Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE)


STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
DIRUANG HEMODIALISA

DISUSUN OLEH:
UCHRIZAL FEBBY MILLENNIANTARY
20902100162

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2022
CKD (CHRONIC PATOFISIOLOGIS: PEMERIKSAAN PENUNJANG:
KIDNEY DISEASE) Disfungsi ginjal mengakibatkan keadaan patologik yang komplek termasuk 1. Pemeriksaan laboratorium darah:
diantaranya penurunan GFR (Glumerular Filtration Rate), pengeluaran produksi a. Hematologi (Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit,
urine dan eksresi air yang abnormal, ketidakseimbangan elektrolit dan metabolik Trombosit)
PENGERTIAN: abnormal. Homeostatis dipertahankan oleh hipertropi nefron. Hal ini terjadi karena b. RFT ( renal fungsi test ) ureum dan
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan suatu hipertrofi nefron hanya dapat mempertahankan eksresi solates dan sisa-sisa kreatinin
kondisi dimana organ ginjal sudah tidak mampu produksi dengan jalan menurunkan reabsorbsi air sehingga terjadi hipostenuria c. LFT (liver fungsi test )
mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa (kehilangan kemampuan memekatkan urin) dan polyuria adalah peningkatan output d. Elektrolit (Klorida, kalium, kalsium)
bahan yang biasanya dieliminasi melalui urin dan ginjal. Hipostenuria dan polyuria adalah tanda awal CKD dan dapat menyebabkan e. Koagulasi studi (PTT, PTTK)
dehidrasi ringan. Perkembangan penyakit selanjutnya, kemampuan memekatkan f. BGA
menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan
urin menjadi semakin berkurang. Osmolitasnya (isotenuria). Jika fungsi ginjal 2. Urine
ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi mencapai tingkat ini serum BUN meningkat secara otomatis, dan pasien akan a. Urine rutin
endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta beresiko kelebihan beban cairan seiring dengan output urin yang makin tidak b. Urin khusus : benda keton, analisa kristal
asam basa (Aisara.,et.al, 2018). adekuat. Pasien dengan CKD mungkin menjadi dehidrasi/ mengalami kelebihan batu
beban cairan tergantung pada tingkat gagal ginjal (Kalengkongan, 2018) 3. Pemeriksaan kardiovaskuler
a. Elektrokardiogram
ETIOLOGI:
1. Hipertensi PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN: b. Elektrokardiografi
2. Diabetes melitus Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu: 4. Radidiagnostik
3. Serangan jantung 1. Konservatif a. USG abdominal
4. Penyakit ginjal polikistik a. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin b. CT scan abdominal
5. Glomerulonephritis b. Observasi balance cairan c. BNO/IVP, FPA
6. Pielonefritis c. Observasi adanya odema d. Renogram
7. Obat-obatan d. Batasi cairan yang masuk e. RPG ( retio pielografi )
8. Pola hidup (Ariyanto.,et.al 2018). 2. Dialysis (Mait.,et.al. 2021).
a. Peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat
KLASIFIKASI: akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis ) KOMPLIKASI:
1. Stage 1, Kerusakan ginjal dengan GFR b. Hemodialisis Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di Menurut Prabowo (2014) komplikasi yang dapat
normal atau meningkat ≥ 90. vena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan timbul dari penyakit gagal ginjal kronik adalah:
2. Stage 2, Kerusakan ginjal dengan GFR melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan: 1. Hipoalbumin
menurun ringan 60 – 89. 1) AV fistule : menggabungkan vena dan arteri 2. Anemia
3. Stage 3, Kerusakan ginjal dengan kerusakan 2) Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke 3. Gagal jantung kongestif
GFR menurun sedang 30 – 59. jantung ) 4. Penyakit tulang
4. Stage 4, Kerusakan ginjal dengan kerusakan 3. Operasi 5. Hipertensi
GFR menurun berat 15 – 29 a. Pengambilan batu 6. Disfungsi seksual
5. Stage 5, Gagal Ginjal dengan GFR < 15 atau b. transplantasi ginjal (Fadhilah, 2020).
dialisis (Aisara.,et.al, 2018). (Lubis.,et.al 2016).

MANIFESTASI KLINIS:
1. Gangguan kardiovaskuler (Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema)
2. Gannguan Pulmoner (Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels)
3. Gangguan gastrointestinal Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut,
nafas bau ammonia.
4. Gangguan muskuloskeletal (Resiles leg sindrom /pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan, burning feet syndrom/rasa kesemutan dan terbakar, terutama 5 ditelapak kaki, tremor, miopati/
kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas.
5. Gangguan Integumen (kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.)
6. Gangguan endokrim (Gangguan seksual: libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.)
7. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa, biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia,
hipokalsemia.
8. System hematologi anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa
hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni (Parwati, 2019).
PATHWAYS

Faktor resiko: CKD (CHRONIC Penurunan Ekskresi sisa Ureum,BUN Kulit kering, MK.Gangguan
1. Usia KIDNEY DISEASE) fungsi pada metabolisme dan kreatinin pecah-pecah integritas
2. Gaya hidup ginjal tubuh mengalami kulit/jaringan
3. Obesitas peningkatan
4. Aktivitas fisik rendah
5. Riwayat batu ginjal
6. Penyakit
kardiovaskuler Aktivitas renin zat toksin yang Eliminasi kuman
7. Keturunan angiotensin menumpuk dalam salura kemih
8. Infeksi HIV aldosterone meningkat mengalami penurunan
9. Penyakit autoimun
10. BBL rendah Gangguan
11. Keracunan obat Penyemitan metabolisme dalam Kuman berkembang
pembuluh darah tubuh biak semakin banyak

Penumpukan Gangguan Menembus dan


cairan dan garam keseimbanhan menginfeksi sel darah
Produksi urin menurun asam dan basa merah

Anuria Edema Endotoksin di


Produksi asam
lambung naik keluarkan
MK.Gangguan MK.Hipervolemia
eliminasi
Nafsu makan Aktivasi sel
menurun,mual makrofag
dan muntah
Terjadi peningkatan
MK.Defisit nutrisi suhu tubuh

Demam

MK.Hipertermia
KONSEP KEPERAWATAN
Pengkajian Keperawatan Diagnosa Keperawatan:

1. Hipertermia b.d proses penyakit (SDKI, D.0130)


2. Hypervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi
Data Umum: Data Fokus: Pemeriksaan Disik Data Penunjang: (SDKI,D.0022)
1. Identitas 1. Pola Persepsi (Head to toe): 1. Pemeriksaan 3. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna
2. Status 2. Pola Eliminasi 1. Kesadaran darah makanan (SDKI,D.0019)
kesehatan 3. Pola Aktivitas & Latihan 2. Penampilan 2. Pemeriksaan 4. Gangguan eliminasi urine b.d penurunan kapasitas
saat ini 4. Pola Istirahat & Tidur 3. Vital Sign urinalis kandung kemih (SDKI, D.0040)
3. Riwayat 5. Pola Nutrisi-Metabolik 4. Kepala 3. USG abdomen 5. Gangguan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi
kesehatan 6. Pola Kognitif-Perseptual 5. Mata 4. CT-Scan (SDKI,D.0192)
lalu sensori 6. Hidung abdomen
4. Riwayat 7. Pola Persepsi diri & Konsep 7. Telinga 5. BNO/IVP,FPA
Kesehatan 8. Pola Mekanisme Koping 8. Mulut- 6. Renogram 1. Intervensi: Hipertermia b.d proses infeksi
keluarga 9. Pola Seksual & reproduksi Tenggorokan Observasi:
10. Pola Peran-Berhubungan 9. Dada a. Identifikasi penyebab hipertermia
dengan orang lain 10. Abdomen b. Monitor suhu tubuh
11. Pola Nilai & Kepercayaan 11. Genetalia c. Monitor kadar elektrolit
12. Ektremitas atas & d. Monitor haluaran urine
bawah e. Monitor komplikasi akibat hipertermia
3. Intervensi: Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan 13. Kulit Terapeutik:
mencerna makanan a. Sediakan lingkungan yang dingin
Observasi: b. Longgarkan atau lepaskan pakaian
a. Identifikasi status nutrisi,alergi dan intoleransi 2. Intervensi; Hipervolemia b.d gangguan c. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
makanan mekanisme regulasi d. Berikan cairan oral
b. Identifikasi makanan yang disukai Obeservasi: e. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
c. Identifkasi kebutuhan kalorindan jenis nutrient a. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi,nafas, mengalami hyperhidrosis
d. Identifikasi perlunya selang NGT tekanan darah, berat badan. f. Lakukan pendinginan eksternal misal: selimut
e. Monitor asupan makanan, berat badan dan hasil b. Monitor waktu pengisian kapiler hipotermia
pemeriksaan laboratorium c. Monitor elastisitas atau turgor kulit g. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Teraputik: d. Monitor jumlah, warna dan berat jenis urin h. Berikan oksigen, jika perlu
a. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu e. Monitor kadar albumin dan protein total Edukasi:
b. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai f. Monitor intake dan output cairan a. Anjurkan tirah baring
c. Berikan makanan tinggi serat, protein dan kalori g. Indentifikasi tanda-tanda hypervolemia dan Kolaborasi:
d. Berikan suplemen makanan, jika perlu hypovolemia a. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,
e. Hentikan pemberian makanan melalui NGT jika h. Identifikasi faktor resiko ketidakseimbangan jika perlu
asupan oral dapat di toleransi. cairan
Edukasi: Terapeutik:
a. Anjurkan posisi duduk,jika mampu a. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
b. Ajarkan diet yang diprogramkan kondisi pasien
Kolaborasi: b. Dokumentasikan hasil pemantauan
a. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan misal Edukasi:
pereda nyeri,jika perlu a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah b. Jelaskan hasil pemantauan, bila perlu
kalori dan jenis nutrienyang dibutuhkan,jika perlu
4. Intervensi: Gangguan eliminasi urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih
Observasi: 5. Intervensi: Gangguan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi
a. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urin Observasi:
b. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urin a. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
c. Monitor eliminiasi urin Terapeutik:
Teraputik: a. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
a. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih b. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang,jika perlu
b. Batasi asupan cairan, jika perlu c. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
c. Ambil sampel urin tengah (midstream) atau kultur d. Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering
Edukasi: e. Gunakan produk berbahan ringan/ alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
a. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih f. Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
b. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine Edukasi:
c. Ajarkan mengambil specimen urine midstream a. Anjurkan menggunakan pelembab
d. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih b. Anjurkan munim air yang cukup
e. Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul/perkemihan c. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
f. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi d. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
g. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur e. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstream
Kolaborasi: f. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluar rumah
Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu g. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya

DAFTAR PUSTAKA:

Aisara, S., Azmi, S., & Yanni, M. (2018). Gambaran Klinis Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas, 7(1), 42. https://doi.org/10.25077/jka.v7i1.778
Ariyanto, Hadisaputro, S., Lestariningsih, Adi, S., & Budijitno, S. (2018). Beberapa Faktor Risiko Kejadian Penyakit Ginjal Kronik (PGK) Stadium V pada Kelompok Usia Kurang
dari 50 Tahun. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas, 3(1), 1–6.
Bachtiar, F., & Purnamadyawati, P. (2021). Gambaran Activity Daily Living (ADL) Pasien Penyakit Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di RS Setia Mitra Jakarta. Jurnal
Epidemiologi Kesehatan Komunitas, 6(1), 127–134. https://doi.org/10.14710/jekk.v6i1.9993
Harahap, S. (2018). Faktor-Faktor Risiko Kejadian Gagal Ginjal Kronik (Ggk) Di Ruang Hemodialisa (Hd) Rsup H. Adam Malik Medan. Jurnal Online Keperawatan Indonesia,
1(1), 92–109. http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/Keperawatan/article/download/374/353#:~:text=Terdapat beberapa faktor risiko yang,lupus eritematosus
sistemik%2C keracunan obat%2C
Kalengkongan, D., Makahaghi, Y., & Tinungki, Y. (2018). Faktor-Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Chronik Kidney Disease (CKD) Penderita Yang Dirawat Di Rumah
Sakit Daerah Liunkendage Tahuna. Jurnal Ilmiah Sesebanua, 2, 100–114.
Najikhah, U., & Warsono, W. (2020). Penurunan Rasa Haus Pada Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) Dengan Berkumur Air Matang. Ners Muda, 1(2), 108.
https://doi.org/10.26714/nm.v1i2.5655
Parwati, I. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Chronic Kidney Disease dengan Masalah Resik Gangguan Integritas Kulit di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53, 7–17.
Rustandi, H., Tranado, H., & Pransasti, T. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Chronic Kidney Disease yang Menjalani Hemodialisa di Ruang
Hemodialisa. Jurnal Keperawatan Silampari, 1(2), 32–46. https://doi.org/10.31539/jks.v1i2.8
Saputra, B. D., Annisa, S. M., Cilacap, S. A. A., & Abstract, A. (2018). Karakteristik Pasien Chronic Kidney Disease ( Ckd ) Yang Program Hemodialisis Rutin Di Rsi Fatimah
Cilacap Caracteristic of Chronic Kidney Disease ( Ckd ) Patient Undergoing Hemodialisys in Rsi Fatimah Cilacap. 19–29.
Lubis, A. R., Tarigan, R. R., Nasution, B. R., Ramadani, S., & Vegas, A. (2016). Pedoman penatalaksanaan gagal ginjal kronik. Divisi Nefrologi- Hipertensi Departemen Ilmu
Penyakit Dalam, 1–31. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/63394
Mait, G., Nurmansyah, M., & Bidjuni, H. (2021). Gambaran Adaptasi Fisiologis Dan Psikologis Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisis Di Kota Manado.
Jurnal Keperawatan, 9(2), 1. https://doi.org/10.35790/jkp.v9i2.36775
Fadhilah, A. Z. (2020). Chronic Kidney Disease, Stage 1. Definitions. https://doi.org/10.32388/yzopkc

Anda mungkin juga menyukai