Anda di halaman 1dari 26

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

1. Pengertian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Bayi baru lahir sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
1500 gr tanpa melihat usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1
jam setelah lahir . BBLSR dapat terjadi pada bayi kurang dari 37 minggu atau pada bayi
cukup bulan (intrauterine growth restriction /IUGR). Bayi lahir dengan presentase berat
badan dibawah dari 10% pada kurva intrauterine bayi tersebut dapat lahir dalam keadaan
preterm, aterm atau postterm, (Sudarti & Fauziah, 2013).
Berat lahir rendah berdasarkan WHO adalah berat lahir < 2500 gram. Batasan 2500
gram ini berdasarkan epidemiologis bahwa bayi dengan berat < 2500 gram beresiko
mengalami kematian 20kali lebih besar di banding dengan bayi berat lahir >2500 gram.
Berat lahir rendah dapat terjadi akibat pertumbuhan janin terhambat, kelahiran premature
atau keduanya. Berat lahir rendah sangat berpengaruh terhadap tingginya mortalitas dan
morbiditas masa neonatal serta gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

2. Etiologi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)


Etiologi dari BBLR dapat dilihat dari faktor maternal dan faktor fetus. Etiologi dari
maternal dapat dibagi menjadi dua yaitu prematur dan IUGR (Intrauterine Growth
Restriction). Yang termasuk prematur dari faktor maternal yaitu Preeklamsia, penyakit
kronis, infeksi, penggunaan obat, KPD, polihidramnion, iatrogenic, disfungsi plasenta,
plasenta previa, solusio plasenta, inkompeten serviks, atau malformasi uterin. Sedangkan
yang termasuk IUGR (Intrauterine Growth Restriction) dari faktor maternal yaitu Anemia,
hipertensi, penyakit ginjal, penyakit kronis, atau pecandu alcohol atau narkortika. Selain
etiologi dari faktor maternal juga ada etiologi dari faktor fetus. Yang termasuk prematur
dari faktor fetus yaitu Gestasi multipel atau malformasi. Sedangkan, yang termasuk IUGR
(Intrauterine Growth Restriction) dari faktor fetus yaitu Gangguan kromosom, infeksi
intrauterin (TORCH), kongenital anomali, atau gestasi multipel (Bansal, Agrawal, dan
Sukumaran, 2013).
Umumnya BBLR dan BBLSR disebabkan oleh faktor yang sama hanya saja
dibedakan dari berat badan bayi saat lahir. Penyebabnya dapat terjadi karena persalinan

1
kurang bulan atau bayi lahir kecil masa kehamilan karena adanya hambatan pertumbuhan
saat dalam kandungan atau kombinasi keduanya, (Kemenkes, 2011).
a. Faktor Ibu: Penyebab lainnya berat ibu yang rendah, usia ibu remaja atau usia >35
tahun, jarak kehamilan terlalu dekat dengan sebelumnya, kehamilan ganda, riwayat
kelahiran premature, perdarahan antepartum, penyakit sistemik akut. Ibu kekurangan
gizi, hipertensi, toksemia, anemia, penyakit kronik dan merokok,
b. Faktor plasenta: solosio plasenta, plasenta previa.
c. Faktor janin: kehamilan ganda, cacat bawaan, infeksi, (Handriana, 2016).

3. Manifestasi klinis/ gambaran klinis (BBLR)


Manifestasi klinis atau biasa disebut gambaran klinis biasanya digunakan untuk
menggambarkan sesuatu kejadian yang sedang terjadi. Manifestasi klinis dari BBLR dapat
dibagi berdasarkan prematuritas dan dismaturitas. Manifestasi klinis dari premataturitas
yaitu :
a. Berat lahir bernilai sekitar < 2.500 gram, panjang badan < 45 cm, lingkaran dada < 30
cm, lingkar kepala < 33 cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis dan mengkilap dan lemak subkutan kurang.
d. Tulang rawan telinga yang sangat lunak.
e. Lanugo banyak terutama di daerah punggung.
f. Puting susu belum terbentuk dengan bentuk baik.
g. Pembuluh darah kulit masih banyak terlihat.
h. Labia minora belum bisa menutup pada labia mayora pada bayi jenis kelamin
perempuan, sedangkan pada bayi jenis kelamin laki – laki belum turunnya testis.
i. Pergerakan kurang, lemah serta tonus otot yang mengalami hipotonik.
j. Menangis dan lemah.
k. Pernapasan kurang teratur.
l. Sering terjadi serangan apnea.
m. Refleks tonik leher masih lemah.
n. Refleks mengisap serta menelan belum mencapai sempurna (Saputra, 2014).
Selain prematuritas juga ada dismaturitas. Manifestasi klinis dari dismaturitas sebagai
berikut :
a. Kulit pucat ada seperti noda
b. Mekonium atau feses kering, keriput, dan tipis
c. Verniks caseosa tipis atau bahkan tidak ada

2
d. Jaringan lemak dibawah kulit yang masih tipis
e. Bayi tampak gersk cepat, aktif, dan kuat
f. Tali pusat berwarna kuning agak kehijauan (Saputra, 2014).

4. Patofisiologi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)


Bayi BBLR mengalami kekurangan nutrisi in-utero diakibatkan karena buruknya
suplai nutrisi dari plasenta. Beberapa penyebab berhubungan dengan buruknya kesehatan
ibu, sosial ekonomi, factor ibu, dan beberapa dari factor janin, Factor genetic dan rasial
juga diperkirakan memicu terjadinya kecil pada berat dan mengukur dengan standar
percentile charts didesain untuk rata-rata untuk populasi European Caucasian. Seringkali
ini terjadi pada bayi-bayi yang original Asians. Hal ini juga diakibatkan diet dan kesehatan
yang buruk, dimana ibu hidup berbeda budaya, susah untuk memenuhi makanan yang
biasanya dia konsumsi. Keadaan plasenta yang kurang baik menyebabkan janin tidak
mendapat cukup asupan glikogen dan saat lahir, bayi akan sulit untuk mempertahankan
suhu tubuh dan kadar gula darah dan dapat menyebabkan bayi kecil mungkin organ-organ
bisa sudah matur, terutama bila usia kehamilannya mendekati aterm, Jika bayi ini
premature, maka masalah-masalahnya bisa imaturitas dari resiko komplikasi dan
prematuritasnya danmembutuhkan sebagai bayi premature. (Sudarti & Fauziah,2013).

3
5. Komplikasi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Dampak atau masalah jangka pendek yang terjadi pada BBLR (Izzah , 2018) adalah
sebagai berikut :
1. Gangguan metabolik
 Gangguan metabolik yang diikuti dengan hipotermi dapat terjadi karena bayi
BBLR memiliki jumlah lemak yang sangat sedikit di dalam tubuhnya. Selain itu,
pengaturan sistem suhu tubuhnya juga belum matur. Yang sering menjadi
masalah pada bayi BBLR yaitu hipoglikemi. Bayi dengan asupan yang kurang
dapat berdampak kerusakan sel pada otak yang mengakibatkan sel pada otak
mati. Apabila terjadi kematian pada sel otak, mengakibatkan gangguan pada
kecerdasan anak tesebut. Untuk memperoleh glukosa yang lebih harus dibantu
dengan ASI yang lebih banyak. Kebanyakan bayi BBLR kekurangan ASI karena
ukuran bayi kecil, lambung kecil dan energi saat menghisap sangat lemah.

2. Gangguan imunitas

4
 Gangguan imunologik Sistem imun akan berkurang karena diberikan rendahnya
kadar Ig dan Gamma globulin. Sehingga menyebabkan sering terkena infeksi.
Bayi BBLR juga sering terinfeksi penyakit yang ditularkan ibu melalui plasenta.
 Kejang pada saat dilahirkan Untuk menghindari kejang pada saat lahir, Bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) harus dipantai dalam 1 X 24 jam. Dan harus
tetap dijaga ketat untuk jalan napasnya.
 Ikterus (kadar bilirubin yag tinggi) Ikterus pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) merupakan adanya gangguan pada zat warna empedu yang dapat
mengakibatkan bayi berwarna kuning ( Khoiriah, 2017). 10 Universitas
Muhammadiyah Surabaya
3. Gangguan pernafasan
 Sindroma gangguan pemafasan Gangguan sistem pernapasan pada bayi BBLR
dapat disebabkan karena kurang adekuatnya surfaktan pada paru – paru.
 Asfiksia Pada bayi BBLR saat lahir biasanya dapat timbul asfiksia.
 Apneu periodik Terjadi apneu periodik karena kurang matangnya organ yang
terbentuk pada saat bayi BBLR dilahirkan.
 Paru belum berkembang Paru yang belum berkembang menyebabkan bayi
BBLR sesak napas. Untuk menghindari berhentinya jalan napas pada payi
BBLR harus sering dilakukan resusitasi.
 Retrolenta fibroplasia Retrolenta fibroplasia dapat terjadi akibat berlebihnya
gangguan oksigen pada bayi BBLR (Kusparlina, 2016).
4. Gangguan sistem peredarah darah
 Perdarahan Perdarahan dapat terjadi padi bayi BBLR karena terjadi gangguan
pada pembekuan darah. Gangguan fungsi pada pembukuh darah dapat
menyebabkan tingginya tekanan vaskuler pada otak dan saluran cerna. Untuk
mempertahankan pembekuan darah normal dapat diberikan suntikan vitamin K.
 Anemia Anemia dapat terjadi karena kekurangan zat besi pada bayi BBLR.
 Gangguan jantung. Gangguan jantung dapat terjadi akibat kurang adekuatnya
pompa jantung pada bayi BBLR. 11 Universitas Muhammadiyah Surabaya
5. Gangguan cairan dan elektrolit
 Gangguan eliminasi Pada bayi BBLR kurang dapat mengatur pembuangan sisa
metabolisme dan juga kerja ginjal yang belum matang. Sehingga, menyebabkan
adsorpsi sedikit, produksi urin berkurang dan tidak mampunya mengeluarkan

5
kelebihan air didalam tubuh. Edema dan asidosis metabolik sering terjadi pada
bayi BBLR.
6. Gangguan pencernaan
 Distensi abdomen Distensi abdomen pada bayi BBLR dapat menyebkan
kurangnya absopsi makanan di dalam lambung. Akibatkan sari – sari makanan
hanya sedikit yang diserap.
 Gangguan pencernaan Saluran pencernaan pada bayi BBLR kurang sempurna
sehingga lemahnya otot – otot dalam melakukan pencernaan dan kurangnya
pengosongan dalam lambung (England, 2014).

1. Pemeriksaan Penunjang Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)


1. Radiologi

a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang bulan,
dapat dimulai pada umur 8 jam.
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada
umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intrakranial
dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel
anterior yang terbuka.(Mansjoer A, 2006).
c. Pemeriksaan darah rutin, bilirubin, glukosa darah, kadar elektrolit dan analisa darah

2. Penatalaksanaan Medis Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)


Penatalaksanaan Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai
kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi prematuritas, maka perawatan dan pengawasan
bayi prematuritas ditujukan pada pengaturan panas badan, pemberian makanan bayi, dan
menghindari infeksi, (Rahardjo dan Marmi, 2012) :

1. Suhu badan bayi prematuritas/BBLSR akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermi, hal ini diakibatkan fungsi pusat pengaturan panas badan bayi belum bekerja
dengan baik, rendahnya metabolisme dan luasnya relative permukaan badan. Oleh
karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badan
mendekati dalam rahim. Bilabelum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat
dibungkus dengan kain kemudian di sampingnya diletakkan botol yang berisi air panas,
sehingga panas badan bayi dapat dipertahankan.

6
2. Makanan bayi prematur/BBLSR Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna
seperti lambung kecil atau belum sempurna sehingga enzim pencernaan belum matang,
sedangkan kebutuhan pada bayi BBLSR yaitu kebutuhan protein 3 sampai 5gr/kgBB
dan kalori 110 kal/kgBB, agar pertumbuhan dapat meningkat. Bayi sekitar 3 jam setelah
lahir diberikan minum kemudian didahului dengan mengisap cairan lambung bayi.
Lemahnya reflek menghisap bayi sehingga untuk pemberian minum diberikan sedikit
sedikit tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. ASI diberikan lebih utama, karena
merupakan makanan yang paling utama. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI
dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang
sonde arah lambung. Cairan awal yang diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan
terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.
3. Menghindari infeksi, bayi prematuritas mudah terkontaminasi infeksi, disebabkan daya
tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan
antibodi yang belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLSR). Dengan
demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi
dengan baik.
4. Penimbangan ketat Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus
dilakukan dengan ketat.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BERAT BAYI LAHIR


RENDAH (BBLR)

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dapat diajukan oleh seorang perawat mendapatkan data baik
objektif maupun subjektif dari ibu adalah sebagai berikut (Mitayani, 2011) :
a. Riwayat kesehatan terdahulu
1) Apakah ibu pemah mengalami sakit kronis
2) Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada kehamilan sebelumnya seperti
infeksi / perdarahan antepartum, imaturitas,dan sebagainya
3) Apakah ibu seorang perokok

7
4) Jarak kehamilan atau kelahiran terlalu dekat
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) Bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
2) Riwayat kesehatan keluarga
3) Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan seperti kelainan
kadiovaskuler
Pengkajian fisik

1. Pengkajian umum
a. Timbang berat badan bayi dan ukur panjang badan
b. Ukur lingkar kepala dan lingkar dada
c. Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saat istirahat. Kemudahan
bemapas, adanya edema dan lokasinya.
d. Jelaskan setiap tanda kegawatan : warna yang buruk, hipotonia, tidak response,
apneu.
2. Pengkajian respirasi
a. tentukan frekuensi dan keteraturan pernapasan
b. lakukan auskultasi dan jelaskan suara nafas
c. jelaskan kenyamanan oksigen dan metode persalinan
d. jelaskan saturasi oksigen dengan oksimetri nadi dan tekanan parsial
3. Pengkajian kardiovaskuler
a. Temukan denyut jantung dan iramanya
b. jelaskan bunyi jantung termaksud adanya bising
c. tentukan titik intensitas maksimal seperti titik ketika bunyi denyut jantung paling
keras terdengar dan teraba
d. kaji warana dasar kuku dan membran mukosa bibir
4. pemeriksaan diagnostik
a. jumlah darah lengkap = penurunana pada Hb/Ht mungkin dihubungkan dengan
anemia atau kekurangan cairan
b. dextrosit = menyatakan hipoglikemi
c. analisis gas darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres pernafasan bila
ada
d. elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia
e. bilirubin: mugnkin meningkat pada polisitemia
f. urinalisis: mengkaji homeostasis
g. jumblah trombosit: trombositopenia mugnkin menyertai sepsis

8
h. EKG EEG USG, angiografi: defek kongenital / komplikasi

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis yang dapat ditegakkan oleh perawat pada bayi BBLR
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis, keterbatasan
perkembangan otot, penurunan energi atou kelelahan, dan ketidak seimbangan
metabolik.
b. Risiko termoregulasi lidak aktif dilandai dengan suplai lemak subkutan tidak memadai,
berat badan ekstrim, cadangan metabolic buruk, SSP (Sistem Saraf Pusat) imalur.
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi, imatuntas produksi
enzim, reneks menelan lemah, otot abdominal lemah

3. Intervensi Keperawatan
Menurut modifikasi teori SIKI (2018) dan Mitayani (2011) imtervensi yang disusun antara
lain :
Diagnosa 1 :
Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas neurologis, keterbatasan perkembangan otot,
penurunan energi atau kelelahan, dan ketidakseimbangan metabolik.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan pola nafas menjadi efektif .
Kriteria Hasil : Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik, membran
mukosa merah muda.
Intervensi Mandiri
a. Observasi frekuensi dan pola nafas
b. Swuction jalan nafas sesuai kebutuhan
c. Posisikan bayi pada abdomen atau posisi terlentang dengan gulungan popok dibawah
bahu untuk menghasilkan hipereksiensi
Intervensi Kolaborasi
a. Pantau Pemeriksa laboratorium
b. Berikan oksigen sesuai indikasi
c. Berikan oba-obat sesuai indikasi

Diagnosa 2 :
Risiko termoregulasi tidak aktif ditandai dengan suplai lemak subkutan tidak memadai, berat
badan ekstrim, cadangan metabolic buruk, SSP (Sistem Saraf Pusat) imatur. Tujuan :
termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan.

9
Kriteria hasil : mempertahankan suhu kulit atau aksila 36,5 -37,5 derajat Celsius bebas-
bebas stres dan rasa dingin.
Intervensi Mandiri
a. Kaji suhu tubuh bayi
b. Tempatkan bayi pada inkubator atau dalam keadaan hangat
c. Pantau sistem pengatur suhu
Intervensi Kolaborasi
a. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
b. Berikan obat-obatan sesuai indikasi

Diagnosa 3 :
Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi, imatuntas produksi enzim,
reflex menelan rendah, otot abdominal lemah
Tujuan : terpenuhi nutrisi sesuai kebutuhan.
Kriteria hasil : mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva
sud normal dengan penambahan berat badan tetap sedikitnya 20 -30 gram per hari.
Intervensi Mandiri
a. Kaji maturitas refleks bekenan dengan pemberian makan
b. Kaji berat badan dengan menimbang berat badan setiap hari
c. Pantau masukan dan pengeluaran urin

Diagnosa 4
Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan primer, ketuban pecah sebelum waktunya
Tujuan : Mengidentifikasi dan menurunkan resiko terserang organisme patogen
Kriteria hasil : derajat infeksi bayi berdasarkan observasi menurun
Intervensi ( pencegahan infeksi L.14539)
Observasi

 Identifikasi keamanan dan kenyamanan lingkungan( incubator)


 Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
 Monitor tanda vital ( suhu,nadi,pernafasan)
 Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
Teraupetik

10
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
 Mempertahankan Teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi
 Atur suhu incubator yang sesuai
 Sediakan incubator yang bersih
 Atur posisi yang nyaman
 Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi

 Jelaskan tanda dan gejala infeksi pada keluarga


 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar kepada keluarga
 Informasikan hasil pemantauan jika perlu

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BY NY E DENGAN DIAGNOSA MEDIS BBLR
1. Identitas
Nama : By ny E

TTL : 15 September 2023 jam 15.00

Usia : 0 hari

Anak ke : 1 dari 0 bersaudara

Jenis kelamin : Perempuan

Nama ayah : Tn A

Tanggal pengkajian : 15 Agustus 2023

Tanggal masuk RS : 15 Agustus 2023

11
Alamat : Jakarta utara

Dx medis : NKM KMK BBLR asfiksia sedang UG 35 minggu

2. Keluhan utama
Pasien tampak sesak dan ada retraksi, ada riwayat apnue saat pertolongan kelahiran.

3. Riwayat kehamilan dan kelahiran

a. Prenatal
Bayi anak ke 1 dari 0 bersaudara, os melakukan ANC ke dokter kandungan secara teratur.

b. Intranatal
Bayi lahir melalui persalinan spontan, persalinan di tolong oleh dokter dengan usia
kehamilan 35 minggu, A/S 6/8 , riwayat KPD lebih dari 15 jam, post SC.

c. Neonatal
BBL 1600gr, PB 40cm, LK28cm, LD27cm, Lila 7 cm

d. Post natal
Setelah 1 jam kelahiran bayi dipindahkan ke ruang NICU.

4. Riwayat Kesehatan sekarang


Bidan penolong mengatakan langsung menangis A/s 6/8 tetapi os tampak sesak, ada retraksi,
dan crt < 3 detik, merintih, ada pernafasan cuping hidung, ada riwayat apnue, VTP, dan
dilakukan pemasangan cpap dari ruangan OK

5. Riwayat Kesehatan keluarga

Bidan mengatakan ibu bayi tidak memiliki penyakit bawaan . Bayi tidak dilakukan IMD

6. Riwayat eliminasi
Os sudah bab dan bak

7. Riwayat imunisai
Bayi belum dilakukan imunisasi

12
8. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital

Nadi : 170-190x/mnt

Pernafasan : 60-70 x/mnt

Suhu :35,6

Spo2 : 93%

Ukuran antropometri

BBl : 1600 gram

PB : 40 cm

LK :28 cm

LD : 27 cm

LP : 24 cm

Lila : 7 cm

 Sistem pernafasan
Bentuk hidung normal, bentuk dada simetris, sesak ada, retraksi dada, NCH ada, pergerakan
dinding dada simetris, takipnea.
 Sistem kardiovaskuler
Bunyi jantung regular, warna kulit sianosis ekstermitas, CRT < 3 detik
 Sistem gastrointestinal
Mulut tampak kotor ,terpasang ogt cairan lambung keruh , bab meconium ada.
 Sistem saraf
Kesadaran apatis, kejang tidak ada
 Sistem genitalia
Labio minor dan mayor ada
 Ekstermitas
Eksterminat lengkap, akral dingin,
 Reflek
Reflek menangis lemah, reflek hisap tidak ada , reflek genggam sudah ada, reflek Babinski
ada, reflek moro ada
 Therapi
Ampicilin 2 x 80mg
Gentamicin 8mg/36 jam
Aminophilin 2x 4mg
Metronidazole 2 x 12 mg
Heparin 0,5cc/jam
PG2 168cc
Lipid 11cc

13
Dex 10% 61 cc

9. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Leukosit : 30.900
Crp : 2,1

Radiologi
Thorax foto

Echo
PFO
Stenosis RPA minimal

10. Analisa data


Data pendukung Etiologi Diagnosa

DS = Belum bisa Imaturitas Pola nafas


dikaji neurologi, tidak efektif
DO= Pasien sesak ada, retraksi
sedang, NCH ada, produksi
lendir banyak, terpasang CPAP
fio2 30% PEEP 6,takipnu,
retraksi, NCH,ada riwayat apnea

DS = Belum bisa dikaji Kurangnya Gangguan


DO = Akral dingin, sianosis cadangan termoregulasi
daerah perifer, suhu 35,6 lemak subkutan hipotermi

DS = Belum bisa dikaji Reflek hisap Defisit


DO = Reflek hisap belum ada, belum kuat nutrisi
OGT terpasang, produksi ogt
produksi sedikit kecoklatan bb
1600 gram. Terpasang PICC
dengan pemberian TPN

DS = Belum bisa dikaji Imanutritas Resiko


DO = Terpasang PICC divena imun tubuh infeksi
cubiti sinitra kedalam 15cm, KPD
lebih dari 15jam.hasil lab leukosit
30.900 crp 2,1

11. Rencana Keperawatan & Implementasi

14
Diagnosa Luaran Intervensi Implementasi
keperawatan keperawatan keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen pola Observasi
efektif tindakan 3x24 nafas  Memonitor pola nafas
sehubungan jam diharapkan Observasi (frekuensi, kedalaman dan
dengan dipsnea menurun,  Monitor pola upaya bernafas)
imaturitas penggunaan otot nafas (frekuensi,  Memonitor bunyi nafas
neurologi bantu nafas kedalaman dan tambahan
berkurang, upaya bernafas)  Memonitor sputum (jumlah
pemanjangan fase  Monitor bunyi dan warna)
ekspirasi nafas tambahan  Memonitor adanya sumbatan
menurun,  Monitor sputum jalan nafas
frekwensi dan (jumlah dan  Memonitor saturasi oksigen
kedalaman nafas warna) Terapeutik
membaik  Monitor adanya  Mempertahankan
sumbatan jalan  Melakukan oral higiene
nafas  kepatenan jalan nafas
 Monitor saturasi  Memposisika pasien dengan
oksigen lateran atau prone
 Monitor hasil x-  Melakukan penghisapan
ray thorax lendir
Teurapetik  Mengatur interval
 Pertahankan pemantaun respirasi sesuai
kepatenan jalan dengan kondisi pasien
nafas  Mendokumentasikan hasil
 Posisikan pemantauan
lateral, prone
 Lakukan Edukasi
penghisapan  Menjelaskan tujuan dan
lender kurang prosedur pemantauan dan
dari 15 detik meninformasikan hasil
 Atur interval pemantauan
pemantauan
respirasi sesuai
dengan kondisi
pasien
 Dokumentasikan
hasil
pemantauan

Edukasi
 Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan, Observasi
informasikan  Mengobservasi suhu tubuh
hasil pemantaun setiap 1 jam
 Mengidentifikasi penyebab
hipotemi

Gangguan Setelah dilakukan Managemen Terapeutik

15
termoregulasi tindakan 1x24 hipotermi  Mengatur suhu incubator
hipotermi jam diharapkan Observasi  Mengganti linen bila basah
Sehubungan akral teraba  Observasi suhu  Menggunakan topi bayi
dengan hangat, suhu tubuh setiap 1
kurangnya tubuh normal jam Edukasi
cadangan lemak 36,5-37,5,  Identifikasi Menjelaskan hasil
subkutan sianosis penyebab pemantauan
menurun,hipoksi hipotermi
a tidak ada,
konsumsi Terapeutik
oksigen cukup  Atur suhu
menurun incubator
 Ganti linen bila
basah
 Gunakan topi
bayi
 Gunakan Observasi
blanket roll  Memonitor hemodinamik
 Memantau toleransi minum
Edukasi bayi
 Jelaskan hasil  Memantau adanya tanda
pemantauan dehidrasi
 Memonitor balance
cairan per 12 jam
Terapetik
 Melakukan oral higiene
Defisit nutrisi Managemen  Menimbang bb setiap hari
berhubungan Setelah di nutrisi
reflek hisap yang berikan tindakan Observasi
belum kuat keperawatan  Monitor tanda- Kolaborasi
selama 3x24 jam tanda vital  Memonitor jumlah kalori
diharapkan  Monitor adanya dan jenis nutrient yang
deficit nutrisi alergi dan dibutuhkan untuk target bb
bisa teratasi intoleran nutrisi
dengan kriteria  Monitor balance
hasil: berat badan cairan setiap 12
bisa bertambah, jam Edukasi
toleransi minum  Menjelaskan perkembangan
baik, Terapetik toleransi minum kepada
 Lakukan oral keluarga
hygiene
 Monitor bb setiap
hari

Kolaborasi
 Kolaborasi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient
yang dibutuhkan
untuk target bb
Edukasi

16
 Jelaskan
perkembangan
tolerasi minum
kepada keluarga

Resiko infeksi Pencegahan


berhubungan Setelah dilakukan infeksi Observasi
dengan perawatan  Memonitor adanya infeksi
3x24jam resiko Observasi  Membersihkan incubator
ketidakadekuatan
infeksi tidak setiap hari
pertahanan tubuh terjadi dengan  Monitor tanda  Memeriksa lokasi ipi picc
kriteria infeksi adanya kemerahan,atau
kebersihan  Berikan bengkak
tangan lingkungan Terapeutik
meningkat, tidak bersih  Mencuci tangan sebelum dan
ada demam,hasil  Periksa lokasi sesudah kegiatan perawatan
crp tidak ada insisi adanya pasien
peningkatan kemerahan,  Jaga lingkungan aseptic
bengkak saatmengganti botol TPN
Terapeutik Edukasi
 Cuci tangan  Mengajarkan cara cuci
sebelum dan tangan yang tepat pada
sesudah pengunjung
kegiatan pasien
 Batasi jumlah
pengunjung
 Jaga lingkungan
aseptic saat
mengganti botol
TPN
Edukasi
 Ajarkan cara
cuci tangan yang
tepat untuk
pengunjung

17
18
12. Implementasi & evaluasi
TGL/jam No Diagnosa Implementasi Respon Evaluasi

20/08/ 1 Observasi S : “-“ S:


 Memonitor pola nafas
2023
(frekuensi, kedalaman dan O: O:
upaya bernafas)
Jam 08.00  Memonitor bunyi nafas
 RR 45 – 60*/menit  RR 45 – 60*/menit
tambahan
 Memonitor sputum (jumlah  Sat 95 – 100%  Sat 95 – 100%
dan warna)  Retraksi masih ada  Retraksi masih ada
 Memonitor adanya sumbatan  Terpasang CPAP FiO30%  Terpasang CPAP FiO30%
jalan nafas PEEP 7 Flow 8Lpm PEEP 7 Flow 8Lpm
 Memonitor saturasi oksigen  Secret kental putih, suction  Secret kental putih,
Terapeutik berkala dilakukan. suction berkala dilakukan.
 Mempertahankan .
 Melakukan oral higiene
 kepatenan jalan nafas
 Memposisika pasien dengan A : masalah keperawatan belum
lateran atau prone
teratasi
 Melakukan penghisapan
lendir
 Mengatur interval pemantaun P : lanjutkan intervensi
respirasi sesuai dengan
kondisi pasien
 Mendokumentasikan hasil
pemantauan

28/08 1 Observasi S : “_” S : “_”


 Memonitor pola nafas
/2023 (frekuensi, kedalaman dan O: O:
upaya bernafas)

19
Jam 10.00  Memonitor bunyi nafas  RR 48- 50*/menit  RR 48- 50*/menit
tambahan
 Memonitor sputum (jumlah  Saturasi 95 – 100%  Saturasi 95 – 100%
dan warna)  Retraksi tidak ada  Retraksi tidak ada
 Memonitor adanya sumbatan
jalan nafas  Secret tidak ada  Secret tidak ada
 Memonitor saturasi oksigen
 Tidak terpasang alat bantu  Tidak terpasang alat bantu
Terapeutik
 Mempertahankan nafas nafas
 Melakukan oral higiene
A : masalah keperawatan teratasi
 kepatenan jalan nafas
 Memposisika pasien dengan
lateran atau prone P : lanjutkan perawatan rutin
 Melakukan penghisapan
lendir
 Mengatur interval pemantaun
respirasi sesuai dengan
kondisi pasien
 Mendokumentasikan hasil
pemantauan

20/08/23 2 Observasi S : “_” S : “_”


 Mengobservasi suhu tubuh
Jam 08.00 setiap 1 jam O: O:
 Mengidentifikasi penyebab
hipotemi
 Suhu bayi 36 – 36,5  Suhu bayi 36 – 36,5
Terapeutik  Suhu ink 32 – 35  Suhu ink 32 – 35
 Mengatur suhu incubator
 Mengganti linen bila basah  Linen diganti bila basah  Linen diganti bila basah
 Menggunakan topi bayi A : masalah keperawatan belum

Edukasi teratasi
Menjelaskan hasil

20
pemantauan P : lanjutkan intervensi

21/08/23 2 Observasi S : “_” S : “_”


 Mengobservasi suhu tubuh
Jam 14.00 setiap 1 jam O: O:
 Mengidentifikasi penyebab
hipotemi
 Suhu bayi 36,5 – 37,5  Suhu bayi 36,5 – 37,5
Terapeutik  Suhu ink 32 – 35  Suhu ink 32 – 35
 Mengatur suhu incubator
 Mengganti linen bila basah  Linen diganti bila basah Linen diganti bila basah
 Menggunakan topi bayi
A : Masalah keperawatan teratasi
Edukasi
Menjelaskan hasil P : Lanjutkan perawatan rutin
pemantauan

26/08/23 3 Observasi S :”_” S :”_”


 Memonitor hemodinamik
Jam 03.00  Memantau toleransi minum O : O:
bayi
 Memantau adanya tanda
 Nadi 140 – 160*/menit  Nadi 140 – 160*/menit
dehidrasi
 Memonitor balance  Nadi teraba kuat  Nadi teraba kuat
cairan per 12 jam
Terapetik  BD : +20  BD : +16,2
 Melakukan oral higiene  Diuresis 3,2  Diuresis 3,2
 Menimbang bb setiap hari
 BB 1600 gram  BB 1600 gram
 Terpasang PG2 165 lipid 24cc  Terpasang PG2 165 lipid
Kolaborasi
 Memonitor jumlah kalori dan dex 10% 25cc kebutuhan 24cc dex 10% 25cc

21
jenis nutrient yang dibutuhkan cairan 160cc/kgbb kebutuhan cairan
untuk target bb
 Perut kembung LK 28cm 160cc/kgbb
 Produk OGT keruh,bayi puasa  Perut kembung LK 28cm
 Produk OGT keruh,bayi
puasa
A : Masalah keperawatan belum
teratasi

P : lanjutkan intervensi

02/09/23 3 Observasi S :”_” S :”_”


 Memonitor hemodinamik
Jam 14.00  Memantau toleransi minum O : O:
bayi
 Memantau adanya tanda
 Nadi 140 – 160*/menit  Nadi 140 – 160*/menit
dehidrasi
 Memonitor balance  Nadi teraba kuat  Nadi teraba kuat
cairan per 12 jam
Terapetik  BD : +10  BD : +10
 Melakukan oral higiene  Diuresis 3,1  Diuresis 3,1
 Menimbang bb setiap hari
 BB 1770 gram  BB 1770 gram
 Terpasang PG2 165  Terpasang PG2 165 lipid
Kolaborasi
 Memonitor jumlah kalori dan kebutuhan cairan 160cc/kgbb kebutuhan cairan
jenis nutrient yang dibutuhkan
 Perut supel 160cc/kgbb
untuk target bb
 Produk OGT kosong, residu  Perut supel

22
tidak ada,minum 20cc/3jam  Produk OGT kosong,
residu tidak ada,minum
20cc/3jam
A : Masalah keperawatan belum
teratasi

P : Lanjutkan intervensi

20/08/23 4 Observasi S : “_” S : “_”


 Memonitor adanya infeksi
Jam 08.00  Membersihkan incubator O: O:
setiap hari
 Memeriksa lokasi ipi picc  Suhu 36,5 – 37,5  Suhu 36,5 – 37,5
adanya kemerahan,atau
bengkak  Inkubator bersih  Inkubator bersih
Terapeutik
 Lokasi pemasangan PICC  Lokasi pemasangan PICC
 Mencuci tangan sebelum dan
sesudah kegiatan perawatan bersih, tidak ada kemerahan, bersih, tidak ada
pasien bengkak, kemerahan, bengkak
 Jaga lingkungan aseptic
saatmengganti botol TPN  Tindakan aseptic dilakukan  Tindakan aseptic
 Diberikan obat Ampisulbac dilakukan
80mg/12 jam A : Masalah keperawatan belum
Gentamicin 8mg/36 jam teratasi

P : Lanjutkan intervensi

23
24
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi,(2014). Konsep dasar keperawatan , Jakarta : EGC

Kementrian kesehatan RI (2017). Profil kesehatan ndonesia

Mitayani, (2009). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta : salemba medika

Serimbing, J. Br. (2017). Buku ajar neonatus, bayi, balita, anaK PRASEKOLAH, E. d. Yogyakarta

Tarwoto dan wartonah (2014) . kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Ed. 5 Jakarta : Salemba

25
26

Anda mungkin juga menyukai