi HIV.
Terapi obat
Pencegahan infeksi: imunisasi, campak, mumps dan rubella (MMR);
antibvaksin polio (IPV); vaksin pneumoccocal dan vaksin influenza tahunan. Individu
dengan resiko hepatitis B akan mendapatkan vaksin hepatitis B. Antiinfeksi terapi
digunakan untuk menekan pertumbuhan patogen, karena agen ini tidak membatasi
dalam kerja sama imun. Beberapa pasien mempertahankan agen antiinfeksi setelah
adanya kumpulan gejala yang muncul berubah. Prophylaxis dapat digunakan untuk
semua jenis infeksi pneumocytis carinii; trimethropin/sulfametoxazole (bactrim).
Penekanan HIV ini adalah laju area laju perkembangan dan test siap
percobaan obat. agen utama mempunyai aksi antiviral. Salah satunya menghalangi

replikasi HIV, mencampuri virus yang mampu untuk memberikan reseptor CD 4,


eliminasi HIV reservoirdalam sel atau aktivasi pertahanan antiviral.
Zidovidine, juga disebut AZT adalah hanya diakui untuk menekan HIV.
Tindakan atau peran AZT mengganggu sintesis DNA sehingga menghambat replikasi
HIV. AZT pada awalnya menggunakan dosis tinggi.
Manajemen Umum Untuk Promosi Kesehatan
Pengobatan pada masalah kesehatan yang ada: jumlah status HIV menulari
manusia pada resiko untuk semua kondisi kesehatan bahwa uninfected person dari
umur dan jenis kelamin termasuk kehamilan dan komplikasi kehamilan, penyakit
kronik seperti diabetes atau ulcer gastric, penyakit psikiatrik dan alkohol atau
penyalahgunaan obat.
Perawatan kesehatan mental: hal ini dipercaya bahwa depresi klinikal
memiliki efek negatif pada fungsi sistem imun atau yang berpengaruh pada depresi
gaya hidup individu dan kemampuan untuk mematuhi pengobatan. Oleh karena itu
psikoterapy dan antidepresant terapi seringkali digunakan.
Manajemen Medik AIDS-Penyakit Yang Berhubungan
Terapi Obat:
-

Manifestasi oral: mencuci mulut dengan antimicrobial: steroid topical; kemoterapi


pada lesi KS.

Manifestasi neurologi: psikostimulans,obat anticemas, antidepresan, antipsikotic;


analgesik untuk nyeri; kemoterapi dan atau radioterapi untuk CNS limpoma.

Manifestasi GI: obat salap topical untuk penyakit ano-rectal; kemopterapi untuk
lesi KS dan limpoma; antinauseadan agen antidiare

Manifestasi

dermatologi:

lindane

untuk

scabies;

steroid

topical

untuk

meningkatkan penyembuhan; lotion topical untuk kulit kering, kemoterapi untuk


lesi KS.
-

Manifestasi respiratori: kemoterapi untuk KS dan limpoma; radioretapi untuk lesi


KS.

Manifestasi sensori: kemoterapi untuk occular dan kelopak mata lesi KS (jika lesi
juga meluas di tempat lain dalam tubuh); salapoptalmic untuk nonoportunistik

infeksi bakteri; sistemic antimicrobial untuk otitis media; radioterapi untuk lesi
KS.
Manajemen Umum
-

Manifestasi oral: pembersihan plaque; ajarkan oral higiene.

Manifestasi neurologi: konsultasi psikiatrik; penilaian medikasi menggunakan


aturan atau efek dari polypharmacy; ajarkan pasien teknik untuk hidup dengan
melemahnya

kognitif;

konseling

keluarga

dan

pelayanan

sosial

untuk

menyediakan kebutuhan bahwa kecemasan akibat hospitalisasi dan atau obat serta
penggunaan alkohol.
-

Manifestasi GI: terapi diit,memasukkan suplemen, cairan dan elektrolit.

Manifestasi dermatologi: egg crate atau water matres untuk mengurangi


tekanan;monitor obat untuk mencegah reaksi dermatologi.

Manifestasi respiratori: oksigen, hidrasi, melembabkan udara, bantuan respirasi.

Manifestasi sensori: penglihatan dan pendengaran.


Pembedahan

Manifestasi oral: debredimen periodontitis; eksisi kutil dan lesi KS; radioterapi
dan laser pembedahan untuk KS.

Manifestasi GI: pengangkatan neoplasma dan kutil; drainase abses; debredimen


lesi anorectal.

Manifestasi dermatologi: pembedahan dengan menggunakan elektro dan laser;


eksisi pada lesi, kuretase.

Terapi Obat Antiinfeksi Untuk AIDS


Organisme
Bacteri:
Mycrobacteri
um
Tubercolosis
Mycrobacteri
um
Avium
Intraseluler
Spesis
Salmonela
(Salmonellosis)
Chylamydia
Trachomatis

Sistem tubuh

Agen antiinfeksi (hanya nama generik)

Sum-sum tulang dan Isoniazid, Cycloserine, Ethionamide,


pernapasan
Ethambutol, Clofazamine, Rifabutin.
Sistemik (MAI bukan Rifabutin, Ethambutol, Cycloserine,
tipe TBC)
Ethionamide, Clofazimine.
GI, Bladder, Sistemik

Ampicillin, Amoxillin, Chlo


Rampenicol

GI, Respiratori

Eritromicin,Tetracycline

(Shylamidia)
VIRUS:
Herpes
Simplex (herpes)

Oral,
Genital, Acyclovir
Mucosa rectal, Kulit,
Kon
jungtiva, CNS
Herpes Zoster Perifer nerves dan Acyclovir
(single)
Kulit
CMV Infeksi Retina,GI,CNS dan Gancyvlovir (DPHG)
pernapasan.
HELMINTHS:
Strongyloide
Saluran Intestinal
Thiabendazole, Albendazole
Stercolaris
(Strongylodiasis)
-

Cryptoccocus
Neofarmans
(Cryptoccocis)
Hitoplasma
Capsutalum
(Histoplasmosis)
Candida
Albicans
(Candidiasis)
Protozoa:
Pneumocystis
Carinii (PCP)
-

Toxoplasma
Gondii
(Toxoplasmosis)
Micosporum
Species
(Microporosis)
Giardia
Lamblia
(Giardiasis)
Entamoeba
Histolytica
(Amubiasis)

CNS,
pernapasan, S-Flucytosine dengan Amphotericin B
kulit, sum-sum tulang atau Amphotericin B saja.
Sistemik, Sum-Sum Amphotericin B, Ketoconazole
Tulang, GI, Kulit
GI,
Mulut, Ketoconazde,
Nystatin,
Pernapasan,
Area Cotrimoxazole, Amphotericin B
Ano-Rectal, Genital
Pernapasan

Cotrimoxazole,
Pentamidine,
Trimitrexate,
Leucovorin,
Sulfametoxazole atau Trimethropin
CNS, Nodus Limpa, Pyrimethamine, Sulfametoxazole
Pernapasan
Kulit, GI

Griseofulvin, Antifungal, Topical

GI

Metronidazole, Quinancrine
-

Metronidazole, Iodoquinol

Perawatan Untuk Pasien HIV


Perawatan orang dengan HIV sedikit berbeda dengan orang yang
mengalami masalah kesehatan akut dan kronik lainnya. Orang dengan HIV,

perawatannya harus secara menyeluruh dan mudah untuk menemukan kebutuhan


kompleks dari pasien dengan infeksi HIV.
K.

UPAYA PENCEGAHAN
Upaya pencegahan untuk orang dengan HIV mjenggunakan istilah ABCDE, yaitu:
A= Abstinence
Tidak berhubungan seksual.
B= Be Faithful
Saling setia dengan satu pasangan
C= Condom
Selalu memakai kondom saat berhubungan seksual
D= Diagnosa diri dan Drug
Memeriksakan diri sedini mungkin bila punya resiko
E= Equipment
Menggunakan peralatan yang steril

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN

Riwayat: tes HIV positif atau mungkin terdapat virus, riwayat tingkah laku yang
beresiko tinggi, diagnosa STD, hepatitis B, limpadenophaty yang
menetap, atau penyakit infeksi lain. Laporan penggunaan berbagai
jenis obat meliputi penulisan resep obat, OTC, reaksi dan kekebalan
terhadap obat.

Keadaan Umum: pucat.

Gejala subyektif: demam kronik, dengan atau tanpa kedinginan, keringat di malam
hari, malaise, kelemahan, keletihan yang sangat berat, anoreksia,
kehilangan berat badan, nyeri dan sulit tidur.

Psikososial: nampak cemas, riwayat hilangnya pekerjaan dan jaminan kesehatan,


diasingkan dari orang lain, perubahan situasi kehidupan, dann

perubahan kehidupan lain, mengungkapkan perasaan bersalah, sedih


atau sakit.

Satatus mental: perubahan tingkah laku, mengungkapkan kemarahan dan


keputusasaan, sedih, ide bunuh diri, kelesuan, menarik diri, hilangnya
ketertarikan pada keadaan disekelilingnya, penjualan atau pemberian
hak milik, gangguan proses pikir, gangguan pendapat: berpikir lambat,
hilang ingatan, bingung, gangguan perhatian dan konsentrasi,
gangguan komunikasi, aphasia, sulit menemukan kata-kata, halusinasi,
delusi.

Kepala,mata,telinga,hidung dan tenggorokan:


nyeri periorbital, photopobia, pandangan kabur dan penglihatan ganda,
kehilangan penglihatan total, odema facial, tinitus atau hilangnya
pendengaran, timbul lesi berwarna putih atau merah dalam rongga
mulut, ulser pada bibir atau di dalam mulut, mulut kering, perubahan
suara, dysphagia, kelenjar getah bening yang jelas, epistaksis.

Neurologi:

perubahan

refleks

pupil,

nistagmus,neuoropaty,

vertigo,

ketidaksemimbangan, ataksia, neuromuskular yang tidak terkoordinasi,


sakit kepala yang hebat, serangan yang tiba-tiba, hilangnya kesadaran,
paraplegi, kuadraplegi.

Muskuluskeletal: kerusakan otot, kerusakan fecal motor, kelemahan dan


ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas dan latihan.

Kardiovaskuler: tachicardi b.d demam, hypotensi b.d dehidrasi, HR yang tidak


teratur, dizzines b.d ketidakseimbangan elektrolit, tidak ada nadi
peripheral dan edema peripherial.

Pernapasan:dyspnea, tacipnea, cyanosis, napas pendek, menggunakan asesoris


otot pernapasan, posisi tubuh untuk memfasilitasi pernapasan, batuk
produktif atau non produktif, bunyi jantung jauh atau menurun pada
saat auskultasi.

Pencernaan: menurunnya intake makanan dan minuman, melaporkan adanya


nyeri mulut (penyebab kesulitan makan), anoreksia, nausea, muntah,
penurunan berat badan, diare

inkontinensia, abdomen lunak, kejang

atau kram, hepatomegali, splenomegali, jaundice, bunyi bowel (tidak


ada atau hiperaktif), lesi pada anus, perdarahan rectal.
Genitouri: lesi atau eksudat pada genitalia, pada wanita dilaporkan adanya

nyeri pelvic, penurunan urine output b.d dehidrasi, inkontinensia.


Integumen: melaporkan adanya kekeringan dan pruritus, keringat di malam

hari, rash atau lesi di beberapa bagian tubuh, berwarna merah-violet,


timbul lesi, petechiae, kelenjar getah bening yang jelas, jaundice,
turgor kulit yang jelek b.d dehidrasi, kulit hangat dan basah bila
disentuh, tanda-tanda dari penggunaan obat IV.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Potensial terhadap infeksi b.d imunosupresi, efek kemoterapi atau radiasi, sering
melakukan venipuncture, malnutrisi dan gaya hidup yang beresiko tinggi
Data penunjang : riwayat gaya hidup yang beresiko tinggi, penemuan laboratorium
untuk infeksi HIV dan imunosupresi, melaporkan terjadinya
demam dan keringat di malam hari, penurunan berat badan,
fatique, kulit pucat dan turgor kulit jelek.
2. Potensial terhadap infeksi kontak b.d infeksi HIV, gaya hidup dan adanya
kesempatan infeksi nonoportunistik yang dapat ditransmisi.
Data penunjang : riwayat terpaparnyan HIV, sekresi tubuh, eksresi, atau eksudat
yang mengandung patogen, demam, lympadenopati dan lesi.
3. Gangguan proses berpikir b.d infeksi HIV pada CNS atau patogen lain, penyakit
yang berbahaya, hypokemia, reaksi obat, depresi.
Data penunjang : melaporkan adanya lupa ingatan, lambat dalam berpikir dan
memecahkan masalah, menunjukkan kebingungan, gangguan
berpendapat, disorientasi, perubahan personality, hilangnya
ingatan, delusi dan halusinasi, tanda-tanda meningitis, tandatanda tidak dapat memelihara diri sendiri (contoh: kegagalan
untuk makan, adanya penemuan data laboratorium atau
diagnostik pada infeksi CNS atau penyakit berbahaya.
4. Potensial injuri b.d penyakit CNS, perubahan status mental, kelemahan atau
kerusakan neuromuskular.

Data penunjang : melaporkan adanya lupa ingatan, dugaan yang tidak nyata
terhadap diri, kelemahan, penglihatan yang kurang, gangguan
rasa dan ekstremitas, jatuh, menunjukkan adanya gangguan
keseimbangan gaya berjalan dan kekuatan otot, kebingungan
dan memiliki seizur.
5. Potensial keracunan b.d efek toxic dari terapi pengobatan.
Data penunjang : ketergantungan obat, pusing, gangguan sensori,

hipertensi,

rash, edema, gugurnya rambut, gangguan jiwa, sedasi,


hilangnya kesadaran.
6. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, gangguan CNS, dan neurologic, malnutrisi,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, kelelahan,

gangguan pertukaran

oksigen.
Data penunjang : melaporkan adanya kelelahan, kelemahan, napas

pendek dan

tumor, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas dan latihan,


atropi otot, paralisis pada tungkai dan lengan, dyspnea dan
tachicardi, inkoordinasi psikomotor.
7. Ganguan persepsi sensori (penglihatan, pendengaran dan kinestik) b.d retinitis
CMW, infeksi otik dan kerusakan CNS oleh HIV.
Data penunjang : melaporkan photopobia, kehilangan penglihatan, gangguan
pendengaran, ataxia, apraksia.
8. Gangguan komunikasi verbal b.d penyakit CNS.
Data penunjang : menunjukkan ketidakmampuan mengenal atau mengerti tulisan
atau pembicaraan sulit, sulit mengucapkan kata-kata, tidak
dapat mengingat anggota keluarga.
9. Nyeri kronik b.d penyakit neurologik, tekanan lesi KS pada syaraf dan
lympadhenopati.
Data penunjang : melaporkan nyeri terbakar pada ekstremitas, nyeri kepala hebat
atau terasa lunak pada daerah kelenjar getah bening yang luas.
10. Gangguan pola tidur b.d kecemasan, keringat pada malam hari, kedinginan dan
jadwal pengobatan.

Data penunjang : melaporkan adanya kesulitan tidur, perubahan pola tidur dan
kelelahan setiap hari.
11. Isolasi sosial b.d ketakutan orang lain terhadap AIDS, penolakan keluarga, cacat
di mata masyarakat, penarikan diri pasien dari orang-orang dan aktivitas.
Data penunjang : melaporkan hilangnya pekerjaan, tinggal seorang diri, tingkah
laku pendiam, tidak ada pengunjung di RS, mengekspresikan
kesepian.
12. Kurang perawatan diri dalam semua aktivitas dan latihan b.d kondisi yang buruk,
dyspnea, perubahan mental, gangguan neurolgik, depresi, kemiskinan.
Data penunjang : cepat lelah dalam perawatan diri, beristirahat di tempat tidur,
menurunnya partisipasi dalam melakukan aktivitas perawatan
diri
13. Gangguan pengelolaan biaya hidup di rumah b.d intoleransi aktivitas, tidak
adekuatnya keuangan, kurangnya pengetahuan tentang sumber pertolongan.
Data penunjang : melaporkan tinggal sendirian dengan keadaan terbatas dan tanpa
pertolongan,

keuangan

yang

terbatas,

melaporkan

dan

menunjukkan ketidakmampuan dalam perawatan diri.


14. Kecemasan b.d diagnosis; takut terhadap pengobatan, hospitalisasi, nyeri,
kematian, kehilangan yang dihubungkan dengan diagnosa HIV.
Data penunjang : mengekspresikan ketidakberdayaan, marah, menyesal, takut,
menyangkal, menunjukkan kegelisahan, agitasi, tidak dapat
tidur.
15. Tidak berdaya b.d kurangnya prognosis penyakit dan merasa hilangnya kontrol
pada hal penyakit dan keputusan perawatan kesehatan.
Data penunjang : mengungkapkan tidak dapat mengontrol kehidupan, pengobatan
yang akan datang, ekspresi marah, apatis /pasif,meningkatnya
ketergantungan

pada

orang

lain,

menunjukkan

tidak

terpenuhinya aturan hidup dalam pengobatan.


16. Sedih atau putus asa b.d banyaknya kehilangan (kesehatan), kecantikan, pekerjaan
, jaminan, hubungan baik dengan anggota keluarga, hilangnya masa depan diri.

Data penunjang : perasaan depresi, kurangnya komunikasi, meningkatnya


kegiatan

istirahat di atas tempat tidur, menjual atau

memberikan

semua

hak

miliknya,

menunjukkan

kemarahan/ekspresi marah, dukacita, gagasan bunuh diri,


menunjukkan tidak terurusnya diri sendiri.
17. Gangguan pertukaran gas b.d infeksi pulmonal atau penyakit lainnya.
Data penunjang : melaporkan adanya napas pendek, batuk produktif atau
nonproduktif, fatique, dyspnea, tachypnea, menggunakan otot
asesoris pernapasan, bunyi napas menurun, cianosis, penemuan
laboratorium dan radiographi pada penyakit pernapasan.
18. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d menurunnya intake.
Data penunjang : melaporkan tidak dapat makan, penurunan napsu makan,
muntah, diare, kehilangan berat badan >20 % dari normal,
pucat, abdomen lunak, pembesaran hati atau limpa, penemuan
laboratorium ada indikasi anemia, parasit intestinal atau
penyakit lain.
19. Diare b.d infeksi saluran GI atau penyakit lain, kemoterapi, radiasi atau reaksi
obat-obatan.
Data penunjang : naik hingga 20 cairan strool tiap hari, abdomen yang lunak,
bunyi bowel hiperaktif, penemuan laboratorium dan diagnostik
menunjukkan indikasi infeksi intestinal atau penyakit lain.
20. Kurang volume cairan b.d nausea, vomiting, diare, demam dan diaporesis.
Data penunjang : melaporkan adanya vomiting, diare, demam, menurunnya intake
cairan, hilangnya berat badan, mulut kering, pusing dan
diaporesis, turgor kulit menurun, hypotensi, oliguri, anuri,
penemuan laboratorium terhadap keseimbangan cairan dan
elektrolit.
21. Hipertermi b.d infeksi.
Data penunjang : penyimpangan temperature, panas, kulit merah, tachicardi,
diaporesis.

22. Kerusakan integritas kulit b.d infeksi kulit, lesi KS, malnutrisi, imobilisasi,
inkontinensia, terapi radiasi.
Data penunjang : melaporkan adanya gatal, panas, rash, lesi atau dekubitus pada
beberapa bagian tubuh, gangguan pada genital atau daerah
perianal, edema ekstremitas.
23. Kerusakan membran mukosa b.d infeksi oral, faringeal atau esofagus, malnutrisi.
Data penunjang : melaporkan adanya rasa sakit pada mulut atau kerongkongan,
dysphagia, perubahan rasa, inflamasi, atau lesi pada mukosa
oral dan pharingeal, perdarahan gusi atau hidung.
24. Gangguan pola seksual b.d takut terjadinya transmisi HIV, gangguan aktivitas
sosial, terputusnya hubungan baik, aktivitas intoleransi.
Data penunjang : melaporkan adanya perubahan gaya hidup dan aktivitas sosial,
hilangnya orang yang berarti.
25. Tidak efektifnya koping individu b.d kecemasan tentang kasih sayang pada satu
kondisi, takut infeksi, lamanya disfungsional hubungan baik, tuntutan perawatan
pasien.
Data

penunjang:

keluarga

menunjukkan

bermusuhan,

tidak

tingkah

laku

mengunjungi

kecemasan
pasien,

atau
pasien

mengekspresikan mengenai bagaiman koping keluiarga, pasien


dirawat oleh keluarga di rumah.
3. PERENCANAAN
Goal:
1.

Pasien akan bebas dari infeksi dan komplikasinya.

2.

Infeksi HIV tidak dapat ditransmisikan melalui kontak pasien, pemeliharaan


kesehatan para pekerja diamati penyebab cairan tubuh dan darah, pasien
mengamati cara-cara untuk mencegah transmisi HIV atau patogen lain.

3.

Pengaruh gangguan proses pikir dalam kehidupan pasien akan dikurangi.

4.

Pasien tidak akan mempunyai pengalaman injuri karena kecelakaan atau jatuh.

5.

Dapat dicegahnya interaksi obat atau reaksi alergi dapat dihindari, pasien akan
menyediakan sendiri obat-obatan sesuai yang ditentukan atau diinstruksikan.

6.

Pasien akan berpartisipasi dalam aktivitas yang menggunakan energi sesuai


kemampuannya, akan bebas dari dyspnea dan tachicardi selama aktivitas.

7.

Pasien tidak akan bingung atau takut oleh stimulus lingkungan,injuri tidak
diakibatkan karena gangguan penglihatan,pendengaran atau rasa kinesthetie.

8.

Komunikasi dengan pasien akan ditingkatkan, pasien mengkomunikasikan


kebutuhan melalui metode tanpa suara/berbicara jika dibutuhkan.

9.

Pasien akan memperoleh keringanan dari rasa nyeri

10.

Pasien akan memperoleh istirahat dam waktu tidur yang cukup.

11.

Pasien akan memelihara hubungan baik dengan orang yang penting baginya
atau menyesuaikan diri terhadap perubahan hubungan kekerabatan, pasien akan
diperkenalkan pada sumber suport sosial lainnya.

12.

Pasien akan memiliki kebutuhan untuk bertemu setiap hari dengan yang lain
selama episode penyakit akut dan akan berpartisipasi dalam perawatan diri sesuai
toleransi.

13.

Pasien dan orang penting lainnya akan mengetahui tentang sumber komunitas
dan pelayanan untuk memfasilitasi manajemen di rumah.

14.

Pasien akan mengungkapkan kecemasan.

15.

Pasien akan mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat dikontrolnya dan


membuat informasi tentang dirinya, hukum dan kebutuhan perawatan kesehatan,
pasien akan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan yang berhubungan
deengan pengobatannya.

16.

Pasien akan mulai menunjukkan kemajuan dari proses kesedihan.

17.

Pasien akan menunjukkan pola pernapasan yang normal, tingkat gas darah dan
oksigenasi seluler, pasien akan menunjukkan kemampuan pemenuhan atau
pemberian oksigen sendiri, pasien akan menunjukkan keringanan gejala dyspnea
dan kekurangan udara.

18.

Pasien dapat mempertahankan intake kalori dan protein yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan metabolik, berat badan akan stabil atau meningkat seperti
pada keadaan sebelumnya.

19.

Pasien akan memperoleh tingkat kenyamanan yang maksimum dan


mengontrol diare, komplikasi diare akan dikurangi.

20.

Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan.

21.

Temperature tubuh akan dipertahankan pada keadaan yang normal,


kenyamanan dan keamanan dapat dipertahankan untuk pasien yang mengalami
demam.

22.

Pasien akan bebas dari lesi kulit, kerusakan kulit lebih lanjut dapat dicegah.

23.

Kerusakan mukosa membran dapat dikurangi, pasien akan menunjukkan


kenyamanan oral.

24.

Pasien atau pasangan akan memberikan suport dan konseling untuk


kemungkinan dimulainya lagi aktivitas seksual atau alternatif kepuasan seksual.

25.

Keluarga akan kuat dan mempertahankan mutu sistem support dan beradaptasi
terhadap tuntutan perubahan pasien.

D. IMPLEMENTASI
DX I : Potensial infeksi
Monitor adanya tanda-tanda baru infeksi
R/ untuk pengobatan dini
Gunakan teknik aseptik
R/ menghindarkan pasien dari patogen yang diperoleh selama di rumah sakit
Instruksikan pasien dalam menggunakan metode untuk menghindari patogen
lingkungan
R/ mencegah penambahan infeksi utama atau pokok
Dapatkan spesimen untuk analisis laboratorium sesuai petunjuk
R/ menjamin diagnosis dan pengobatan yang akurat
Berikan anti infeksi sesuai petunjuk
R/ mempertahankan level darah terapeutik terhadap obat
DX II : Potensial infeksi kontak

Instruksikan pasien atau orang penting lainnya cara-cara untuk mencegah


transmisi HIV atau patogen lainnya
R/ pasien ingin dan membutuhkan informasi ini

Gunakan tindakan pencegahan terhadap darah dan cairan tubuh bila merawat
pasien.Gunakan barier atau penghalang lain seperti masker atau sesuai
kebutuhan

R/ meskipun resiko transmisi HIV ke para petugas kesehatan sangat kecil,


tetapi nyata. Resiko terbesarnya hepatitis B atau TB yang lebih luas.
DX III : Gangguan proses berpikir

Kaji status mental dan proses neurologik


R/ untuk menentukan data dasar

Monitor infeksi, keseimbangan elektrolit, interaksi obat, depresi, hipoksemia,


pemberian terapi sesuai anjuran
R/ Kondisi ini dapat diobati

Atur lingkungan, pertahankan kenyamanan dan stimulus keluarga


R/ untuk meminimalkan disorientasi stimulus

Dorong pasien untuk memiliki obyek dekat yang dikenal. Orientsikan pasien
terhadap kejadian-kejadian baru dilingkungan. Sediakan petunjuk untuk
orientasi (jam, kalender).
R/ mengingat kembali, menolong memori dan orientasi

Dorong pasien untuk latihan pegangan dalam langkah-langkah tambahan,


berbicara pelan dan sederhana, instruksi yang pendek.
R/ memerlukan sedikit penggunaan memori

Bantu pasien untuk memperoleh kekuatan pada pengacara.


R/ untuk berpegang pada hukum dan perkara keuangan

DX IV: Potensial injuri

Atur lingkungan demi keamanan pasien (misalnya menyediakan palang


keamanan, penerangan yang cukup dan hindari kekaacauan), instruksikan
pasien atau orang penting lainnya ntuk

berada di rumah yang aman,

nasehatkan paisen tentang mengendarai kendaraan, berikan pilihan atau


alternatif transportasi, awasi keadaan pasien yang disorientasi, menganjurkan
tindakan pencegahan terhadap seizure untuk pasien yang mengalami seizure,
awasi pasien apabila ia merokok, simpan atau jauhkan barang-barang dari
jangkauan pasien, anjurkan pasien untuk meminta pertolongan bila ia hendak
bangun dari tempat tidur atau ambulasi.
R/ untuk menegah kecelakaan dari injuri.

Lakukan evaluasi terapi fisik.


R/ therapi fisik akan dikonsultasikan dengan pasien tentang bantuan
lingkungan untuk membantu mobilitas.

DX V: Potensial keracunan

Instruksikan pasien atau orang lain untuk berobat sesuai petunjuk: dosis, rute
pemberian, jadwal pemberian, efek samping dan reaksi tak menguntungkan
dan kondisi tak memungkinkan obat itu diteruskan, dan memanggil seorang
dokter. Pastikan pasien memperhatikan daftar medikasi dan waktu
pemberiannya.
R/ pasien dengan HIV sering kali mendapat pengobatan yang dapat
meningkatkan resiko reaksi obat; pasien dengan memori yang hilang
merupakan resiko besar terjadi medikasi yang salah.

Anjurkan mempertahankan jalur IV line untuk pasien yang menerima terapi IV


di rumah.
R/ untuk mencegah komplikasi.

DX VI: Intoleransi aktivitas

Monitor respon fisiologi terhadap aktifitas.


R/ kemampuan berubah dari hari ke hari.

Atur lingkungan untuk mengembalikan energi pasien, instruksikan ukuran atau


standar yang digunakan untuk mengembalikan energi energi dan juga
perlindungan dari injuri (seperti bantuan ambulasi, grab bar).
R/ untuk mengurangi tuntutan energi.

Berikan perawatan kepada pasien yang tidak dapat merawat diri nya sendiri.
R/ berkurangnya tenaga kadang-kadang berhubungan dengan kemampuan
pasien dalam melakukan aktivitas dan latihan.

Atur asuhan keperawatan untuk menyediakan waktu istirahat yang cukup atau
tidak henti-henti.
R/ istirahat ekstra dibutuhkan kaarena adanya peningkatan kebutuhan
metabolik.

Bantu pasien untuk mengatur jadwal yang dapat menjaga keseimbangan antara
aktivitas dengan waktu istirahat yang cukup.

R/ kualitas hidup pasien dapat diperbaiki jika pasien dapat melakukan


aktivitas.
DX VII: Gangguan persepsi sensori ( penglihatan, pandengaran, dan

kinestik)

Kaji jumlah kerusakan sensori.


R/ untuk menentukan data dasar keperawatan.

Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dorong orang penting lainnya untuk


tinggal dengan pasien.
R/ untuk menurunkan ketakutan dan kecemasan.

Sering berbicara dan menyentuh pasien.


R/ memberikan stimulasi sensori.

DX VIII: Gangguan komunikasi verbal

Kaji kemampuan verbal pasien


R/ untuk menentukan data dasar keperawatan.

Berikan metode alternatif komunikasi (seperti papan gambar)


R/ memberikan arti pada pasien akan kebutuhan komunikasi.

DX IX: Nyeri kronik

Kaji tingkat nyeri pasien dan anjurkan pasien untuk menggambarkan nyerinya.
R/ menentukan data dasar untuk intervensi terhadap nyeri yang dialami pasien.

Lakukan tindakan paliatif (seperti relaksasi, backrubs). Instruksikan pasien


dalam terapi alternatif (seperti guided imagery, relaksasi, affirmasi). Berikan
aktivitas distraksi.
R/ pemberian teknik relaksasi dan mengontrol nyeri yang berlebihan.

Berikan angelsik sesuai petunjuk.


R/ mencegah timbulnya nyeri.

DX X: Gangguan pola tidur

Kaji pola tidur, bantu pasien dalam mengatur waktu tidur.


R/ merecanakan perawatan dasar pada kebutuhan pasien.

Pertahankan ketenangan, lingkungan yang aman, jadwal perawatan pasien


untuk menghindari gangguan tidur, berikan medikasi sesuai petunjuk.
R/ mnendorong tidur yang terus menerus.

DX XI: Isolasi sosial

Memperkenalkan hubungan kekerabatan yang penting dalam hidup pasien.


Melibatkan

orang-orang

ini

dalam

perawatan

pasien,

jika

pasien

meminta.Menganjurkan adanya kunjungan dan telepon.


R/ menganjurkan interaksi lingkungan dalam perawatan kesehatan mungkin
menstimulasi interaksi yang berlanjut di rumah.

Berbicara dengan pasien sesering mungkin, hindari pemakaian masker bila


tidak ada resiko.
R/ masker biasanya tidak dibutuhkan dan diperlukan sebagai barier dalam
komunikasi.

Instruksikan pasien dan orang penting lainnya tentang transmisi.


R/ memberikan jaminan bahwa HIV tidak ditransmisikan begitu saja.

Berikan kelompok support dan sumber AIDS komunitas.


R/ untuk meningkatkan kontak dengan masyarakat.

DX XII : Kurang perawatan diri dalam semua aktivitas dan latihan

Kaji kebutuhan pasien akan pertolongan dalam aktivitas dan latihan.Berikan


pertolongan aktivitas yang tidak dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri.
R/ kebutuhan pasien berubah seiring dengan perubahan kondisi pasien.

Berikan pasien terapi okupasional untuk membantu pekerjaan di rumah.


R/ memungkinkan pasien dalam melakukan aktivitas dan latihan sendiri, yang
mana hal ini akan meningkatkan respek terhadap dirinya.

Ajarkan orang penting lainnya untuk membantu aktivitas dan latihan pasien.
R/ perawatan dapat dipertahankan di rumah.

DX XIII : Gangguan pengelolaan biaya hidup di rumah

Kaj tersedianya seseorang di rumah untuk menolong pasien dalam berbelanja,


menyiapkan makanan, melakukan pekerjaan rumah tangga dan transportasi.
Kaji pendapatan yang cukup untuk mendukung kehidupan.
R/ keadaan pasien menghambat kemampuannya untuk mempertahankan
keamanan dan kenyamanan di rumah.

Tunjukkan pasien/keluarga/orang penting lainnya terhadap sumber komunitas


sebagai bantuan.

R/ pelayanan yang terorganisir dalam komunitas yang terbesar membantu


orang dengan HIV, pendapatan yang rendah, atau kebutuhan spesifik.
DX XIV : Kecemasan

Kaji kemampuan koping pasien. Perhatikan tanda-tanda koping yang tidak


efektif.
R/ dapat digunakan sebagai pertahanan (seperti : denial).

Berikan informasi yang akurat dan konsisten tentang kondisi dan pengobatan.
R/ untuk mengurangi ketakutan karena ketidaktahuan.

Memperbolehkan pasien untuk mengungkapkan ketakutan dan kemarahan.


Yakinkan pasien bahwa perasaannya normal.
R/ marah merupakan reaksi yang alamiah, ,mengekspresikannya membantu
untuk mengontrolnya.

Ciptakan lingkungan yang tenang dan tidak mengancam.


R/ mengurangi stimulus yang mengakibatkan timbulnya kecemasan.

Menganjurkan interaksi dengan suport sistem.


R/ mengurangi perasaan isolasi.

Anjurkan pasien untuk konseling mental.


R/ untuk intervensi jika kecemasan menjadi disfungsional.

DX XVII : Gangguan pertukaran gas

Monitor pola napas dan bunyi napas.


R/ mendeteksi adanya komplikasi pernapasan.

Atur posisi pasien untuik meningkatkan jalan napas dan memfasilitasi batuk,
anjurkan penggunaan teknik relaksasi dan pernapasan melalui bibir.
R/ meningkatkan ekspansi paru.

Berikan fisioterapi dada, suction bila diperlukan.


R/ membantu pengeluaran sekret.

Berikan oksigen.
R/ mengurangi resiko hipoksemia.

Berikan perawatan sebelum prosedur dan ajarkan untuk menjalani


bronkoskopi.
R/ mengurangi kecemasan.

DX XVIII : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Monitor daya kunyah dan menelan pasien.


R/ berkurangnya intake sering kali

berhubungan dengan oral dan

kerongkongan.

Monitor berat badan, intake dan output.


R/ menentukan data dasar.

Kaji ketersediaan makanan di rumah dan seseorang yang menyediakannya.


R/ kehilangan pekerjaan dan penghasilan dapat menjadi masalah.

Hindari stimulus yang berbahaya, seperti bau busuk atau pemandangan yang
tidak menyenangkan.
R/ dapat merangsang refleks muntah.

Berikan antiemetik sesuai dengan anjuran.


R/ mengurangi muntah.

Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting lainnya.


R/ menjamin makanan akan disenangi oleh pasien.

Konsul ke ahli diet.


R/ untuk menambah kebutuhan nutrisi pasien.

Pertahankan pemberian makanan lewat pipa NGT.


R/ untuk pasien yang tidak dapat menelan.

DX XIX : Diare

Kaji frekuensi dan konsistensi feces dan adanya darah.


R/ untuk menentukan data dasar.

Auskultasi bunyi bowel.


R/ hipermotilitas umumnya terjadi pada diare.

Berikan agen antimobiliti dan psyllium (metamucil) sesuai petunjuk.


R/ memperlambat motilitas intestinal, psyllium beraksi menyerap cairan dan
membentuk lebih banyak masa padat.

Kaji daerah perianal, bersihkan setelah BAB, berikan obat salep vaselin atau
zinc oksida, A dan D ointment.
R/ mengurangi rasa terbakar di kulit dan mnegurangi ketidaknyamanan, obat
salep berguna untuk menjaga kelembaban kulit.

DX XX : Kurang volume cairan

Monitor tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit jelek, hipotensi, tachicardi,


oliguria).
R/ kekurangan volume cairan adalah komplikasi umum dan dapat diperiksa.

Monitor intake dan output, berat badan.


R/ menentukan data dasar.

Anjurkan intake cairan per oral.


R/ mengimbangi peningkatan output.

Berikan terapi IV dan elektrolit sesuai anjuran.


R/ untuk pasien yang tidak dapat mengkonsumsi cairan lewat oral.

DX XXII : Kerusakan integritas kulit

Monitor status kulit dan lesi setiap hari.


R/ menentukan data dasar.

Bantu pasien menjaga kulit tetap bersih dan kering, gunakan lotion pelembab,
rawat atau bersihkan daerah peroral sesuai anjuran di atas.
R/ mencegah kerusakan kulit.

Tukar alat tenun bila kotor, mereposisi pasien sesering mungkin.


R/ mengurangi tekanan pada kulit untuk mencegah luka tekan.

Tutup daerah terbuka dengan pakaian kering dan steril.


R/ mencegah masuknya bakteri.

Lakukan perawatan luka, tekan sesuai petunjuk.


R/ mencegah kerusakan lebih lanjut, dapat menjadi tidak mungkin untuk
menyembuhkannya.

Elevasikan ekstremitas yang edema, elevasikan kepala dari tempat tidur jika
wajah bengkak, gunakan kain yang dingin pada wajah.
R/ membantu menghalangi dareah mengalir dengan lesi KS.

DX XXIII : Kerusakan membran mukosa

Monitor rongga mulut, tenggorokan dan bibir.


R/ mengidentifikasi adanya kenyamanan.

Hubungi dokter gigi.


R/ untuk perawatan pariodontitis.

Anjurkan dan ajarkan oral hygiene (gunakan sikat gigi yang lembut, pasta gigi
yang tidak menyebabkan iritasi, penggunaan pencuci mulut), anjurkan agar
mencuci mulut sesering mungkin dengan menggunakan saline dan cairan
hidngen perioxide, sediakan pemulas bibir.
R/ mencegah penyebaran lesi dan meningkatkan kenyamanan.

Beri anti infeksi sesuai instruksi.


R/ mengontrol infeksi dalam mulut.

Nasihatkan pasien agar menghindari makanan yang mengandung garam ,


pedas dan suhu yang panas.
R/ untuk mencegah iritasi.

Anjurkan intake cairan kurang dari 2500 ml.


R/ mempertahankan cairan mukosa membran.

DX XXIV : Gangguan pola seksual

Kaji pasien dan pasangannya tentang aktivitas seksual, beri informasi yang
lengkap tentang transmisi HIV dan praktek seksual yang aman dan tidak aman.
R/ mengurangi resiko transmisi HIV yang lebih lanjut dan mengurangi
perubahan STDs yang dipakai dimana dapat melemahkan sistem imun.

Berikan support atau nasehat.


R/ untuk memperoleh bantuan jangka panjang dengan menyesuaikan diri dari
pengaruh HIV dalam hubungan seksual .

Beri support pada pasangan pasien.


R/ patner biasanya bingung dan hal ini memperburuk keadaan pasien.

DX XXV:Tidak efektifnya koping individu

Menetapkan hubungan dengan keluarga atau orang penting lainnya, koping


mereka terhadap sakit dan perawatan pasien.

R/ untuk memulai hubungan baik perawat dan keluarga dalam bekerja sama.

Ijinkan pasien mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata (marah, menarik


diri, kesalahan).
R/ mereka tidak memiliki orang lain dimana mereka dapat berbicara secara
bebas.

Membentuk kelompok keluarga yang memberi suport.


R/ keluarga penting untuk interaksi dengan orang lain dalam situasi yang
serupa.

Ajarkan keluarga tentang penyakit dan transmisi.


R/ mengurangi kecemasan tentang transmisi dengan kontak yang secara
kebetulan.

Instruksikan tentang perawatan di rumah; berikan perawatan atau pertolongan


sesuai kebutuhan pasien.
R/ memungkinkan keluarga memberikan perawatan tanpa stres yang
berkelebihan.

5. EVALUASI
1. Pasien bebas dari infeksi dan komplikasinya.
Data : tidak terdapat tanda-tanda awal infeksi, penemuan laboratorium
menunjukkan tidak adanya infeksi;temperatur nadi dan pernapasan normal, tidak
ada lesi atau eksudat.
2. Infeksi HIV tidak ditransmisikan petugas kesehatan memperlihatkan pencegahan
darah dan cairan tubuh..
Data : Pasien dapat berpatisipasi dalam melakukan ADL tanpa frustasi
3. Efek yang merubah pikiran terhadap proses kehidupan pasien dapat di perkecil.
Data : Pasien mampu berpartisipasi dalam ADL tanpa frustasi; membantu dirinya
sendiri dan orang lain.
4. Pasien tidak mengalami kejadian injuri atau jatuh.
Data: Pasien diperlihatkan secara ketat, tidak jauh / mengalami injuri;
menggunakan bantuan alat pengaman, lingkungan rumah bebas dari halangan
yang dapat menyebabkan injuri; melarang pasien mengendarai mobil sendiri.

5. Interaksi obat/ reaksi alergi dihindari; pasien dapat mengatur obat sendiri sesuai
aturan.
Data : Pasien menyelesaikan semua jadwal pengobatan yang ditentukan. Jika ada
reaksi yang tidak diinginkan pasien tidak melanjutkan pengobatan dan
menghubungi dokter. Pasien memberitahukan pada pelaksana perawatan
kesehatan tentang semua obat yang diminumnya.
6. Pasien berpatisipasi dalam aktivitas yang butuh banyak energi; bebas dari dyspnea,
dan tachicardi selama aktivitas.
Data

Lingkungan

dimodifikasikan

untuk

memungkinkan

pasien

memodifikasikan tingkat aktifitasnya; pasien menggunakan metode menghemat


energi; pasien beristirahat diantara aktivitasnya.
7. Pasien tidak bingung atau takut dengan stimulasi lingkungan; tidak terdapat injuri.
Data : Pasien berorientasi terhadap lingkungan, tidak menunjukan rasa takut pada
ransangan, tidak terjadi injuri.
8. Komunikasi pasien ditingkatkan.
Data : pasien beristirahat dengan nyaman, dalam pertemuan terjadi komunikasi
tanpa ekspresi frustasi.
9. Rasa nyeri pasien berkurang.
Data : pasien tertidur, istirahat dan melakukan ADL tanpa gangguan atau tidak
menunjukkan nyeri.
10. Pasien dapat beristirahat dan tidur dengan baik.
Data : Pasien dapat menggambarkan waktu istirahat (tidur 7-9 jam per hari dan
dapat energi sesudah bangun).
11.Pasien mempertahankan hubungan yang berarti atau berdaptasi terhadap
perubahan hubungan.
Data : Pasien dikunjungi, dapat mengidentifikasi dengan siapa yang terakhir;
nama orang yang bisa dihubungi jika memerlukan bantuan.
12.Kebutuhan pertemuan sehari-hari pasien dengan orang lain dan berpartisipasi
dalam perwatan diri sesuai toleransi.
Data : Pasien ikut serta dalam ADL dengan asisten dan dengan bantuan peralatan;
pasien berjalan, mandi, berganti pakaian, ke toilet dengan perawat.

13.Pasien dan orang lain yang berarti mengetahui tentang sumber-sumber pelayanan
masyarakat.
Data :Pasien menggambarkan pelayanan yang dapat menyediakan bantuan dan
bagaimana mengatur pertolongan dirumah, pasien membuat rencana yang
komplit/lengkap tentang situasi tempat tinggal yang baik.
14.Pasien menyatakan kecemasan dan ketakutan; memakai strategi koping diri
terhadap kecemasan.
Data : Pasien menunjukkan penurunan kecemasan terhadap hospitalisasi,
mengatakan pengertian tentang kondisi dan perawatan pasien menunjukkan
metode mengatasi kecemasan dengan jalan yang prduktif.
15.Pasien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat dikontrolnya dengan membuat
keputusan tengtang dirinya, aturan dan kebutuhan perawatan kesehatannya.
Data : Pasien berpartisipasi secara aktif dalam keputusan perawat; bertanya
tentang terapi; menyatakan langkah-langkah yang dapat di ambilnya untuk
mempertahankan status kesehatannya dan memperbaiki kualitas hidup sehari
harinya.
16. Pasien mulai menunjukkan kemajuan setelah proses kesediaan.
Data

pasien

mengekspresikan

kesedihan

dan

menggambarkan

arti

kehilangannya; berpartisipasi dalam perencanaan yang akan datang.


17. Pasien menunjukkan pola replikasi normal, jumlah gas darah, oksigenasi seluler;
pasien menunjukkan kemampuannya dalam pemberian oksigen.
Data : pasien bebas dyspnea, batuk, cianosis, bunyi broncovesikuler didengar
pada paru-paru; nilai CO2, PO2 dan PCO2 normal; pasien melakukan aktivitas
tanpa adanya napas pendek.
18. Pasien memiliki intake kalori dan protein yang adekuat untuk kebutuhan
metabolik.
Data : nausea dan vomiting dapat dikontrol; pasien makan makanan yang
mengandung tinggi kalori dan protein; serum albumin dan protein berada pada
nilai normal; berat badan mendekati nilai normal atau ideal.
19. Pasien mengekspresikan kenyamanan dan pengontrolan diare; komplikasi
diperkecil.

Data : abdomen lembek, feces lembek, warna normal dan menunjukkan


frekuensi yang normal, rasa kram pasien menjadi ringan atau berkurang; daerah
perianal bebas dari kelunakan.
20. Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan.
Data: intake cairan sama dengan output, turgor kulit normal, membran mukosa
lembab; urine khusus normal, serum sodium dan albumin normal.
21. Suhu tubuh dipertahankan dalam batas normal; kenyamanan dan keamanan
dipertahankan.
Data: suhu dalam batas normal; tidak dingin, kemerahan atau keringat, alat
tenun kering; pasien bebas dari sakit kepala dan malaise.
22. Pasien bebas dari lesi kulit (lesi dapat dicegah atau diobati).
Data : Pasien bebas dari kulit dekubitus dan kerusakan kulit yang lain atau
infeksi yang disebabkan karena kondisi pasien yang lemah.
23. Kerusakan membran mukosa diperkecil; pasien menunjukkan kenyamanan
mulut.
Data : Mukosa membran lembab, warna alamiah dan tanpa

perdarahan atau

lesi, mulut bersih dan bebas dari sisa makanan dan eksudat; lesi, jika ada harus
diobati.
24. Pasien atau pasangannya diberikan suport dan konsul untuk memulai aktivitas
seksual yang aman dan atau alternatif untuk mencapai kepuasan seks.
Data : Pasien/pasangannya menggambarkan metode seksual yang aman,
mengungkapkan maksud untuk mengikuti konseling sesuai kebutuhan.
25. Keluarga atau orang yang berarti kuat dan mempertahankan mutu suport, sistem
dan adaptasi pada perubahan tuntutan mereka.
Data : Pasien dan keluarga berinteraksi dengan jalan yang konstruksi; keluarga
memberi suport tanpa menyangkal kekuatan pasien dalam pembuatan keputusan
yang berlebihan, keluarga memiliki informasi rentang bantuan yang didapat
dengan perawatan di rumah jika dibutuhkan.
PENDIDIKAN KESEHATAN
Sebelum test:

Orang yang akan ditest secara sukarela adalah seorang yang menyalahgunakan obat
IV, laki-laki / wanita pekerja seks, wanita biseks / menggunakan obat narkotik / IV,
orang yang menerima transfusi darah di USA antara tahun 1978 dan 1995, seorang
yang merasa dirinya berisiko.
Diagnosa tambahan : Orang yang berencana menikah, tuntutan institusi, orang yang
sedang dalam evaluasi medis dan pengobatan pada penyakit infeksi, orang yang
bekerja di rumah sakit.
1. Diskusikan alasan pasien ingin di test.
2. Pastikan pasien yang hasil test ELISA positif , mereka akan mengikuti test
berikutnya.
3. Kaji hal-hal yang mempengaruhi hasil test : gaya hidup pasien,tingkah laku yang
beresiko,status psikologi.
4. Tentukan jika pasien punya suport sistem.
5. Diskusikan bagaimana rencana pasien menggunakan waktu menunggu sampai
hasil bisa didapat.
6. Anjurkan pasien untuk kembali mengambil hasil test (tidak diberikan lewat
telepon).
7. Ajarkan pasien bertingkah laku untuk mencegah penularan,walaupun hasil test
negatif.

Resiko dapat dicegah dengan : menolak obat-obat (narkotik) IV, hindari


hubungan seks lewat vagina, anus atau oral dan cara pertukaran sekresi tubuh
yang lain.

Resiko dapat diperkecil dengan :


-

Mempertahankan hubungan seks monogami dengan satu orang saja).

Gunakan kondom latex deengan 5% non-oxynol-9 sejak awal hingga akhir


hubungan seks.

Hindari pertukaran cairan tubuh (semen, sekret vagina, darah) selama


hubungan seks.

Gunakan jarum suntik sendiri untuk pengobatan.

8. Siapkan informasi pada program bagi pengguna alkohol dan obat-obatan.

9. Informasikan pada pasien untuk melaporkan pada dinas kesehatan jika hasil
positif.
Sesudah test :
Hasil test positif tidak berarti AIDS tapi diindikasikan 30%-50% akan menjadi AIDS
dalam waktu 7 tahun setelah infeksi. Tapi jika waktu infeksi tidak diketahui, pasien
harus memperhatikan segala yang muncul sewaktu-waktu.
1. Beritahu pasien bahwa virus dapat ditularkan dalam semua fase infeksi. Ulangi
informasi untuk mengurangi resiko penularan masa pretest. Dalam hal ini pasien
berhati-hati untuk menghindari pertukaran barang pribadi yang terkontaminasi
dengan darah seperti pisau cukur atau sikat gigi; hindari mendonor darah, jaringan
atau sperma.
2. Anjurkan pasien untuk memberitahukan pada pasangan seksualnya.
3. Anjurkan pada wanita untuk menghindari kehamilan dan menyusui.
4. Beri informasi tentang konseling tambahan dan pelayanan suport masyarakat.
5. Anjukan pasien menginformasikan kasus HIV pada dokter umum atau dokter gigi
ketika perawatan.
6. Orang dengan hasil test positif kelihatan seperti tidak dengar apa-apa setelah
mengetahui hasil test. Jadwalnya untuk kunjungan berikut sebagai konsult
lanjutan untuk mempentahankan sistem imun dan memperbaiki status kesehatan.
Konsult lanjutan:
1. Beritahukan pasien tentang tanda-tanda dan gejala HIV yang b.d
2.

Dorong pasien

untuk

penyakitnya.

melihat catatan harian dari penyakit, perawatan dan

pengobatan.
3. Anjurkan pasien untuk menjalani perawatan medis secara teratur dan pengobatan
awal terhadap semua penyakit yang berhubungan dengan HIV.
4. Ingatkan pasien tentang tanggal imunisasinya.
5. Ulangi prinsip dasar untuk mempertahankan status kesehatan seperti diet, olahraga,
istirahat, menghindari obat-obat atau narkotik, alkohol, kurangi merokok dan
stres.
6. Beri tahu pasien metode mencegah terpaparnya patogen.
7. Ajarkan pasien menggunakan kondom.

8. Katakan pada pasien untuk menjalani perawatan medis untuk mendapatkan sistem
imun.
9. Beri tahu pasien untuk menyeimbangkan program aktivitas dan istirahat.
10.

Ajarkan

pernapasan

mulut

dan

diafragma

untuk

mengurangi

usaha

bernapas.Ajarkan penggunaan spirometer yang benar.


11.

Instruksikan pasien pada pengobatan yang dijelaskan, efek obat, dosis, rute
pemberian, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.

12.

Instruksikan pasien untukmenjalani perawatan kulit dan hygiene: menggunakan


sabun, menghindari bedak atau bahan yang terbuat dari alkohol yang dapat
menyebabkan kulit kering, menggunakan lotion pada kulit secara menyeluruh,
hindari produk yang dapat menyebabkan mual.

13.

Instruksikan pasien bahwa nutrisi merupakan hal yang penting.

14. Ajarkan pasien cara-cara untuk mengurangi efek dari mual: bersihkan mulut
sebelum makan, hindari makanan yang berbau tajam, makan makanan ringan,
makan biskuit pada waktu pagi dan hindari minun yang banyak dan hindari
mengkonsumsi daging.

Anda mungkin juga menyukai