Anda di halaman 1dari 44

TUGAS INDIVIDU

BAGIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIV/AIDS


DI RUANG ISOLASI
RSUD. dr. H.L.M. BAHARUDDIN,M.KES.

NAMA : WA ODE SUMARLIS, S. Kep.


NIM : N2213042

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN (NERS)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
GRAHA EDUKASI
MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Definisi
1. AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit
akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV.
Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan
Immune : Sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit
2. AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan
tubuh yang diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawa sejak lahir )
3. AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan
dengan infeksi Human Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C. Smetzler dan Brenda
G.Bare )
4. AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan
dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan
berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan
malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and Prevention )
B. Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV.
Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang berupa agen viral
yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap
limfosit T.
C. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum
tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel
T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang
terinfeksi.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif.
Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak
memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4
dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per
ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan
menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis
mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi
infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
D. Klasifikasi
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS (kategori
C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita AIDS.
a. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam kategori
klinis B dan C
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
2. Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent Generalized
Limpanodenophaty )
3. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut dengan sakit yang menyertai
atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.
b. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
1. Angiomatosis Baksilaris
2. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (persisten,frekuen/responnya jelek terhadap terapi)
3. Displasia Serviks (sedang / berat karsinoma serviks in situ)
4. Gejala konstitusional seperti panas (38,5o C) atau diare lebih dari 1 bulan.
5. Leukoplakial yang berambut
6. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu
dermaton saraf.
7. Idiopatik Trombositopenik Purpura
8. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii
c. Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :
1. Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus
2. Kanker serviks inpasif
3. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata
4. Kriptokokosis ekstrapulmoner
5. Kriptosporidosis internal kronis
6. Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
7. Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
8. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
9. Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
10. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )
11. Isoproasis intestinal yang kronis
12. Sarkoma Kaposi
13. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
14. Kompleks mycobacterium avium (M.kansasi yang diseminata/ ekstrapulmoner)
15. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
16. Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
17. Pneumonia Pneumocystic Cranii
18. Pneumonia Rekuren
19. Leukoenselophaty multifokal progresiva
20. Septikemia salmonella yang rekuren
21. Toksoplamosis otak
22. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)
E. Manifestasi klinik
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan
sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami
demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan, ruam kulit,
limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5
tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang
paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu
protozoa, infeksi lain termasuk meningitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal
a. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat,
lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening,
dan bercak merah ditubuh.
b. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan
diperoleh hasil positif.
c. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan
kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.

F. Komplikasi
a Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan,
keletihan dan cacat.
b Neurologik
- Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus
(HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial.
- Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan
elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise,
total / parsial.
- Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
- Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus
(HIV)
c Gastrointestinal
- Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma
Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
- badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
- Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, Sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik.
Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
- Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai
akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan
strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan, gagal nafas.
e Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena serosis, reaksi
otot, lesi scabies/tuma, dan dekubitus dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi skunder
dan sepsis.
f Sensorik
- Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
- Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek
nyeri.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Laboratorium
Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency
Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human
Immunodeficiency Virus (HIV)
• Serologis
- Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi
bukan merupakan diagnosa
- Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
- Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah < 200)
- T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 )
mengindikasikan supresi imun.
- P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV ) )
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
- Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
- Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
- Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
• Budaya
Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan
sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.
• Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
• Tes Lainnya
a. Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya
komplikasi lain
b. Tes Fungsi Pulmonal
Deteksi awal pneumonia interstisial

c. Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
d. Biopsis
Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
e. Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
2. Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system imun akan
bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 –
12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 – 12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang
yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak
efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah
memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic.
Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji kadar
Human Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut,
yaitu :
 Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human
Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanya
menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV). Orang yang dalam darahnya terdapat antibody Human Immunodeficiency
Virus (HIV) disebut seropositif.
 Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan
seropositifitas Human Immunodeficiency Virus (HIV)
 Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
 Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi protein dari pada antibody.
3. Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk
melacak perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut disebut protein virus p24,
pemerikasaan p24 antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV – 1. tapi kadar p24 pada
penderita infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengan titer
p24 punya kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari menjadi AIDS.

H. Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus
(HIV), bisa dilakukan dengan :
- Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak
terinfeksi.
- Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak
terlindungi.
- Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human
Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
- Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
- Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu :
a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan,dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial,
atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri
dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan
kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS,
obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan
menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel
T4 nya < 3. Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat
replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
 Didanosine
 Ribavirin
 Diedoxycytidine
 Recombinant CD 4 dapat larut
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat
unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan
penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
e. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat, hindari
stress, gizi yang kurang, alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
f. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat
reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
I. Pencegahan
Pencegahan dengan menghilangkan atau mengurangi perilaku berisiko merupakan tindakan yang
sangat penting.
Penurunan risiko pada individu :
1. Pendidikan kesehatan dan peningkatan pengetahuan yang benar mengenai patofisiologi HIV
dan transmisinya terutama mengenai fakta penyakit dan perilaku yang dapat membantu
mencegah penyebarannya.
2. Kontak seksual antara homoseksual sebaiknya dengan kondom.
3. Kurangi jumlah pasangan atau pakai kondom.
4. Tidak menggunakan alat suntik bersama-sama.
5. Membersihkan alat suntik dengan cairan pembersih atau mengganti jarum suntik.
6. Orang normal dengan pasangan yang berisiko, menggunakan teknik seks yang aman :
- Menghindari aktivitas seksual yang berisiko (anal/vaginal).
- Pakai kondom dari lateks.
- Pakai spermisida nonoksinol-9.
- Pemijatan serta sentuhan.
7. Untuk pasien hemofili atau kemungkinan untuk transfusi dan penggunaan produk darah :
 Menyimpan darah sendiri sebelum operasi.
 Hemodilusi.
 Penggunaan rekombinan faktor pembeku darah.
 Penggunaan rekombinan faktor pertumbuhan hematopoietik.
 Pengganti sel darah merah.
8. Wanita dengan HIV : kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dan tidak memberi ASI pada
bayi.
Penurunan risiko pada tenaga kesehatan :
1. Penggunaan alat pelindung pribadi untuk menurunkan risiko terkena darah atau bahan-bahan
lain yang mungkin infeksius.
2. Setelah penggunaan alat pelindung, tangan harus dicuci dengan sabun dan air.
3. Batasi resusitasi mouth to mouth, gunakan alat bantu mulut, kantung resusitasi, dan lain-lain
yang tersedia.
4. Cuci bagian tubuh yang terpapar cairan tubuh/mukosa membran yang potensial menimbulkan
infeksi dengan sabun dan air.
5. Pemeriksaan HIV dan hepatitis bagi yang tertusuk jarum, tergores pisau.
6. Dekontaminasi area kerja.
7. Pembuangan alat-alat medis pada tempat yang tepat.
8. Prioritas Keperawatan
a. Mencegah, memperkecil infeksi
b. Mempertahankan homeostatis.
c. Mengusahakan kenyamanan
d. Memberikan penyesuaian psikososial
e. Memberikan informasi mengenai proses penyakit/ prognosis dan kebutuhan perawatan.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Askep Teori
Proses keperawatan adalah suatu sistem perencanaan pelayanan asuhan keperawatan yang terdiri
dari 5 (lima) tahap, yaitu :
1. Pengkajian
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara pengumpulan riwayat
kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, serta review catatan
sebelumnya.
Data pada pasien HIV/AIDS tergantung dari organ-organ/jaringan tubuh yang terkena dan
infeksi oportunistik atau kanker spesifik.
Aktivitas/Istirahat
Gejala: mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi
kelelahan/malaise. Perubahan pola tidur.
Tanda: kelemahan otot, menurunnya massa otot.
Respons fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD,
frekuensi jantung, pernapasan.
Sirkulasi
Gejala: proses penyambuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan
lama pada cedera (jarang terjadi).
Tanda: takikardia, perubahan TD postural
Menurunnya volume nadi perifer.
Pucat atau sianosis; perpanjangan pengisisan kapiler.
Integritas Ego
Gejala: Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, mis., dukungan
keluarga, hubungan dengan orang lain, penghasilan, gaya hidup tertentu,
dan distres spiritual.
Mengkuatirkan penampilan : alopesia, lesi cacat, danmenurunnya berat-badan.
Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa
bersalah, kehilangan kontrol diri, dan depresi.
Tanda: Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.
Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata yang
kurang.
Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang
sama.

Eliminasi
Gejala: Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai
dengan atau tanpa kram abdominal.
Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
Tanda: Feses encer dengan atau tanpa disertai mukus atau darah
Diare pekat yang sering
Nyeri tekan abdominal
Lesi atau abses rektal, perianal
Perubahan dalam jumlah, warna, dan karakteristik urine
Makanan/cairan
Gejala: Tidak napsu makan, perubahan dalam kemampuan mengenali makan,
mual/muntah
Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan.
Penurunan berat badan yang cepat/progresif
Tanda: Dapat menunjukkan adanya bising usus hiperaktif
Penurunan berat badan: perawakan kurus, menurunnya lemak
subkutan/massa otot
Turgor kulit buruk.
Lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna.
Kesehatan gigi/gusi yang buruk,adanya gigi yang tanggal
Edema (umum, dependen)
Higiene
Gejala: Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda: Memperlihatkan penampilan yang tidak rapi
Kekurangan dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan
diri.
Neurosensori
Gejala: Pusing/pening, sakit kepala
Perubahan status mental, kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk
mengatasi masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun.
Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran.
Kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan.
Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukkan perubahan
paling awal).
Tanda: Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental sampai
demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis,
retardasi psikomotor/respon melambat.
Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
Timbul refleks tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya berjalan
ataksia.
Tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis;
hemiparesis, kejang
Hemoragi retina dan eksudat (renitis CMV)
Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyeri umum atau lokal, sakit, rasa terbakar pada kaki
Sakit kepala (keterlibatan SSP)
Nyeri dada pleuritis
Tanda: Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan
Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang.
Gerak otot melindungi bagian yang sakit.
Pernapasan
Gejala: ISP sering, menetap
Napas pendek yang progresif
Batuk (mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum
(tanda awal dari adanya PCP mungkin batuk spasmodik saat napas dalam)
Bendungan atau sesak pada dada.
Tanda: Takipnea, distres pernapasan.
Perubahan pada bunyi napas/bunyi napas adventisius
Sputum : kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)
Keamanan
Gejala: Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses
penyembuhannya.
Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang (mis.,
hemofilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis).
Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut.
Riwayat/berulangnya infeksi dengan PHS
Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermitten/memuncak;
berkeringat malam.
Tanda: Perubahan integritas kulit; terpotong, ruam, mis., ekzema, eksantem,
psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/warna mola; mudah terjadi
memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Rektum, luka-luka perianal atau abses
Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada dua area tubuh atau
lebih (mis., leher ketiak, paha).
Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan.

Seksualitas
Gejala: Riwayat perilaku berisiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual
dengan pasangan yang positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas
seksual yang tidak terlindung, dan seks anal.
Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks.
Penggunaan kondom yang tidak konsisten.
Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap
virus pada wanita yang diperkirakan dapat terpajan karena peningkatan
kekeringan/friabilitas vagina)
Tanda: Kehamilan atau risiko terhadap hamil
Genitalia; manifestasi kulit (mis., herpes, kulit); rabas.
Interaksi sosial
Gejala: Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis., kehilangan kerabat/orang
terdekat, teman, pendukung. Rasa takut untuk mengungkapkannya pada
orang lain, takut akan penolakan/kehilangan pendapatan.
Isolasi sosial, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang
meninggal karena AIDS
Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat
rencana.
Tanda: Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat
Aktivitas yang tak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku berisiko tinggi
(mis., seksual ataupun penggunaan obat-obatan IV).
Penggunaan/penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini merokok,
penyalahgunaan alkohol
Pertimbangan: DRG menunjukkkan rerata lama dirawat: 10,2 hari
Rencana pemulangan :
Memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan/tindakan, perawatan kulit/luka,
peralatan/bahan; transfortasi, belanja makanan dan persiapan; perawatan
diri, prosedur keperawatan teknis tugas perawatan/pemeliharaan rumah,
perawatan anak; perubahan fasilitas hidup.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan
spesifik pasien serta respons terhadap masalah aktual dan risiko tinggi.
Diagnosa keperawatan pada penderita HIV/AIDS adalah :
a. Risiko tinggi terhadap infeksi (progresi menjadi sepsis/awitan infeksi oportunistik)
b. Risiko tinggi kekurangan volume cairan
c. Pola napas tidak efektif/risiko tinggi kerusakan pertukaran gas
d. Cedera, risiko tinggi terhadap perubahan faktor pembekuan
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
f. Nyeri akut/kronis
g. Kerusakan integritas kulit atau risiko kerusakan itegritas kulit
h. Perubahan membran mukosa oral
i. Kelelahan
j. Perubahan proses pikir
k. Ansietas/ketakutan
l. Isolasi sosial
m. Ketidak berdayaan
n. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan pengobatan.
3. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien
dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Tindakan/intervensi keperawatan
dipilih untuk membantu pasien dalam mencapai hasil pasien yang diharapkan dan tujuan
pemulangan.
Adapun intervensi untuk penyakit HIV/AIDS
a. Risiko tinggi terhadap infeksi
Faktor risiko meliputi : pertahanan primer takefektif, kulit rusak, jaringan traumatik, statis
cairan tubuh. Depresi sistem imun, penggunaan agen antimikroba, pemajanan
lingkungan, teknik invasif, penyakit kronis, malnutrisi
Tujuan/kriteria evaluasi : mengidentifikasi/ikut serta dalam perilaku yang mengurangi
risiko infeksi. Mencapai masa penyembuhan luka/lesi. Tidak demam dan bebas dari
pengeluaran/sekresi purulen dan tanda-tanda lain dari kondisi infeksi.
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda vital, termasuk suhu
R: Memberikan informasi data dasar, awitan/peningkatan suhu secara berulang-
ulang dari demam yang terjadi untuk menunjukkan bahwa tubuh bereaksi
pada proses infeksi.
2) Observasi adanya luka/lokasi alat invasif, perhatikan tanda-tanda inflamasi/infeksi
lokal.
R: Identifikasi/perawatan awal dari infeksi sekunder dapat mencegah terjadinya
sepsis
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak perawatan dilakukan. Instruksikan
klien/orang terdekat untuk mencuci tangan sesuai indikasi.
R: Mengurangi risiko kontaminasi silang.
4) Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik
R: Mengurangi patogen pada sistem imun dan mengurangi kemungkinan klien
mengalami infeksi nosokomial.
5) Diskusikan tingkat dan rasional isolasi pencegahan dan mempertahankan kesehatan
pribadi.
R: Meningkatkan kerjasama dengan cara hidup dan berusaha mengurangi rasa
terisolasi.
6) Kolaborasi :
Pemeriksaan kultur/sensitivitas lesi, darah, urine dan sputum.
R: Dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab demam, diagnosa infeksi
organisme, atau untuk menentukan metode perawatan yang sesuai.
Pemberian antibiotik, antijamur/agen antimikroba (mis., trimetoprim (bactrim,
spectra), nistasin, ketokonazol, pentamidin atau AZT/Retrovir.
R: Menghambat proses infeksi. Beberapa obat-obatan ditargetkan untuk
organisme tertentu/sistem perusak. Obat-obatan lainnya ditargetkan untuk
meningkatkan fungsi imun.
b. Risiko tinggi kekurangan volume cairan
Faktor risiko meliputi : Kehilangan yang berlebihan; diare berat, berkeringat, muntah.
Status hipermetabolisme; mual, anoreksia, letargi.
Tujuan/kriteria evaluasi : mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membran mukosa
lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil, haluaran urine adekut.
Intervensi :
1) Kaji turgor kulit, membran mukosa dan rasa haus
R: Indikator tidak langsung dari status cairan
2) Observasi peningkatan suhu dan durasi demam. Berikan kompres hangat sesuai
indikasi.
R: Meningkatkan kebutuhan metabolisme dan diaforesis yang berlebihan yang
dihubungkan dengan demam.
3) Timbang berat badan sesuai indikasi.
R: Meskipun kehilangan berat badan dapat menunjukkan penggunaan otot,
fluktuasi tiba-tiba menunjukkan status hidrasi.
4) Anjurkan pemasukan oral dan pemasukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari.
R: Mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, dan
melembabkan membran mukosa.
5) Kolaborasi
Pemberian cairan/elektrolit melalui selang infus (IV)
R: Diperlukan untuk mendukung/memperbesar volume sirkulasi, terutama jika
pemasukan oral tak adekuat, mual/muntah terus menerus.
Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
Hb/Ht, elektrolit serum/urine, BUN/Kr
R: Hb/Ht; bermanfaat dalam memperkirakan kebutuhan cairan, elektrolit;
mewaspadakan kemungkinan adanya gangguan elektrolit dan menentukan
kebutuhan elektrolit tersebut, BUN/Kr; mengevaluasi perfusi/fungsi ginjal.
Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
Antiemetik, antidiare, antipiretik
R: Antiemetik; mengurangi insiden muntah untuk mengurangi kehilangan
cairan/elektrolit lebih lanjut. Antidiare; menurunkan jumlah dan keenceran
feses, mengurangi kejang usus dan peristaltik. Antipiretik; membantu
mengurangi demam dan respon hipermetabolisme.
c. Pola napas tidak efektif/risiko tinggi kerusakan pertukaran gas
Faktor risiko meliputi : ketidakseimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernapasan,
penurunan energi/kepenatan, penurunan ekspansi paru). Menahan sekresi (obstruksi
trakeobronkial), proses infeksi/inflamasi, rasa sakit. Ketidak seimbangan perfusi
ventilasi
Tujuan/kriteria evaluasi : Mempertahankan pernapasan efektif. Tidak mengalami sesak
napas/sianosis, dengan bunyi napas dan sinar X bagian dada yang bersih/meningkat dan
GDA dalam batas normal.
Intervensi :
1) Kaji kecepatan/kedalaman pernapasan, sianosis, penggunaan otot-otot
aksesoris/peningkatan kerja pernapasan, dan munculnya dispnea, ansietas.
R: Takipnea, sianosis, tidak dapat beristirahat, dan peningkatan napas
menunjukkan kesulitan pernapasan dan adanya kebutuhan untuk
meningkatkan pengawasan/intervensi medis.
2) Auskultasi bunyi napas, tandai daerah paru yang mengalami penurunan.
R: Memperkirakan adanya perkembangan komplikasi/infeksi, mis.,
atelektasis/pneumonia.
3) Tinggikan kepala tempat tidur. Usahakan klien untuk berbalik, batuk, menarik napas
sesuai kebutuhan.
R: Meningkatkan fungsi pernapasan yang optimal dan mengurangi aspirasi atau
infeksi yang ditimbulkan karena atelektasis.
4) Berikan periode istirahat yang cukup diantara waktu aktivitas perawatan.
R: Menurunkan konsumsi O2
5) Kolaborasi :
Berikan tambahan O2 yang dilembabkan.
R: Mempertahankan ventilasi/oksigenasi efektif untuk mencegah/memperbaiki
krisis pernapasan
Berikan obat-obatan bronkodilator, eksfektoran, depresan batuk.
R: Mungkin diperlukan untuk meningkatkan/mempertahankan jalan napas atau
untuk membantu membersihkan seksresi.
d. Cedera, risiko tinggi terhadap perubahan faktor pembekuan.
Faktor risiko meliputi : penurunan absorbsi vitamin K, perubahan pada fungsi hepar,
munculnya antibodi, antiplatelet, autoimun, keganasan (KS), dan atau sirkulasi
endotoksin (sepsis)
Tujuan/kriteria evaluasi : Menunjukkan homeostasis yang ditunjukkan dengan tidak
adanya perdarahan mukosa dan bebas dari ekimosis.
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda vital dan warna kulit.
R: Timbulnya perdarahan/hemoragi dapat menunjukkan kegagalan
sirkulasi/syok.
2) Observasi perubahan tingkat kesadaran
R: Perubahan dapat menunjukkan adanya perdarahan otak.
3) Pertahankan lingkungan yang aman
R: Mengurangi cedera yang tidak disengaja, yang dapat menyebabkan
perdarahan.
4) Pertahankan istrahat di tempat tidur apabila trombosit di bawah 10.000.
R: Mengurangi kemungkinan cedera, meskipun aktivitas harus tetap
Dipertahankan
5) Kolaborasi :
Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium, mis., PT, PTT, waktu pembekuan, trombosit.
R: Mendeteksi gangguan kemampuan pembekuan; mengidentifikasi kebutuhan
terapi.
Berikan produk darah sesuai indikasi
R: Transfusi mungkin diperlukan pada waktu terjadi perdarahan terus
menerus/perdarahan spontan masif.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak mampuan atau perubahan
pada kemampuan untuk mencerna, mengunyah dan/atau nutrisi metabolisme;
mual/muntah, refleks gag hiperaktif, gangguan intestinal.
Tujuan/kriteria evaluasi: Mempertahankan berat badan atau memperlihatkan peningkatan
berat badan yang mengacu pada tujuan yang diinginkan. Mendemonstrasikan
keseimbangan nitrogen positif, bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan menunjukkan
perbaikan tingkat energi
Intervensi :
1) Kaji kemampuan untuk mengunyah, merasakan dan menelan.
R: Lesi mulut, tenggorok, dan esofagus dapat menyebabkan disfagia, penurunan
kemampuan pasien untuk mengolah makanan dan mengurangi keinginan
untuk makan.
2) Anjurkan perawatan mulut yang terus menerus
R: Mengurangi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan mual-muntah,
mulut yang bersih meningkatkan napsu makan.
3) Rencanakan diet dengan pasien atau orang terdekat, jika memungkinkan sarankan
makanan dari rumah.
R: Melibatkan pasien dalam rencana memberikan perasaan kontrol lingkungan
dan mungkin meningkatkan pemasukan.
4) Batasi makanan yang menyebabkan mual/muntah mungkin kurang ditoleransi oleh
pasien karena luka pada mulut atau disfagi
R: Rasa sakit pada mulut atau ketakutan akan mengiritasi lesi mulut akan
menyebabkan pasien enggan untuk makan.
5) Berikan fase istirahat sebelum makan.
R: Mengurangi rasa lelah, meningkatkan ketersediaan energi untuk aktivitas
makan.
6) Kolaborasi :
Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium, mis., BUN, glukosa, fungsi hepar, elektrolit,
protein dan albumin.
R: Mengindikasikan status nutrisi dan fungsi organ dan mengidentifikasi
kebutuhan pengganti.
Pemberian suplemen vitamin.
R: Kekurangan vitamin terjadi akibat penurunan pemasukan makanan dan/atau
kegagalan mengunyah dan absorbsi dalam sistem gastrointestinal.
f. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan inflamasi, kerusakan jaringan; infeksi, lesi
kutaneus internal/eksternal, ekskoriasi rektal, penularan, nekrosis.
Tujuan/kriteria evaluasi : keluhan hilangnya/terkotrolnya rasa sakit. Menunjukkan
posisi/ekspresi wajah rileks. Dapat tidur/beristirahat adekuat.
Intervensi :
1) Kaji keluhan nyeri, lokasi, intensitas (skala 1 sampai 10), frekuensi, dan waktu.
R: Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda
perkembangan/resolusi komplikasi.
2) Dorong pengungkapan perasaan.
R: Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi
akan intensitas rasa sakit.
3) Lakukan tindakan paliatif, mis., pengubahan posisi, masase, rentang gerak pada sendi
yang sakit.
R: Meningkatkan relaksasi/menurunkan tegangan otot.
4) Berikan kompres hangat/lembab pada sisi injeksi pentamidin selama 20 menit setelah
pemberian.
R: Injeksi ini diketahui sebagai penyebab rasa sakit dan abses steril.
5) Instruksikan pasien/dorong untuk menggunakan visualisasi/bimbingan imajinasi,
relaksasi progresif, teknik napas dalam.
R: Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat. Dapat menurunkan kebutuhan
narkotik analgesik (depresan SSP) dimana telah terjadi proses degeneratif
neuro/motor.
6) Kolaborasi
Berikan obat analgetik/antipiretik, analgesik narkotik.
R: Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman; mengurangi demam.
g. Kerusakan integritas kulit b/d defisit imunologi, AIDS dengan radang, infeksi virus,
bakteri dan jamur.
Tujuan/kriteria evaluasi : menunjukkan tingkah laku/teknik untuk mencegah kerusakan
kulit/meningkatkan kesembuhan. Menunjukkan penyembuhan lesi pada luka.
Intervensi :
1) Kaji warna kulit, turgor, sirkulasi dan sensasi
R: Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan
dan melakukan intervensi yang tepat.
2) Pertahankan kebersihan kulit.
R: Mempertahankan kebersihan kulit, karena kulit yang kering dapat menjadi
barier infeksi.
3) Rubah posisi secara teratur
R: Mengurangi stres pada titik tekanan, meningkatkan aliran darah ke jaringan
dan meningkatkan proses kesembuhan
4) Kolaborasi :
Berikan matras atau tempat tidur busa
R: menurunkan iskemik jaringan, mengurangi tekanan pada kulit, jaringan dan
lesi.
Pemberian obat-obatan topikal.
R: Digunakan pada perawatan lesi kulit untuk menghindari kontaminasi silang.
h. Perubahan membran mukosa oral b/d defisit imunologis dan timbulnya lesi penyebab
patogen mis., kandida. Kesehatan oral tidak efektif. Efek samping dari obat-obatan.
Tujuan/kriteria evaluasi :
Membran mukosa utuh, berwarna merah jambu, basah, bebas dari inflamasi/ulserasi.
Menunjukkan teknik memperbaiki/mempertahankan keutuhan mukosa oral.
Intervensi :
1) Kaji membran mukosa/catat seluruh lesi oral. Perhatikan keluhan nyeri, bengkak,
sulit mengunyah/menelan
R: Edema, lesi membran mukosa oral dan tenggorok kering menyebabkan rasa
sakit dan sulit mengunyah/menelan.
2) Berikan perawatan oral setiap hari dan setelah makan, gunakan sikat gigi halus, pasta
gigi nonabrasi, obat pencuci mulut non alkohol dan pelembab bibir.
R: Mengurangi rasa tidak nyaman, meningkatkan rasa sehat dan mencegah
pembentukan asam yang dikaitkan dengan partikel makanan yang tertinggal.
3) Anjurkan permen karet/permen tidak mengandung gula
R: Merangsang saliva untuk menetralkan asam dan melindungi membran
mukosa.
4) Rencanakan diet untuk menghindari garam, pedas, gesekan dan makanan/minuman
asam. Tawarkan makanan yang dingin/segar.
R: Makanan yang pedas akan membuka lesi yang telah disembuhkan. Lesi yang
terbuka akan nyeri dan diperburuk dengan garam, pedas, makanan/minuman
asam.
5) Kolaborasi :
Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis., nistasin, ketokonazol
R: Obat khusus pilihan tergantung pada organisme infeksi, mis., candida.
i. Kelelahan b/d penurunan produksi energi metabolisme, peningkatan kebutuhan energi
(status hipermetabolik). Emosional berlebihan.
Tujuan/kriteria evaluasi :
Melaporkan peningkatan energi. Melaksanakan kegiatan AKS. Berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan pada tingkat kemampuannya.
Intervensi :
1) Kaji pola tidur dan tingkat perubahan dalam proses berpikir/perilaku.
R: Berbagai faktor dapat meningkatkan kelelahan, termasuk kurang tidur,
penyakit SSP, tekanan emosi dan efek samping obat-obatan/kemoterapi.
2) Rencanakan perawatan untuk menyediakan fase istirahat. Atur aktivitas pada saat
pasien sangat berenergi.
R: Perencanaan akan membuat pasien menjadi aktif pada waktu dimana tingkat
energi lebih tinggi, sehingga dapat memperbaiki perusahaan sehat dan
kontrol diri.
3) Bantu memenuhi kebutuhan perawatan pribadi, pertahankan tempat tidur dalam
posisi rendah dan tempat lalu lalang, bebas dari perabotan; bantu dengan ambulasi.
R: Melindungi pasien dari cedera selama melakukan aktivitas. Rasa lemas dapat
membuat AKS hampir tidak mungkin bagi pasien untuk menyelesaikan.
4) Dorong pasien untuk melakukan apapun yang mungkin, mis., perawatan diri, duduk
di kursi, berjalan.
R: Memungkinkan penghematan energi, mengizinkan pasien untuk lebih aktif
tanpa menyebabkan kepenatan dan rasa prustasi.
j. Perubahan proses pikir b/d hipoksemia, infeksi SSP oleh HIV, malignansi otak dan/atau
infeksi oportunistik sistemik diseminata, hemoragi, vaskulitis.
Tujuan/kriteria evaluasi :
Mempetahankan orientasi realita umum dan fungsi kognitif optimal.
1) Kaji status mental dan neurologis. Catat perubahan dalam orientasi.
R: Menetapkan tingkat fungsional pada waktu penerimaan dan mewaspadakan
perawat.
2) Pertahankan lingkungan yang menyenangkan
R: Rangsangan lingkungan normal akan membantu orientasi realitas.
3) Anjurkan keluarga atau orang terdekat untuk bersosialisasi.
R: Sosialisasi berguna dalam membantu mempertahankan orientasi realita.
4) Kolaborasi :
Pemeriksaan diagnostik; MRI, CT Scan, pungsi spinal.
Pemeriksaan Laboratorium ; BUN/Kr, elektrolit, GDA
R: Tergantung pada manifestasi klinik dan indeks kecurigaan, status mental
yang merepleksikan berbagai faktor penyebab.
Pemberian obat antipsikotik atau antiansietas
R: Membantu dalam masalah insomnia, emosi labil, halusinasi, curiga dan
agitasi.
k. Ansietas/ketakutan b/d ancaman pada konsep pribadi, ancaman kematian, perubahan
pada kesehatan/status sosial ekonomi, fungsi peran, transmisi dan penularan
interpersonal
Tujuan/kriteria evaluasi : menunjukkan rentang normal dari perasaan dan berkurangnya
rasa takut/ansietas.Menunjukkan kemampuan untuk mengatasi masalah. Menggunakan
sumber-sumber dengan efektif.
Intervensi :
1) Jamin pasien tentang kerahasiaan dalam batasan situasi tertentu
R: Memberikan ketentraman hati dan kesempatan bagi pasien untuk
memecahkan masalah pada situasi yang diantisispasi.
2) Pertahankan hubungan yang sering dengan psien
R: Menjamin pasien tidak akan sendiri atau ditelantarkan, menunjukkan rasa
menghargai, dan menerima orang tersebut, membantu meningkatkan rasa
percaya diri.
3) Berikan informasi akurat dan konsisten mengenai prognosis.
R: Dapat mengurangi ansietas dan ketidakmampuan pasien untuk membuat
keputusan/ pilihan berdasarkan realita.
4) Waspada terhadap tanda-tanda penolakan/depresi dan timbulnya ide bunuh diri.
R: Pasien akan menggunakan mekanisme bertahan dengan penolakan dan terus
berharap bahwa diagnosanya tidak akurat dan percaya bahwa bunuh diri
adalah suatu alternatif
5) Kolaborasi :
Konseling psikistri
R: Diperlukan bantuan lebih lanjut dalam berhadapan dengan
diagnosa/prognosis terutama bila timbul keinginan bunuh diri.
l. Isolasi sosial b/d perubahan status kesehatan, perubahan pada penampilan fisik,
perubahan status mental. Persepsi tidak dapat diterima dalam masyarakat atau
perilaku/nilai-nilai seksual
Tujuan/kriteria evaluasi : menunjukkan peningkatan harga diri, berpartisipasi dalam
aktivitas/program pada tingkat kemampuan/hasrat.
Intervensi :
1) Tentukan persepsi pasien tentang situasi
R: Isolasi sebagian dapat mempengaruhi diri saat pasien takut penolakan/reaksi
orang lain
2) Berikan waktu untuk berbicara dengan pasien selama dan diantar aktivitas perawatan.
R: pasien mungkin mengalami isolasi fisik.
3) Waspadai gejala-gejala verbal dan nonverbal mis., menarik diri, perasaan kesepian
R: Indikasi bahwa putus asa dan ide untuk bunuh diri sering muncul; ketika
tanda-tanda ini diketahui oleh pemberi perawatan pasien umumnya ingin
berbicara mengenai perasaan ingin bunuh diri, terisolasi dan putus asa.
m. Ketidakberdayaan b/d komfirmasi diagnosa sakit terminal. Proses berduka yang belum
selesai. Perubahan pada bentuk tubuh/gaya hidup yang di inginkan.
Tujuan/kriteria evaluasi :
Menyatakan perasaan dan cara yang sehat untuk berhubungan dengan orang lain.
Mengungkapkan rasa kontrol terhadap situasi sekarang. Membuat keputusan yang
berhubungan dengan perawatan dan ikut serta dalam perawatan diri.
Intervensi :
1) Identifikasi faktor yang berhubungan dengan perasaan tak berdaya.
R: Rasa takut akan AIDS adalah kasus umum yang ditemukan pada isolasi
pasien.
2) Kaji tingkat perasaan tidak berdaya
R: Menentukan status individual pasien dan mengusahankan intervensi yang
sesuai pada waktu pasien imobilisasi karena perasaan depresi

3) Dorong peran aktif pada perencanaan aktivitas


R: Memungkinkan peningkatan perasaan kontrol dan manghargai diri sendiri dan
tanggung jawab diri
n. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan interpretasi informasi
Tujuan/kriteria evaluasi :
Mengungkapkan pemahamannya tentang kondisi/proses dan perawatan dari penyakit
tersebut, mengidentifikasi hubungan antara tanda-tanda/gejala-gejala proses penyakit
dan hubungan gejala-gejala dengan faktor penyebab, memulai perubahan gaya hidup
yang perlu dan ikut serta dalam aturan perawatan.
1) Tinjau ulang proses penyakit dan apa yang menjadi harapan dimasa depan
R: Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi
2) Tentukan tingkat ketergantungan dan kondisi fisik
R: membantu merencanakan jumlah perawatan dan kebutuhan penatalaksanaan
gejala dan juga kebutuhan akan sumber tambahan
3) Tinjau ulang penularan penyakit
R: menoreksi mitos dan kesalahan konsepsi, meniugnkatkan keamanan bagi
pasien atau orang lain
4) Anjurkan pasien dan pemberi perawatan mengenai kontrol infeksi
R: Mengurangi penularan penyakit, meningkatkan kesehatan pada masa
berkurang nya kemampuan sistem immune untuk mengontrol tingkat flora
5) Berikan informasi mengenai penatalaksanaan gejala yang melengkapi aturan medis
R: Memberi pasien peningkatan kontrol, mengurangi risiko rasa malu dan
meningkatkan kenyamanan
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan pelaksanaan dari intervensi atau rencana keperawatan.
Pada tahap ini perawat siap melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan pasien.
6) Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan pelayanan asuhan keperawatan yang
telah dilakukan. Dalam tahap ini, akan terlihat apakah tujuan yang telah disusun tercapai atau
tidak.
B. Penyimpangan KDM

Human Immunodeficinsi Virus

Port d”entry

Limfosit & monosit terinfeksi

Penurunan kemampuan immun

Sistem immune spesifik &


non spesifik menurun

Immunodefesiensi

Infeksi opportunistik
sel
keganasan Paru - paru

Menginfeksi usus
Pneumonia
Kaposis
sarkoma Stres sel
meningkat Peristaltik usus meningkat
Ekspansi paru
Peningkatan menurun
Penonjolan Kompensasi sekresi
Absorbsi usus menurun
kulit jantung
Gangguan
citra tubuh Isnpirasi tidak
Bersihan maksimal
Tachikardia Diare
jalan nafas
tidak efektif
Stimulasi
Stroke volume
brain stem Pengeluaran cairan
meningkat
meningkat
Prekunsi nafas
Cardiac out put meningkat
meningkat
Kaheksia Deficit Volume
Cairan Tubuh

Wasting
syndrom

Metabolisme protein dan Risiko tinggi infeksi(progresi


lemak meningkat menjadi sepsis/awitan infeksi
oportunistik)
Penurunan massa otot

Produk immunitas
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan menurun
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, Volume 1, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC, Jakarta.

Doenges E. Marilynn et al, 2002, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

Guyton, Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, Penerbit Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran ; Bandung.

Mansjoer A, dkk (1999), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi ketiga, Penerbit Media
Aeusculapius ; Jakarta.

Price, Sylvia A, (1995), Patofisiologi, Buku II, Edisi IV Cetakan I, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta.

Sarwono Waspadji Soeparman, (1995), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, FKUI; Jakarta.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PEROFESI NERS

Nama Mahasiswa yang Mengkaji: WA ODE SUMARLIS, S. Kep. NIM: N2213042

Ruangan :Isoasi I Tgl. Pengkajian : 01 Mei 2023


Kamar :1 Waktu Pengkajian : 08:00-Selesai
Tgl. Masuk RS: 1 Mei 2023 Auto Anamnese :
Allo Anamnese :
I. IDENTIFIKASI
A. KLIEN
Nama Initial : Tn. SP
Tempat/tgl. Lahir (umur) : 29 Tahun
Jenis kelamin :  Laki-laki  Perempuan
Status perkawinan : Belum Nikah
Jumlah Anak : -
Agama/Suku : Bugis/Indonesia
Warga negara :  Indonesia  Asing
Bahasa yang digunakan :  Indonesia

Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : -
Alamat Rumah : jl. Lumba-lumba

B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. B
Alamat : jl. Lumba-lumba
Hubungan dengan klien : Ayah
II. DATA MEDIK
A. Dikirim oleh : UGD □ Dokter
praktek
B. Diagnosa Medik : AIDS + TBC Paru
Demam tinggi, muncul bintik-bintik merah di kulit, mulai
 Saat masuk :
dari wajah sampai seluruh tubuh seperti cacar air, klien
juga mengalami diare dan batuk.
 Saat Pengkajian :
Klien mengeluh sesak nafas pada saat beraktivitas.

III. KEADAAN UMUM

A. KEADAAN SAKIT: Klien tampak sakit ringan / sedang / berat / tidak


tampak sakit.
Alasan: Tak bereaksi / baring lemah / duduk / aktif / gelisah / posisi
Penggunaan alat medik : Oksigen
Lain-lain:............................................................................................
B. TANDA-TANDA VITAL:
1. Kesadaran:
 Kualitatif:  Compos mentis  Somnolens  Coma
□ Apatis  Soporocomatous.
 Kuantitatif:
Skala Coma Glasgow: - Respon Motorik : 6
- Respon Bicara : 5
- Respon Membuka Mata: 4
+
Jumlah : 15
Kesimpulan: ............................................................................
 Flapping Tremor/asterixis:  Positif  Negatif
2. Tekanan darah: 100/70 mmHg

3. Suhu: 37,4 ºC  Oral  Axillar  Rectal


4. Nadi: 92x/menit
4. Pernafasan: Frekuensi 32x/menit
Irama:  Teratur  Kusmaull  Cheynes-Stokes
Jenis :  Dada  Perut
C. PENGUKURAN:
1. Lingkar Lengan Atas: ............. cm 3. Tinggi Badan: 160 cm
2. Lipat Kulit Triceps : ............. cm 4. Berat badan 49 kg
Indeks Massa Tubuh (IMT):..........................kg/m²
Kesimpulan : ......................................................................................................
Catatan : ......................................................................................................
D. GENOGRAM:

6 5 58 5 49
0 3 5

56 5
2

29 2
1

Keterangan :
: Laki-Laki : Meninggal : Satu Rumah : Klien
: Perempuan : Kawin ? : Tidak Diketahui

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. KAJIAN PERSEPSI KESEHATAN –
PEMELIHARAAN KESEHATAN

1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:
Klien merasa sehat-sehat saja dan selalu melakukan aktifitas seperti biasanya. Nafsu
makan baik, lancar buang air.
b. Keadaan sejak sakit:
Klien merasa lemas sehingga aktifitas yang biasa ia lakukan menjadi terhambat
2. Data Obyektif
Observasi:
 Kebersihan rambut : Rambut Bersih
 Kulit kepala : Kulit kepala bersih
 Kebersihan kulit : Bersih
 Higiene rongga mulut : Bersih
 Kebersihan genitalia : Bersih
 Kebersihan anus : Bersih
Tanda/Scar Vaksinasi :  BCG  Cacar

B. KAJIAN NUTRISI METABOLIK


1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:
BB : 49 Kg TB: 160 cm
- Jenis makanan : Lauk, Nasi, Sayur-sayuran
- Makananan yang disukai : Tidak menentu
- Makanan yang tidak disukai : tidak ada
- Makanan pantangan : Tidak ada
- Nafsu makan : baik

b. Keadaan sejak sakit:


Jenis diet : - Nafsu makan : Kurang (menurun)
Rasa mual ( - ) Muntah ( - )
Porsi makan : tidak dihabiskan
Perubahan berat badan 2 bulan terakhir : berkurang kurang lebih 9 kg
2. Data Obyektif
a. Observasi
- Nafsu makan berkurang
- Ku : Lemah
- Kes : CM
b. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan rambut : Bersih
 Hidrasi kulit : Baik
 Palpebrae Tidak Ada PelpebraaConjungtiva Pucat ( Anemis )
 Sclera. Putih
 Hidung Bentuk :Normal, Simetris kiri/kanan,
 Rongga mulut Kandidiasis Oral ( + )
 Gusi : Tidak Ada Pembengkakan Gusi
 Gigi Geligi ; Gigi palsu Tidak Ada Gigi Palsu
 Kemampuan mengunyah keras Normal
 Lidah Kotor Tonsil Normal
 Pharing : Tidak Ada Gangguan Menelan
 Kelenjar getah bening leher : Tidak Ada
 Kelenjar parotis Tidak Ada Kelenjar tyroid Tidak ada
 Abdomen
 Inspeksi : Bentuk Kesimetrisan dan warna sekitar: simetris kanan/kiri
Bayangan vena Tidak Ada
Benjolan vena Tidak Ada
 Auskultasi: Peristaltik 12x/menit
 Palpasi : Tanda nyeri umum Tidak ada nyeri tekan
Massa tidak ada
Hidrasi kulit Normal
Nyeri tekan:  R. Epigastrica  Titik Mc.Burney
□ R. Suprapubica  R. Illiaca
Hepar : tidak ada pembesaran

 Perkusi : tympani
 Kulit:
o Spider naevi :  Negatif  Positif
o Uremic frost :  Negatif  Positif
o Edema :  Negatif  Positif, Lokasi: .......................
o Icteric :  Negatif  Positif
o Tanda radang ..........................................................................................
 Lesi: Terdapat Tanda-Tanda Lesi (Sarkoma Kaposi)

c. Pemeriksaan diagnostik
 Laboratorium:
a. Tanggal 01 mei 2023
T. Helper ( CD3 + CD4 ) : 2 sell mm³
Kesan : Lymfosit T sangat kurang
b. Tanggal 03 mei 2023
Anti-CMV Ig6 : hasil positif
Anti-CMV IgM : hasil positf
c. Tanggal 01 mei 2023
Sputum : + + + (SPS)
Ureum, kreatinin 1,9
SGOT : 84
SGPT : 38

 Lain-lain
Radiologi
- Tanggal 01 mei 2023
Kesan : TB millier

d. Terapi:
Obat – obatan :
o IVFD Dext.5% : Rl = 1 : 2 28 tpm
o Panamin 1 btl/hari (2 hari)
o Zybac gr/12 jam IV
o Cotrimoxazolee 2 x 2 (oral)
o Ambroxol syr 3 x 1
o OAT kategori I (HRZE)
o Corsaneuron 3 x 1

C. KAJIAN POLA ELIMINASI


1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:
a. Buang Air Besar
Frekuensi : 1 kali perhari Penggunaan pencahar : tidak ada
Waktu : Pagi
Konsistensi: Padat
b. Buang Air Kecil
Frekuensi : 3-4 kali sehari
Warna : Kuning
Bau : Pesing
b. Keadaan sejak sakit:
a. Buang Air Besar
Frekuensi : Perhari Penggunaan pencahar : tidak ada
Waktu : Tidak menentu
Konsistensi : padat
b. Buang Air Kecil
Frekuensi : 3-4 x perhari Warna : Kuning Bau : Amoniak
Keluhan Lain : Tidak ada

2. Data Obyektif
a. Observasi
a. Buang Air Besar
Frekuensi : Perhari Penggunaan pencahar : tidak ada
Waktu : Tidak menentu
Konsistensi : padat
b. Buang Air Kecil
Frekuensi : 3-4 x perhari Warna : Kuning Bau : Amoniak
Keluhan Lain : Tidak ada

b. Pemeriksaan Fisik
 Peristaltik usus: 12x/menit
 Palpasi Suprapubica: kandung kemih  Penuh  Kosong
 Nyeri ketuk ginjal: Kiri  Negatif  Positif
Kanan  Negatif  Positif
 Mulut urethra: ............................................................................................
 Anus:
 Peradangan :  Negatif  Positif
 Fissura :  Negatif  Positif
 Hemoroid :  Negatif  Positif
 Prolapsus recti :  Negatif  Positif
 Fistula ani :  Negatif  Positif
 Masa tumor :  Negatif  Positif
c. Pemeriksaan diagnostik
 Laboratorium:
 Lain-lain
d. Terapi:
Obat – obatan :
o IVFD Dext.5% : Rl = 1 : 2 28 tpm
o Panamin 1 btl/hari (2 hari)
o Zybac gr/12 jam IV
o Cotrimoxazolee 2 x 2 (oral)
o Ambroxol syr 3 x 1
o OAT kategori I (HRZE)
o Corsaneuron 3 x 1

D. KAJIAN POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN


1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:
a) Kegiatan dalam pekerjaan : Klien tidak mempunyai pekerjaan yang
menetap.
b) Olah raga :
Jenis : Tidak menentu Frekuensi : -
c) Kegiatan diwaktu luang : Duduk santai di rumah sambil menonton TV
b. Keadaan sejak sakit:
Klien tidak melakukan aktivitas sehari-hari seperti pada saat sehat, klien hanya
terbaring di tempat tidur. Klien merasa cepat lelah dan terasa sesak bila beraktivitas

2. Data Obyektif
a. Observasi
 Aktivitas Harian:
o Makan 
o Mandi  0 : mandiri
o Berpakaian  1 : bantuan dengan alat
o Kerapian  2 : bantuan orang
o Buang air besar  3 : bantuan orang dan alat

o Buang air kecil  4 : bantuan penuh


o Mobilisasi di tempat tidur 

o Ambulasi: mandiri / tongkat / kursi roda / tempat tidur


 Postur tubuh Tegak
 Gaya jalan : lurus
 Anggota gerak yang cacat Tidak Ada
b. Pemeriksaan fisik
 J V P: Teraba cmH2O. Kesimpulan ....................................................
 Perfusi pembuluh perifer kuku: > 3 detik
 Thorax dan Pernafasan
o Inspeksi: Bentuk thorax: simetris ka/ki
Stridor:  Negatif  Positif
Dyspnea d’ Effort:  Negatif  Positif
Sianosis:  Negatif  Positif
o Palpasi: Vocal Fremitus
o Perkusi:  Sonor  Redup  Pekak

o Auskultasi: Suara Nafas Ronchi (+)

Suara Ucapan ...........................................................


Suara Tambahan : Ronchi

 Jantung
o Inspeksi: Ictus cordis ............................................................
Klien menggunakan alat pacu jantung  Negatif
□ Positif
o Palpasi: Ictus cordis: tidak tampak ictus cordis
Thrill:  Negatif  Positif
o Perkusi: Batas atas jantung ......................................................
Batas kanan jantung: ….............................................
Batas kiri jantung : ...................................................
o Auskultasi: Bunyi jantung II A: ................................................
Bunyi jantung II P: .................................................
Bunyi jantung I T:..................................................
Bunyi jantung I M: ................................................
Bunyi jantung III Irama Gallop:  Negatif Positif
Murmur:  Negatif  Positif, Tempat: ...................
Grade: ...................
HR:........................x/menit.
Bruit Aorta: Negatif  Positif
A. Renalis: Negatif  Positif
A. Femoralis: Negatif  Positif
 Lengan dan Tungkai
o Atrofi otot:  Negatif  Positif, Tempat: ...................................

o Uji kekuatan otot: Kiri 1 2 3 4 5

Kanan 1 2 3 4 5

o Reflex Fisiologik: Normal


o Reflex Patologik: Babinski, Kiri  Negatif  Positif
Kanan  Negatif  Positif
o Clubing Jari-jari  Negatif  Positif
o Varices Tungkai  Negatif  Positif
 Columna Vertebralis
o Inspeksi: Kelainan bentuk ..............................................................
o Palpasi: Nyeri tekan  Negatif  Positif
o N III – IV – VI : ............................................................................
o N VIII Romberg Test:  Negatif  Positif
o N XI : ...............................................................................................

o Kaku kuduk|: .....................................................................................


c. Pemeriksaan Diagnostik
 Laboratorium
 Lain-lain
d. Terapi
Terpasang NACL 0,9% 28 tpm
E. KAJIAN POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:
Waktu Tidur (jam) : 22.00 – 05.00
- Lama tidur / hari : 6 – 7 jam
- Kebiasaan pengantar tidur : tidak ada
- Kesulitan dalam tidur : tidak ada

b. Keadaan sejak sakit:


Klien mengatakan selama di RS tidur klien nyenyak. Tidak ada perubahan
dengan jam tidur dengan sebelumnya
2. Data Obyektif
a. Observasi
Expresi wajah mengantuk :  Negatif  Positif
Banyak menguap :  Negatif  Positif
Palpebrae inferior berwarna gelap :  Negatif  Positif

b. Terapi
Terpasang Nacl 0.9% 28 Tpm

F. KAJIAN POLA PERSEPSI KOGNITIF


1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:
Klien mengatakan tidak ada masalah dalam persepsi kognitifnya..

b. Keadaan sejak sakit:


Klien merasa dirinya menyerah dan pasrah karena penyakit yang
dideritanya.

2. Data Obyektif
a. Observasi
Pola koping pasien baik namun pasien tampak kurang bersemangat dalam
menjalani pengobatannya, dan merasa pasrah terhadap penyakit yang di
deritanya.
b. Pemeriksaan Fisik
 Penglihatan
o Cornea Normal
o Visus : Berkedip saat bersentuhan dengan kapas
o Pupil : Isokor
o Lensa Mata : Normal
 Pendengaran : Normal
 N I : Klien dapat membedakan dengan bau yang tajam
 N II : Ketajaman penglihatan baik.
 N V Sensorik : Kornea berkedip saat disentuhkan kapas
 N VII Sensorik : klien bisa mengerutkan dahi, tersenyum dan
menurunkan alis mata
 N VIII Pendengaran : Klien bisa mendengarkan apa yang dibicarakan.
c. Pemeriksaan Diagnostik
 Laboratorium
 Lain-lain

d. Terapi
IVFD Dext.5% : Rl = 1 : 2 28 tpm

G. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:
Klien merasa sangat percaya diri dan bangga dengan dirinya sendiri. Selalu
bersosial dengan keluarga, teman, sahabat dan tetangga disekitar rumahnya.

b. Keadaan sejak sakit:


Klien mengatakan merasa malu dengan kondisinya saat ini, pasien tidak
percaya diri dengan tubuhnya saat ini dan malu jika bertemu dengan orang
lain. Pasien mengatakan pasrah dengan penyakit yang di deritanya saat ini..

2. Data Obyektif
a. Observasi
 Kontak mata : .Normal
 Rentang perhatian : Normal
 Suara dan cara bicara : Normal
 Postur tubuh : Tegak

b. Pemeriksaan Fisik
Kelainan bawaan yang nyata : Tidak ada
 Abdomen: Bentuk : Datar
Bayangan vena : Tidak ada
Bayangan massa: Tidak ada
 Kulit: Lesi kulit : Kering, turgor kulit jelek.

H. KAJIAN POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA


1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:
Klien dapat berinteraksi dengan baik terhadap keluarganya.22
b. Keadaan sejak sakit:
Keluarga klien merasa cemas dengan keadaan yang dialami klien. Klien
dapat bekerjsama dalam tindakan keperawatan dan pengobatan dengan
tim kesehatan.

2. Data Obyektif
a. Observasi
Tidak ada perilaku yang menyimpang.

I. KAJIAN POLA REPRODUKSI - SEKSUALITAS


1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit

Dalam batas normal.


b. Keadaan sejak sakit:

2. Data Obyektif
a. Observasi
b. Pemeriksaan Diagnostik

 Laboratorium:
 Lain-lain
c. Terapi:
IVFD Dext.5% : Rl = 1 : 2 28 tpm
J. KAJIAN MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP
STRES

1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:
Ketika klien mengalami masalah, klien slalu di bantu keluarga ketika mengambil
sebuah keputusan.
b. Keadaan sejak sakit:
Klien mampu menerima dengan apa yang ia alami pada saaat berada di rumah
sakit. Tidak mengeluh ataupun kesal terhadap penyakit yang ia derita.
2. Data Obyektif
a. Observasi
Klien nampak tenang.
b. Pemeriksaan Fisik
 Tekanan darah: 100/70 mmHg
 HR :92x/menit

 Kulit: Keringat

c. Terapi
IVFD Dext.5% : Rl = 1 : 2 28 tpm

K. KA JIAN POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN


1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:
Klien beragama islam dan jarang melaksanakan shalat 5 waktu.
b. Keadaan sejak sakit:
Klien beragama islam dan jarang melaksanakan shalat 5 waktu.
2. Data Obyektif
a. Observasi
klien tidak menjalankan ibadah 5 waktu.

Nama dan Tanda Tangan yang Mengkaji

(Wa Ode Sumarlis,S.Kep.)


ANALISA DATA
TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH

01 Mei 2023 DS : imunodefisiensi Pola napas tidak


- Klien mengeluh sesak Type equation here . efektif
bila melakukan
aktifitas; makan &
minum

DO :
- Tampak sesak
- RR : 32 x / m
Pengguanaan otot-otot
aksesoris
- Terpasang oksigen 2-3
ltr permenit

01 Mei 2023  Faktor risiko : Risiko tinggi


- CD4 (Th) : 2 lo terhadap infeksi
- Sputum BTA : (+) (progresi infeksi
- Radiologi : TB milier menjadi sepsis /
- Pertahanan primer tidak awitan infeksi
adekuat opurtunistik
Anti-CMV IGg (+), Anti-
CMV Igm (+)

01 Mei 2023 DS : Perubahan nutrisi


- Klien mengeluh nyeri kurang dari
pada lidah bila makan kebutuhan tubuh
dan minum
- Klien mengatakan BB
menurun terus.

DO :
- Klien tampak lemah
- LLA : 19 cm (kurang)
- Lesi pada lidah / mulut
(kandidiasis)
- BB : 40 kg TB : 160
cm
IMT : 12,5 : < BB tingkat
berat.
01 Mei 2023 DS : Kerusakan
- Klien mengatakan integritas kulit
wajahnya merah dan
terkelupas
- Klien mengatakan
kuku-kukunya tercabut
DO :
- Tampak ruam pada
wajah, merah dan
terkelupas
- Tampak ruam pada
ekstremitas
Matriks kuku terbuka /
terlepas

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


Tanggal, ………………………..
1. Pola napas tidak efektif

2. Risiko tinggi terhadap infeksi (progresi infeksi menjadi sepsis / awitan infeksi opurtunistik

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

4. Kerusakan integritas kulit.


RENCANA KEPERAWATAN

HARI/ DIAGNOSA
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
TGL KEPERAWATAN
01 Mei 2023 Pola napas tidak efektif Mempertahankan pola napas efektif dengan 1. Auskultasi bunyi napas, tandai daerah yang mengalami
berhubungan dengan menurunnya kriteria : penurunan / kehilangan ventilasi.
ekspansi paru ditandai dengan : - Tidak mengalami sesak napas/sianosis 2. Observasi dan catat kecepatan / kedalaman pernpasan,
Ds : RR 20 -24x/ menit sianosis, penggunaan otot-otot aksesoris.
- Klien mengeluh sesak bila 3. Atur posisi klien semi fowler / high fowler
melakukan aktifitas; makan & 4. berikan periode istirahat yang cukup diantara waktu
minum aktifitas perawatan.
5. kolaborasi pemberian obat mukolitik :
Do : - epeksol (ambroxol hcl ) 3x1 ct
- Tampak sesak
- RR : 32 x / m
Pengguanaan otot-otot aksesoris
- Oksigen terpasang 2-3
ltrper mnt
01 Mei 2023 Risiko tinggi terhadap infeksi Klien dapat mengidentifikasi / ikut serta 1. Observasi tanda-tanda vital, utamanya suhu
(progresi menjadi sepsis / awitan dalam perilaku yang mengurangi risiko 2. Selidiki keluhan sakit kepala, kaku leher, perubahan
infeksi opurtunistik) : infeksi dengan criteria : mental dan tingkah laku
Faktor risiko : - Tidak demam, bebas dari pengeluaran / 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan / kontak
- CD4 (Th) : 2 lo sekresi purulen dan tanda-tanda dari perawatan dan instruksi klien / keluarga untuk
- Sputum BTA : (+) kondisi infeksi mencuci tangan sesuai indikasi
- Radiologi : TB milier 4. Periksa adanya luka / lokasi alat invasif, perhatikan
- Pertahanan primer tidak adekuat tanda-tanda inflamasi
Anti-CMV IGg (+), Anti-CMV 5. Kolaborasi pemberian antibiotic :
IGm (+) -Cotrimoxazole 2x2 tab
-Zybac inj 1 gr / 12 jam
OAT kategori I (HRZE).
01 Mei 2023 Perubahan nutrisi kurang dari Mempertahankan BB atau memperlihatkan 1. Kaji kemampuan untuk mengunyah dan menelan
kebutuhan tubuh b/d peningkatan peningkatan BB yang mengacu pada tujuan 2. Timbang berat badan sesuai kebutuhan
metabolisme, ditandai dengan : yang diinginkan dengan kriteria : 3. Ajarkan perawatan mulut yang terus menerus
DS : - Bebas dari tanda-tanda malnutrisi 4. Rencanakan diet dengan klien / orang terdekat, jika
- Klien mengeluh nyeri pada - Mewujudkan perbaikan tingkat energi. memungkinkan, sarankan makanan dari rumah
lidah bila makan dan minum 5. Kolaborasi pemberian vitamin:
- Klien mengatakan BB - Corsaneuron 2x1 tab.
menurun terus. - Pan Amin G 1 btl/hari

DO :
- Klien tampak lemah
- LLA : 19 cm (kurang)
- Lesi pada lidah / mulut
(kandidiasis)
- BB : 40 kg, TB : 160 cm
IMT : 12,5 : < BB tingkat berat.
01 Mei 2023 Kerusakan integritas kulit b/d Menunjukkan tingkah laku/teknik untuk 1. Observasi / catat warna, turgor, sirkulasi dan sensasi
infeksi jamur, ditandai dengan : mencegah kerusakan/meningkatkan 2. Ajarkan dalam hal hygiene kulit : kemudian
DS : kesembuhan dengan kriteria : mengeringakn dengan hati-hati, kemudian lakukan
- Klien mengatakan wajahnya - Kulit wajah tidak memerah dan masase dengan menggunakan lotion.
merah dan terkelupas terkelupas 3. Ubah posisi sesering mungkin
- Klien mengatakan kuku- - Kemajuan pada penyembuhan lesi oral 4. Kolaborasi pemberian obat topical / sistemik sesuai
kukunya tercabut indikasi :
DO : - Hydrocortizole 2 % (salep).
- Tampak ruam pada wajah,
merah dan terkelupas
- Tampak ruam pada
ekstremitas
Matriks kuku terbuka / terlepas.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

HARI/ DIAGNOSA JAM JAM EVALUASI PARAF


IMPLEMENTASI PARAF
TGL KEPERAWATAN
01 Mei Pola napas tidak efektif 1. Mengobserasi tanda-tanda vital S : Klien mengatakan sesak bila melakukan
2023 berhubungan dengan Hasil : aktivitas ; makan dan minum
menurunnya ekspansi O : - klien tampak sesak
paru
TD : 100/70 mmHg - RR : 32 x / menit
N : 92x/menit - penggunaan otot- otot aksesoris
P : 32x/menit A : Pola napas tidak efektif
S : 37,4 c P : Lanjutkan intervensi
2. Memberikan oksigen sesuai 2. Auskultasi bunyi napas, tandai daerah yang
mengalami penurunan / kehilangan ventilasi.
kebutuhan. 3. Observasi dan catat kecepatan / kedalaman
Hasil : sesak berkurang pernpasan, sianosis, penggunaan otot-otot
3. Memberikan posisi yaang nyaman aksesoris.
Hasil : klien nyaman. 4. Atur posisi klien semi fowler / high fowler
4. Penatalaksanaan pemberian 5. Berikan periode istirahat yang cukup
diantara waktu aktifitas perawatan.
antibiotik. 6. Kolaborasi pemberian obat mukolitik :
Hasil : Ambroxol syr 3 x 1 - epeksol (ambroxol hcl ) 3x1 ct

01 Mei Risiko tinggi terhadap 1. Observasi tanda-tanda vital, utamanya S : Klien mengatakan tidak ada keluhan sakit
2023 infeksi (progresi suhu kepala, dan kaku leher
menjadi sepsis / awitan 2. Selidiki keluhan sakit kepala, kaku O : Suhu : 36,7 oC
infeksi oportunistik) leher, perubahan mental dan tingkah A : Risiko tinggi terhadap infeksi
P : Lanjutkan intervensi
laku
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan
melakukan / kontak perawatan dan 2. Pemberian antibiotic :
instruksi klien / keluarga untuk mencuci - Cotrimoxazole 2 x 2 tab
tangan sesuai indikasi - OAT kategori 1 (HRZE)
4. Periksa adanya luka / lokasi alat invasif,
perhatikan tanda-tanda inflamasi
5. Kolaborasi pemberian antibiotic :
-Cotrimoxazole 2x2 tab
-Zybac inj 1 gr / 12 jam
1. OAT kategori I (HRZE).
01 Mei Perubahan nutrisi 1. Kaji kemampuan untuk mengunyah dan S : Klien masih mengeluh nyeri pada lidah
2023 kurang dari kebutuhan menelan bila makan dan minum
b/d peningkatan 2. Timbang berat badan sesuai kebutuhan O : - Klien nampak lemah
metabolisme 3. Ajarkan perawatan mulut yang terus - lesi pada lidah /mulut
- LLA : 19 cm ( kurang )
menerus
- IMT : 12,5 ( < BB tingkat berat)
4. Rencanakan diet dengan klien / orang - BB : 40 kg, TB : 160 cm
terdekat, jika memungkinkan, sarankan A : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
makanan dari rumah P : Lanjutkan intervensi
5. Kolaborasi pemberian vitamin: 3. Perawatan mulut
- Corsaneuron 2x1 tab. 5. Pemberian vitamin: corsanueron 2x1 tab.
- Pan Amin G 1 btl/hari Tambahkan intevensi :
- Kolaborasi dengan gizi untuk pemberian
makanan TKTP

01 Mei Kerusakan integritas 1. Observasi / catat warna, turgor, S : - Klien mengatakan gatal pada wajah dan
2023 kulit b/d infeksi jamur sirkulasi dan sensasi terkelupas
2. Ajarkan dalam hal hygiene kulit : - Klien mengatakan kukunya sakit bila
kemudian mengeringakn dengan hati- tersentuh
hati, kemudian lakukan masase dengan O: - Ruam pada wajah, merah dan terkelupas
menggunakan lotion. - Ruam pada ekstremitas
3. Ubah posisi sesering mungkin - Matriks kuku terlepas
4. Kolaborasi pemberian obat topical / A: Masalah kerusakan integritas kulit belum
sistemik sesuai indikasi : teratasi.
5. Hydrocortizole 2 % (salep). P : Lanjutkan intervensi
2. Higiene kulit, masase dengan lotion pada
ekstremitas
3. Ubah posisi
4. Pemberian obat topical
- Hydrocortizole 2 % (salep)

Anda mungkin juga menyukai