Anda di halaman 1dari 24

PSIKOLOGI EXPERIMEN

“Review Jurnal”

Dosen Pengampu :

Haniek Farida,S.Psi.,M.SI

Disusun Oleh :

MAULANA MALIK IBRAHIM

2018011135

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2020
A. Review Jurnal 1

1. Judul
“Pengaruh Pelatihan Relaksasi dengan Dzikir untuk Mengatasi Kecemasan Ibu Hamil
Pertama”.

2. Peneliti
Annisa Maimunah

3. Identitas Jurnal
Jurnal Psikologi Islam Vol. 8 No. 1 tahun 2011 halaman 1-22

4. Kata Kunci
Kecemasan, relaksasi dengan dzikir, ibu hamil

5. Variabel
Variabel Bebas : Pelatihan relaksasi dengan dzikir
Variabel Terikat : Kecemasan

6. Metodologi
Pada jurnal, metodologi yang digunakan yaitu eksperimen kuasi dengan desain
penelitian the untreated control group design with dependent pretest and posttest
samples (Shadish, dkk., 2002). Data yang didapatkan kemudian akan dianalisis
menggunakan analisis Mann-Whitney dengan menggunakan bantuan SPSS.

7. Sample / Responden
Sampel adalah 10 orang ibu hamil dengan kehamilan pertama, berusia antara 18-30
tahun, memiliki kecemasan kehamilan sedang diukur dengan Skala Kecemasan
Menghadapi Kehamilan Pertama, beragama Islam, dan bersedia untuk tidak mengikuti
kegiatan lain yang sejenis selama proses pengukuran dan intervensi dilakukan.

8. Alat Ukur
Beberapa alat yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah informed
consent, Skala Kecemasan Menghadapi Kehamilan Pertama, modul untuk fasilitator,
booklet materi pelatihan untuk peserta, lembar kerja peserta, CD panduan latihan,
lembar observasi pelatihan, dan lembar evaluasi pelatihan.
9. Hasil
Tabel berikut ini menyajikan deskripsi data skor pretest, posttest, dan gain score
masing-masing subjek pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
B. Revieu Jurnal II
1. Judul
“PENGARUH PELATIHAN BERPIKIR POSITIF PADA EFIKASI DIRI
AKADEMIK MAHASISWA (STUDI EKSPERIMEN PADA MAHASISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI UNDIP SEMARANG”

2. Peneliti
1) Aswendo Dwitantyanov,
2) Farida Hidayati,
3) Dian Ratna Sawitri

3. Identitas Jurnal
Jurnal Psikologi Undip Vol. 8, No.2, Oktober 2010

4. Kata Kunci
Positive thinking training, academic self-efficacy, college student

5. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui melihat secara empiris pengaruh
pemberian pelatihan berpikir positif terhadap efikasi diri akademik mahasiswa
Universitas Diponegoro, serta mengetahui perbedaan efikasi diri akademik antara
mahasiswa Universitas Diponegoro yang mendapatkan pelatihan berpikir positif dan
yang tidak mendapatkan pelatihan tersebut.

6. Manfaat
I. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian di bidang
psikologi terutama berkaitan dengan psikologi positif terkhusus pada topik pola
berpikir positif dan efikasi diri akademik. Selain itu, diharapkan penelitian ini juga
dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
II. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
manfaat berpikir positif bagi kehidupan terutama berkaitan dengan efikasi diri
akademik pada mahasiswa, terkhusus mahasiswa Universitas Diponegoro.

7. Variabel
Variabel Bebas : Pelatihan Berfikir Positif
Variabel Terikat : Efikasi Diri Akademik

8. Metodologi
Proses pengumpulan data dalam penelitian eksperimen ini, peneliiti menggunakan
beberapa metode, yaitu skala efikasi diri akademik mahasiswa. Selain itu, peneliti juga
menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi dalam penelitian ini.

9. Sample / Responden
a. Mahasiswa Fakultas Psikologi Reguler Satu Universitas Diponegoro Semarang
dengan skor efikasi diri akademik yang sedang dan rendah.
b. Bersedia mengikuti pelatihan berpikir positif selama tiga pertemuan
c. Belum pernah mengikuti penelitian skripsi berjudul pengaruh pelatihan berpikir
positif terhadap efikasi diri akademik mahasiswa.

10. Alat Ukur


a. Uji Normalitas Uji
normalitas penelitian ini menggunakan teknik Kolmogorov Smirnov Goodness of Fit
Test, dengan menggunakan SPSS 17.0 Statistic for Windows.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan levene test, dengan
menggunakan SPSS 17.0 Statistic for Windows.
c. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik statistik parametrik uji-t dua
sampel independen (Independent Sample t-test) dan uji berpasangan (Paired t-test).
11. Hasil
1) Uji Asumsi
Hasil dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov Goodness of Fit Test menunjukan
bahwa kedua variabel dalam penelitian ini memiliki distribusi normal.
2) Uji Hipotesis
Hasil uji hipotesis independent sample t-test menunjukkan bahwa antara kelompok
eksperimen dan kontrol sebelum adanya perlakuan menunjukkan tidak adanya
perbedaan signifikan (p = 0,316 > 0,05 dan nilai te sebesar 1,014 < ttabel sebesar
2,018, dF = 42). Akan tetapi, setelah diberikan perlakuan terdapat perbedaan yang
signifikan dimana te > ttabel = 6,607 > 2,018 dan p = 0,000 < 0,05. Ini
membuktikan bahwa pemberian pelatihan berpikir positif mempengaruhi efikasi
diri akademik mahasiswa. Paired sample t-test menunjukkan pada kelompok
kontrol tidak ada perubahan signifikan antara sebelum dan setelah perlakuan (–
ttabel ≤ te ≤ ttabel (-2,074 < 1,713 < 2,074) serta p = 0,101 > 0,05). Akan tetapi,
pada kelompok eksperimen terjadi perubahan yang signifikan antara sebelum dan
setelah perlakuan (te > ttabel (11,325 > 2,086) serta p = 0,000 < 0,05)
JURNAL REVIEW III

1. JUDUL :
PENGARUH PELATIHAN PADA EFIKASI DIRI AKADEMIK MAHASISWA (Studi
Eksperimen Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Undip Semarang )
2. JURNAL :
Jurnal Psikologi Undip
3. Vol&HALAMAN :
Vol 8 No 2, Hal : 135 – 145
4. TAHUN :
2010
5. KATA KUNCI
Positive thinking training, academic self-efficacy, college student
6. PENULIS :
Aswendo Dwitantyanov, Farida Hidayati, and Dian Ratna Sawitri
7. TUJUAN PENELITIAN :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui melihat secara empiris pengaruh
pemberian pelatihan berpikir positif terhadap efikasi diri akademik mahasiswa
Universitas Diponegoro, serta mengetahui perbedaan efikasi diri akademik antara
Mahasiswa Universitas Diponegoro yang mendapatkan pelatihan berpikir positif dan
yang tidak mendapatkan pelatihan tersebut.
8. SUBJEK PENELITIAN:
Mahasiswa Fakultas Psikologi Reguler Satu Universitas Diponegoro Semarang dengan
skor efikasi diri akademik yang sedang dan rendah.
9. VARIABEL : 1. Variabel Terikat : Efikasi Diri Akademik
2. Varibel Bebas : Pelatihan Berpikir Positif

10. DEFINISI : 1. Efikasi Diri Akademik


Efikasi diri akademik adalah keyakinan yang dimiliki
seseorang tentang kemampuan atau kompetensinya untuk
mengarahkan motvasi, kemampuan kognisi, dan mengambil
tindakan yang diperlukan untuk mengerjakan tugasm mencapai
tujuan, dan mengatasi tantangan akademik.
2. Pelatihan Berpikir Positif

Pelatihan berpikir positif merupakan pelatihan


yang menekankan pada cara berpikir yang
lebih menekankan pada sudut pandang dan
emosi yang positif, baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun situasi yang dihadapi.

11. METODE PENELITIAN

Proses pengumpulan data dalam penelitian eksperimen ini, peneliti menggunakan


beberapa metode, yaitu skala efikasi diri akademik mahasiswa. Selain itu, peneliti
juga menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi dalam penelitian
ini.

12. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pengolahan data diperoleg bahwa pada kelompok eksperimen terdapat


peningkatan skor sebesar 17,62 dan p = 0,000 (p<0,05). Pada kelompok kontrol
terlihat tidak ada perbedaan skor yang signifikan (p>0,005). Uji independent sample
t-tes menunjukan bahwa perbedaan skor pretest menunjukan bahwa perbedaan skor
pretest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

.
JURNAL REVIEW IV

1. JUDUL
PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KOMPETENSI
INTERPERSONAL DENGAN TEMAN SEBAYA DI SD
2. JURNAL
Jurnal Psikolog Undip
3. VOLUME & HALAMAN
Vol 8, No. 2. Hal : 145-156
4. TAHUN
2010
5. PENULIS
Fitria Susanri, Siswati, Prasetyo Budi Widodo
6. TUJUAN
Tujuan dari penelitian inintuk mengetahui penaruh permainan tradisional terhadap
kompetensi interpersonal dengan teman sebaya di SD
7. SUBJEK PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada 28 siswa kelas III SD yang terbagi dalam dua kelompok,
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
8. METODE
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
puposive sampling.
9. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis data menggunakan teknik statistik nonparametrik dengan uji Wilcoxon
menunjukkan adanya perbedaan perubahan skor kompetensi interpersonal pada
kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberi
perlakuan dengan nilai signifikansi yang kurang dari taraf nyata (p = 0,001 < 0,05). Skor
pre-test antara kelompok eksperimen dan kontrol yang diuji menggunakan teknik Mann-
Withney U Test menunjukkan bahwa
perbedaan skor tidak signifikan (p =0,924 > 0,05). Hasil ini membuktikan bahwa
kompetensi interpersonal subjek baik kelompok eksperimen maupun kontrol relatif sama
sebelum perlakuan diberikan. Setelah perlakuan diberikan, terdapat perbedaan
yangsignifikan pada skor post-test antara
kelompok ekperimen dan kelompok kontrol (p = 0,000 < 0,05). Subjek yang mendapat
perlakuan memiliki kompetensi intrepersonal
yang lebih tinggi dibandingkan subjek yang tidak mendapatkan perlakuan. Kompetensi
interpersonal yang lebih tinggi ditunjukkan dengan adanya peningkatan skor post-test
pada kelompok eksperimen.
Jurnal Review V
1. JUDUL
Pengaruh Storytelling terhadap Perilaku Empati Anak
2. JURNAL
Jurnal Psikolog Universitas Diponegoro
3. VOLUME & HALAMAN
Vol 12, No. 2. Hal : 81-130
4. TAHUN
2013
5. PENULIS
Rita Diah Ayuni, Siswati, Diana Rusmawati
6. SUBJEK PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada 35 siswa kelas II SD yang terbagi dalam dua kelompok,
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
7. METODE
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
puposive sampling.
8. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa storytelling memberikan pengaruh
pada perilaku empati anak, khususnya pada aspek fantasi. Hal ini terlihat dari hasil
analisis dengan menggunakan independent sample t-test yang menunjukkan nilai
signifikansi (0,044 < α = 0,05). Nilai ini menunjukkan bahwa ada peningkatan pada
aspek fantasi pada kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan storytelling. Analisis
deskriptif kuantitatif yang telah dilakukan pada kelompok eksperimen dengan
meggunakan grafik visual juga menunjukkan adanya peningkatan dalam aspek fantasy,
empathic concern, perspective taking dan penurunan pada aspek personal disstres
REVIEW JURNAL VI

1. JUDUL
Pengaruh Penggunaan Film Sebagai Media Belajar Terhadap Pencapaian Higher Orders
Thinking Skill pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Unair
2. JURNAL
Jurnal Psikolog Universitas UNAIR
3. VOLUME & HALAMAN
Vol 3, No. 1. Hal : 40-47
4. TAHUN
2014
5. PENULIS
Rico Anthony, Aryani Tri
6. SUBJEK PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Psikologi Universitas UNAIR yang terbagi
dalam dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
7. METODE
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
puposive sampling.
8. HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Independent Sample T-test menghasilkan nilai t sebesar -0,127 dengan p sebesar
0,08 pada Eksperimen 1 pokok bahasan Experiential Learning, dan nilai t sebesar -1,97
dengan p sebesar 0,90 pada Eksperimen 2 pokok bahasan Reflective Learning. Ini berarti
tidak ada pengaruh pemberian film sebagai media pembelajaran pada pencapaian
Higher Order thinking Skill di kedua pokok bahasan yang diteliti. Seperti yang sudah
dijelaskan di atas, hasil penelitian menunjukkan tidak adanya pengaruh pemberian film
sebagai media belajar terhadap tingkat pencapaian higher Order thinking Skill pada
mahasiswa. Hal ini bertolak belakang dengan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Barata dan Jones (2008) (Using film dan Introduce
and develop writing skill among UK undergraduate Student) dimana film bisa digunakan
sebagai alternatif baru sebagai media belajar karena berhasil menarik minat mahasiswa
yang tidak merasa senang saat belajar. Namun demikian, penelitian-penelitian
sebelumnya memang tidak menggunakan metode eksperimen dengan perhitungan
statistik untuk melihat signifikansi perbedaannya.
Reiew Jurnal VII
Terapi Tawa untuk Menurunkan Stres pada Penderita Hipertensi

Hipertensi merupakan salah satu penyakit sistem kardiovaskuler yang semakin


banyak ditemui di masyarakat. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua
yaitu hipertensi esensial (hipertensi primer) dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer
disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh
faktor utama yang diketahui seperti misalnya kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu,
kerusakan vaskuler dan lain-lain.
Stres sering dikaitkan dengan tekanan darah tinggi. Studi kecil yang dilakukan pada
2010, terhadap lima pasien hipertensi di Yogyakarta menunjukkan bahwa ada permasalahan
psikologis yang menyertai tekanan darah tinggi. Hal ini sesuai dengan Mustacchi (1990) yang
mengata-kan bahwa stres sebagai akibat hal-hal yang bersifat emosional, sosiokultural, dan
okupasional berpengaruh terhadap hipertensi. Stres dapat bersifat positif dan negatif
(Sarafino, 1998). Stres positif disebut juga eustress, yang terjadi apabila taraf stres yang
dialami mendorong atau memotivasi individu untuk meningkatkan usaha pencapaian tujuan.
Sebaliknya, stres yang negatif disebut juga distress, mengandung emosi negatif yang sangat
kuat sehingga tidak hanya mengancam kesehatan, kognitif, emosi, serta perilaku seseorang
(Schafer, 1998).
Sumber stres disebut stressor dapat berupa kondisi tubuh, kondisi lingkungan,
stimulus luar atau peristiwa yang dipersepsi mengancam oleh individu (Sarafino, 1998).
Stresor mempengaruhi sistem saraf melalui sirkuit-sirkuit neural dan menstimulasi pelepasan
ACTH dari pituitari anterior sehingga memicu pelepasan glukortikoid dari korteks adrenal.
Dalam keadaan ini, glukortikoid banyak menghasilkan respon stres. Selain itu, stressor juga
mengaktifkan sistem saraf simpatetik, sehingga meningkatkan jumlah epinephrine dan
norepinephrine yang dilepaskan dari medulla adrenal. Pada saat individu mengalami kronik
stres, tubuh yang mengalami stres terus menerus akan mengalami kelelahan dalam
memproduksi hormon adrenalin dan epinephrine. Hal ini dapat memperburuk kondisi tubuh
sehingga dapat menjadi fatigue dan penurunan sistem imunitas. Oleh karena itu, penting bagi
seseorang untuk mengembalikan kondisi ke keadaan rileks agar terjadi penurunan kerja
sistem saraf tersebut.
Terapi tawa adalah salah satu cara untuk mencapai kondisi rileks. Tertawa merupakan
paduan dari peningkatan sistem saraf simpatetik dan juga penurunan kerja sistem saraf
simpatetik. Peningkatannya berfungsi untuk memberikan tenaga bagi gerakan pada tubuh,
namun hal ini kemudian juga diikuti oleh penurunan sistem saraf simpatetik yang salah
satunya disebabkan oleh adanya perubahan kondisi otot yang menjadi lebih rileks, dan
pengurangan pemecahan terhadap nitric oxide yang membawa pada pelebaran pembuluh
darah, sehingga rata-rata tertawa menyebabkan aliran darah sebesar 20%, sementara stres
menyebabkan penurunan aliran darah sekitar 30% (Hasan& Hasan, 2009). Disamping
tertawa, membentuk wajah dengan ekspresi tertentu juga akan mempengaruhi pengalaman
emosional yang disebut dengan facial feedback hypothesis (Izard, 1981; McIntosh, 1996).
Terapi tawa menggunakan pendekatan perilaku melalui metode conditioning.
Rancangan untreated control group design with pre-test and post-test (penggunaan kelompok
kontrol tanpa perlakuan dengan pengukuran pre-test dan post-test) diterapkan di dalam
penelitian ini. Penggunaan pola “ha ha ha” merupakan pola respiratori yang sudah terasosiasi
dengan tawa (pengukuran aktifitas tawa dengan menggunakan laryngeal electromyography,
abdominal muscle EMG, dan electrocardiogram). Keenam subjek pada kelompok
eksperimen mengalami stres psikologis dengan jenis permasalahan dan dominasi yang
berbeda. Hal ini mempengaruhi tekanan darah, karena subjek dengan hipertensi rentan
dengan rangsang norepinephrin. Latihan terapi tawa melibatkan gerakan fisik yang
mempengaruhi kontraksi denyut jantung, laju pernafasan, gerakan tangan dan kaki pada
tubuh memiliki efek yang hampir sama dengan orang yang melakukan olahraga (Beckman,
Regier dan Young, 2007; Kataria, 1999).
Pada saat tertawa, tubuh menghasilkan endorfin yang memberi efek pengurangan rasa sakit,
menurunkan hormon stres, dan meningkatkan imunitas (Greenberg, 2002) sehingga dapat
menurunkan kondisi stres yang dialami oleh subjek. Endorfin diproduksi dan dikeluarkan
oleh pituitary gland, dilepaskan saat latihan fisik yang berkesinambungan serta pada saat
tertawa. Hormon endorfin ini memberikan perasaan senang dan mood yang baik (Rokade,
2011). Latihan fisik berupa olah tubuh dengan terapi tawa akan memberikan pengaruh yang
baik terhadap berbagai macam sistem yang bekerja di dalam tubuh, salah satunya adalah
sistem kardiovaskuler di mana dengan latihan fisik yang benar dan teratur akan terjadi
efisiensi kerja jantung. Efek tertawa dikatakan cenderung memiliki dampak yang hampir
serupa dengan aktifitas aerobik ringan (Beckman, Regier, & Young, 2007; Hasan & Hasan,
2009), yang pada akhirnya menyebabkan penurunan tekanan darah. Peningkatan efisiensi
kerja jantung dicerminkan dengan penurunan tekanan sistolik, sedangkan penurunan tekanan
perifer dicerminkan dengan penurunan tekanan diastolik (Syatria dan Rachmatullah, 2006).
Efek psikologispun dirasakan salah satunya dengan meningkatnya emosi positif seperti
perasaan senang, perilaku yang lebih bersemangat, dan dapat mengurangi atau mengalihkan
pikiran dari permasalahan.
Review Jurnal VIII

Pengaruh Latihan Body Scan Terhadap Stres Mahasiswa Keprofesian Dokter Yang
Akan Menjalani Ujian Rotasi Klinik

Vonny Syafira Hariyanto


Yoyon Supriyono
Sumi Lestari

Pada akhir masa perputaran di setiap klinik, mahasiswa keprofesian dokter diwajibkan
menempuh ujian dan syarat kelulusan. Ujian dan syarat kelulusan di tiap klinik merupakan
kunci yang harus dilalui oleh setiap mahasiswa keprofesian dokter. Mahasiswa keprofesian
diwajibkan untuk menjalani ujian rotasi klinik di setiap tempat rotasi.Ujian dilaksanakan pada
saat akhir kegiatan dengan metode OSCE (Objective Structure Clinical Examination).
Mereka akan menganggap masalah-masalah yang seringkali muncul saat menjelang
ujian sebagai hal yang tidak mengganggu yang akan memberikan perasaan bersemangat dan
menimbulkan eustress atau stres baik. Sedangkan bagi mahasiswa yang menganggap
masalah-masalah menjelang ujian sebagai suatu hambatan, maka mereka akan cenderung
merasa tertekan hingga menurunnya konsentrasi saat ujian berlangsung dan mereka akan
menganggap masalah- masalah yang dialami sebelum ujian sebagai stresor negatif.
Stres merupakan kondisi ketika individu berada dalam situasi yang penuh tekanan
atau ketika individu merasa tidak sanggup mengatasi tuntutan yang dihadapinya (Marks,
Murray, & Evans, 2002). Latihan body scan ini berasal dari mindfulness, Istilah mindfulness
ini sendiri berarti peningkatan kesadaran dengan perhatian melalui cara tertentu, yakni
dengan tujuan tertentu, berfokus pada pengalaman masa kini, dan tanpa memberikan
penilaian (Kabat-Zinn, 1994). Mindfulness berasal dari tradisi timur, khususnya kalangan
Buddha.Namun, pendekatan meditasi mindfulness telah diteliti baik oleh akademisi maupun
praktisi kesehatan mental selama 20 tahun terakhir, sehingga mindfulness dapat dikatakan
tidak terikat dari agama tertentu (Yusainy, 2013).
Mekanisme Latihan Body Scan Dalam Menurunkan Stres
Salah satu cara efektif yang digunakan untuk mengurangi stres dimungkinkan dapat
dilakukan dengan mindfulness. Pada aspek Curiosity (kesadaran akan masa kini) dan
Decentering (penerimaan tanpa memberikan penilaian) dapat meningkatkan regulasi diri
dalam bentuk meng-alarm individu mengenai apa yang terjadi pada dirinya, sehingga
individu dapat lebih cepat memahami kondisi dirinya (Teper, Segal, Inzlicht, 2013).
Ketika terdapat ketidakseimbangan antara pikiran, sensasi, memori, dan stimulus
eksternal (misalnya, tekanan-tekanan seperti tugas yang menumpuk dan kurangnya waktu
belajar), adanya regulasi perhatian memungkinkan individu untuk menemukan
ketidakseimbangan tersebut.Aspek kesadaran tubuh membuat individu memahami sensasi
tubuhnya (misalnya, detak jantung yang cepat, nafas yang cepat), dimana hal ini
memungkinkan individu untuk cepat menyimpulkan stresor yang terjadi pada saat itu
(misalnya, rasa takut, dan cemas).
Pengaruh Latihan Body Scan Terhadap Stres
Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa latihan body scan mempengaruhi skor atau
tingkatan stres, dimana partisipan yang mendapatkan perlakuan latihan body scan mengalami
penurunan skor atau tingkatan stres dibandingkan dengan partisipan yang tidak mendapatkan
latihan body scan. Ketika berada pada kondisi mindfulness maka secara efektif regulasi diri
(self-regulation) di dalam stres yang berhubungan dengan emosi, kognisi, sensasi, dan
tingkah laku dapat terimprovisasi secara maksimal (Garland, 2007).
Sehingga dengan meningkatkan regulasi diri mengenai penilaian stresor yang muncul,
individu dapat mengendalikan keadaan stresnya. Jika regulasi diri bekerja secara optimal
dalam menilai stresor yang muncul sebelum ujian berlangsung, dapat diprediksi mahasiswa
akan memandang masalah-masalah yang dialami sebelum ujian rotasi klinik sebagai stresor
yang positif.
Review Junal XI

Pengaruh Humor Terhadap Stres Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Yang Mengerjakan
Skripsi Di Universitas Brawijaya Malang

Viny Alfiani
Yoyon Supriyono
Sumi Lestari

Skripsi merupakan gerbang terakhir yang umumnya dilalui oleh setiap mahasiswa
sebelum menjadi sarjana. Dalam menyelesaikan skripsi, mahasiswa seringkali dihadapkan
banyak hambatan dan masalah yang dapat menjadikannya sebagai stresor. Banyaknya stresor
dan tekanan yang dihadapi menyebabkan mahasiswa yang mengerjakan skripsi menjadi
rentan mengalami stres. Salah satu cara untuk menghilangkan stres adalah dengan humor.
Dari beberapa penelitian terkait humor dan pengaruhnya terhadap kondisi psikologis, maka
peneliti mencoba untuk menguji pengaruh humor terhadap stres pada mahasiswa tingkat
akhir yang mengerjakan skripsi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen
murni dengan desain Pretest-Posttest Control Group Design yang mana akan dilakukan
pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan.

Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam pengukuran stres baik untuk pretest maupun posttest
adalah Percieved Stress Scale (PSS-10) yang dikembangkan oleh Sheldon Cohen pada tahun
1983. Skala ini seringkali digunakan sebagai instrumen psikologi untuk mengukur persepsi
akan stres.
Manipulation check untuk kelompok eksperimen. Skala ini mengukur efektivitas
media humor (Video Humor, Cerita Humor dan Gambar Humor) yang berisi 3 pertanyaan,
“Seberapa lucu video yang telah ditampilkan kepada anda?”, “Seberapa lucu modul cerita
yang telah anda baca?” dan “Seberapa lucu gambar-gambar yang telah diperlihatkan kepada
anda?” dengan rentang 1-9 (1 = sangat tidak lucu, 9 = sangat lucu).
Prosedur dalam penelitian ini yaitu: Pertama, peneliti menyebarkan skala PSS kepada
mahasiswa Fakultas Teknik yang sedang mengerjakan skripsi untuk mencari mahasiswa yang
memiliki skor stes sedang sampai tinggi sekaligus untuk dijadikan pretest. Pada hari
eksperimen berlangsung, partisipan pada kelompok eksperimen akan diberikan tiga media
humor yaitu cerita humor, gambar humor dan video humor dengan total durasi keseluruhan
selama 15 menit. Sedangkan pada kelompok kontrol diperlihatkan video dokumenter selama
15 menit sebagai placebo. Kemudian, partisipan mengisi manipulation check untuk
mengetahui efektifitas masing-masing media yang diberikan. Selanjutnya, partisipan diminta
untuk mengisi skala PSS sebagai posttest yang hanya diberikan di hari terakhir eksperimen.

Hasil
Manipulation check dianalisi menggunakan t-test. Hasil manipulation check
menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan adanya
perbedaan tingkat kelucuan media yang diberikan, dimana media humor yang diberikan
kepada kelompok eksperimen bersifat lucu sedangkan video dokumenter yang diberikan
kepada kelompok kontrol bersifat tidak lucu. Skor rata-rata pada kelompok eksperimen lebih
besar dari pada nilai tengah yaitu 5 (rentang skala 1-9), sedangkan skor rata-rata kelompok
eksperimen jauh dibawah nilai tengah. sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing
media yang diberikan bersifat efektif sesuai dengan perannya masing-masing.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah humor dapat mempengaruhi stres, dimana
partisipan yang mendapatkan media humor dapat menurunkan stres secara signifikan
dibandingkan partisipan yang tidak mendapatkan media humor (media dokumenter).
Sehingga hipotesis penelitian diterima. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian-
penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa humor dapat menurunkan level stres (Colom,
Alcover, Curto & Osuna, 2012; Bennet, Zeller, Rosenberg, & McCann, 2003; Szabo, 2003;
Abel & Maxwell, 2002). Lebih lagi, humor dan tertawa secara efektif dapat digunakan
sebagai coping stress, yang mana humor dapat membantu kita untuk melihat sebuah masalah
dari perspektif yang lain, dan tertawa dapat membantu kita untuk melepaskan akumulasi dari
ketegangan-ketegangan fisik yang diakibatkan dari ketegangan psikologis, serta menurunkan
hormon stres (Colom, et al., 2011).
Review Jurnal X

EFEK BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN PERHATIAN ANAK


ATTENTION DEFICIT DISORDER (ADD)

Salah satu gangguan perkembangan anak yaitu Attention Deficit Disorder (ADD).
Perilaku anak ADD yang cenderung seenaknya sendiri, seringkali menyebabkan ia
mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, baik
orangtua, teman sebaya atau lingkungan sekitarnya.Perilaku tersebut disebabkan oleh faktor
internal dimana ia tidak pernah berpikir panjang dan mudah beralih perhatiannya pada
stimulus yang menariknya. Selain itu anak ADD cenderung tidak dapat mengendalikan diri
sehingga membuatnya kelihatan tidak tahu norma-norma yang ada (Dobson, 2005). Perilaku
ADD BIsa dangat terlhat ketika berada dalam situasi terstruktur seperti ketika di sekolah.
Kesulitan anak ADD dalam memusatkan perhatian akan berdamak pada
kehidupannya, salah satunya adalah dalam proses pembelajaran dan sosialisasinya. Daya
tangkap visual anak ADD tidak dapat dipahami dan diolah secara benar di otaknya sehingga
hal ini seringkali membuatnya kesulitan terlebih saat belajar membaca dan menulis.
Membaca merupakan ketrampilan neurologis yang cukup kompleks, karena membutuhkan
pengenalan simbol-simbol dan transmisi ke otak, dimana mereka harus dikirimkan, diingat
dan diutarakan dalam bentuk bahasa. Dalam proses tersebut diperlukan perhatian yang baik.
Hal tersebut berarti berkaitan juga pada kemampuan berbicaranya. Anak ADD juga
mengalami permasalahan dalam hal sosialisasinya. Lingkungan sekitarnya memberi cap
“anak nakal“ karena anak ADD seringkali kesulitan untuk mematuhi instruksi orang lain. Hal
tersebut dikarenakan lingkungan tidak bisa melihat secara keseluruhan perilaku yang
ditunjukkan oleh penyandang ADD. Orangtua memarahi karena anak sangat nakal dan sikap
guru yang memberi cap “ bodoh “, malas dan suka berbuat onar pada anak ADD dapat
membuat gangguan ADD ini menjadi semakin kompleks. Salah satu penyebab gangguan
ADD secara umum adalah kelainan fungsi otak yang mungkin disebabkan oleh cedera otak
(Flanagen, 2005). Sehingga akan mempengaruhi pemusatan perhatian anak ADD, dimana
perhatian diatur didalam otak depan sebelah kiri manusia (Lobus Frontalis Hemisphere kiri).
Dennison (2002) mengatakan bahwa dalam Brain Gym terutama dalam masalah
pemfokusan, terdapat gerakan-gerakan yang berguna untuk menstimulasi otak bagian depan
(Lobus Frontalis dan otak bagian belakang) agar dapat berfungsi dengan maksimal. Sehingga
Brain Gym dirasakan cukup relevan dengan permasalahan subyek yaitu untuk meningkatkan
konsentrasi anak (Dennison, 2003). Brain Gym cukup fleksibel kaena dapat diterapkan pada
anak normal maupun dengan kebutuhan khusus. Karena didalamnya engandung unsur
gerakan yang mampu meningkatkan kemampuan pembelajaran secara umum. Gerakan-
gerakan dalam Brain Gym dirasa sederhana dan menyenangkan sehinga akan lebih menarik
perhatian anak-anak. Freeman (www.iamthechild, 2006) mengatakan bahwa anak dengan
kebutuhan khusus seperti anak ADD membutuhkan gerakan-gerakan Brain Gym untuk
menghilangkan stres akibat kerusakan neurologisnya atau beberapa bagian sistem syarafnya.
Metode penelitian menggunakan metode penelitian eksperimen. Desain eksperimen
yang digunakan adalah desain Quasi Experimental (eksperimen semu) jenis equivalent time
samples design (desain ekperimen seri). Subjek perlakuan sekaligus digunakan sebagai
kontrol. Bila ada perubahan hasil pengukuran pada baseline dan post-test maka dianggap ada
efek dari perlakuan. Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang anak yang sudah
didiagnosa ulang oleh peneliti dibantu dengan sudut pandang supervisor (ahli, dalam hal ini
pembimbing), mengalami gangguan ADD dan berusia antara 8 – 13 tahun. Diagnosa ulang
ini dilakukan pada subyek yang telah didiagnosa oleh psikolog lebih dari 6 bulan atau subjek
yang sama sekali belum pernah didiagnosa oleh psikolog. KEmudian teknik pengumpulan
data menggunakan teknik observasi, wawancara dan rating schale perhatian. Dan dengan
mengukur validitas dengan validitas isi (content validity) yaitu taraf sejauh mana isi alat ukur
telah dianggap dapat mengukur hal-hal yang dapat mewakili keseluruhan isi yang hendak
diukur oleh alat ukur tersebut.
Hasil penelitiannya berdasarkan analisis individu tiap subjek dengan menggunakan
grafik baseline dan posttest Rating Scale perhatian disimpulkan bahwa Brain Gym
memberikan efek dalam meningkatkan perhatian anak ADD. Perilaku kurang perhatian kedua
subjek pada saat baseline antara lain adalah : sering lupa menuliskan huruf (tulisan cenderung
jelek), perhatian tidak dapat bertahan lebih dari 10 menit, sering lupa, sering tidak
menyelesaikan pekerjaan yang dihadapi, reaktif terhadap stimulus baik suara ataupun benda
(listrik dan televisi) dan seringkali merusakkan barang (alat tulisnya) maupun temannya.
Setelah dilakukan treatment berupa Brain Gym, kedua subjek mengalami peningkatan
perhatian pada rating scale perhatian antara lain : mampu menyelesaikan tugas dengan lebih
tenang, mampu memberikan perhatian lebih dari 10 menit, sudah jarang lupa dan mau
bertanggungjawab terhadap alat tulisnya, relatif lebih jarang mengalami kekurangan huruf
saat menulis, dan jarang menyela orang lain. Walaupun demikian masih terdapat
permasalahan yaitu kurang dapat memperhatikan dengan baik yang berpengaruh pada
sosialisasinya antara lain adalah : lupa, sering reaktif terhadap suara dan lain sebagainya. Hal
tersebut dianggap wajar karena tidak semua gejala dapat langsung hilang. Hal ini disebabkan
antara lain karena rentang perhatian seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal
namun juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti situasi lingkungan subjek yang kurang
mendukung dan lain sebagainya. berdasarkan hasil dari penelitian di atas, bahwa dengan
menggunakan Brain Gym dan dilaksanakan secara rutin, dapat membantu meningkatkan
rentang perhatian anak ADD. Fungsi dari Brain Gym antara lain adalah membuat anak ADD
untuk mengatasi ketegangan yang dialaminya. Aktivitas Brain Gym (khususnya gerakan
meregangkan otot) dapat membantu melepaskan ketegangan yang tertahan dalam otot dan
tendon yang menahannya sehingga dapat membantu anak untuk mengurangi gejala kurang
perhatiannya (Freeman, 2006). Dengan berkurangnya ketegangan, maka rentang perhatian
subjek akan mengalami peningkatan.
Daftar Pustaka
Alfiani, V. (t.thn.). Pengaruh Humor Terhadap Stres Pada Mahasiswa Tingkat Yang
Mengerjakan Skripsi Di Universitas Brawijaya Malang. Universitas Brawijaya, 1-11.
Ayuni, R. D., Siswati, & Rusmawati, D. (2013). pengaruh Storytelling Terhadap Prilaku
Empati Anak. Universitas Diponegoro, 81-130.
Dwitantyanov, A., Hidayati, F., & Sawitri, D. R. (2010). Pengaruh Pelatihan Berpikir Positif
Pada Efikasi Diri Akademik Mahasiswa . Jurnal Psikologo Undip, 8 (2), 135-140.
Firmansyah, R. A., & Wrastari, A. T. (2014). Pengaruh Penggunaan Film Sebagai Media
Belajar Terhadap Pencapaian Higher Order Thingking Skill . Fakultas Psikologi
UNAIR, 40-47.
Hariyanto, V. S., Supriyono, Y., & Lestari, S. (t.thn.). Pengaruh Latihan Body Scan Terhadap
Stres Mahasiswa Keprofesian Dokter Yang Akan Menjalani UJian Rotasi Klinik.
Universitas Brawijaya, 1-12.
Maimunah, A. (2011). Pengaruh Pelatihan Relaksasi Dengan Dzikir Untuk Mengatasi
Kecemasan Ibu Hamil Pertama . Universitas Gadjah Mada, 1-22.
Nugroho, Y. J. (t.thn.). Efek Brain Dalam Meningkatan Perhatian Anak Attention Deficit
Disorder. Universitas Setia Budi, 1-10.
Ramadhani, N. (2013). Terapi Tawa Untuk Menurukan Stres Pada Penderita Hipertensi.
Universitas Gajah Mata, 15-27.
Susanti, F., siswati, & Widodo, B. P. (2010). Pengaruh Permainan Tradisional Terhadap
Kompetensi Interpersonal Dengan Teman Sebaya Pada Siswa SD. Jurnal Psikologi
Undip. 8, (2), 145-156.
susanti, F., siswati, & widodo, p. b. (2010). Pengaruh Permainan Tradisional terhadap
kompetensi Interpersonal Dengan Teman Sebaaya Pada Siswa Kelas 3 SDN Srondol
Wetan. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, 145-154.

Anda mungkin juga menyukai