A. Pengertian HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyebab penyakit Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dengan cara menyerang sel darah putih sehingga
dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Kasus HIV/AIDS merupakan fenomena
gunung es, dengan jumlah orang yang dilaporkan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
yang sebenarnya. Hal ini terlihat dari jumlah kasus AIDS yang dilaporkan setiap
tahunnya sangat meningkat secara signifikan. Di seluruh dunia, setiap hari diperkirakan
sekitar 2000 anak di bawah 15 tahun tertular HIV dan sekitar 1400 anak di bawah usia 15
tahun meninggal dunia, serta menginfeksi lebih dari 6000 orang berusia produktif
(Purwaningsih S. 2008)
Berdasarkan hasil statistik kasus HIV/ AIDS yang dilaporkan oleh Ditjen
Pengendalian Penyakit (PP) dan Penyehatan Lingkungan (PL) Kemenkes RI tahun 2013,
jumlah kasus HIV/ AIDS di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2013 adalah sebanyak
227 kasus HIV dan AIDS sebanyak 134 kasus menempati urutan ke-28 dengan kasus
tertinggi di Kabupaten Tanah Bumbu sebanyak 189 orang kasus HIV dan tertinggi kedua
kasus AIDS sebanyak 30 orang dari semua Kabupaten di Kalimantan Selatan.
(Purwaningsih S. 2008)
B. Epidemiologi dan Prevalensi HIVAIDS
Epidemik HIV diketahui terusmeningkat setelah ditemukannya infeksizoonotik
dengan infeksi SimianImmunodeficiency Viruses dari primatadi Afrika. Sub-saharan
Afrika khususnya Afrika selatan memilikimasalah global HIV tertinggi yaitu70.8%.
Prevalensi penyakit ini setiaptahun diketahui semakin meningkat. Pada tahun 2002
prevalensi global HIV-AIDS adalah 31,0 juta dan pada tahun2012 menjadi 35,3 juta.
Selain padadewasa, HIV juga ditemukanmenginfeksi anak-anak. HIV masihmenjadi
kontributor terbesar dalam menyebabkan global burden disease.Penyebab kematian
utama penderita penyakit ini adalah infeksi oportunitik, akan tetapi 50% penderita yang
telah mendapatkan terapi antiretrovirus akanmeninggal karena non-AIDS relateddeath
antara lain non-AIDS definingcancer 23.5% penyakit kardiovaskular (15,7%) dan
penyakit Liver (14,1%) (Nurma Yulianasari.2016).
C. Etiologi HIV-AIDS
Etiologi HIV-AIDS adalah Human Immunodefisiensi virus (HIV) yang meruakan
virus sitopatik yang diklasifikasikan dalam famili retroviridae, subfamili lentiviridae,
genus lentivirus. Berdasarkan strukturnya HIV termasuk famili retrovirus yang
merupakan kelompok virus RNA yang mempunyai berat molekul 0,7 kb (kilobase). Virus
ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 danHIV-2. Masing-masing grup mempunyai berbagai
subtipe. Diantara kedua grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan
lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1. (Nurma Yulianasari,2016).
HIV terdiri dari suatu bagianinti yang berbentuk silindris yang dikelilingi oleh lipid
bilayer envelope.Pada lipid bilayer tersebut terdapat duajenis glikoprotein yaitu gp120
dan gp41.Fungsi utama protein ini adalah untuk memediasi pengenalan sel CD4+ dan
reseptor kemokin dan memungkinkan virus untuk melekat pada sel CD4+ yangterinfeksi.
Bagian dalam terdapat duakopi RNA juga berbagai protein dan enzim yang penting untuk
replikasi dan maturasi HIV antara lain adalah p24, p7,p9, p17,reverse transkriptase,
integrase,dan protease. Tidak seperti retro virus yang lain, HIV menggunakan sembilan
gen untuk mengkode protein penting dan enzim. Ada tiga gen utama yaitugag, pol, dan
env. Gen gag mengkode protein inti, gen pol mengkode enzim reverse transkriptase,
integrase, dan protease, dan gen env mengkode komponen struktural HIV yaitu
glikoprotein. Sementara itu, gen rev, nef,vif, vpu, vpr, dan tat penting untuk replikasi
virus dan meningkatkan tingkat infeksi HIV (Nurma Yulianasari,2016).
Viral Load
Pada saat kita terinfeksi HIV, HIV mulai menggandakan diri, dengan akibat jumlah
virus (yang disebut viral load) dalam darah semakin tinggi. Dalam proses menggandakan
diri tersebut, sel CD4 dibunuh, dengan akibat jumlah CD4 kita menurun dan semakin
cepat pasien tersebut menuju ke AIDS. Secara alamiah sel kekebalan kita akan
dimanfaatkan, bisa diibaratkan seperti mesin fotocopy. Namun virus ini akan merusak
mesin fotocopynya setelah mendapatkan hasil copy virus baru dalam jumlah yang cukup
banyak. Sehingga lama-kelamaan sel kekebalan kita habis dan jumlah virus menjadi
sangat banyak. Viral load ini dinyatakan dalam satuan kopi per mililiter (mL) darah.
(Kamatka,2014)
Viral load dapat dinyatakan dalam keadaan tinggi, sedang, dan rendah. Tetapi viral
load juga bisa tidak terdeteksi (undetectable) pada pasien HIV/AIDS yang sudah
terkontrol.Viral load yang tidak terdeteksi di definisikan sebagai dibawah 50 kopi/ml.
Jika virus HIV membunuh sel T CD4 sampai terdapat kurang dari 200 sel T CD4
permikro liter darah, maka kekebalan seluler akan hilang. Pada pasien HIV/AIDS, viral
load ini merupakan prediktor yang baik untuk melihat progresivitas penyakit dan sering
juga untuk menentukan efektivitas atau kegagalan terapi antiretroviral. (Highleyman, L.
2007)
Stadium Klinis Perkembangan HIV menurut WHO (2002), manifestasi klinis
penderita HIV/AIDS dewasa dibagi dalam 4 stadium , yaitu :
1. Stadium I
a. Asimtomatis
b. Limfadenopati generalisata persisten
AIDS, yang berarti kumpulan penyakit yang disebabkan oleh virus HIV, adalah
fase akhir dan biasanya bercirikan suatu jumlah CD4 kurang 200. Dengan penampilan
stadium klinis 4 : berada di tempat tidur , >50% setiap hari dalam bulan – bulan terakhir. .
(Highleyman, L. 2007)
Mengingat masa inkubasi yang relatif lama,dan penderita HIV tidak menunjukkan
gejala-gejala sakit, maka sangatbesar kemungkinan penularan terjadi pada fase inkubasi
ini. Ada 5faktor yang perludiperhatikan pada penularan suatu penyakit yaitusumber
infeksi, vehikulum yang membawa agent, host yang rentan,tempat keluar kuman dan
tempat masuk kuman ( Dr.Irwan SKM.M.Kes,2017)
.
1. Transmisi seksual
Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual maupunHeteroseksual
merupakan penularan infeksi HIV yang paling seringterjadi. Penularan ini berhubungan
dengan semen dan cairan vaginaatau serik. Infeksi dapat ditularkan dari setiap pengidap
infeksi HIVkepada pasangan seksnya. Resiko penularan HIV tergantung padapemilihan
pasangan seks, jumlah pasangan seks dan jenis hubunganseks. Pada penelitian Darrow
ditemukan resiko seropositiveuntuk zat anti terhadap HIV cenderungnaik pada hubungan
seksualyang dilakukan pada pasangan tidak tetap. Orang yang seringberhubungan seksual
dengan berganti pasanganmerupakan kelompokmanusia yang berisiko tinggi terinfeksi
virus HIV.
,
Lambang Jenis Kelamin
Jarum Suntik
b. Darah/Produk Darah
Transmisi melalui transfusi atau produk darah terjadidi negara-negara barat
sebelum tahun 1985. Sesudah tahun1985 transmisi melalui jalur ini di negara barat sangat
jarang, karena darah donor telah diperiksasebelum ditransfusikan. Resiko tertular
infeksi/HIVlewat trasfusi darah adalah lebih dari 90%.
,
Transfusi Darah
c. Transmisi Transplasental
Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anakmempunyai resiko
sebesar 50%.Penularan dapat terjadi sewaktuhamil, melahirkan dan sewaktu menyusui.
Penularan melalui airsusu ibu termasuk penularan dengan resiko rendah. (Ramadani, M.
2013)
Alienea Dwi Elisanti, S.K.M., M.Kes.2018, HIV AIDS Ibu Hamil Dan Pencegahan Pada Janin
,Cv Budi Utama.Sleman Yogyakarta
Highleyman, L. (2007). Perbedaan Hasil Pengobatan HIV pada Laki-laki dan Perempuan.
Jakarta: Spiritia)
Karnataka, india. International Journal of Medical Science and Public Health. 2014;3(11).
Kementerian Kesehatan 2013. Rencana Aksi Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke
Anak (PPIA) Indonesia 2013-2017. Kementerian Kesehatan; 2013.
Kumar A, Girish H, Nawaz AS, Balu P, Kumar BV. Determinants of quality of life among
people living with hiv/aids: a cross sectional study in central
Maartens, G., Celum, C., dan Lewin, SR. (2014). HIV infection: epidemiology, pathogenesis,
treatment, dan prevention. Lancer. 384,
Nursalam, Ninuk DK. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV AIDS. Jakarta:
Salemba Medika. 2007.
Ramadani, M. 2013. Transmisi HIV dan Upaya Pencegahan. Newsletter Seminar Bulanan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Edisi Juni 2013 /Vol.2/No.2.
Yuniarti, Martalena Br Purba, Retno Pangastuti Vol. 9, No. 3, JURNAL GIZI KLINIK
INDONESIA,Januari 2013: 132-138 Pengaruh konseling gizi dan penambahan makanan
terhadap asupan zat gizi dan status gizi pasien HIV/AIDS The effect of nutrition counseling and
nutritional supplementation on the nutritional status and nutritional intake of HIV/AIDS patients
Dr. Irwan SKM.M.Kes,2017,Epidemiologi Penyakit Menular,CV Asolute Media,Krapyak
Kulon Yogyakarta.
CATATAN :