TINJAUAN TEORI
Bayi baru lahir sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
1500 gr tanpa melihat usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1
jam setelah lahir . BBLSR dapat terjadi pada bayi kurang dari 37 minggu atau pada bayi
cukup bulan (intrauterine growth restriction /IUGR). Bayi lahir dengan presentase berat
badan dibawah dari 10% pada kurva intrauterine bayi tersebut dapat lahir dalam keadaan
preterm, aterm atau postterm, (Sudarti & Fauziah, 2013).
Berat lahir rendah berdasarkan WHO adalah berat lahir < 2500 gram. Batasan 2500
gram ini berdasarkan epidemiologis bahwa bayi dengan berat < 2500 gram beresiko
mengalami kematian 20kali lebih besar di banding dengan bayi berat lahir >2500 gram.
Berat lahir rendah dapat terjadi akibat pertumbuhan janin terhambat, kelahiran premature
atau keduanya. Berat lahir rendah sangat berpengaruh terhadap tingginya mortalitas dan
morbiditas masa neonatal serta gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
1
kurang bulan atau bayi lahir kecil masa kehamilan karena adanya hambatan pertumbuhan
saat dalam kandungan atau kombinasi keduanya, (Kemenkes, 2011).
a. Faktor Ibu: Penyebab lainnya berat ibu yang rendah, usia ibu remaja atau usia >35
tahun, jarak kehamilan terlalu dekat dengan sebelumnya, kehamilan ganda, riwayat
kelahiran premature, perdarahan antepartum, penyakit sistemik akut. Ibu kekurangan
gizi, hipertensi, toksemia, anemia, penyakit kronik dan merokok,
b. Faktor plasenta: solosio plasenta, plasenta previa.
c. Faktor janin: kehamilan ganda, cacat bawaan, infeksi, (Handriana, 2016).
2
d. Jaringan lemak dibawah kulit yang masih tipis
e. Bayi tampak gersk cepat, aktif, dan kuat
f. Tali pusat berwarna kuning agak kehijauan (Saputra, 2014).
3
5. Komplikasi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Dampak atau masalah jangka pendek yang terjadi pada BBLR (Izzah , 2018) adalah
sebagai berikut :
1. Gangguan metabolik
Gangguan metabolik yang diikuti dengan hipotermi dapat terjadi karena bayi
BBLR memiliki jumlah lemak yang sangat sedikit di dalam tubuhnya. Selain itu,
pengaturan sistem suhu tubuhnya juga belum matur. Yang sering menjadi
masalah pada bayi BBLR yaitu hipoglikemi. Bayi dengan asupan yang kurang
dapat berdampak kerusakan sel pada otak yang mengakibatkan sel pada otak
mati. Apabila terjadi kematian pada sel otak, mengakibatkan gangguan pada
kecerdasan anak tesebut. Untuk memperoleh glukosa yang lebih harus dibantu
dengan ASI yang lebih banyak. Kebanyakan bayi BBLR kekurangan ASI karena
ukuran bayi kecil, lambung kecil dan energi saat menghisap sangat lemah.
2. Gangguan imunitas
4
Gangguan imunologik Sistem imun akan berkurang karena diberikan rendahnya
kadar Ig dan Gamma globulin. Sehingga menyebabkan sering terkena infeksi.
Bayi BBLR juga sering terinfeksi penyakit yang ditularkan ibu melalui plasenta.
Kejang pada saat dilahirkan Untuk menghindari kejang pada saat lahir, Bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) harus dipantai dalam 1 X 24 jam. Dan harus
tetap dijaga ketat untuk jalan napasnya.
Ikterus (kadar bilirubin yag tinggi) Ikterus pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) merupakan adanya gangguan pada zat warna empedu yang dapat
mengakibatkan bayi berwarna kuning ( Khoiriah, 2017). 10 Universitas
Muhammadiyah Surabaya
3. Gangguan pernafasan
Sindroma gangguan pemafasan Gangguan sistem pernapasan pada bayi BBLR
dapat disebabkan karena kurang adekuatnya surfaktan pada paru – paru.
Asfiksia Pada bayi BBLR saat lahir biasanya dapat timbul asfiksia.
Apneu periodik Terjadi apneu periodik karena kurang matangnya organ yang
terbentuk pada saat bayi BBLR dilahirkan.
Paru belum berkembang Paru yang belum berkembang menyebabkan bayi
BBLR sesak napas. Untuk menghindari berhentinya jalan napas pada payi
BBLR harus sering dilakukan resusitasi.
Retrolenta fibroplasia Retrolenta fibroplasia dapat terjadi akibat berlebihnya
gangguan oksigen pada bayi BBLR (Kusparlina, 2016).
4. Gangguan sistem peredarah darah
Perdarahan Perdarahan dapat terjadi padi bayi BBLR karena terjadi gangguan
pada pembekuan darah. Gangguan fungsi pada pembukuh darah dapat
menyebabkan tingginya tekanan vaskuler pada otak dan saluran cerna. Untuk
mempertahankan pembekuan darah normal dapat diberikan suntikan vitamin K.
Anemia Anemia dapat terjadi karena kekurangan zat besi pada bayi BBLR.
Gangguan jantung. Gangguan jantung dapat terjadi akibat kurang adekuatnya
pompa jantung pada bayi BBLR. 11 Universitas Muhammadiyah Surabaya
5. Gangguan cairan dan elektrolit
Gangguan eliminasi Pada bayi BBLR kurang dapat mengatur pembuangan sisa
metabolisme dan juga kerja ginjal yang belum matang. Sehingga, menyebabkan
adsorpsi sedikit, produksi urin berkurang dan tidak mampunya mengeluarkan
5
kelebihan air didalam tubuh. Edema dan asidosis metabolik sering terjadi pada
bayi BBLR.
6. Gangguan pencernaan
Distensi abdomen Distensi abdomen pada bayi BBLR dapat menyebkan
kurangnya absopsi makanan di dalam lambung. Akibatkan sari – sari makanan
hanya sedikit yang diserap.
Gangguan pencernaan Saluran pencernaan pada bayi BBLR kurang sempurna
sehingga lemahnya otot – otot dalam melakukan pencernaan dan kurangnya
pengosongan dalam lambung (England, 2014).
a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang bulan,
dapat dimulai pada umur 8 jam.
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada
umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intrakranial
dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel
anterior yang terbuka.(Mansjoer A, 2006).
c. Pemeriksaan darah rutin, bilirubin, glukosa darah, kadar elektrolit dan analisa darah
1. Suhu badan bayi prematuritas/BBLSR akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermi, hal ini diakibatkan fungsi pusat pengaturan panas badan bayi belum bekerja
dengan baik, rendahnya metabolisme dan luasnya relative permukaan badan. Oleh
karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badan
mendekati dalam rahim. Bilabelum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat
dibungkus dengan kain kemudian di sampingnya diletakkan botol yang berisi air panas,
sehingga panas badan bayi dapat dipertahankan.
6
2. Makanan bayi prematur/BBLSR Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna
seperti lambung kecil atau belum sempurna sehingga enzim pencernaan belum matang,
sedangkan kebutuhan pada bayi BBLSR yaitu kebutuhan protein 3 sampai 5gr/kgBB
dan kalori 110 kal/kgBB, agar pertumbuhan dapat meningkat. Bayi sekitar 3 jam setelah
lahir diberikan minum kemudian didahului dengan mengisap cairan lambung bayi.
Lemahnya reflek menghisap bayi sehingga untuk pemberian minum diberikan sedikit
sedikit tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. ASI diberikan lebih utama, karena
merupakan makanan yang paling utama. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI
dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang
sonde arah lambung. Cairan awal yang diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan
terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.
3. Menghindari infeksi, bayi prematuritas mudah terkontaminasi infeksi, disebabkan daya
tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan
antibodi yang belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLSR). Dengan
demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi
dengan baik.
4. Penimbangan ketat Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus
dilakukan dengan ketat.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dapat diajukan oleh seorang perawat mendapatkan data baik
objektif maupun subjektif dari ibu adalah sebagai berikut (Mitayani, 2011) :
a. Riwayat kesehatan terdahulu
1) Apakah ibu pemah mengalami sakit kronis
2) Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada kehamilan sebelumnya seperti
infeksi / perdarahan antepartum, imaturitas,dan sebagainya
3) Apakah ibu seorang perokok
7
4) Jarak kehamilan atau kelahiran terlalu dekat
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) Bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
2) Riwayat kesehatan keluarga
3) Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan seperti kelainan
kadiovaskuler
Pengkajian fisik
1. Pengkajian umum
a. Timbang berat badan bayi dan ukur panjang badan
b. Ukur lingkar kepala dan lingkar dada
c. Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saat istirahat. Kemudahan
bemapas, adanya edema dan lokasinya.
d. Jelaskan setiap tanda kegawatan : warna yang buruk, hipotonia, tidak response,
apneu.
2. Pengkajian respirasi
a. tentukan frekuensi dan keteraturan pernapasan
b. lakukan auskultasi dan jelaskan suara nafas
c. jelaskan kenyamanan oksigen dan metode persalinan
d. jelaskan saturasi oksigen dengan oksimetri nadi dan tekanan parsial
3. Pengkajian kardiovaskuler
a. Temukan denyut jantung dan iramanya
b. jelaskan bunyi jantung termaksud adanya bising
c. tentukan titik intensitas maksimal seperti titik ketika bunyi denyut jantung paling
keras terdengar dan teraba
d. kaji warana dasar kuku dan membran mukosa bibir
4. pemeriksaan diagnostik
a. jumlah darah lengkap = penurunana pada Hb/Ht mungkin dihubungkan dengan
anemia atau kekurangan cairan
b. dextrosit = menyatakan hipoglikemi
c. analisis gas darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres pernafasan bila
ada
d. elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia
e. bilirubin: mugnkin meningkat pada polisitemia
f. urinalisis: mengkaji homeostasis
g. jumblah trombosit: trombositopenia mugnkin menyertai sepsis
8
h. EKG EEG USG, angiografi: defek kongenital / komplikasi
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis yang dapat ditegakkan oleh perawat pada bayi BBLR
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis, keterbatasan
perkembangan otot, penurunan energi atou kelelahan, dan ketidak seimbangan
metabolik.
b. Risiko termoregulasi lidak aktif dilandai dengan suplai lemak subkutan tidak memadai,
berat badan ekstrim, cadangan metabolic buruk, SSP (Sistem Saraf Pusat) imalur.
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi, imatuntas produksi
enzim, reneks menelan lemah, otot abdominal lemah
3. Intervensi Keperawatan
Menurut modifikasi teori SIKI (2018) dan Mitayani (2011) imtervensi yang disusun antara
lain :
Diagnosa 1 :
Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas neurologis, keterbatasan perkembangan otot,
penurunan energi atau kelelahan, dan ketidakseimbangan metabolik.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan pola nafas menjadi efektif .
Kriteria Hasil : Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik, membran
mukosa merah muda.
Intervensi Mandiri
a. Observasi frekuensi dan pola nafas
b. Swuction jalan nafas sesuai kebutuhan
c. Posisikan bayi pada abdomen atau posisi terlentang dengan gulungan popok dibawah
bahu untuk menghasilkan hipereksiensi
Intervensi Kolaborasi
a. Pantau Pemeriksa laboratorium
b. Berikan oksigen sesuai indikasi
c. Berikan oba-obat sesuai indikasi
Diagnosa 2 :
Risiko termoregulasi tidak aktif ditandai dengan suplai lemak subkutan tidak memadai, berat
badan ekstrim, cadangan metabolic buruk, SSP (Sistem Saraf Pusat) imatur. Tujuan :
termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan.
9
Kriteria hasil : mempertahankan suhu kulit atau aksila 36,5 -37,5 derajat Celsius bebas-
bebas stres dan rasa dingin.
Intervensi Mandiri
a. Kaji suhu tubuh bayi
b. Tempatkan bayi pada inkubator atau dalam keadaan hangat
c. Pantau sistem pengatur suhu
Intervensi Kolaborasi
a. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
b. Berikan obat-obatan sesuai indikasi
Diagnosa 3 :
Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi, imatuntas produksi enzim,
reflex menelan rendah, otot abdominal lemah
Tujuan : terpenuhi nutrisi sesuai kebutuhan.
Kriteria hasil : mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva
sud normal dengan penambahan berat badan tetap sedikitnya 20 -30 gram per hari.
Intervensi Mandiri
a. Kaji maturitas refleks bekenan dengan pemberian makan
b. Kaji berat badan dengan menimbang berat badan setiap hari
c. Pantau masukan dan pengeluaran urin
Diagnosa 4
Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan primer, ketuban pecah sebelum waktunya
Tujuan : Mengidentifikasi dan menurunkan resiko terserang organisme patogen
Kriteria hasil : derajat infeksi bayi berdasarkan observasi menurun
Intervensi ( pencegahan infeksi L.14539)
Observasi
10
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
Mempertahankan Teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi
Atur suhu incubator yang sesuai
Sediakan incubator yang bersih
Atur posisi yang nyaman
Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
Kolaborasi
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BY NY E DENGAN DIAGNOSA MEDIS BBLR
1. Identitas
Nama : By ny E
Usia : 0 hari
Nama ayah : Tn A
11
Alamat : Jakarta utara
2. Keluhan utama
Pasien tampak sesak dan ada retraksi, ada riwayat apnue saat pertolongan kelahiran.
a. Prenatal
Bayi anak ke 1 dari 0 bersaudara, os melakukan ANC ke dokter kandungan secara teratur.
b. Intranatal
Bayi lahir melalui persalinan spontan, persalinan di tolong oleh dokter dengan usia
kehamilan 35 minggu, A/S 6/8 , riwayat KPD lebih dari 15 jam, post SC.
c. Neonatal
BBL 1600gr, PB 40cm, LK28cm, LD27cm, Lila 7 cm
d. Post natal
Setelah 1 jam kelahiran bayi dipindahkan ke ruang NICU.
Bidan mengatakan ibu bayi tidak memiliki penyakit bawaan . Bayi tidak dilakukan IMD
6. Riwayat eliminasi
Os sudah bab dan bak
7. Riwayat imunisai
Bayi belum dilakukan imunisasi
12
8. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital
Nadi : 170-190x/mnt
Suhu :35,6
Spo2 : 93%
Ukuran antropometri
PB : 40 cm
LK :28 cm
LD : 27 cm
LP : 24 cm
Lila : 7 cm
Sistem pernafasan
Bentuk hidung normal, bentuk dada simetris, sesak ada, retraksi dada, NCH ada, pergerakan
dinding dada simetris, takipnea.
Sistem kardiovaskuler
Bunyi jantung regular, warna kulit sianosis ekstermitas, CRT < 3 detik
Sistem gastrointestinal
Mulut tampak kotor ,terpasang ogt cairan lambung keruh , bab meconium ada.
Sistem saraf
Kesadaran apatis, kejang tidak ada
Sistem genitalia
Labio minor dan mayor ada
Ekstermitas
Eksterminat lengkap, akral dingin,
Reflek
Reflek menangis lemah, reflek hisap tidak ada , reflek genggam sudah ada, reflek Babinski
ada, reflek moro ada
Therapi
Ampicilin 2 x 80mg
Gentamicin 8mg/36 jam
Aminophilin 2x 4mg
Metronidazole 2 x 12 mg
Heparin 0,5cc/jam
PG2 168cc
Lipid 11cc
13
Dex 10% 61 cc
9. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Leukosit : 30.900
Crp : 2,1
Radiologi
Thorax foto
Echo
PFO
Stenosis RPA minimal
14
Diagnosa Luaran Intervensi Implementasi
keperawatan keperawatan keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen pola Observasi
efektif tindakan 3x24 nafas Memonitor pola nafas
sehubungan jam diharapkan Observasi (frekuensi, kedalaman dan
dengan dipsnea menurun, Monitor pola upaya bernafas)
imaturitas penggunaan otot nafas (frekuensi, Memonitor bunyi nafas
neurologi bantu nafas kedalaman dan tambahan
berkurang, upaya bernafas) Memonitor sputum (jumlah
pemanjangan fase Monitor bunyi dan warna)
ekspirasi nafas tambahan Memonitor adanya sumbatan
menurun, Monitor sputum jalan nafas
frekwensi dan (jumlah dan Memonitor saturasi oksigen
kedalaman nafas warna) Terapeutik
membaik Monitor adanya Mempertahankan
sumbatan jalan Melakukan oral higiene
nafas kepatenan jalan nafas
Monitor saturasi Memposisika pasien dengan
oksigen lateran atau prone
Monitor hasil x- Melakukan penghisapan
ray thorax lendir
Teurapetik Mengatur interval
Pertahankan pemantaun respirasi sesuai
kepatenan jalan dengan kondisi pasien
nafas Mendokumentasikan hasil
Posisikan pemantauan
lateral, prone
Lakukan Edukasi
penghisapan Menjelaskan tujuan dan
lender kurang prosedur pemantauan dan
dari 15 detik meninformasikan hasil
Atur interval pemantauan
pemantauan
respirasi sesuai
dengan kondisi
pasien
Dokumentasikan
hasil
pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan, Observasi
informasikan Mengobservasi suhu tubuh
hasil pemantaun setiap 1 jam
Mengidentifikasi penyebab
hipotemi
15
termoregulasi tindakan 1x24 hipotermi Mengatur suhu incubator
hipotermi jam diharapkan Observasi Mengganti linen bila basah
Sehubungan akral teraba Observasi suhu Menggunakan topi bayi
dengan hangat, suhu tubuh setiap 1
kurangnya tubuh normal jam Edukasi
cadangan lemak 36,5-37,5, Identifikasi Menjelaskan hasil
subkutan sianosis penyebab pemantauan
menurun,hipoksi hipotermi
a tidak ada,
konsumsi Terapeutik
oksigen cukup Atur suhu
menurun incubator
Ganti linen bila
basah
Gunakan topi
bayi
Gunakan Observasi
blanket roll Memonitor hemodinamik
Memantau toleransi minum
Edukasi bayi
Jelaskan hasil Memantau adanya tanda
pemantauan dehidrasi
Memonitor balance
cairan per 12 jam
Terapetik
Melakukan oral higiene
Defisit nutrisi Managemen Menimbang bb setiap hari
berhubungan Setelah di nutrisi
reflek hisap yang berikan tindakan Observasi
belum kuat keperawatan Monitor tanda- Kolaborasi
selama 3x24 jam tanda vital Memonitor jumlah kalori
diharapkan Monitor adanya dan jenis nutrient yang
deficit nutrisi alergi dan dibutuhkan untuk target bb
bisa teratasi intoleran nutrisi
dengan kriteria Monitor balance
hasil: berat badan cairan setiap 12
bisa bertambah, jam Edukasi
toleransi minum Menjelaskan perkembangan
baik, Terapetik toleransi minum kepada
Lakukan oral keluarga
hygiene
Monitor bb setiap
hari
Kolaborasi
Kolaborasi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient
yang dibutuhkan
untuk target bb
Edukasi
16
Jelaskan
perkembangan
tolerasi minum
kepada keluarga
17
18
12. Implementasi & evaluasi
TGL/jam No Diagnosa Implementasi Respon Evaluasi
19
Jam 10.00 Memonitor bunyi nafas RR 48- 50*/menit RR 48- 50*/menit
tambahan
Memonitor sputum (jumlah Saturasi 95 – 100% Saturasi 95 – 100%
dan warna) Retraksi tidak ada Retraksi tidak ada
Memonitor adanya sumbatan
jalan nafas Secret tidak ada Secret tidak ada
Memonitor saturasi oksigen
Tidak terpasang alat bantu Tidak terpasang alat bantu
Terapeutik
Mempertahankan nafas nafas
Melakukan oral higiene
A : masalah keperawatan teratasi
kepatenan jalan nafas
Memposisika pasien dengan
lateran atau prone P : lanjutkan perawatan rutin
Melakukan penghisapan
lendir
Mengatur interval pemantaun
respirasi sesuai dengan
kondisi pasien
Mendokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi teratasi
Menjelaskan hasil
20
pemantauan P : lanjutkan intervensi
21
jenis nutrient yang dibutuhkan cairan 160cc/kgbb kebutuhan cairan
untuk target bb
Perut kembung LK 28cm 160cc/kgbb
Produk OGT keruh,bayi puasa Perut kembung LK 28cm
Produk OGT keruh,bayi
puasa
A : Masalah keperawatan belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
22
tidak ada,minum 20cc/3jam Produk OGT kosong,
residu tidak ada,minum
20cc/3jam
A : Masalah keperawatan belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi
23
24
DAFTAR PUSTAKA
Serimbing, J. Br. (2017). Buku ajar neonatus, bayi, balita, anaK PRASEKOLAH, E. d. Yogyakarta
Tarwoto dan wartonah (2014) . kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Ed. 5 Jakarta : Salemba
25
26