STROKE NON-HEMORAGIK
STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Disusun Oleh:
Uchrizal Febby Millenniantary
20902100162
Iskemik
Resiko aspirasi
Infrak serebral Resiko perfusi
serebral tidak
efektif
Kemampuan Penurunan
batuk/reflek kesadaran
batuk menurun
Compliance
Penekanan saluran paru menurun
Kurang pernapasan
mobilitas fisik
Gangguan perfusi &
Pola napas tidak ventilasi
Produksi sekret efektif
meningkat
Gagal napas
Terjadi
penumpukan
sekret Gangguan ventilasi
spontan
Bersihan jalan
napas tidak
Terpasang ventilator Gangguan penyapihan
efektif
Endotracheal Tube lebih ventilator
dari 4 hari
Diagnosa: Resiko perfusi serebral tidak Diagnosa: Gangguan penyapihan Diagnosa: Diagnosa: Gangguan ventilasi spontan Diagnosa: Resiko aspirasi b.d
efektif d.d hipertensi ventilator b.d riwayat ketergantungan 1. Pola nafas tidak efektif b.d b.d gangguan metabolisme penurunan tingkat kesadaran
Intervensi: Manajemen peningkatan ventilator >4 hari hambatan upaya bernafas Intervensi: Dukungan ventilasi Intervensi: Pencegahan aspirasi
tekanan intrakranial (I.09325) Intervensi: Penyapihan ventilasi 2. Bersihan jalan napas tidak (I.01002) (I.01018)
Observasi: mekanik (I.01021) efektif b.d seksresi yang Observasi Observasi
1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK Observasi tertahan 1. Identifikasi adanya kelelahan otot 1. Monitor tingkat kesadaran batuk
1. Periksa kemampuan untuk disapih Intervensi: Manajemen jalan bantu napas muntah dan kemampuan menelan
(mis. lesi, gangguan metabolisme, edema
(meliputi hemodinamik stabil, napas (I.01011) 2. Identifikasi efek perubahan posisi 2. Monitor status pernapasan
serebral)
kondisi optimal, bebas infeksi) Observasi terhadap status pernapasan 3. Monitor bunyi napas, terutama
2. Monitor tanda atau gejala peningkatan 2. Monitor prediktor kemampuan 1. Monitor pola napas (frekuensi, 3. Monitor status respirasi dan setelah makan atau minum
TIK (mis. tekanan darah meningkat, untuk mentolerir penyapihan (mis. kedalaman, usaha napas) oksigenasi (mis. frekuensi dan 4. Periksa residu gaster sebelum
tekanan nadi melebar, bradikardia, pola tingkat kemampuan bernapas, 2. Monitor bunyi napas tambahan kedalaman napas, penggunaan otot memberi asupan oral
napas ireguler, kesadaran menurun) kapasitas vital, Vd / Vt, MVV, (mis. gurgiling, mengi, bantu napas, bunyi napas tambahan, 5. Periksa kepatenan selang
3. Monitor MAP (Mean Arterial Pressure), kekuatan inspirasi, FEV1, tekanan wheezing, ronkhi kering) saturasi oksigen) nasogastrik sebelum pemberian
CVP (Central Verious Pressure), jika inspirasi negatif) 3. Monitor sputum (jumlah, Terapeutik asupan oral
perlu 3. Monitor tanda-tanda kelelahan otot warna, aroma) 1. Pertahankan kepatenan jalan napas Terapeutik
4. Monitor PAWP dan PAP, jika perlu pernapasan (mis. kenaikan PaCO2 Terapeutik 2. Berikan posisi semi fowler atau 1. Posisikan semi Fowler (30-45
5. Monitor ICP (Intra Cranial Pressure), mendadak, napas cepat dan 1. Pertahanan kepatenan jalan fowler derajat) 30 menit sebelum
jika tersedia dangkal, gerakan dinding abdomen napas dengan head-tift dan 3. Fasilitasi mengubah posisi memberikan asupan oral
6. Monitor CPP (Cerebral Perfusion paradoks) hipoksemia, dan hipoksia chin-lift (jaw-thrust jika curiga senyaman mungkin 2. Pertahankan posisi semi Fowler
jaringan saat penyapihan trauma servikal) 4. Berikan oksigen sesuai kebutuhan (30-40 derajat) pada pasien tidak
Pressure)
4. Monitor status cairan dan elektrolit 2. Posisikan Semi-Fowler atau (mis. nasal kanul, masker wajah, sadar
7. Monitor gelombang ICP Terapeutik Fowler masker rebreathing atau non 3. Pertahankan kepatenan jalan
8. Monitor status pernapasan 1. Posisikan pasien semi Fowler (30- 3. Berikan minuman hangat rebreathing) napas (mis. teknik head tilt chin
9. Monitor intake dan output cairan dan 40 derajat) 4. Lakukan fisioterapi dada, jika 5. Gunakan bag-valve, jika perlu lift, jaw thrust, in line)
memonitor cairan serebro-spinalis (mis. 2. Lakukan pengisapan jalan napas, perlu Edukasi 4. Pertahankan pengembangan
warna, konsistensi) jika perlu 5. Lakukan penghisapan lendir 1. Ajarkan melakukan teknik relaksasi balon endotracheal tube (ETT)
Terapeutik 3. Berikan fisioterapi dada, jika perlu kurang dari 15 detik napas dalam 5. Lakukan penghisapan jalan
1. Minimalkan stimulus dengan 4. Lakukan uji coba penyapihan (30- 6. Lakukan hiperoksigenasi 2. Ajarkan mengubah posisi secara napas, jika produksi sekret
menyediakan lingkungan yang tenang\ 120 menit dengan napas spontan sebelum penghisapan mandiri meningkat
2. Berikan posisi semi Fowler yang dibantu ventilator) endotrakeal 3. Ajarkan teknik batuk efektif 6. Sediakan suction di ruangan
3. Hindari manuver Valsava 5. Gunakan teknik relaksasi, jika perlu 7. Keluarkan sumbatan benda Kolaborasi 7. Hindari memberi makanan
4. Cegah terjadinya kejang 6. Hindari pemberian sedasi padat dengan proses McGill Kolaborasi pemberian bronkodilator, melalui selang gastrointestinal,
farmakologis selama percobaan 8. Berikan Oksigen, Jika perlu jika perlu jika residu banyak
5. Hindari penggunaan PEEP
penyapihan Edukasi Referensi: 8. Berikan makanan dengan ukuran
6. Hindari pemberian cairan IV hipotonik
7. Berikan dukungan psikologis 1. Anjurkan asupan cairan 2000 PPNI (2018). Standar Intervensi kecil atau lunak
7. Atur ventilator agar PaCO2 optimal Edukasi ml/hari, Jika tidak Keperawatan Indonesia. 9. Berikan obat oral dalam bentuk
8. Pertahankan suhu tubuh normal Ajarkan cara pengontrolan napas saat komtraindikasi cair
Kolaborasi penyapihan 2. Ajarkan teknik batuk efektif Edukasi
1. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti Kolaborasi Kolaborasi 1. Anjurkan makan secara perlahan
konvulsan, jika perlu Kolaborasi pemberian obat yang Kolaborasi pemberian 2. Ajarkan strategi mencegah
2. Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, meningkatkan kepatenan jalan napas bronkodilator, ekspektoran, aspirasi
jika perlu dan pertukaran gas mukolitik, Jika perlu 3. Ajarkan teknik mengunyah atau
3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika Referensi: Referensi: menelan, jika perlu
perlu PPNI (2018). Standar Intervensi PPNI (2018). Standar Intervensi Referensi:
Referensi: Keperawatan Indonesia. Keperawatan Indonesia. PPNI (2018). Standar Intervensi
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Keperawatan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA:
Andika Dimas Aldipratama, & Minardo, J. (2022). Pengelolaan Gangguan Mobilitas Fisik pada Pasien dengan Stroke Non Hemoragik di Desa Sokokulon. Journal of Holistics and
Health Science, 4(1), 117–122. https://doi.org/10.35473/jhhs.v4i1.108
Permatasari, N. (2020). Perbandingan Stroke Non Hemoragik dengan Gangguan Motorik Pasien Memiliki Faktor Resiko Diabetes Melitus dan Hipertensi. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 298–304. https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.273
Permadhi, B. A., Ludiana, & Ayubbana, S. (2022). PENERAPAN ROM PASIF TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PASIEN DENGAN STROKE NON
HEMORAGIK APPLICATION OF PASSIVE ROM TO INCREASE MUSCLE STRENGTH OF PATIENTS WITH NON-HEMORRIC STROKE. Jurnal Cendekia, 2,
443–446.
Hisni, D., Saputri, M. E., & Jakarta, N. (2022). Stroke Iskemik Di Instalasi Fisioterapi Rumah Sakit Pluit Jakarta Utara Periode Tahun 2021. Keperawatan, 2(1)(1), 140–149.
Kusuma, A. P., Utami, I. T., & Purwono, J. (2022). PENGARUH TERAPI “ MENGGENGAM BOLA KARET BERGERIGI ” TERHADAP PERUBAHAN KEKUATAN OTOT
PADA PASIEN STROKE DIUKUR SYARAF RSUD JEND A YANI KOTA METRO THE EFFECT OF " GREETING RUBBER BALL " TH. 2.
Rahmayanti, A. V., & Andriani, W. R. (2021). Studi Literatur Asuhan Keperawatan Pada Klien Stroke Non-Hemoragik Dengan Risiko Gangguan Kerusakan Integritas Kulit.
Tirtayasa Medical Journal, 1(1), 13. https://doi.org/10.52742/tmj.v1i1.12502
Irdawati. (2012). Pengaruh Latihan Gerak Terhadap Keseimbangan Pasien Stroke Non-Hemoragik. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(2), 25319.
Rahmadani, E., & Rustandi, H. (2019). Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Stroke Non Hemoragik dengan Hemiparese melalui Latihan Range of Motion (ROM) Pasif. Journal of
Telenursing (JOTING), 1(2), 354–363. https://doi.org/10.31539/joting.v1i2.985
Hardika, B. D., Yuwono, M., & Zulkarnain, H. (2020). Faktor Risiko yang Mempengaruhi Terjadinya Stroke Non Hemoragik pada Pasien di RS RK Charitas dan RS Myria
Palembang. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 9(2), 268. https://doi.org/10.36565/jab.v9i2.234
Jamaluddin, M., Widiyaningsih, W., & Nadhifah, Z. (2020). Peningkatan Fleksibilitas Sendi pada Pasien Stroke dengan Terapi Tali Temali. Journal Of Health Science (Jurnal
Ilmu Kesehatan), 5(2), 74–78. https://doi.org/10.24929/jik.v5i2.1076
Candra, K. Y., Rakhma, T., Studi, P., Dokter, P., Kedokteran, F., & Surakarta, U. M. (2020). Seorang Laki-Laki 60 Tahun Dengan Stroke Non Hemoragik Dan Pneumonia.
Publikasi Ilmiah UMS, 252–258.