Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

PATOLOGI PENYAKIT HIV/AIDS

A. Tujuan Intruksional Khusus


Peserta didik memahami teori tentang Patologi Penyaki
HIV/AIDS
B. Pokok Bahasan
Materi tentang Patologi Penyakit HIV/AIDS
C. Sub Pokok Bahasan
A. Pengertian Penyakit HIV/AIDS
B. Epidemiologi Dan Prevalensi HIV/AIDS
C. Etiologi HIV/AIDS
D. Patogenesi Infeksi HIV dan AIDS
E. Manifestasi Klinis
F. Gejala Penyakit HIV/AIDS
G. Prinsip Penularan HIV
H. Masa Inkubasi AIDS
I. Pencgahan HIV/AIDS
BAB IV

PATOLOGI PENYAKIT HIV/AIDS

A. Pengertian HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyebab penyakit Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dengan cara menyerang sel darah putih sehingga
dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Kasus HIV/AIDS merupakan fenomena
gunung es, dengan jumlah orang yang dilaporkan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
yang sebenarnya. Hal ini terlihat dari jumlah kasus AIDS yang dilaporkan setiap
tahunnya sangat meningkat secara signifikan. Di seluruh dunia, setiap hari diperkirakan
sekitar 2000 anak di bawah 15 tahun tertular HIV dan sekitar 1400 anak di bawah usia 15
tahun meninggal dunia, serta menginfeksi lebih dari 6000 orang berusia produktif
(Purwaningsih S. 2008)
Berdasarkan hasil statistik kasus HIV/ AIDS yang dilaporkan oleh Ditjen
Pengendalian Penyakit (PP) dan Penyehatan Lingkungan (PL) Kemenkes RI tahun 2013,
jumlah kasus HIV/ AIDS di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2013 adalah sebanyak
227 kasus HIV dan AIDS sebanyak 134 kasus menempati urutan ke-28 dengan kasus
tertinggi di Kabupaten Tanah Bumbu sebanyak 189 orang kasus HIV dan tertinggi kedua
kasus AIDS sebanyak 30 orang dari semua Kabupaten di Kalimantan Selatan.
(Purwaningsih S. 2008)
B. Epidemiologi dan Prevalensi HIVAIDS
Epidemik HIV diketahui terusmeningkat setelah ditemukannya infeksizoonotik
dengan infeksi SimianImmunodeficiency Viruses dari primatadi Afrika. Sub-saharan
Afrika khususnya Afrika selatan memilikimasalah global HIV tertinggi yaitu70.8%.
Prevalensi penyakit ini setiaptahun diketahui semakin meningkat. Pada tahun 2002
prevalensi global HIV-AIDS adalah 31,0 juta dan pada tahun2012 menjadi 35,3 juta.
Selain padadewasa, HIV juga ditemukanmenginfeksi anak-anak. HIV masihmenjadi
kontributor terbesar dalam menyebabkan global burden disease.Penyebab kematian
utama penderita penyakit ini adalah infeksi oportunitik, akan tetapi 50% penderita yang
telah mendapatkan terapi antiretrovirus akanmeninggal karena non-AIDS relateddeath
antara lain non-AIDS definingcancer 23.5% penyakit kardiovaskular (15,7%) dan
penyakit Liver (14,1%) (Nurma Yulianasari.2016).

C. Etiologi HIV-AIDS
Etiologi HIV-AIDS adalah Human Immunodefisiensi virus (HIV) yang meruakan
virus sitopatik yang diklasifikasikan dalam famili retroviridae, subfamili lentiviridae,
genus lentivirus. Berdasarkan strukturnya HIV termasuk famili retrovirus yang
merupakan kelompok virus RNA yang mempunyai berat molekul 0,7 kb (kilobase). Virus
ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 danHIV-2. Masing-masing grup mempunyai berbagai
subtipe. Diantara kedua grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan
lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1. (Nurma Yulianasari,2016).
HIV terdiri dari suatu bagianinti yang berbentuk silindris yang dikelilingi oleh lipid
bilayer envelope.Pada lipid bilayer tersebut terdapat duajenis glikoprotein yaitu gp120
dan gp41.Fungsi utama protein ini adalah untuk memediasi pengenalan sel CD4+ dan
reseptor kemokin dan memungkinkan virus untuk melekat pada sel CD4+ yangterinfeksi.
Bagian dalam terdapat duakopi RNA juga berbagai protein dan enzim yang penting untuk
replikasi dan maturasi HIV antara lain adalah p24, p7,p9, p17,reverse transkriptase,
integrase,dan protease. Tidak seperti retro virus yang lain, HIV menggunakan sembilan
gen untuk mengkode protein penting dan enzim. Ada tiga gen utama yaitugag, pol, dan
env. Gen gag mengkode protein inti, gen pol mengkode enzim reverse transkriptase,
integrase, dan protease, dan gen env mengkode komponen struktural HIV yaitu
glikoprotein. Sementara itu, gen rev, nef,vif, vpu, vpr, dan tat penting untuk replikasi
virus dan meningkatkan tingkat infeksi HIV (Nurma Yulianasari,2016).

D. Patogenesis Infeksi HIV dan AIDS


Infeksi HIV di jaringan memiliki dua target utama yaitu sistem imun dan sistem
saraf pusat. Gangguan pada sistem imun mengakibatkan kondisi imunodefisiensi pada
cell mediated immunity yang mengakibatkan kehilangan sel T CD4+ dan
ketidakseimbangan fungsi ketahanan selT helper. Selain sel tersebut, makrofagdan sel
dendrit juga menjadi target. HIV masuk ke dalam tubuh melalui jaringan mukosa dan
darah selanjutnya sel akan menginfeksi sel T, sel dendritik dan makrofag. Infeksi
kemudian berlangsung di jaringan limfoid dimana virus akan menjadi laten pada periode
yang lama .Siklus hidup HIV Siklus hidup HIV terdiri dari faseinfeksi, integrasi provirus
ke dalam genom sel host, aktivasi dan replikasi virus, produksi virus infeksius. (Nurma
Yulianasari,2016)
E. Manifestasi Klinis Setelah infeksi awal
Setelah infeksi awal pasien mungkin tetap seronegatif (tes antibodi HIV masih
menunjukkan hasil negatif) walaupun virus sudah ada dalam darah pasien dengan jumlah
yang banyak.Antibodi yang terbentuk belum cukupterdeteksi melalui
pemeriksaanlaboratorium karena kadarnya belum memadai. Antibodi terhadap
HIVbiasanya muncul dalam 3 sampai 6 minggu hingga 12 minggu setelah infeksi primer.
Fase ini sangatlah penting karena pada fase ini pasien sudah mampu dan potensial
menularkan virus ke orang lain. Fase ini disebut “window periode” (Nasronudin 2012).
Manifestasi klinis pada orang yang terinfeksi dapat timbul paling cepat1 sampai 4
minggu setelah pajanan. Gejala yang timbul dapat berupa malaise, demam, diare, limfa
denopati, dan ruam makulopapular. Beberapa orang mengalami gejala yang lebih
akut,seperti meningitis dan pneumonitis. Selama periode ini, kadar limfosit TCD4 yang
tinggi dapat terdeteksi didarah perifer (Nurma Yulianasari,2016).
Pada fase akut terjadi penurunan limfosit T yang dramatis dan kemudian terjadi
kenaikan limfosit T karena mulai terjadi respons imun. Jumlah limfosit Tpada fase ini
masih di atas 500 sel/mm3 dan kemudian akan mengalami penurunan setelah 6 minggu
terinfeksi HIV. Setelah terinfeksi HIV akan muncul gejala klinis yaitu demam, banyak
berkeringat pada malam hari, kehilangan berat badan kurng dari 10 %,diare, lesi pada
mukosa dan penyakit infeksi kulit berulang. Gejala-gejala ini merupakan tanda awal
munculya infeksi oportunistik (Nurma Yulianasari,2016)
Selanjutnya adalah fasesimtomatik. Pada fase ini terjadi peningkatan jumlah virion
secara berlebihan di dalam sirkulasi sistemik. Respons imun tidak mampu meredam
jumlah virion yang berlebihan, sehingga limfosit semakin tertekan karena intervensi HIV
yang semakin banyak.Dari perjalanan penyakit, jumlah limfosit T CD4 pasien biasanya
telah turun di bawah 200 sel/mm3. Penurunan limfosit T ini mengakibatkan sistem imun
menurun dan pasien semakin rentan terhadap berbagai macam penyakit infeksi sekunder.
Dan disertai pula dengan munculnya gejala-gejala yang menunjukkan imunosupresi yang
berlanjut sampai pasien memperlihatkan penyakit-penyakit terkait AIDS . (Nurma
Yulianasari,2016)
CDC mengklasifikasikan infeksi HIV menjadi kategori sebagai berikut (CDC 2009)
1. Kategori A adalah infeksi HIVasimtomatik, tanpa adanyariwayat gejala maupun
keadaan AIDS.
2. Kategori B adalah terdapatnyagejala-gejala yang terkait HIV;termasuk: diare,
angiomatosisbasiler, kandidiasis orofaring,kandidiasis vulvovaginal,
pelvicinflammatory disease (PID)termasuk klamidia, GO, ataugardnerella,
neoplasma servikal,leukoplakia oral (EBV), purpuratrombosito-penik,
neuropatiperifer, dan herpes zoster.
3. Kategori C adalah infeksi HIVdengan AIDS.
4. Kategori A1, B1, dan C1 yaitu CD4 >500/ μL.
5. Kategori A2, B2, dan C2 yaitu CD4 200-400/ μL.
6. Kategori A3, B3, dan C3 yaitu CD4 <200/ Μl.
(Nurma Yulianasari,2016)

F. Gejala penyakit HIV/AIDS


Gejala penyakit HIV/AIDS tidak selalu muncul ketika terinfeksiAIDS, beberapa
orang menderita sakit mirip flu dalam waktu beberapahari hingga beberapa minggu
setelah terpapar virus. Mereka mengeluhdeman sakit kepala, kelelahan dan kelenjar getah
bening membesar dileher. Gejala HIV AIDS bias jadi salah satu/lebih dari ini semua
biasanyahilang dalam beberapa minggu. Perkembangan penyakit sangat bervariasisetiap
orangnya.Kondisi ini dapat berlangsung dari beberapa bulan sampailebih dari 10 tahun.
Selama periode ini ,virus terus berkembang secaraaktif menginfeksi dan memebunuh sel-
sel kekebalan tubuh. Sistemkekebalan memungkinkan kita untuk melawan bakteri, virus,
dan peyebabinfeksi lainnya. Virus HIV menghancurkan sel-sel yang berfungsi
sebagai“pejuang” infeksi primer, yang disebut sebagai CD4 + atau sel T4. Setelahsystem
kekebalan melemah gejala HIV/AIDS akan muncul. Gejala AIDSadalah tahap yang
paling maju dalam infeksi HIV.Definisi AIDS termasuksemua orangyang terinfeksi HIV
yang memeiliki kurang 200 CD4 + selper mikroliter darah. Adapun tanda-tanda klinis
penderita AIDS :
1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
5. Dimensia/HIV ensefalopati
(Yuniarti dkk,2013)

G. Prinsip Penularan HIV


Dalam penularan infeksi HIV dikenal ada istilah yang disebut dengan ESSE yaitu
prinsip dimana dimungkinkan untuk terjadi penularan HIV dari satu manusia ke manusia
lainnya.ESSE ini adalah kepanjangan dari Exit, Survive, Sufficient dan Enter. Dalam
bahasa indonesia bisa diartikan: Jalan keluar virus, Virus yang hidup, Kandungan VIrus
yang cukup untuk menginkubasi serta adanya jalur masuk virus ke tubuh seseorang. HIV
hanya bisa menular jika empat prinsip ini dipenuhi semua dan tidak bisa menular jika
hanya salah satu atau sebagian prinsip terpenuhi.
1. E= Exit ini maksudnya ada jalan keluar bagi cairan tubuh yang mengandung HIV
yang ada dalam tubuh seseorang keluar tubuh. Hal semacam ini misalnya jika terjadi
luka atau keluarnya cairan tubuh yang mengandung HIV seperti ketika seseorang
melakukan hubungan seksual. Bagi penularan melalui jarum suntik bisa diartikan
karena ada darah yang tersisa di dalam jarum bekas dan kemudian masuk kedalam
tubuh seseorang.
2. S= Survive ini maksudnya dari cairan tubuh yang keluar ini harus mengandung virus
yang tetap bertahan hidup. HIV bila berada di luar tubuh inangnya (manusia) dia
tidak akan bertahan hidup lama. Ini misalnya ketika cairan tubuh keluar di saat
berenang atau berada dalam udara bebas lainnya. Prinsip Survive ini juga tidak
terpenuhi bila diberitakan HIV dimasukkan dalam minuman soda atau makanan
sebab asam lambung yang pekat akan membuat HIV ini tidak bertahan hidup.
3. S= Sufficient ini maksudnya kandungan HIV dalam cairan tubuh yang keluar dari
orang yang terifeksi HIV harus ada dalam kandungan yang cukup. Jika jumlahnya
sedikit, HIV tidak akan bisa menginkubasi tubuh manusia lainnya. Ini mengapa
cairan keringan dan saliva (ludah) tidak bisa menularkan HIV.
4. Enter= Adanya jalur masuk di tubuh manusia yang memungkinkan kontak dengan
cairan tubuh yang mengandung HIV. Ini mengapa penggunaan kondom serta pelicin
kemudian penting sebab akan meminimalisir terjadinya perlukaan ketika terjadi
kontak hubungan seksual. Namun sebaiknya tidak melakukan hubungan seks
berisiko jika kita tahu bahwa siapa saja bisa terinfeksi HIV. (Alienea Dwi Elisanti,
S.K.M., M.Kes.2018)

Viral Load
Pada saat kita terinfeksi HIV, HIV mulai menggandakan diri, dengan akibat jumlah
virus (yang disebut viral load) dalam darah semakin tinggi. Dalam proses menggandakan
diri tersebut, sel CD4 dibunuh, dengan akibat jumlah CD4 kita menurun dan semakin
cepat pasien tersebut menuju ke AIDS. Secara alamiah sel kekebalan kita akan
dimanfaatkan, bisa diibaratkan seperti mesin fotocopy. Namun virus ini akan merusak
mesin fotocopynya setelah mendapatkan hasil copy virus baru dalam jumlah yang cukup
banyak. Sehingga lama-kelamaan sel kekebalan kita habis dan jumlah virus menjadi
sangat banyak. Viral load ini dinyatakan dalam satuan kopi per mililiter (mL) darah.
(Kamatka,2014)
Viral load dapat dinyatakan dalam keadaan tinggi, sedang, dan rendah. Tetapi viral
load juga bisa tidak terdeteksi (undetectable) pada pasien HIV/AIDS yang sudah
terkontrol.Viral load yang tidak terdeteksi di definisikan sebagai dibawah 50 kopi/ml.
Jika virus HIV membunuh sel T CD4 sampai terdapat kurang dari 200 sel T CD4
permikro liter darah, maka kekebalan seluler akan hilang. Pada pasien HIV/AIDS, viral
load ini merupakan prediktor yang baik untuk melihat progresivitas penyakit dan sering
juga untuk menentukan efektivitas atau kegagalan terapi antiretroviral. (Highleyman, L.
2007)
Stadium Klinis Perkembangan HIV menurut WHO (2002), manifestasi klinis
penderita HIV/AIDS dewasa dibagi dalam 4 stadium , yaitu :
1. Stadium I
a. Asimtomatis
b. Limfadenopati generalisata persisten

Dengan penampilan stadium klinis I : asimtomatis dan aktivitas normal


2. Stadium II
a. Penurunan berat badan < 10%
b. Manifestasi mukokutaneus minor (dermatitis seborreic, prurigo, infeksi jamur
pada kuku, ulserasi pada mulut berulang, cheilitis angularis).
c. Herpes Zoster, dalam 5 tahun terakhir
d. Infeksi saluran napas atas berulang (misalnya : sinusitis bakterial).
Dengan atau penampilan stadium klinis 2 : simtomatis, aktivitas normal.
3. Stadium III
a. Penurunan berat badan >10%
b. Diare kronis dengan penyebab yang tidak jelas > 1 bulan.
c. Demam tanpa penyebab yang jelas (intermittent atau menetap) > 1 bulan
d. Kandidiasis oral
e. Tuberkulosis paru dalam 1 tahun terakhir
f. Terinfeksi bakteri berat ( pneumonia, piomiositis)
Dengan atau penampilan stadium klinis 3 : berbaring di tempat tidur,<50%
sehari dalam sebulan
4. Stadium IV
a. HIV wasting syndrome
b. Pneumonia pneumokistik karinii
c. Infeksi toksoplasmosis di otak
d. Diare karena crytosporidiosis > 1 bulan
e. Mengalami infeksi sitomegalovirus
f. Infeksi herpes simpleks, maupun mukukutaneus > 1 bulan
g. Infeksi mikosis (histoplasmosis, coccidiodimycosis)
h. Kandidiasis esofagus, trakhea, bronkus, maupun paru
i. Infeksi mikobakteriosis atypical
j. Sepsis
k. Tuberkulosis ekstrapulmoner
l. Limfoma maligna
m. Sarkoma Kaposi (Nursalam, Ninuk DK, 2002)

AIDS, yang berarti kumpulan penyakit yang disebabkan oleh virus HIV, adalah
fase akhir dan biasanya bercirikan suatu jumlah CD4 kurang 200. Dengan penampilan
stadium klinis 4 : berada di tempat tidur , >50% setiap hari dalam bulan – bulan terakhir. .
(Highleyman, L. 2007)

H. Masa Inkubasi AIDS


Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorangterpapar virus HIV
sampai denganmenunjukkan gejala- gejala AIDS.Waktu yang dibutuhkan rata-rata cukup
lama dan dapat mencapaikurang lebih 12 tahun dan semasa inkubasi penderita
tidakmenunjukkan gejala-gejala sakit. Selama masa inkubasi ini penderitadisebut
penderita HIV. Pada fase ini terdapat masa dimana virus HIVtidak dapatterdeteksi dengan
pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3bulan sejak tertular virus HIV yang dikenal
dengan “masa windowperiode”. Selama masa inkubasi penderita HIV sudah berpotensi
( Dr.Irwan SKM.M.Kes,2017)

Mengingat masa inkubasi yang relatif lama,dan penderita HIV tidak menunjukkan
gejala-gejala sakit, maka sangatbesar kemungkinan penularan terjadi pada fase inkubasi
ini. Ada 5faktor yang perludiperhatikan pada penularan suatu penyakit yaitusumber
infeksi, vehikulum yang membawa agent, host yang rentan,tempat keluar kuman dan
tempat masuk kuman ( Dr.Irwan SKM.M.Kes,2017)
.
1. Transmisi seksual
Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual maupunHeteroseksual
merupakan penularan infeksi HIV yang paling seringterjadi. Penularan ini berhubungan
dengan semen dan cairan vaginaatau serik. Infeksi dapat ditularkan dari setiap pengidap
infeksi HIVkepada pasangan seksnya. Resiko penularan HIV tergantung padapemilihan
pasangan seks, jumlah pasangan seks dan jenis hubunganseks. Pada penelitian Darrow
ditemukan resiko seropositiveuntuk zat anti terhadap HIV cenderungnaik pada hubungan
seksualyang dilakukan pada pasangan tidak tetap. Orang yang seringberhubungan seksual
dengan berganti pasanganmerupakan kelompokmanusia yang berisiko tinggi terinfeksi
virus HIV.

,
Lambang Jenis Kelamin

2. Transmisi Non Seksual


a. Transmisi Parenral
Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuklainnya (alat tindik) yang telah
terkontaminasi, misalnya padapenyalah gunaan narkotik suntik yang menggunakan
jarumsuntik yang tercemar secara bersama-sama. Disamping dapatjuga terjadi melaui
jarum suntik yang dipakai oleh petugaskesehatan tanpa disterilkan terlebih dahulu.
Resiko tertularcara transmisi parental ini kurang dari 1%.

Jarum Suntik
b. Darah/Produk Darah
Transmisi melalui transfusi atau produk darah terjadidi negara-negara barat
sebelum tahun 1985. Sesudah tahun1985 transmisi melalui jalur ini di negara barat sangat
jarang, karena darah donor telah diperiksasebelum ditransfusikan. Resiko tertular
infeksi/HIVlewat trasfusi darah adalah lebih dari 90%.

,
Transfusi Darah

c. Transmisi Transplasental
Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anakmempunyai resiko
sebesar 50%.Penularan dapat terjadi sewaktuhamil, melahirkan dan sewaktu menyusui.
Penularan melalui airsusu ibu termasuk penularan dengan resiko rendah. (Ramadani, M.
2013)

Penularan HIV/AIDS Pada Janin


I. Pencegahan HIV/AIDS
Terdapat 5 cara pencegahan HIV yaitu ABCDE ;
1. Abstinence = tidak melakukan perilaku seks berisiko
2. Be Faithful = setia terhadap pasangan
3. Use condom = menggunakan kondom saat melakukan hubungan seks
4. Do not use drugs = tidak menggunakan narkoba terutama narkoba suntik
5. Education = menggali pengetahuan dan informasi seputar HIV/AIDS (Kementerian
Kesehatan 2013)
DAFTAR PUSTAKA

Alienea Dwi Elisanti, S.K.M., M.Kes.2018, HIV AIDS Ibu Hamil Dan Pencegahan Pada Janin
,Cv Budi Utama.Sleman Yogyakarta

Highleyman, L. (2007). Perbedaan Hasil Pengobatan HIV pada Laki-laki dan Perempuan.
Jakarta: Spiritia)

Karnataka, india. International Journal of Medical Science and Public Health. 2014;3(11).

Kementerian Kesehatan 2013. Rencana Aksi Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke
Anak (PPIA) Indonesia 2013-2017. Kementerian Kesehatan; 2013.

Kumar A, Girish H, Nawaz AS, Balu P, Kumar BV. Determinants of quality of life among
people living with hiv/aids: a cross sectional study in central

Maartens, G., Celum, C., dan Lewin, SR. (2014). HIV infection: epidemiology, pathogenesis,
treatment, dan prevention. Lancer. 384,

Nursalam, Ninuk DK. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV AIDS. Jakarta:
Salemba Medika. 2007.

Purwaningsih S. 2008. Perkembangan HIV dan AIDS di Indonesia. Jurnal Kependudukan


Indonesia; 3 (2)

Ramadani, M. 2013. Transmisi HIV dan Upaya Pencegahan. Newsletter Seminar Bulanan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Edisi Juni 2013 /Vol.2/No.2.

Nurma Yulianasari,2016,Global Burden Desease-Human Immunodeficiency Virus-Acquired


Immune Deficiency Syndrom (HIV-AIDS) ), jurnal fakultas kedokteran Muhammadiyah
Surabaya-Indonesia

Yuniarti, Martalena Br Purba, Retno Pangastuti Vol. 9, No. 3, JURNAL GIZI KLINIK
INDONESIA,Januari 2013: 132-138 Pengaruh konseling gizi dan penambahan makanan
terhadap asupan zat gizi dan status gizi pasien HIV/AIDS The effect of nutrition counseling and
nutritional supplementation on the nutritional status and nutritional intake of HIV/AIDS patients
Dr. Irwan SKM.M.Kes,2017,Epidemiologi Penyakit Menular,CV Asolute Media,Krapyak
Kulon Yogyakarta.

CATATAN :

PERBAIKI DAFTAR PUSTAKA, SESUAIKAN NAMA PENGARANG BUKU/JURNAL/


SUMBER YANG ADA DI BAWAH PARAGRAF DAN DI DAFTAR PUSTAKA. SUMBER
PARAGRAF JUGA HARUS JELAS. SETIAP GAMBAR, DAN TABEL HARUS MEMILIKI
SUMBER, JUDUL DAN PENJELASAN DARI GAMBARNYA.

Anda mungkin juga menyukai