BAYI PREMATUR
OLEH :
FIDYA AISYAH PUTRI SAMODRA
131911133070
Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu kontraksi
uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin meningkat, serta dilatasi dan pembukaan
serviks secara bertahap (Norwitz & Schorge, 2008).
Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi
belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000- 2500 gram atau tua kehamilan antara
28 minggu sampai 36 minggu (Wiknjosastro, 2007).
B. Etiologi
a. Faktor Maternal
Toksenia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya diabetes mellitus
kelahiran premature ini berkaitan dengan adanya kondisi dimana uterus tidak mampu
untuk menahan fetus, misalnya pada pemisahan premature, pelepasan plasenta dan
infark dari plasenta
b. Faktor Fetal
Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi antosomal), fetus multi ganda, cidera radiasi
(Sacharin. 1996)
c. Faktor yang berhubungan dengan kelahiran premature :
Kehamilan
1) Malformasi Uterus
2) Kehamilan ganda
3) TI. Servik Inkompeten
4) KPD
5) Pre eklamsia
6) Riwayat kelahiran premature
7) Kelainan Rh
d. Kondisi medis
Kondisi yang menimbulkan partus preterm
1) Hipertensi
Tekanan darah tinggi menyebabkan penolong cenderung untuk mengakhiri
kehamilan, hal ini menimbulkan prevalensi persalinan preterm meningkat.
2) Perkembangan janin terhambat
Perkembangan janin terhambat (Intrauterine growth retardation) merupakan
kondisi dimana salah satu sebabnya ialah pemasokan oksigen dan makanan
mungkin kurang adekuat dan hal ini mendorong untuk terminasi kehamilan lebih
dini.
3) Solusio plasenta
Terlepasnya plasenta akan merangsang untuk terjadi persalinan preterm,
meskipun sebagian besar (65%) terjadi aterm. Pada pasien dengan riwayat
solusio plasenta maka kemungkinan terulang akan menjadi lebih besar yaitu
11%.
4) Plasenta previa
Plasenta previa sering kali berhubungan dengan persalinan preterm akibat harus
dilakukan tindakan pada perdarahan yang banyak. Bila telah terjadi perdarahan
banyak maka kemungkinan kondisi janin kurang baik karena hipoksia.
5) Kelainan rhesus
Sebelum ditemukan anti D imunoglobulin maka kejadian induksi menjadi
berkurang, meskipun demikian hal ini masih dapat terjadi.
6) Diabetes
Pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terkendali maka dapat
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Tapi saat ini dengan pemberian
insulin dan diet yang terprogram, umumnya gula darah dapat dikendalikan.
e. Sosial Ekonomi
1) Tidak melakukan perawatan prenatal
2) Status sosial ekonomi rendah
3) Malnutrisi
4) Kehamilan remaja
g. Patofisiologi
Menurut Surasmi, dkk (2003), neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan
perkembangan tidak dapat menghasilkan kalori melalui peningkatan metabolisme.
Hal itu disebabkan karena respon menggigil pada bayi tidak ada atau kurang,
sehingga bayi tidak dapat menambah aktivitas. Sumber utama kalori bila ada stres
dingin atau suhu lingkungan rendah adalah thermogenesis nonshiver. Sebagai respon
terhadap rangsangan dingin, tubuh bayi akan mengeluarkan norepinefrin yang
menstimulus metabolisme lemak dari cadangan lemak coklat untuk menghasilkan
kalori yang kemudian dibawa oleh darah ke jaringan. Stres dapat menyebabkan
hipoksia, metabolisme asidosis dan hipoglikemia. Peningkatan metabolisme sebagai
respon terhadap stres dingin akan meningkatkan kebutuhan kalori dan oksigen. Bila
oksigen yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan, tekanan oksigen berkurang
(hipoksia) dan keadaan ini akan menjadi lebih buruk karena volume paru menurun
akibat berkurangnya oksigen darah dan kelainan paru (paru yang imatur). Keadaan
ini dapat sedikit tertolong oleh haemoglobin fetal (HbF) yang dapat mengikat
oksigen lebih banyak sehingga bayi dapat bertahan lama pada kondisi tekanan
oksigen yang kurang. Stres dingin akan direspon oleh bayi dengan melepas
norepinefrin yang menyebabkan vasokontriksi paru. Akibatnya, menurunkan
keefektifan ventilasi paru sehingga kadar oksigen darah berkurang. Keadaaan ini
menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob yang
menyebabkan peningkatan asam laktat, kondisi ini bersamaan dengan metabolisme
lemak coklat yang menghasilkan asam sehingga meningkatkan kontribusi terjadinya
asidosis. Kegiatan metabolisme anaerob meghilangkan glikogen lebih banyak dari
pada metabolisme aerob sehingga mempercepat terjadinya hipoglikemia. Kondisi ini
terjadi terutama bila cadangan glikogen saat lahir sedikit, sesudah kelahiran
pemasukan kalori rendah atau tidak adekuat (Surasmi, dkk, 2003). Bayi prematur
umunya relatif kurang mampu untuk bertahan hidup karena struktur anatomi dan
fisiologi yang imatur dan fungsi biokimianya belum bekerja seperti bayi yang lebih
tua. Kekurangan tersebut berpengaruh terhadap kesanggupan bayi untuk mengatur
dan mempertahankan suhu badannya dalam batas normal. Bayi berisiko tinggi lain
juga mengalami kesulitan yang sama karena hambatan atau gangguan pada fungsi
anatomi, fisiologi, dan biokimia berhubungan dengan adanya kelainan atau penyakit
yang diderita. Bayi prematur atau imatur tidak dapat mempertahankan suhu tubuh
dalam batas normal karena pusat pengatur suhu pada otak yang belum matur,
kurangnya cadangan glikogen dan lemak coklat sebagai sumber kalori. Tidak ada
atau kurangnya lemak subkutan dan permukaan tubuh yang relatif lebih luas akan
menyebabkan kehilangan panas tubuh yang lebih banyak. Respon menggigil bayi
kurang atau tidak ada, sehingga bayi tidak dapat meningkatkan panas tubuh melalui
aktivitas. Selain itu kontrol reflek kapiler kulit juga masih kurang (Surasmi, dkk,
2003).
h. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis bayi prematur adalah :
Berat lahir sama dengan atau kurang dari 2.500 gram.
Panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm.
Lingkaran dada kurang dari 30 cm.
Lingkaran kepala kurang dari 33 cm.
Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
Relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugonya banyak,
lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus
Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan tidak teratur dan sering timbul apnea.
Reflek tonik leher lemah dan refleks morro positif.
Alat kelamin pada bayi laki- laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang,
testis belum turun kedalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol,
labia minora belum tertutup labia mayora
Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannnya lemah
Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.
Fungsi saraf yang belum atau kurang matang mengakibatkan refleks hisap,
menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif.
Tulang rawan dan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya sehingga
seolah- olah tidak teraba tulang rawan dan daun telinga (Surasmi, 2003).
Pergerakannya kurang dan masih lemah, pernapasan belum teratur
Otot-otot masih hipotonik
Pernapasan sekitar 45 sampai 50 kali per menit
Frekuensi nadi 100 sampai 140 kali per menit
Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea (gagal napas)
Kepala tidak mampu tegak
i. Klasifikasi
Menurut usia kehamilannya maka prematur dibedakan menjadi beberapa, yaitu:
a. Usia kehamilan 32 – 36 minggu disebut persalinan prematur (preterm)
b. Usia kehamilan 28 – 32 minggu disebut persalinan sangat premature (very
preterm)
c. Usia kehamilan 20 – 27 minggu disebut persalinan ekstrim premature (extremely
preterm)
Menurut berat badan lahir, bayi prematur dibagi dalam kelompok:
a. Berat badan bayi 1500 – 2500 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)
b. Berat badan bayi 1000 – 1500 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir
Sangat Rendah (BBLSR)
c. Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir Ekstrim
Rendah (BBLER)
j. WOC
Faktor Maternal
Faktor Fetal
Kelainan Ketidakmampuan
kromosomal uterus untuk
menahan fetus
Kehamilan ganda
Diabetes pada
kelahiran prematur
Hipoglikemia Asidosis
k. Komplikasi
1. Masalah kardiovaskular seperti PDA atau Duktus Arteriosus Paten dimana ductus
arteriosus tetap terbuka bahkan setelah anak lahir. Anak yang lahir prematur sangat rentan
terhadap masalah seperti masalah hipertensi, diabetes dan jantung di usia dewasa mereka.
2. Penyakit paru-paru kronis dan infeksi seperti displasia bronkopulmonalis, pneumonia dan
sindrom gangguan pernapasan.
3. Ada beberapa masalah neurologis seperti Ensefalopati hipoksik iskemik, retinopati
prematuritas, apnea, serebral palsi, cacat perkembangan, perdarahan intraventrikular.
Beberapa bayi cenderung mengalami pendarahan otak. Pendarahan otak parah dapat
berakibat fatal. Keterbelakangan mental adalah efek yang bisa terjadi pada kelahiran
prematur.
4. Masalah hematologi yang bisa terjadi pada kelahiran prematur adalah trombositopenia,
anemia, ikterus atau hiperbilirubinemia yang menyebabkan kernikterus.
5. Bayi prematur menghadapi masalah pertumbuhan jangka panjang seperti tingkat
pertumbuhan di bawah rata-rata.
6. Beberapa masalah metabolik dan pencernaan yang juga bisa terjadi pada bayi prematur
seperti hernia inguinalis, hipokalsemia, rakhitis, nekrosis enterocolitis, hipoglikemia, dll.
Pengamatan yang dilakukan menemukan bahwa, bayi prematur menghadapi kesulitan
dalam menyusu, karena kurang energi untuk menghisap susu.
7. Anak yang lahir antara minggu ke-22 dan 27 lebih rentan terhadap kematian bayi dan
SIDS (Sudden Infant Death Syndrome).
8. Para ahli menyatakan bahwa anak-anak yang lahir prematur menghadapi masalah
reproduksi.
9. Beberapa masalah lainnya seperti sepsis, kebutaan total atau parsial, masalah penglihatan,
infeksi saluran kemih, masalah sosial dan emosional, keterampilan mengucap yang
kurang, ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), masalah koordinasi mata
tangan dan IQ lebih rendah.
10. Pemeriksaan Diagnostik
Jumlah darah lengkap : Hb/Ht
Kalsium serum
Elektrolit (Na , K , U) : gol darah (ABO)
Gas Darah Arteri (GDA) : Po2, Pco2
(Doengoes. Ed. 2, 2001)
11. Penatalaksanaan
b. Makanan / Cairan
Berat badan kurang dari 2500 g
c. Neurosensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut
Ukuran kepala besar dalam hubungan dengan tubuh : sutura mungkin mudah di gerakan,
fontanel mungkin besar / terbuka lebar
Umumnya terjadi edema pada kelopak mata, mata mungkin merapat Reflek tergantung
pada usia gestasi
d. Pernafasan
Apgar score mungkin rendah
Pernafasan dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik intermiten (40-60 x/mnt)
mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal subternal, sianosis ada.
d. Adanya bunyi ampelas pada auskultasi, menandakan sindrom distres
pernafasan (RDS)
e. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah
Menangis mungkin lemah
Wajah mungkin memar, mungkin kaput suksedaneum
Kulit transparan
Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh
Ekstremitas tampak edema
Garis telapak kaki terlihat
Kuku pendek
f. Seksualitas
Persalinan / kelahiran tergesa-gesa
Genetalia ; Labia minora lebih besar dari labia mayora dengan kritoris menonjol testis pria
tidak turun, rugae mungkin banyak / tidak ada pada skrotum
g. Data Penunjang :
Pengobatan :
1. Cettrazidine 2 x 75 mg
2. Aminophylin 2 x 0,15 /IV
3. Mikasin 2 x 10 mg
4. Aminosteril 15 cc
Perhatian Khusus:
1. O2
2. Observasi TTV
Laboratorium pada tanggal 27 September 2005 :
- Ht : 46 vol %
- Hb : 15,7 gr/dl
- Leukosit : 11 900 ul
- Clorida darah : 112 mEq
- Natrium darah : 140
- Kalium : 4,1
- GDS : 63
h. Intervensi Keperawatan
Diagnosis
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan Rasional
1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan ventilasi (1.01002)
ventilasi spontan keperawatan selama 1 x 24 jam Observasi :
berhubungan
diharapkan ventilasi spontan a) Monitor status respirasi dan
dengan
gangguan klien meningkat (L.01007) oksigenasi (mis. frekuensi dan
metabolism dengan kriteria hasil : kedalaman napas, penggunaan
dibuktikan
a) Dispnea menurun (5) otot bantu napas, bunyi napas
dengan volume
tidal menurun b) Penggunaan otot banti tambahan, saturasi oksigen)
(D.0004) Terapeutik
napas menurun (5)
a) Pertahankan kepatenan
jalan napas
b) Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhan (mis. nasal
kanul, masker wajah,
masker re-breathing atau
non rebreathing)
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
bronchodilator, jika perlu
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisasi (1.11351)
menelan keperawatan selama 1x24 jam Observasi :
berhubungan
diharapkan status dukungan a) Monitor kemampuan
dengan
prematuritas perawatan diri makan/minum
menelan
dibuktikan klien meningkat (L.) dengan
dengan Kolaborasi
kriteria hasil :
mengeluh sulit a) Kolaborasi pemberian
menelan a) Reflek menelan
(D.0063) meningkat (5) obat 9mis: analgetic,
b) Usaha menelan atiemetik) sesuai
meningkat (5) indikasi
Perpustakaan Poltekkes Malang. 2021. Konsep Bayi Prematur. Diakses pada tanggal 29 Mei
2021, dari
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1401100050/13._BAB_2_.pdf
Rahmah, Auliyaa. 2021. Prematur. Diakses pada tanggal 29 Mei 2021, dari
https://www.academia.edu/31537623/Prematur
Suci, Berty. 2016. Prematur. Diakses pada tanggal 29 Mei 2021, dari
https://www.academia.edu/22782999/Prematur
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
edisi 1. Jakarta selatan : Badan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
edisi 1. Jakarta selatan : Badan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
edisi 1. Jakarta selatan : Badan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tendean, Elshadday. 2021. Penatalaksanaan Persalinan Preterm. Diakses pada tanggal 29
Mei 2021, dari
https://www.academia.edu/11958456/PENATALAKSANAAN_PERSALINAN_PRETERM
Wijaya, Dimas. 2021. Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada BAyi Neonatus
Prematur. Diakses pada tanggal 29 Mei 2021, dari
https://www.academia.edu/33057615/LAPORAN_PENDAHULUAN_DAN_ASUHAN_KE
PERAWATAN_PADA_BAYI_NEONATUS_PREMATUR
Wiratama, Yuda. 2021. Konsep Dasar Bayi Prematur. Diakses pada tanggal 29 Mei 2021,
dari
https://www.academia.edu/8748349/A_KONSEP_DASAR_BAYI_PREMATUR