Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI PREMATUR

OLEH :
FIDYA AISYAH PUTRI SAMODRA
131911133070

Program Studi Keperawatan


Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya
2020/2021
A. Definisi

Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu kontraksi
uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin meningkat, serta dilatasi dan pembukaan
serviks secara bertahap (Norwitz & Schorge, 2008).

Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi
belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000- 2500 gram atau tua kehamilan antara
28 minggu sampai 36 minggu (Wiknjosastro, 2007).

B. Etiologi
a. Faktor Maternal
Toksenia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya diabetes mellitus
kelahiran premature ini berkaitan dengan adanya kondisi dimana uterus tidak mampu
untuk menahan fetus, misalnya pada pemisahan premature, pelepasan plasenta dan
infark dari plasenta
b. Faktor Fetal
Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi antosomal), fetus multi ganda, cidera radiasi
(Sacharin. 1996)
c. Faktor yang berhubungan dengan kelahiran premature :
Kehamilan
1)      Malformasi Uterus
2)      Kehamilan ganda
3)      TI. Servik Inkompeten
4)      KPD
5)      Pre eklamsia
6)      Riwayat kelahiran premature
7)      Kelainan Rh

d. Kondisi medis
 Kondisi yang menimbulkan partus preterm
1) Hipertensi
Tekanan darah tinggi menyebabkan penolong cenderung untuk mengakhiri
kehamilan, hal ini menimbulkan prevalensi persalinan preterm meningkat.
2) Perkembangan janin terhambat
Perkembangan janin terhambat (Intrauterine growth retardation) merupakan
kondisi dimana salah satu sebabnya ialah pemasokan oksigen dan makanan
mungkin kurang adekuat dan hal ini mendorong untuk terminasi kehamilan lebih
dini.
3) Solusio plasenta
Terlepasnya plasenta akan merangsang untuk terjadi persalinan preterm,
meskipun sebagian besar (65%) terjadi aterm. Pada pasien dengan riwayat
solusio plasenta maka kemungkinan terulang akan menjadi lebih besar yaitu
11%.
4) Plasenta previa
Plasenta previa sering kali berhubungan dengan persalinan preterm akibat harus
dilakukan tindakan pada perdarahan yang banyak. Bila telah terjadi perdarahan
banyak maka kemungkinan kondisi janin kurang baik karena hipoksia.
5) Kelainan rhesus
Sebelum ditemukan anti D imunoglobulin maka kejadian induksi menjadi
berkurang, meskipun demikian hal ini masih dapat terjadi.
6) Diabetes
Pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terkendali maka dapat
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Tapi saat ini dengan pemberian
insulin dan diet yang terprogram, umumnya gula darah dapat dikendalikan.

 Kondisi yang menimbulkan kontraksi


a.       Kelainan bawaan uterus
Meskipun jarang tetapi dapat dipertimbangkan hubungan kejadian partus preterm
dengan kelainan uterus yang ada.
b.      Ketuban pecah dini
Ketuban pecah mungkin mengawali terjadinya kontraksi atau sebaliknya. Ada
beberapa kondisi yang mungkin menyertai seperti : serviks inkompeten,
hidramnion, kahamilan ganda, infeksi vagina dan serviks, dan lain-lain.
c.       Serviks inkompeten
Riwayat tindakan terhadap serviks dapat dihubungkan dengan terjadinya
inkompeten. Chamberlain dan Gibbings menemukan 60% dari pasien serviks
inkompeten pernah mengalami abortus spontan dan 49% mengalami pengakhiran
kehamilan pervaginam.
d.      Kehamilan ganda
Sebanyak 10% pasien dengan dengan partus preterm ialah kehamilan ganda dan
secara umum kahamilan ganda mempunyai panjang usia gestasi yang lebih
pendek.

e. Sosial Ekonomi
1)      Tidak melakukan perawatan prenatal
2)      Status sosial ekonomi rendah
3)      Malnutrisi
4)      Kehamilan remaja

f. Faktor gaya hidup


1)      Kebiasaan merokok
2)      Kenaikan berat badan selama hamil yang kurang
3)      Penyalahgunaan obat (kokain)
4)      Alcohol

g. Patofisiologi
Menurut Surasmi, dkk (2003), neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan
perkembangan tidak dapat menghasilkan kalori melalui peningkatan metabolisme.
Hal itu disebabkan karena respon menggigil pada bayi tidak ada atau kurang,
sehingga bayi tidak dapat menambah aktivitas. Sumber utama kalori bila ada stres
dingin atau suhu lingkungan rendah adalah thermogenesis nonshiver. Sebagai respon
terhadap rangsangan dingin, tubuh bayi akan mengeluarkan norepinefrin yang
menstimulus metabolisme lemak dari cadangan lemak coklat untuk menghasilkan
kalori yang kemudian dibawa oleh darah ke jaringan. Stres dapat menyebabkan
hipoksia, metabolisme asidosis dan hipoglikemia. Peningkatan metabolisme sebagai
respon terhadap stres dingin akan meningkatkan kebutuhan kalori dan oksigen. Bila
oksigen yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan, tekanan oksigen berkurang
(hipoksia) dan keadaan ini akan menjadi lebih buruk karena volume paru menurun
akibat berkurangnya oksigen darah dan kelainan paru (paru yang imatur). Keadaan
ini dapat sedikit tertolong oleh haemoglobin fetal (HbF) yang dapat mengikat
oksigen lebih banyak sehingga bayi dapat bertahan lama pada kondisi tekanan
oksigen yang kurang. Stres dingin akan direspon oleh bayi dengan melepas
norepinefrin yang menyebabkan vasokontriksi paru. Akibatnya, menurunkan
keefektifan ventilasi paru sehingga kadar oksigen darah berkurang. Keadaaan ini
menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob yang
menyebabkan peningkatan asam laktat, kondisi ini bersamaan dengan metabolisme
lemak coklat yang menghasilkan asam sehingga meningkatkan kontribusi terjadinya
asidosis. Kegiatan metabolisme anaerob meghilangkan glikogen lebih banyak dari
pada metabolisme aerob sehingga mempercepat terjadinya hipoglikemia. Kondisi ini
terjadi terutama bila cadangan glikogen saat lahir sedikit, sesudah kelahiran
pemasukan kalori rendah atau tidak adekuat (Surasmi, dkk, 2003). Bayi prematur
umunya relatif kurang mampu untuk bertahan hidup karena struktur anatomi dan
fisiologi yang imatur dan fungsi biokimianya belum bekerja seperti bayi yang lebih
tua. Kekurangan tersebut berpengaruh terhadap kesanggupan bayi untuk mengatur
dan mempertahankan suhu badannya dalam batas normal. Bayi berisiko tinggi lain
juga mengalami kesulitan yang sama karena hambatan atau gangguan pada fungsi
anatomi, fisiologi, dan biokimia berhubungan dengan adanya kelainan atau penyakit
yang diderita. Bayi prematur atau imatur tidak dapat mempertahankan suhu tubuh
dalam batas normal karena pusat pengatur suhu pada otak yang belum matur,
kurangnya cadangan glikogen dan lemak coklat sebagai sumber kalori. Tidak ada
atau kurangnya lemak subkutan dan permukaan tubuh yang relatif lebih luas akan
menyebabkan kehilangan panas tubuh yang lebih banyak. Respon menggigil bayi
kurang atau tidak ada, sehingga bayi tidak dapat meningkatkan panas tubuh melalui
aktivitas. Selain itu kontrol reflek kapiler kulit juga masih kurang (Surasmi, dkk,
2003).

h. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis bayi prematur adalah :
 Berat lahir sama dengan atau kurang dari 2.500 gram.
 Panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm.
 Lingkaran dada kurang dari 30 cm.
 Lingkaran kepala kurang dari 33 cm.
 Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
 Relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugonya banyak,
lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus
 Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan tidak teratur dan sering timbul apnea.
Reflek tonik leher lemah dan refleks morro positif.
 Alat kelamin pada bayi laki- laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang,
testis belum turun kedalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol,
labia minora belum tertutup labia mayora
 Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannnya lemah
 Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.
 Fungsi saraf yang belum atau kurang matang mengakibatkan refleks hisap,
menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif.
 Tulang rawan dan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya sehingga
seolah- olah tidak teraba tulang rawan dan daun telinga (Surasmi, 2003).
 Pergerakannya kurang dan masih lemah, pernapasan belum teratur
 Otot-otot masih hipotonik
 Pernapasan sekitar 45 sampai 50 kali per menit
 Frekuensi nadi 100 sampai 140 kali per menit
 Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea (gagal napas)
 Kepala tidak mampu tegak
i. Klasifikasi
Menurut usia kehamilannya maka prematur dibedakan menjadi beberapa, yaitu:
a. Usia kehamilan 32 – 36 minggu disebut persalinan prematur (preterm)
b. Usia kehamilan 28 – 32 minggu disebut persalinan sangat premature (very
preterm)
c. Usia kehamilan 20 – 27 minggu disebut persalinan ekstrim premature (extremely
preterm)
Menurut berat badan lahir, bayi prematur dibagi dalam kelompok:
a. Berat badan bayi 1500 – 2500 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)
b. Berat badan bayi 1000 – 1500 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir
Sangat Rendah (BBLSR)
c. Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir Ekstrim
Rendah (BBLER)

j. WOC
Faktor Maternal
Faktor Fetal

Kelainan Ketidakmampuan
kromosomal uterus untuk
menahan fetus

Kehamilan ganda
Diabetes pada
kelahiran prematur

Umur gestasi lebih


pendek

Respon menggigil pada Ransangan dingin


bayi tidak ada atau kurang
Hipoksia
Kekurangan kalori

Imaturitas Vasokontriksi paru


pertumbuhan

Kadar oksigen darah


berkurang

Glikolisis anaerob Peningkatan asam


laktat

Hipoglikemia Asidosis

Bayi tidak dapat


melakukan aktivitas

Pergerakannya Atopo Otot- Apn Tida Fungsi Umur


kurang dan masih metrik otot ea k saraf keha
lemah kurang hipotoni ada yang milan
dari k vern kurang kuran
normal iks matang g dari
kase 37
Kepala tidak mampu Berhe ming
tegak osa
Meren ntinya gu
dahny proses
a perna
MK: Risiko tegang pasan Tidak Refleks
an dalam adanya MK: Risiko
MK: gangguan hisap,
(tonus waktu zat ikterik
Gangguan pertumbuha menelan,
otot) singka penceg neonatus
mobilitas fisik n (D.0108) dan batuk
t ah (D.0035)
(D.0054) (D.0024) tidak efektif
infeksi
Pigmentasi Labia MK:
minora MK:
dan rugae Gangguan
belum Gangguan
pada skrotum
MK: MK: Risiko menelan
tertutup ventilasi
kurang Disorganisasi infeksi (D.0063)
labia spontan
perilaku bayi (D.0004) (D.0142)
mayora
(D.0053)

k. Komplikasi
1. Masalah kardiovaskular seperti PDA atau Duktus Arteriosus Paten dimana ductus
arteriosus tetap terbuka bahkan setelah anak lahir. Anak yang lahir prematur sangat rentan
terhadap masalah seperti masalah hipertensi, diabetes dan jantung di usia dewasa mereka.
2. Penyakit paru-paru kronis dan infeksi seperti displasia bronkopulmonalis, pneumonia dan
sindrom gangguan pernapasan.
3. Ada beberapa masalah neurologis seperti Ensefalopati hipoksik iskemik, retinopati
prematuritas, apnea, serebral palsi, cacat perkembangan, perdarahan intraventrikular.
Beberapa bayi cenderung mengalami pendarahan otak. Pendarahan otak parah dapat
berakibat fatal. Keterbelakangan mental adalah efek yang bisa terjadi pada kelahiran
prematur.
4. Masalah hematologi yang bisa terjadi pada kelahiran prematur adalah trombositopenia,
anemia, ikterus atau hiperbilirubinemia yang menyebabkan kernikterus.
5. Bayi prematur menghadapi masalah pertumbuhan jangka panjang seperti tingkat
pertumbuhan di bawah rata-rata.
6. Beberapa masalah metabolik dan pencernaan yang juga bisa terjadi pada bayi prematur
seperti hernia inguinalis, hipokalsemia, rakhitis, nekrosis enterocolitis, hipoglikemia, dll.
Pengamatan yang dilakukan menemukan bahwa, bayi prematur menghadapi kesulitan
dalam menyusu, karena kurang energi untuk menghisap susu.
7. Anak yang lahir antara minggu ke-22 dan 27 lebih rentan terhadap kematian bayi dan
SIDS (Sudden Infant Death Syndrome).
8. Para ahli menyatakan bahwa anak-anak yang lahir prematur menghadapi masalah
reproduksi.
9. Beberapa masalah lainnya seperti sepsis, kebutaan total atau parsial, masalah penglihatan,
infeksi saluran kemih, masalah sosial dan emosional, keterampilan mengucap yang
kurang, ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), masalah koordinasi mata
tangan dan IQ lebih rendah.
10. Pemeriksaan Diagnostik
 Jumlah darah lengkap : Hb/Ht
 Kalsium serum
 Elektrolit (Na , K , U) : gol darah (ABO)
 Gas Darah Arteri (GDA) : Po2, Pco2
 (Doengoes. Ed. 2, 2001)

11. Penatalaksanaan

Yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan, pemberian


makanan dan siap sedia dengan tabung O2, pada bayi prematur makin pendek
masa kehamilan, makin sulit dan banyak persoalan yang akan dihadapi dan
makin tinggi angka kematian disebabkan gangguan pernafasan, infeksi, cacar
bawaan, dan trauma pada otak.
1. Pengaturan suhu lingkungan
Bayi dimasukan dalam inkubator dengan suhu yang diatur, bayi berat badan
<2000 gram → 35 oC.
2. Makanan bayi prematur
Umumnya bayi prematur belum sempurna refleks mengisap dan batuk,
kapasitas lambung masih kurang. Maka makanan diberikan dengan pipet
sedikit-sedikit namun lebih sering. Kemungkinan cairan untuk bayi baru lahir
120-150 ml/kg/hari atau 100-120 call/kg/hari pemberian dilakukan secara
bertahap sesuai kemampuan bayi untuk segera mungkin mencukupi
kebutuhan cairan/kalori.
Oleh karena mudahnya terjadi reglugitasi dan pneumoni aspirasi pada bayi prematur,
maka hal-hal berikut harus diperhatikan pada pemberian minum bayi.
- Bayi diletakkan pada posisi kanan untuk membantu mengosongkan lambung atau
dalam posisi setengah duduk di pangkuan dengan meninggikan kepala dan bahu
30o di tempat tidur bayi.
- Sebelum susu diberikan, diteteskan dahulu di punggung tangan untuk merasakan
apakah susu cukup hangat dan keluar satu tetes dalam setiap detik.
- Pada waktu bayi minum harus diperhatikan apakah dia menjadi biru, ada
gangguan pernafasan atau perut kembung pengamatan dilakukan terus sampai
kira-kira setengah jam sesudah minum. Gumpalan susu di mulut harus
dibersihkan.
- Untuk mencegah perut kembung, bayi diberi minum sedikit-sedikit dengan
perlahan dan hati-hati penambahan susu setiap kali minum tidak boleh lebih dari
30 ml sehar.
- Sesudah minum bayi didudukkan atau diletakkan di atas pundak selama 10-15
menit untuk mengeluarkan udara di lambung dan kemudian ditidurkan pada sisi
kanan.
- Bila bayi biru/ mengalami kesukaran dalam bernafas pada waktu minum kepala
bayi harus segera direndahkan 30o, cairan dimulut dan di faring dihisap. Bila ia
masih tetap biru dan tidak bernafas harus segera diberi O2 dan pernafasan buatan.
Kadang-kadang diperlukan pemberian makanan melalui kateler sebaiknya dipakai
kateler dari pelietiken yang dapat ditinggalkan di lambung selama 4-5 hari tanpa
iritasi. Kateter dari karet mudah menyebabkan iritasi dan infeksi.
 Yang dipakai kateler no.8 untuk bayi <1500 gram dan no.10 untuk bayi >1500
gram.
 Panjang kateler yang dimasukkan bila melalui mulut ialah sama dengan
ukuran pangkal hidung, bila malalui hidung ditambah dengan jarak dan
pangkal hidung keliang telinga.

12. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a. Sirkulasi
  Nadi apikal mungkin cepat / tidak teratur dalam batas normal (120 sampai 160 dpm)
murmur jantung yang dapat menandakan duktus arteriosus paten (PDA)

b. Makanan / Cairan
  Berat badan kurang dari 2500 g

c. Neurosensori
  Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut
  Ukuran kepala besar dalam hubungan dengan tubuh : sutura mungkin mudah di gerakan,
fontanel mungkin besar / terbuka lebar
  Umumnya terjadi edema pada kelopak mata, mata mungkin merapat Reflek tergantung
pada usia gestasi

d. Pernafasan
  Apgar score mungkin rendah
  Pernafasan dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik intermiten (40-60 x/mnt)
mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal subternal, sianosis ada.
d.   Adanya bunyi ampelas pada auskultasi, menandakan sindrom distres
pernafasan (RDS)

e. Keamanan
  Suhu berfluktuasi dengan mudah
  Menangis mungkin lemah
  Wajah mungkin memar, mungkin kaput suksedaneum
  Kulit transparan
  Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh
  Ekstremitas tampak edema
  Garis telapak kaki terlihat
  Kuku pendek

f. Seksualitas
  Persalinan / kelahiran tergesa-gesa
Genetalia ; Labia minora lebih besar dari labia mayora dengan kritoris menonjol testis pria
tidak turun, rugae mungkin banyak / tidak ada pada skrotum

g. Data Penunjang :
  Pengobatan :
1.      Cettrazidine 2 x 75 mg
2.      Aminophylin 2 x 0,15 /IV
3.      Mikasin 2 x 10 mg
4.      Aminosteril 15 cc

  Perhatian Khusus:
1.      O2
2.      Observasi TTV
   Laboratorium pada tanggal 27 September 2005 :
- Ht : 46 vol %
- Hb : 15,7 gr/dl
- Leukosit : 11 900 ul
- Clorida darah : 112 mEq
- Natrium darah : 140
- Kalium : 4,1
- GDS : 63

13. Diagnosis Keperawatan


a. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan gangguan metabolisme dibuktikan
dengan volume tidal menurun (D.0004)
b. Gangguan menelan berhubungan dengan prematuritas dibuktikan dengan mengeluh
sulit menelan (D.0063)
c. Disorganisasi perilaku bayi berhubungan dengan prematuritas dibuktikan dengan
tonus motorik berubah (D.0053)
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang
dibuktikan dengan rentang gerak (ROM) menurun (D.0054)
e. Risiko gangguan pertumbuhan dibuktikan dengan prematuritas (D.0108)
f. Risiko infeksi dibuktikan dengan ketuban pecah sebelum waktunya (D.0142)
g. Risiko ikterik neonatus dibuktikan dengan prematuritas (<37 minggu) (D.0035)

h. Intervensi Keperawatan

Diagnosis
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan Rasional
1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan ventilasi (1.01002)
ventilasi spontan keperawatan selama 1 x 24 jam  Observasi :
berhubungan
diharapkan ventilasi spontan a) Monitor status respirasi dan
dengan
gangguan klien meningkat (L.01007) oksigenasi (mis. frekuensi dan
metabolism dengan kriteria hasil : kedalaman napas, penggunaan
dibuktikan
a) Dispnea menurun (5) otot bantu napas, bunyi napas
dengan volume
tidal menurun b) Penggunaan otot banti tambahan, saturasi oksigen)
(D.0004) Terapeutik
napas menurun (5)
a) Pertahankan kepatenan
jalan napas
b) Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhan (mis. nasal
kanul, masker wajah,
masker re-breathing atau
non rebreathing)
 Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
bronchodilator, jika perlu
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisasi (1.11351)
menelan keperawatan selama 1x24 jam  Observasi :
berhubungan
diharapkan status dukungan a) Monitor kemampuan
dengan
prematuritas perawatan diri makan/minum
menelan
dibuktikan klien meningkat (L.) dengan
dengan  Kolaborasi
kriteria hasil :
mengeluh sulit a) Kolaborasi pemberian
menelan a) Reflek menelan
(D.0063) meningkat (5) obat 9mis: analgetic,
b) Usaha menelan atiemetik) sesuai
meningkat (5) indikasi

3. Disorganisasi Setelah dilakukan tindakan Perawatan Bayi (1.10338)


perilaku bayi keperawatan selama 1x24 jam  Observasi :
berhubungan
diharapkan organisasi perilaku a) Monitor tanda-tanda
dengan
prematuritas bayi klien meningkat (L.05043)
vital bayi (terutama
dibuktikan dengan kriteria hasil :
dengan tonus suhu 36,5°C-37,5°C)
a) Gerakan pada ekstremitas
motorik berubah  Terapeutik
(D.0053) meningkat (5)
a) Mandikan bayi dengan
b) Gerakan terkoordinasi
suhu ruangan 21-24°C
meningkat (5)
b) Mandikan bayi dalam
c) Respon normal terhadap
waktu 5-10 menit dan
stimulus sensorik
2 kali dalam sehari
meningkat (5)
c) Rawat tali pusar secara
d) Refleks meningkat (5)
terbuka (tali pusar
e) Tonus motorik meningkat
tidak dibungkus
(5)
apapun)
d) Bersihkan pangkal tali
pusar lidi kapas yang
telah diberi air matang
e) Kenakan popok bayi di
bawah umbilicus jika
tali pusat belum
terlepas
f) Lakukan pemijatan bayi
g) Ganti popok bayi jika
basah
h) Kenakan pakaian bayi
dari bahan katun
 Edukasi
a) Anjurkan ibu menyusui
sesuai kebutuhan bayi
b) Anjurkan ibu cara
merawat bayi di rumah
c) Ajarkan cara
pemberian makanan
pendamping ASI pada
bayi>6 bulan
4. Risiko aspirasi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan aspirasi (1.01018)
dibuktikan keperawatan selama 1x24 jam  Observasi :
dengan
diharapkan tingkat aspirasi klien a) Monitor status
ketidakmampuan
menghisap, menurun (L.02006) dengan
pernapasan
menelan, dan kriteria hasil :
bernapas
a) Kemampuan menelan
(D.006)
meningkat
b) Dispnea menurun (5)
c) Wheezing menurun (5)
d) Frekuensi napas membaik (5)
5. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Manajemen imunisasi/vaksinasi
dibuktikan keperawatan selama 1x24 jam (1.14508)
dengan ketuban
diharapkan tingkat infeksi klien Observasi
pecah sebelum
waktunya menurun (L.14137) dengan a) Identifikasi
(D.0142) kriteria hasil : kontraindikasi
a) Nyeri menurun (5) pemberian imunisasi
b) Periode menggigil (5)
b) Identifikasi status
vaksinasi setiap
kunjungan ke
pelayanan kesehatan
Terapeutik
a) Berikan suntikan pada
bayi di bagian pada
anterolateral
b) Dokumentasikan
informasi vaksinasi
c) Jadwalkan imunisasi
pada interval waktu
yang tepat
Edukasi
a) Jelaskan tujuan,
manfaat, rekasi yang
terjadi, jadwal, dan
efek samping
b) informasikan
pemberian vaksinasi
untuk kejadian khususd
6. Risiko ikterik Setelah dilakukan tindakan Perawatan neonatus (1.03132)
neonatus keperawatan selama 1x24 jam Observasi
dibuktikan
diharapkan integritas kulit dan a) identifikasi kondisi
dengan
prematuritas jaringan klien meningkat awal bayi sejak lahir
(<37 minggu) (L.14125) dengan kriteria hasil : Terapeutik
(D.0035)
a) Kerusakan jaringan menurun a) lakukan inisiasi
(5)
menyusui dini (IMD)
b) Nyeri menurun (5)
segera setelah bayi
lahir
b) mandikan selama 5-10
menit, minimal sekali
sehari
c) mandikan dengan air
hangat (36-37°C)
d) gunakan sabun yang
mengandung
provitamin B5
e) Oleskan baby oil untuk
mempertahankan
kelembaban kulit
f) Rawat tali pusat secara
terbuka (tidak
dibungkus)
g) Bersihkan tali pusat
dengan air steril atau
air matang
h) Kenakan pakaian dari
bahan katun
i) Selimuti untuk menjaga
kehangatan dan
mencegah hipotermia
j) Ganti popok segera jika
basah
Edukasi
a) Anjurkan tidak
membubuhi
apapun pada tali
pusat
b) Anjurkan ibu
menyusui bayi
setiap 2 jam
c) Anjurkan
menyendawai bayi
ketika disusui
d) Anjurkan ibu
mencuci tangan
sebelum
menyentuh bayi

7. Risiko gangguan Setelah dilakukan tindakan Promosi pertekanan (1.10342)


perlekatan keperawatan selama 1x24 jam Observasi
dibuktikan
diharapkan perlekatan klien a) Monitor kegiatan
dengan
prematuritas meningkat (L.13122) dengan menyusui
(D.0127) kriteria hasil : b) Identifikasi
a) Mempraktikkan perilaku sehat
kemampuan bayi
saat hamil meningkat (5)
menghisap dan
b) kekhawatiran menjalankan
menelan ASI
peran orang tua menurun (5)
c) Monitor perlekatan
saat menyusui
Terapeutik
a) Diskusikan dengan
ibu masalah
selama proses
menyusui
Edukasi
a) Anjurkan ibu
menopang seluruh
tubuh bayi
b) Anjurkan ibu melepas
pakaian bagian atas
agar bayi dapat
menyentuh payudara
ibu
c) Anjurkan bayi yang
mendekati kea rah
payudara ibu bagian
bawah
d) anjurkan ibu untuk
memegang payudara
menggunakan jarinya
seperti huruf “C” pada
posisi jam 12-5 atau 3-
9 saat mengarahkan ke
mulut bayi
e) anjurkan ibu untuk
menyusui menunggu
mulut bayi terbuka
lebar sehingga area
bagian bawah dapat
masuk secara
sempurna
f) anjurkan ibu mengenal
tanda bayi siap
menyusu
DAFTAR PUSTAKA

Perpustakaan Poltekkes Malang. 2021. Konsep Bayi Prematur. Diakses pada tanggal 29 Mei
2021, dari
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1401100050/13._BAB_2_.pdf
Rahmah, Auliyaa. 2021. Prematur. Diakses pada tanggal 29 Mei 2021, dari
https://www.academia.edu/31537623/Prematur
Suci, Berty. 2016. Prematur. Diakses pada tanggal 29 Mei 2021, dari
https://www.academia.edu/22782999/Prematur
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
edisi 1. Jakarta selatan : Badan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
edisi 1. Jakarta selatan : Badan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
edisi 1. Jakarta selatan : Badan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tendean, Elshadday. 2021. Penatalaksanaan Persalinan Preterm. Diakses pada tanggal 29
Mei 2021, dari
https://www.academia.edu/11958456/PENATALAKSANAAN_PERSALINAN_PRETERM
Wijaya, Dimas. 2021. Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada BAyi Neonatus
Prematur. Diakses pada tanggal 29 Mei 2021, dari
https://www.academia.edu/33057615/LAPORAN_PENDAHULUAN_DAN_ASUHAN_KE
PERAWATAN_PADA_BAYI_NEONATUS_PREMATUR
Wiratama, Yuda. 2021. Konsep Dasar Bayi Prematur. Diakses pada tanggal 29 Mei 2021,
dari
https://www.academia.edu/8748349/A_KONSEP_DASAR_BAYI_PREMATUR

Anda mungkin juga menyukai