Anda di halaman 1dari 32

Intervensi Keperawatan pada Kasus Pasien dengan Masalah Psikososial

(Gangguan Citra Tubuh, Ketidakberdayaan, dan Keputusasaan)

Mata kuliah:

Keperawatan Kesehatan Jiwa I

Dosen Pengampu

Veny Elita, SKp., MN(MH)

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4 ( A 2019 2 )

Amatullah Mufidah (1911112540) Sri Agustin Purwanti (1911124848)


Ayu Febriani (1911155662) Suci Chania Ramadhani (1911112419)
Dheby Putri Artiray (1911124274) Syalsa Dwita Fahrizal (1911113100)
Emilia Putriansyah (1911124502) Tarisha Yulianti (1911155133)
Ghina Luthfia (1911124449) Teguh Novendra (1911110659)
Gita Permata Mulya (1911113979) Thesia Angelica (1911113236)
Olvi Septia (1911113494) Viola Hamnesti (1911155173)
Pameria Papuani (1911196632) Yofilia Ningsih (1911124105)
Rahma Safitri (1911124888) Yosepin Jelita Hutapea (1911112799)
Ruth Pratiwi (1911113619) Yudha Pratama (1911112222)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
IntervensiKeperawatan pada Kasus Pasien Masalah Psikososial (Gangguan Citra
Tubuh, Ketidakberdayaan, dan Keputusasaan) ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
seminar pada mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa I. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu, selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Kesehatan Jiwa I yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Pekanbaru, 07 Maret 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................2
1.3 Manfaat .....................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN


2.1 Gangguan citra tubuh.......................................................................3
2.1.1 Definisi.................................................................................3
2.1.2 Penyebab..............................................................................3
2.1.3 Tanda dan Gejala.................................................................4
2.1.4 Tingkatan ............................................................................4
2.1.5 Asuhan Keperawatan...........................................................5
2.2 Keputusasaan….............................................................................10
2.2.1 Definisi...............................................................................10
2.2.2 Penyebab............................................................................10
2.2.3 Tanda dan Gejala...............................................................10
2.2.4 Tingkatan............................................................................12
2.2.5 Asuhan Keperawatan..........................................................13
2.3 Ketidakberdayaan.........................................................................16
2.3.1 Definisi...............................................................................16
2.3.2 Penyebab............................................................................16
2.3.3 Tanda dan Gejala................................................................17
2.3.4 Tingkatan........................................................................... 17
2.3.5 Asuhan Keperawatan..........................................................18

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesipulan…....................................................................................26
3.2 Saran…...........................................................................................26

ii
DAFTAR PUSTAKA................................................................................28

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan
perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa
mengadakanpenyesuaian diri (adaptasi) untuk menanggulangi stessor (tekanan mental)
yang timbul. Namun tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasinya
sehingga menimbulkan gangguan kejiwaan. Jenis stressor yang dapat bersumber dari
masalah perkawinan, problem orang tua, hubungan interpersonal, lingkungan hidup,
pekerjaan, keuangan, hukum, perkembangan, penyakit fisik atau cidera, dan lain-lain.
Pada pasien yang sedang sakit, sedang dirawat baik dalam jangka waktu yang
singkat maupun dalam waktu yang lama atau pasien mengalami kehilangan ukuran,
fungsi, penampilan dari anggota tubuh pada sebahagian orang dapat mengakibatkan
perasaan malu dan tidak berharga yang pada akhirnya akan mempengaruhi hubungan
dengan orang lain. Pada kondisi demikian, intervensi keperawatan harus segera
dilakukan. Pada kondisi demikian, intervensi keperawatan harus segera dilakukan
apabila tidak, pasien akan mengalami harga diri rendah situasional maupun kronik.
Beberapa klien yang menderita penyakit kronis mengalami ketidakberdayaan
terhadap harapan kesembuhan dan penanganan akan penyakit yang diderita sehingga
menimbulkan keputusan yang tidak bisa dilakukan oleh penderita penyakit kronis.
Kondisi kesehatan yang dialami dapat membuat penderita menjadi tidak fokus dan
kurang mampu berpikir positif secara realistis. Masalah psikososial yang timbul dari
respon individu terhadap penyakit yaitu ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan adalah
pengalaman tentang kurangnya kontrol seseorang terhadap situasi termasuk persepsi
bahwa sesuatu tidak akan bermakna mampu mempengaruhi terhadap hasil yang ingin
dicapai. Seseorang yang mengalami ketidakberdayaan kehilangan kontrol terhadap
kejadian dalam hidupnya dan merasa segala sesuatu tidak bermakna bagi dirinya.

1
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang masalah psikososial (gangguan citra
tubuh, ketidakberdayaan dan ketidakputusasaan).
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi stressor psikososial.
b. Untuk mengetahui penyebab stressor psikososial.
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala stressor psikososial.
d. Untuk mengetahui tingkatan stressor psikososial.
e. Untuk mengetahui asuhan keperawatan stressor psikososial.
f. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan stressor psikososial.
g. Untuk mengetahui tindakan keperawatan pada Pasien yang memiliki
masalah psikososial.
h. Untuk mengetahui tindakan pada keluarga.
i. Untuk mengetahui implementasi stressor psikososial

1.3 Manfaat
Setelah pembaca mengetahui semua tentang apa yang sudah di jelaskan pada makalah ini,
maka diharapkan para pembaca dapat lebih sedikit peduli dalam permasalahan psikosial.
Dan dapat mengantisipasi kejadian ini dalam kehidupan sehari - hari, masyarakat maupun
sosial.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gangguan citra tubuh


2.1.1 Definisi
Ganguan citra tubuh adalah integritas persepsi. Pikiran dan perasaan
individu tentang bentuk, ukuran, berat tubuh dan fungsi tubuh serta bagian-
bagiannya yang digambarkan dalam bentuk penampilan penampilan fisik.
2.1.2 Penyebab
Gangguan citra tubuh adalah persepsi negative tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan,
makna dan obyek yang sering berhubungan dengan tubuh. Stressor pada tiap
perubahan, yaitu :
1) Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
2) Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah
pemasangan infuse.
3) Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai dengan
pemasanagn alat di dalam tubuh.
4) Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh.
5) Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan.
6) Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah,
pemasangan alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik,
pemeriksaan tanda vital, dll) .
Menurut Potter & Perry (2005), terdapat beberapa stressor yang
mempengaruhi citra tubuh seseorang. Stressor-stressor ini dapat berasal dari
dalam, yakni dari diri seseorang tersebut, yaitu adanya perubahan penampilan
tubuh, perubahan struktur tubuh, dan perubahan fungsi bagian tubuh. Selain itu,
terdapat juga stressor-stressor dari luar yakni, reaksi orang lain, perbandingan
dengan orang lain, dan identifikasi terhadap orang lain.
Menurut penelitian Perdani, 2009 (dalam Ratna 2011) yaitu kepuasan citra tubuh
ditentukan oleh faktor usia, karena seorang laki-laki maupun perempuan yang
tumbuh menjadi dewasa telah belajar untuk menerima perubahan-perubahan
pada tubuhnya, meskipun penampilannya tidak sabagaimana yang diharapkan
dan sekalipun berusaha untuk memperbaiki penampilannya.

3
2.1.3 Tanda dan gejala
Citra tubuh yang terganggu merupakan suatu persepsi yang salah mengenai
bentuk individu, perasan yang bertentangan dengan kondisi tubuh individu
sebenarnya. Individu merasa bahwa hanya orang lain yang menarik dan bentuk
tubuh dan ukuran tubuh individu adalah sebuah tanda kegagalan pribadi. Individu
merasakan malu, self-conscious, dan khawatir akan badannya. Individu
merasakan canggung dan gelisah terhadap badannya
Citra Tubuh yang tidak terganggu merupakan suatu persepsi yang benar
tentang bentuk individu, individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya. Individu menghargai badan/tubuhnya yang alami dan individu
memahami bahwa penampilan fisik seseorang hanya berperan kecil dalam
menunjukkan karakter mereka dan nilai dari seseorang. Individu merasakan
bangga dan menerimanya bentuk badannya yang unik dan tidak membuang waktu
untuk mengkhawatirkan hal yang lain. Individu merasakan yakin dan nyaman
dengan kondisi badannya
Adapun tanda dan gejala dari gangguan citra tubuh yaitu menolak melihat
dan menyentuh bagian tubuh yang berubah, tidak menerima perubahan tubuh
yang telah terjadi/akan terjadi, menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi
negatif pada tubuh, preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang,
mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan ketakutan
2.1.4 Tingkatan
1. Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan)
Yaitu perasaan daya tarik fisik seseorang menarik atau tidaknya
penampilan orang tersebut, serta memuaskan atau tidak memuaskan.
Penilaian dengan hasil tinggi sebagian besar positif dan merasa puas terhadap
penampilan mereka. Sedangkan penilaian hasil rendah memilih rasa
ketidakbahagiaan dengan penampilan mereka.
2. Appearance Orientation (Orientasi Penampilan)
Yaitu tingkat penampilan seseorang. Hasil penilaian tinggi berada pada
peran lebih penting bagaimana mereka terlibat, memperhatikan penampilan
mereka, dan terlibat dalam perilaku perawatan ekstensif. Hasil penilaian
rendah tampak tidak sangat pening dan mereka tidak menghabiskan banyak
usaha untuk menjadi terlihat baik.

4
3. Body Areas Satisfaction (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh)
Yaitu serupa dengan evaluasi penampilan, hasil penelitian tinggi pada
umumnya merasa puas dengan sebagian besar tubuh mereka. Hasil penilaian
rendah berarti memiliki ketidakpuasan dengan ukuran atau penampilan diri
mereka sendiri.
4. Overweight Preocupation (Kecemasan Menjadi Gemuk)
Yaitu kewaspadaan individu terhadap berat badan, melakukan diet ketat,
dan membatasi pola makan. Individu memiliki kecemasan terhadap bentuk
tubuhnya yang bisa menjadi gemuk. Kewaspadaan ini memberikan dampak
peningkatan perhatian terhadap penampilan diri pada individu.
5. Self-Clasified Weight (Persepsi terhadap Ukuran Tubuh)
Yaitu persepsi dan penilaian individu terhadap berat badannya, mulai
dari kekurangan berat badan sampai kelebihan berat badan
2.1.5 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Faktor predisposisi
a) Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
b) Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh (akibat tumbuh
kembang dan penyakit)
c) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh
d) Proses pengobatan, seperti radiasi dan kemoterapi
b. Faktor presipitasi
a) Trauma
b) Ketegangan peran
c) Transisi peran perkembangan
d) Transisi peran situasi
e) Transisi peran sehat-sakit
c. Perilaku
a) Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu
b) Menolak bercermin
c) Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh
d) Menolak usaha rehabilitasi
e) Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat
f) Menyangkal cacat tubuh

5
d. Mekanisme koping
a) Pertahanan jangka pendek
1) Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis,
seperti kerja keras, nonton, dan lain-lain
2) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara,
seperti ikut kegiatan sosial, politik, agama, dan lain-lain
3) Aktivitas yang semnetara dapat menguatkan perasaan diri, seperti
kompetisi pencapaian akademik
4) Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat
masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan, seperti
penyalahgunaan obat
b) Pertahanan jangka panjang
1) Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang
penting bagi individu tanpa memperhtikan keringanan, aspirasi, dan
potensi diri individu.
2) Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh
nilai-nilai harapan masyarakat
c) Mekanisme pertahanan ego
1) Fantasi
2) Disosiasi
3) Isolasi
4) Proyeksi
5) Displacement
6) Marah / amuk pada diri sendiri
2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa gangguan citra tubuh adalah potensial gangguan citra
tubuh yang berhubungan dengan efek pembedahan serta menarik diri yang
berhubungan dengan perubahan penampilan (Keliat, 1998).
Adapun Diagnosa yang mungkin muncul diantaranya:
1) Gangguan Citra Tubuh
2) Isolasi social : menarik diri
3) Deficit perawatan diri
6
3. Intervensi
1) Tindakan Keperawatan pada pasien
Menurut Nurhalimah (2016) dalam buku Keperawatan Jiwa, tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien adalah sebagai berikut:
a. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya, dulu dan saat ini,
perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan tentang citra tubuhnya saat
ini
b. Motivasi pasien untuk melihat/meminta bantuan keluarga dan perawat
untuk melihat dan menyentuh bagian tubuh secara bertahap
c. Diskusikan aspek positif diri
d. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu
(misalnya menggunakan anus buatan dari hasil kolostomi)
e. Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara:
a) Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah pada
pembentukan tubuh yang ideal
b) Gunakan protese, wig (rambut palsu), kosmetik atau yang lainnya
sesegera mungkin, gunakan pakaian yang baru
c) Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap
d) Bantu pasien menyentuh bagian tersebut
f. Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara:
a) Susun jadwal kegiatan sehari-hari
b) Motivasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam
aktivitas keluarga dan sosial
c) Motivasi untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti atau
mempunyai peran penting baginya
d) Berikan pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi
Sedangkan dalam SIKI DPP PPNI edisi 1 (2018) tindakannya adalah
sebagai berikut:
1) Observasi
a. Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
b. Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi
sosial
c. Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri

7
2) Edukasi
a. Jelaskan pada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
b. Anjurkan menggunakan alat bantu (misalnya wig kosmetik)
c. Anjurkan mengikuti kelompok pendukung
d. Latih fungsi tubuh yang dimiliki
3) Terapeutik
a. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
b. Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
c. Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara
realistis
2) Tindakan pada keluarga
Tujuan umum tindakan pada keluarga adalah agar keluarga dapat
membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri klien.
Tujuan khusus sebagai berikut :
a. Keluarga dapat mengenal masalah gangguan citra tubuh
b. Keluarga mengetahui cara mengatasi masalah gangguan citra tubuh
c. Keluarga mampu merawat pasien gangguan citra tubuh
d. Keluarga mampu mengevaluasi kemampuan pasien dan memberikan
pujian atas keberhasilannya.
Tindakan yang diberikan pada keluarga :
a. Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang terjadi
pada pasien
b. Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi gangguan citra tubuh
c. Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien
d. Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien di rumah
e. Menfasilitasi interaksi di rumah
f. Melaksanakan kegiatan di rumah dan sosial
g. Memberikan pujian atas keberhasilan pasien
4. Implementasi
Menurut Abdul Muhith (2015), implementasi keperawatan pada pasien
gangguan citra tubuh yaitu:
1) Mendiskusikan bahwa kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
seperti kegiatan pasien dirumah sakit, di rumah, dalam keluarga dan
lingkungan

8
2) Beri pujian yang realistik/nyata hindarkan tiap kali bertemu memberi
pasien penilaian yang negatif
3) Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat
ini
4) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien
5) Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
6) Tunjukkan bahwa klien adalah individu yang berharga, bertanggung
jawab terhadap dirinya dan dapat membantu dirinya sendiri
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan setelah diberikan asuhan keperawatan yang
diberikan pada pasien 1 selama 6 hari yaitu pada diagnosa gangguan citra
tubuh, pasien mengatakan sudah tidak malu dan sudah menerima kondisinya
saat ini, pasien mengatakan ia sudah mengetahui aspek positif yang masih ia
miliki mengenai tubuhnya, pasien mengatakan ia akan berpikiran positif dan
selalu berdoa.
Menurut Prabowo (2014), evaluasi keperawatan mengharuskan perawat
melakukan pemeriksaan secara kritikal dan menyatakan respon pasien
terhadap intervensi yang telah diberikan. Evaluasi dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan SOAP yaitu sebagai berikut :
a. S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dan dapat diukur misalnya dengan menanyakan “bagaimana
perasaan ibu setelah kita mendiskusikan aspek positif dalam diri ibu?”
b. O : respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dan dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada
saat komunikasi dan tindakan dilakukan.
c. A : Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
masalah tersebut masih muncul atau muncul masalah baru atau ada data yang
kontradiksi dengan masalah yang ada.
d. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons
pasien yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan tindakan lanjut oleh
perawat.

9
Pasien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar perawat dapat
melihat perubahan yang terjadi pada pasien. Pada tahap evaluasi sangat
diperlukan adanya reinforcement untuk menguatkan perubahan yang positif.
Pasien dan keluarga juga harus diberikan motivasi untuk melakukan self
reinforcement (Prabowo, 2014).

2.2 Keputusasaan
2.2.1 Definisi
Keputusasaan adalah pernyataan subjektif individu dimana seseorang
individu melihat keterbatasan atau tidak adanya alternatif atau pilihan-pilihan
pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisir energi atau masalah secara
sendiri.
2.2.2 Penyebab
Menurut Carpenito (2009), Ketidakberdayaan disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan, perasaan tidak berharga, ketidakadekuatan koping sebelumnya
(seperti : depresi), serta kurangnya kesempatan untuk membuat keputusan. Faktor
terkait ketidakberdayaan menurut Doenges, Townsend, M, (2008) yaitu :
1) Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan control terhadap
terapi.
2) Hubungan interpersonal: penyalahgunaan kekuasaan, hubungan yang kasar.
3) Penyakit yang berhubungan dengan rejimen : penyakit kronis atau yang
melemahkan kondisi.
4) Gaya hidup ketidakberdayaan mengulangi kegagalan dan ketergantungan.
2.2.3 Tanda dan gejala
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat 
keterbatasan atau
tidak adanya alternative atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memob
ilisasi energyang dimilikinya

10
Faktor yang berhubungan dengan keputusasaan yaitu :
1) Diasingkan
2) Penurunan kondisi fisiologis
3) Stres jangka panjang
4) Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
5) Kehilangan kepercayaan pada nilai penting
6) Pembatasan aktivitas jangka panjang
7) Isolasi sosial

Tindakan keperawatan yaitu :


1) Tunjukkan empati untuk mendorong klien menyampaikan keraguan,
ketakutan dan kekhawatirannya.
2) Tentukan adanya risiko bunuh diri
3) Dorong klien untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapan
menjadi hal yang penting dalam kehidupannya
4) Dorong klien mengungkapkan bagaimana harapan menjadi sesuatu yang
tidak pasti dan harapannya yang tidak terwujud
5) Ajarkan cara mengatasi aspek-aspek keputusasaan dengan memisahkannya
dari aspek-aspek harapan
6) Kaji dan mengerahkan sumber daya dalam diri individu (otonomi,
kemandirian, rasionalitas, pemikiran kognitif, fleksibilitas, spiritualitas)
7) Bantu klien mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misalnya hubungan
antar-sesama, keyakinan, hal-hal yang ingin dicapai)
8) Ciptakan lingkungan yang mendukung ekspresi spiritual
9) Bantu klien mengembangkan tujuan jangka panjang dan jangka pendek yang
realistis (berkembang dari tujuan yang sederhana ke tujuan yang lebih
kompleks, dapat menggunakan “poster tujuan” untuk mengindikasikan jenis
dan waktu untuk mencapai tujuan yang spesifik).
10) Ajari klien cara mengantisipasi pengalaman yang menyenangkan (misalnya
berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat)
11) Kaji dan mengerahkan sumber daya di luar diri individu (orang terdekat, tim
layanan kesehatan, kelompok pendukung, Tuhan atau kekuatan yang lebih
tinggi)

11
12) Bantu klien menyadari bahwa ia dicintai, disayangi dan merupakan sosok
penting dalam kehidupan orang lain, terlepas dari kondisi kesehatannya yang
menurun
13) Dorong klien untuk menceritakan kekhawatirannya pada orang lain yang
pernah mempunyai masalah atau penyakit yang sama dan telah memiliki
pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang
efektif
14) Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, aktivitas keagamaan, hubungan
dengan Tuhan, makna dan tujuan berdoa)
15) Beri klien waktu dan kesempatan untuk becermin pada makna penderitaan,
kematian dan menjelang ajal
16) Lakukan perujukan sesuai indikasi (misalnya konseling, pemuka agama)
2.2.4 Tingkatan
1. Mayor (harus ada satu atau lebih)
Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis yang mendalam,
berlebihan dan berkepanjangan dalam berespon terhadap situasi yang
dirasakan.
2. Minor (mungkin ada) meliputi:
1) fisiologi, pada individu yang mengalami putus asa biasanya akan
mengalami anoreksi dan penurunan berat badan
2) emosinal, seseorang akan merasa ada sebuah benjolan atau massa di
tenggorokkan, merasa tegang. Selain itu individu akan merasa kewalahan dan
kelelahan, rapuh, kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang
dijalani
3) sikap yang diperlihatkan individu seperti kurangnya kontak mata,
menurunnya motivasi, sering mengeluh, regresi, menarik diri, dan mudah
lelah
4) kognitif terjadi penurunan kemampuan untuk mengintegrasikan informasi
yang diterima, disorientasi waktu, penurunan daya ingat, ketidakmampuan
berkomunikasi secara efektif, persepsi pikiran terdistorsi, kebingungan serta
penilaian yang tidak logis.

12
2.2.5 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Faktor predisposisi
a. Factor biologis : adanya penyakit infeksi yang kronis
b. Faktor psikologis : perasaan terbuang, kehilangan kepercayaan pada
kegiatan spiritual (Towsend, 2019)
c. Faktor sosial dan budaya adalah pembatasan aktivitas jangka panjang .
2) Faktor presipitasi
a. Faktor presipitasi secara biologis: riwayat keluarga menderita depresi,
status nutrisi, ststus kesehatan secara umum, pembatasan aktivitas
jangka panjang ( stuuartd, 2011).
b. Faktor Psikologis : Stres jangka panjang, Retardasi mental,
kemampuan komunikasi verbal kurang, pengalaman masa lalu kurang
menyenangkan dan konsep diri kurang baik.
c. Faktor sosial budaya : adanya hambatan pelaksanaan interaksi social,
kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual, kehilangan
kepercayaan pada nilai penting, kurang dukungan social, putus sekolah
dan pemutusan hubungan kerja
3) Tanda dan gejala
a. Data subyektif : persepsi klien yang tidak baik tentang dirinya orang
lain dan lingkungan , mengeluh pusing dan sakit kepala
b. Data obyektif : kurang terlibat dalam asuhan keperawatan, pasif,
kurang nafsu makan, badan terlihat lesu penurunan berat badan atau
peningkatan berat badan
4) Mekanisme koping
a. Melakukan perubahan perilaku yang menurunkan keputusasaan
b. Beradaptasi dengan lingkungannya
c. Membangun kepercayaan diri dan bersikap optimis.
d. Memanfaatkan dukungan keluarga/orang terdekat ( Struart, 2011).
e. Fokus pada masalah.
f.Mekanisme koping dektrukstif

13
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keputusasaan biasanya muncul karena adanya faktor tertentu
seperti kehilangan, kegagalan yang terus menerus, faktor lingkungan ataurang
terdekat, tekanan hidup dan status kesehatan.
Adapun Diagnosa yang mungkin muncul antaranya:
1) Isolasi sosial
2) Defisit perawatan diri
3. Intervensi
1) Tindakan keperawatan pada pasien
a. Observasi
1) Identifikasi fungsi marah, frustasi, dan amuk bagi pasien
2) Identifikasi hal yang telah memicu emosi
b. Terapeutik
1) Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas, marah atau sedih
2) Buat pernyataan suportif atau empati selama fase berduka
3) Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan (merangkul atau
menepuk-nepuk)
4) Tetap bersama pasien dan pastikan keamanan selama ansietas, jika
perlu
5) Kurangi tuntutan berpikir saat sakit atau lelah
c. Edukasi
a) Jelaskan konsekuensi tidak menghadapi rasa bersalah dan malu
b) Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami (misalnya marah,
sedih, ansietas)
c) Anjurkan mengungkapkan pengalaman emosional sebelumnya dan
pola respon yang biasa digunakan
d) Ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
d. Kolaborasi
Rujuk untuk konseling, jika perlu

14
2) Tindakan pada keluarga
Tindakan yang diberikan pada keluarga :
a. Mendiskusikan kondisi pasien keputusasaan, penyebab, proses terjadi,
tanda dan gejala, akibat
b. Melatih keluarga merawat pasien dengan keputusasaan
c. Melatih keluarga melakukan follow up
4. Implementasi
Menurut Tim Spesialis Keperawatan Jiwa FK UI (2011), implementasi
keperawatan pada pasien penderita keputuasaan yaitu:
1) Diskusi tentang kejadian yang membuat pasien putus asa
perasaan/pikiran/perilaku yang berubah
2) Latihan berfikir positif melalui penemuan harapan dan makna hidup
3) Latihan melakukan aktifitas untuk menumbuhkan harapan dan makna
hidup
5. Evaluasi
Menurut Asmadi, (2008) Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana
antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi
menunjukkan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, pasien bisa keluar dari
siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, pasien akan masuk kembali ke
dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassessment).
(Nurarif & Kusuma, 2015), menyebutkan secara umum, evaluasi
ditujukan untuk :
a. Melihat dan menilai kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yaitu
dengan kriteria hasil sebagai berikut:
1) Mampu mengekspresikan kedamaian dari dalam diri
2) Mampu menggunakan teknik relaksasi secara konsisten
3) Tidak ada pengungkapan keputusasaan
b. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum. Apabila
tercapai maka respon pasien sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang
telah ditentukan, sedangkan apabila belum tercapai maka respon pasien
tidak sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditentukan.

15
c. Mengkaji penyebab, jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.
Apabila terdapat tujuan dan kriteria hasil yang belum tercapai maka akan
dilakukan perencanaan ulang untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil yang
belum teratasi.
Berikut adalah evaluasi untuk pasien dengan keputusasaan :
a. Diagnosa keperawatan : keputusasaan berhubungan dengan stres jangka
panjang
b. Data subjektif :
1) Pasien mengatakan ada semangat untuk hidup
2) Pasien mengatakan mampu menggunakan teknik relaksasi
3) Pasien tidak ada mengungkapan keputusasaan
c. Data objektif :
1) Pasien tampak mampu menggunakan teknik terapi self hypnosis
2) Pasien tampak mampu menunjukan terjadinya relaksasi
3) Pasien tampak nyaman dan tidak gelisah
2.3 Ketidakberdayaan
2.3.1 Definisi
Ketidakberdayaan merupakan presepsi individu bahwa segala tindakan
tidak akan mendapat hasil
2.3.2 Penyebab
Menurut Carpenito (2009), Ketidakberdayaan disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan, perasaan tidak berharga, ketidakadekuatan koping sebelumnya
(seperti : depresi), serta kurangnya kesempatan untuk membuat keputusan. Faktor
terkait ketidakberdayaan menurut Doenges, Townsend, M, (2008) yaitu :
1) Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan control terhadap
terapi.
2) Hubungan interpersonal: penyalahgunaan kekuasaan, hubungan yang kasar.
3) Penyakit yang berhubungan dengan rejimen : penyakit kronis atau yang
melemahkan kondisi.
4) Gaya hidup ketidakberdayaan mengulangi kegagalan dan ketergantungan

16
2.3.3 Tanda dan gejala
Ketidakberdayaan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, perasaan tidak
berharga, ketidakadekuatan koping sebelumnya (seperti : depresi), serta
kurangnya kesempatan untuk membuat keputusan. Faktor terkait
ketidakberdayaan yaitu :
a. Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan control terhadap
terapi.
b. Hubungan interpersonal: penyalahgunaan kekuasaan, hubungan yang kasar.
c. Penyakit yang berhubungan dengan rejimen : penyakit kronis atau yang
melemahkan kondisi.
d. Gaya hidup ketidakberdayaan mengulangi kegagalan dan ketergantungan.

Jenis- jenis ketidak berdayaan menggambarkan dua jenis ketidakberdayaan, yaitu:


1. Ketidakberdayaan situasional Ketidakberdayaan yang muncul pada sebuah
peristiwa spesifik dan mungkin berlangsung singkat.
2. Ketidakberdayaan dasar (trait powerlessness) Ketidakberdayaan yang bersifat
menyebar, mempengaruhi pandangan, tujuan, gaya hidup, dan hubungan.
2.3.4 Tingkatan
Menurut NANDA (2011) dan Wilkinson (2007) ketidakberdayaan yang
dialami klien dapat terdiri dari tiga tingkatan antara lain:
1. Rendah
Klien mengungkapakan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi dan
bersikap pasif.
2. Sedang
Klien mengalami ketergantungan pada orang lain yang dapat mengakibatkan
ititabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah. Klien tidak melakukan
praktik perawatan diri ketika ditantang. Klien tidak ikut memantau kemajuan
pengobatan. Klien menunjukkan ekspresi ketidakpuasan terhadap
ketidakmampuan melakukan aktivitas atau tugas sebelumnya. Klien
menujukkan ekspresi keraguan tentang performa peran.

17
3. Berat
Klien menunjukkan sikap apatis, depresi terhadap perburukan fisik yang
terjadi dengan mengabaikan kepatuhan pasien terhadap program pengobatan
dan menyatakan tidak memiliki kendali (terhadap perawatan diri, situasi, dan
hasil). Pada klien NAPZA biasanya klien cenderung jatuh pada kondisi
ketidakberdayaan berat karena tidak memiliki kendali atas situasi yang
memepengaruhinya untuk menggunakan NAPZA atau ketidakmampuan
mempertahankan situasi bebas NAPZA
2.3.4 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Faktor predisposisi
a. Biologis
a) Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua
menderita gangguan jiwa).
b) Gaya hidup (tidak merokok, alkhohol, obat dan zat adiktif) dan
Pengalaman penggunaan zat terlarang.
c) Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek up,
tanggal terakhir periksa).
d) Ada riwayat menderita penjakit jantung, paru-paru, yang mengganggu
pelaksana aktivitas harian pasien.
e) Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita sampai
kejang- kejang atau pernah mengalami riwayat trauma kepala yang
menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal dan limbic.
f) Riwayat menderita penyakit yang secara progresif
menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel, kanker
terminal atau AIDS.
b. Psikologis.
a) Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat tinggal
b) Ketidaknmampuan mengambil keputusan dan mempunyai
kemampuankomunikasi verbal yang kurang atau kurang dapat
mengekspresikan perasaan terkait dengan penyakitnya atau kondisi
dirinya.

18
c) Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang secara
progresif menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: sklerosis
multipel, kanker terminal atau AIDS.
d) Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah dicapai)
e) Merasa frustasi dengan kondisi kesehatannya dan kehidupannya yang
sekarang
f) Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang terlalu
otoriter atau terlalu melindungi/menyayangi.
g) Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten selama
tahap perkembangan balita hingga remaja, kurang minat dalam
mengembangkan hobi dan aktivitas sehari-hari.
h) Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun sebagai
saksi.
i) Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi, mudah
cemas, rasa takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak berdaya.
j) Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.

Sosial budaya
1) Usia 30-meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan
2) Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai kecenderungan yang
sama untuk mengalami ketidakberdayaan tergantung dari peran yang
dijalankan dalam kehidupannya
3) Pendidikan rendah
4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan
(misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial atau
orang terdekat yang berlangsung lebih dari 6 bulan)
5) Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai kontrol (misalnya
kontrol lokus internal).
6) Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan orang lain,
tidak mampu berpartisipasi dalam sosial kemasyarakatan secara aktif,
enggan bergaul dan kadang menghindar dari orang lain
7) Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat
8) Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun secara
pasif

19
2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi
ketidakberdyaan dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal. Kondisi
internal dimana pasien kurang dapat menerima perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi. Kondisi eksternal biasanya keluarga dan masyarakat
kurang mendukung atau mengakui keberadaannya yang sekarang terkait
dengan perubahan fisik dan perannya. Sedangkan durasi stressor terjadi kurang
lebih 6 bulan terakhir, dan waktu terjadinya dapat bersamaan, silih berganti
atau hampir bersamaan, dengan jumlah stressor lebih dari satu dan mempunyai
kualitas yang berat. Hal tersebut dapat menstimulasi ketidakberdayaan bahkan
memperberat kondisi ketidakberdayaan yang dialami oleh klien.
Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan faktor presiptasi timbulnya
ketidakberdayaan adalah sebagai berikut:
a. Biologis
a) Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu, Program
pengobatan yang terkait dengan penyakitnya (misalnya jangka panjang,
sulit dan kompeks) (proses intoksifikasi dan rehabilitasi).
b) Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
c) Dalam enam bulan terakhir mengalami infeksi otak yang menimbulkan
kejang atau trauma kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal,
temporal dan limbic
d) Terdapat gangguan sistem endokrin
e) Penggunaan alkhohol, obat-obatan, kafein, dan tembakau
f) Mengalami gangguan tidur atau istirahat
g) Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras, etnik dan
gender
h) Adanya perubahan gaya berjalan, koordinasi dan keseimbangan
b. Psikologis
a) Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis.
b) Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan aktivitas
sosial yang berdampak pada keputusasaan.
c) Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari akibat tremor, nyeri, kehilangan
pekerjaan.

20
d) Konsep diri: gangguan pelaksanaan peran karena ketidakmampuan
melakukan tanggungjawab peran.
e) Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan dengan orang
lain.
c. Sosial budaya
a) Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan atau
kehidupannya yang sekarang.
b) Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga (berada
dalam lingkungan perawatan kesehatan).
c) Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun penyebab
yang lain
d) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan
(misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial atau
orang terdekat yang berlangsung dalam 6 bulan terakhir).
e) Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif.
f) Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya dan
ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat.
3) Faktor penilaian terhadap stressor (Wilkinson, 2007)
a. Kognitif
a) Mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi.
b) Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustrasi terhadap kemampuan untuk
melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya.
c) Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran.
d) Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kendali atau
pengaruh terhadap situasi, perawatan diri atau hasil.
e) Mengungkapkan ketidakpuasan karena ketergantungan dengan orang
lain
f) Kurang dapat berkonsentrasi.
b. Afektif
a) Merasa tertekan atau depresi terhadap penurunan fisik yang terjadi
dengan mengabaikan kepatuhan klien terhadap program pengobatan
b) Marah
c) Iritabilitas, ketidaksukaan
d) Perasaan bersalah

21
e) Takut terhadap pengasingan oleh pemberian perawat
f) Perasaan cemas atau ansietas
c. Fisiologis
1) Perubahan tekanan darah
2) Perubahan denyut jantung dan frekuensi pernapasan
3) Muka tegang
4) Dada berdebar-debar dan keluar keringat dingin
5) Gangguan tidur, terutama kalau disertai dengan ansietas
Perilaku
1) Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan
iritabilitas
2) Tidak ada pertahanan pada praktik perawatan diri ketika ditantang
3) Tidak memantau kemajuan pengobatan.
4) Tidak berpartisipasi dalam perawatan atau mengambil keputusan pada
saat diberikan kesempatan.
5) Kepasifan hingga apatis.
6) Perilaku menyerang.
7) Menarik diri.
8) Perilaku mencari perhatian.
9) Gelisah atau tidak bisa tenang
d. Sosial
a) Enggan untuk mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya.
b) Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan.
c) Tidak mampu bersosialisasi dengan orang lain.
4) Faktor mekanisme koping
a. Konstruktif
a) Menilai pencapaian hidup yang realistis.
b) Mempunyai penilaian yang yang nyaman dengan perubahan fisik dan
peran yang dialami akibat penyakitnya
c) Dapat menjalankan tugas perkembangannya sesuai dengan keterbatasan
yang terjadi akibat perubahan status kesehatannya.
d) Kreatif: pasien secara kreaktif mencari informasi terkait perubahan status
kesehatannya sehingga dapat beradaptasi secara normal.

22
e) Di tengah keterbatasan akibat perubahan status kesehatan dan peran
dalam kehidupan sehari-hari, pasien amsih tetap produktif menghasilkan
sesuatu.
f) Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan perubahan
status kesehatan dan peran yang telah dialami.
g) Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami perubahan
kondisi kesehatan
b. Destruktif
a) Tidak kreatif/kurang memiliki keinginan dan minat melakukan aktivitas
harian (pasif).
b) Perasaan menolak kondisi perubahan fisik dan status kesehatan yang
dialami dan marah-marah dengan situasi tersebut
c) Tidak mampu mengekspresikan perasaan terkait dengan perubahan
kondisi kesehatannya dan menjadi merasa tertekan atau depresi
d) Kurang atau tidak mempunyai hubungan akrab dengan orang lain,
kurang minat dalam interaksi sosial sehingga mengalami menarik diri
dan isolasi sosial
e) Tidak mampu mencari informasi kesehatan dan kurang mampu
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang dapat berakhir pada
penyerangan terhadap orang lain
f) Ketergantungan terhadap orang lain (regresi)
g) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya (represi/supresi
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut PPNI (2016) rumusan diagnosa ketidakberdayaan yaitu:
P : Ketidakberdayaan
E : Program perawatan/ pengobatan yang kompleks atau jangka panjang
S : Pasien mengatakan .
Diagnosa keperawatan : ketidakberdayaan

23
3. Intervensi
1) Tindakan keperawatan pada pasien
a. Observasi
b) Identifikasi harapan pasien dan keluarga dalam pencapaian hidup
b. Terapeutik
a) Sadarkan bahwa kondisi yang dialami memiliki nilai penting
b) Pandu mengingat kembali kenangan yang menyenangkan
c) Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan
d) Kembangkan rencana perawatan yang melibatkan tingkat pencapaian
tujuan sederhana sampai dengan kompleks
e) Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga terlibat dengan
dukungan kelompok
f) Ciptakan lingkungan yang memudahkan mempraktikkan kebutuhan
spiritual
c. Edukasi
a) Anjurkan mengungkapkan perasaan terhadap kondisi dengan realistis
b) Anjurkan mempertahankan hubungan (misalnya menyebutkan nama
orang yang kita cintai)
c) Anjurkan mempertahankan hubungan terapeutik dengan orang lain
d) Latih menyusun tujuan yang sesuai dengan harapan
e) Latih cara mengembangkan spiritual diri
f) Latih cara mengenang dan menikmati masa lalu (misalnya prestasi,
pengalaman)
2) Tindakan pada keluarga
Tindakan yang diberikan pada keluarga :
a. Menjelaskan kondisi pasien
b. Menjelaskan kondisi penyakit pasien
c. Menjelaskan bagaimana cara mengontrol ketidakberdayaan pasien dengan
memberikan dukungan penuh untuk pasien dalam menjalani perawatan
setelah selesai dirawat

24
4. Implementasi
Menurut Potter & Perry (2005), implementasi keperawatan pada pasien
penderita ketidakmampuan yaitu:
1) Latihan berfikir positif serta mengembangkan harapan positif dan latihan
mengontrol perasaan ketidakberdayaan
2) Lakukan pendekatan dengan komunikasi terapeutik
3) Membina hubungan saling percaya
4) Mengenali dan mengekspreksikan emosinya
5) Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan
perawatan sendiri
5. Evaluasi
Berisikan data data dari segala ungkapan penyangkalan, kemarahan,
ketidakberdayaan, tawar menawar dan kesiapan untuk menerima saran atau
instruksi instruksi kerja hasil konseling yang harus dikerjakan oleh klien
sendiri atau bantuan dari keluarga atau orang orang dilingkungan sekitar
klien. Dalam evaluasi ini juga berisikan segala bentuk penilaian terhadap
perilaku positif dan perilaku negative dari klien. Apabila bentuk prilaku
negative klien lebih dominan, maka dilakukan usaha usaha untuk
mereduksinya ataupun membangkitkan kembali perilaku klien.
6. Tindakan pada keluarga
Tindakan yang diberikan pada keluarga :
d. Menjelaskan kondisi pasien
e. Menjelaskan kondisi penyakit pasien
f. Menjelaskan bagaimana cara mengontrol ketidakberdayaan pasien dengan
memberikan dukungan penuh untuk pasien dalam menjalani perawatan
setelah selesai dirawat

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ganguan citra tubuh
Ganguan citra tubuh adalah integritas persepsi. Pikiran dan perasaan individu
tentang bentuk, ukuran, berat tubuh dan fungsi tubuh serta bagian-bagiannya yang
digambarkan dalam bentuk penampilan penampilan fisik.
Keputusasaan
Keputusasaan adalah pernyataan subjektif individu dimana seseorang individu
melihat keterbatasan atau tidak adanya alternatif atau pilihan-pilihan pribadi yang
tersedia dan tidak dapat memobilisir energi atau masalah secara sendiri.
Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan merupakan presepsi individu bahwa segala tindakan tidak akan
mendapat hasil.
Penyebab Gangguan Citra Tubuh :
1) Perubahan ukuran tubuh.
2) Perubahan bentuk tubuh.
3) Perubahan struktur.
4) Perubahan fungsi.
5) Keterbatasan.
6) Makna dan obyek yang sering kontak
Penyebab Ketidakberdayaan:
1) Kesehatan lingkungan.
2) Hubungan interpersona.
3) Penyakit yang berhubungan dengan rejimen.
4) Gaya hidup ketidakberdayaan mengulangi kegagalan dan ketergantungan.

26
Penyebab Keputusasaan:
1) Faktor kehilangan
2) Kegagalan yang terus menerus.
3) Faktor Lingkungan.
4) Orang terdekat ( keluarga )
5) Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa).
6) Adanya tekanan hidup.
7) Kurangnya iman.
Beberapa Tanda dan Gejala :
a. Cemas, khawatir berlebihan, takut.
b. Mudah tersinggung.
c. Sulit konsentrasi.
d. Bersifat ragu-ragu.
e. Merasa kecewa.
f. Pemarah dan agresif.
g. Reaksi fisik seperti jantung berdebar, otot tegang, sakit kepala.

3.2 Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat agar meningkatkan keterampilan dalam memberikan
praktik asuhan keperawatan serta pengetahuannya khususnya gangguan citra tubuh
sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang maksimal dan dapat menjadi
edukator bagi klien maupun keluarganya.
2. Bagi Mahasiswa Keperawatan
1) Dengan adanya makalah ini diharapkan bagi mahasiswa agar dapat membantu
dalam pembuatan asuhan keperawatan Jiwa.
2) Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai tenaga kesehatan lebih
memahami gangguan citra tubuh serta asuhan keperawatan kepada klien dengan
gangguan citra tubuh dan mempermudah masyarakat awam untuk mengetahui
tentang gangguan tersebut.

27
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf. dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Carpenito, L.J. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta.
Keliat,. B.A. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.
Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan Kperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: CV
ANDI OFSET.
NANDA. (2005). Panduan Diagnosa Keperawatan (Terjemahan). Jakarta: Prima Medika.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka.
Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta: Kemenkes RI.
Potter, P.A.& Perry, A.G. (2005). Fundamental Of Nursing; Concept Process and Practice.
Philadephia: Mosby-year Book-ine.
Riyadi, Sujono. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ratna, Nyoman Kutha. (2011). Antropologi Sastra: Peranan Unsur-unsur.
Tim Pokja Siki DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta: PPNI.
Tim Spesialis Keperawatan Jiwa FK UI. (2011). Standar Asuhan Keperawatan Diagnosa
Psikososial.
Townsend, C.M.. (2008). Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing. 4
th ed. .
Zaihi,mad. (2019). Asuhan keperawatan jiwa masalah psikososial. Yogyakarta: Deepublish.
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Donsu, Jenitta Doli Tine. 2017. Psikologi Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

28

Anda mungkin juga menyukai