Anda di halaman 1dari 8

Nama : Sri Agustin Purwanti

Kls/ Kelompok : A 2019 2/ 4


Nim : 1911124848

L.O

1. Definisi luka bakar


Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas arus listrik, bahan kimia
dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Luka bakar
yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel tubuh, semua sistem dapat
terganggu, terutama sistem kardiovaskuler ( Rahayuningsih, 2012 ).
2. Etiologi luka bakar
a. Luka Bakar Termal
Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak
dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya. Penyebab
paling sering yaitu luka bakar yang disebabkan karena terpajan dengan
suhu panas seperti terbakar api secara langsung atau terkena
permukaan logam yang panas (Fitriana, 2014).
b. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan
banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat
kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak
dengan zat– zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan
rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang
industri, pertanian dan militer (Rahayuningsih, 2012).

c. Luka Bakar Elektrik


Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan dari
energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka
dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang
elektrik itu sampai mengenai tubuh (Rahayuningsih, 2012). Luka bakar
listrik ini biasanya lukanya lebih serius dari apa yang terlihat di
permukaan tubuh (Fitriana, 2014).
d. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif.
Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion
pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik
pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar
yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi
(Rahayuningsih, 2012).
3. Patofisiologi luka bakar (mekanisme injuri)
Secara umum luka bakar yang mengalami injuri inhalasi memerlukan
perhatian khusus. Pada luka bakarelectric, panas yang dihantarkan melalui
tubuh, mengakibatkan kerusakan jaringan internal.

Injury pada kulit mungkin tidak begitu berarti akan tetapi kerusakan otot dan
jaringan lunak lainnya dapat terjad lebih luas khususnya bila injury electrik
dengan voltage tinggi. Oleh karena itu voltage , tipe arus (direct atau
alternating), tempat kontak dan lamanya kontak adalah sangat penting untuk
diketahui dan diperhatikan karena dapat mempengaruhi morbidity
(Rahayuningsih, 2012).
4. Klasifikasi luka bakar (kedalaman, keparahan, agen penyebab, lokasi,
ukuran, derajat, cara mengukur kedalaman luka)

 Kedalaman luka bakar


Kedalamanlukabakardapatdibagikedalam 5 kategori yang didasarkanpadaelemenkulit
yang rusak, meliputi :
 Superfisial (derajat 1)
 Superfisial – Kedalaman Partial (Partial Thickness)
 Dalam – Kedalaman Partial (Deep Partial Thickness)
 KedalamanPenuh (Full Thickness)
 Subdermal
 Luas luka bakar
Terdapatbeberapametodeuntukmenentukanluaslukabakarmeliputirule of nine,
Lund and Browder, danhand palm.
 Lokasi luka bakar
Luka bakar yang mengenai kepala, leherdan dada seringkali berkaitan dengan
komplikasi pulmoner. Luka bakar yang mengenai wajah seringkali menyebabkan
abrasi kornea. Luka bakar yang mengenai lengan dan persendian seringkali
membutuhkan terapi fisik dan okkupasi. Luka bakar yang mengenaidaerah
perineal dapat terkontaminasi oleh urine atau feces. Sedangkan luka bakar yang
mengenai daerah torak dapat menyebabkan tidak adekwatnya ekspansi dinding
dada dan terjadinya insufisiensi pulmoner. (Tutik Rahayuningsih. 2012.
Penatalaksanaan Luka Bakar)
 Derajat luka bakar
Luka bakar dapat diklasifikasikan menjadi derajat I, II, III dan IV. Pada luka bakar
derajat 1(superficial burn), kerusakan hanya terjadi di permukaan kulit. Kulit akan
tampak kemerahan, tidak ada bulla, sedikit oedem dan nyeri, dan tidak akan
menimbulkan jaringan parut setelah sembuh. Luka bakar derajat 2 (partial
thickness burn) mengenai sebagian dari ketebalan kulit yang melibatkan semua
epidermis dan sebagian dermis.Pada kulit akan ada bulla, sedikit oedem, dan nyeri
berat. Pada luka bakar derajat 3 (fullthickness burn), kerusakan terjadi pada semua
lapisan kulit dan ada nekrosis. Lesi tampak putih dan kulit kehilangan sensasi
rasa, dan akan menimbulkan jaringan parut setelah luka sembuh. Pada luka bakar
derajat 4 (charring injury)ini kulit tampak hitam seperti arang karena terbakarnya
jaringan. Terjadi kerusakan seluruh kulit dan jaringan subkutan begitu juga pada
tulang akan gosong. (Di Maio, 2002. Fire and Thermal Injuries)
 Keparahan luka bakar
Dikategorikan menjadi 3 yaitu ringan, sedang dan berat. Disebut ringan jika
terdapat luka bakar derajat I seluas <15% atau derajat II seluas <2%.Luka bakar
sedang adalah luka bakar derajat I seluas 10-15% atau derajat II seluas 5-10%.
Luka bakar berat merupakan luka bakar derajat II seluas >20% atau derajat III
seluas>10% atau mengenai wajah, tangan-kaki, alat kelamin/persendian sekitar
ketiak atau akibat listrik tegangan tinggi (>1000V) atau dengan komplikasi patah
tulang/kerusakan jaringan lunak/gangguan jalan nafas.(James A.B. Medical
Science of Burning)

5. Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi

1. Tatalaksana resusitasi luka bakar


 Resusitasi jalan napas
 Resusitasi cairan
 Resusitasi nutrisi
2. Penanganan luka
 Pendinginan luka
 Debridemen (pengangkatan jaringan yang rusak)
 Tindakan pembedahan

Terapi manipulasi lingkungan


6. Manifestasi klinis luka bakar

 Grade I :Kerusakan pada epidermis, kulit kering kemerahan, nyeri sekali,


sembuh dalam 3-7 dan tidak ada jaringan parut.
 Grade II :Kerusakan pada epidermis dan dermis, terdapat vesikel dan edema
subkutan, lukamerah, basah dan mengkilat, sangat nyeri, sembuh dalam 28
hari tergantung komplikasi infeksi.
 Grade III :Kerusakan pada semua lapisan kulit, tidak ada nyeri, luka merah
keputihan dan hitam keabu-abuan, tampak kering, lapisan yang rusak tidak
sembuh sendiri maka perlu Skingraf.

7. Proses penyembuhan luka bakar

Krisanty (2009) mengatakan bahwa proses penyembuhan luka bakar


terdiri dari 3 fase meliputi fase inflamasi, fase fibioblastik, dan fase
maturasi. Adapun proses penyembuhannya antara lain:
 Fase inflamasi
Fase terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca luka bakar. Pada fase ini
terjadi perubahan vascular dan proliferase seluler.Daerah luka
mengalamiagregasi trombosit dan mengeluarkar serotonin serta
mulai timbul epitalisasi.
 Fase Fibi Oblastik
Fase yang dimulai pada hari ke 4 sampai 20 pasca luka bakar
Pada fase ini timbul abrobast yang membentuk kolagen yang
tampak secara klinis sebagai jaringan granulasi yang berwarna
kemerahan.
 Fase Maturasi
Proses pematangan kolagen dan terjadi penurunan aktivitas seluler
dan vaskuler. Hasil ini berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih
dari satu tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda
inflamasi untuk akhir dari fase ini berupa jaringan parut yang
berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal.

8. Komplikasi luka bakar.


Komplikasi luka bakar dapat berasal dari luka itu sendiri atau dari ketidakmampuan
tubuh saat proses penyembuhan luka (Notoatmodjo, 2010)

a. Infeksi luka bakar


Infeksi pada luka bakar merupakan komplikasi yang paling sering terjadi. Sistem
integumen memiliki peranan sebagai pelindung utama dalam melawan infeksi. Kulit
yang rusak atau nekrosis menyebabkan tubuh lebih rentan terhadap patogen di udara
seperti bakteri dan jamur. Infeksi juga dapat terjadi akibat penggunaan tabung dan
kateter. Kateter urin dapat menyebabkan infeksi traktus urinarius, sedangkan tabung
pernapasan dapat memicu infeksi traktus respirasi seperti pneumonia.

b. Terganggunya suplai darah atau sirkulasi


Penderita dengan kerusakan pembuluh darah yang berat dapat menyebabkan kondisi
hipovolemik atau rendahnya volume darah. Selain itu, trauma luka bakar berat lebih
rentan mengalami sumbatan darah (blood clot) pada ekstremitas. Hal ini akibat
lamanya waktu tirah baring pada pasien luka bakar. Tirah baring mampu
mengganggu sirkulasi darah normal, sehingga mengakibatkan akumulasi darah di
vena yang kemudian akan membentuk sumbatan darah.

c. Komplikasi jangka panjang


Komplikasi jangka panjang terdiri dari komplikasi fisik dan psikologis. Pada luka
bakar derajat III, pembentukan jaringan sikatriks terjadi secara berat dan menetap
seumur hidup. Pada kasus dimana luka bakar terjadi di area sendi. Hal ini terjadi
ketika kulit yang mengalami penyembuhan berkontraksi atau tertarik bersama.
Akibarnya, pasien memiliki gerak terbatas pada area luka. Selain itu, pasien dengan
trauma luka bakar berat dapat mengalami tekanan stress pasca trauma atau post
traumatic stress disorder (PTSD). Depresi dan ansietas merupakan gejala yang sering
ditemukan pada penderita.

9. Pemeriksaan penunjang
Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar
yaitu :
 Laboratorium :
a. Hitung darah lengkap
b. Leukosit
c. GDA (Gas Darah Arteri)
d. Elektrolit serum
e. Natrium urin
f. Alkali fosfat
g. Glukosa serum
h. Albumin serum
i. BUN atau kreatinin
j. Loop aliran volume
k. EKG
l. Fotografi luka bakar

10. Penatalaksanaan luka bakar (medis dan non medis)


 Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan pasien dirawat
melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain
mencakup penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit
gawat darurat, penanganan diruang intensif atau bangsal. Tindakan yang
diberikan antara lain adalah terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri. Pasien
dengan luka bakar memerlukan obat-obatan topical. Pemberian obat-obatan
topical anti microbial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi akan
menekan pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi, dengan
memberikan obat-obatan topical secara tepat dan efektif dapat mengurangi
terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering kali masih menjadi
penyebab kematian pasien ( Effendi. C, 1999).

 Penatalaksanaan Non Medis


Penanganan pertama sebelum ke rumah sakit dengan menyingkirkan sumber
luka bakar tanpa membahayakan penolong, kemudian penatalaksanaan
mengikuti prinsip dasar resusitasi trauma:

• Lakukan survei primer singkat dan segera atasi permasalahan yang


ditemukan
• Singkirkan pakaian dan perhiasan yang melekat
• Jika pernafasan dan sirkulasi telah teratasi, lakukan survei sekunder

11. Rehabilitasi luka bakar


Fase rehabilitasi adalah fase pemulihan dan merupakan fase terakhir dari perawatan
luka bakar. Penekanan dari program rehabilitasi penderita luka bakar adalah untuk
peningkatan kemandirian melalui pencapaian perbaikan fungsi yang maksimal.
Tindakan-tindakan untuk meningkatkan penyembuhan luka, pencegahan atau
meminimalkan deformitas dan hipertropi scar, meningkatkan kekuatan dan fungsi dan
memberikan support emosional serta pendidikan merupakan bagian dari proses
rehabilitasi.
12. Askep luka bakar
1. Pengkajian
Aktivitas, sirkulasi, eliminasi, nyeri, pernafasan.
2. Diagnosa keperawatan
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan keracunan
karbonmonoksida,obstruksi trakeobronkial, keterbatasan pengembangan
dada
 Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan kebocoran kapiler
dan perpindahan cairan dari intravaskuler ke ruang Interstisial
 Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan kerusakan
kulit/jaringan, pembentukan edema
 Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan trauma kerusakan
permukaan kulit
3. Intervensi keperawatan
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan keracunan karbonmonoksida,obstruksi
trakeobronkial, keterbatasan pengembangan dada:
 Awasi frekuensi, irama, kedalaman napas
 Berikan terapi O2 sesuai pesanan dokter
 Berikan pasien dalam posisi semi fowler bila mungkin
 Dorongan batuk atau latihan nafas dalam dan perubahan posisi
Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan kebocoran kapiler dan
perpindahan cairan dari intravaskuler ke ruang Interstisial:
 Pantau tanda-tanda vital
 Pantau dan catat masukan dan haluaran cairan
 Berikan pengganti cairan intravena dan elektrolit (kolaborasi)
 Timbang berat badan setiap hari
Gangguan rasa nyaman bd nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan,
pembentukan edema:
 Kaji terhadap keluhan nyeri lokasi, karakteristik, dan intensitas (skala 0-10)
 Anjuran teknik relaksasi
 Pertahanan suhu lingkungan yang nyaman
 Jelaskan setiap prosedur tindakan pada pasien
 Kolaborasi pemberian analgetik
Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan trauma kerusakan permukaan kulit
 Kaji atau catat ukuran, warna, kedalaman luka terhadap iskemik
 Berikan perawatan luka yang tepat
 Pertahankan tempat tidur bersih, kering
 Pertahankan masukan cairan 2500-3000 ml/Hr
 Dorong keluarga untuk membantu dalam perawatan diri
(Otan Oktavianus, 2019)
13. EBP (guideline)
Judul:Respon Adaptasi Fisiologis dan PsikologisPasien Luka Bakar yang Diberikan
KombinasiAlternative Moisture Balance Dressing dan SeftTerapi di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta
Penulis: Lucik Anik Purwaningsih & Elsye Maria Rosa
Tujuan:untuk mengetahui respon adaptasi fisiologis fungsiproteksi proses penyembuhan
luka dan responadaptasi psikologis fungsi konsep diri physical selfpada pasien luka
bakar yang diberikan kombinasialternative moisture balance dressing dan
SEFTterapi.
Metode penelitian:action research
Hasil:Ada 8 respondenyang sebagian besar dari 75% pria,berusia antara 17-51 tahun,
luas lukaantara 6-55% TBSA, 37,5% stadium II, stadium III62,5%. Respon adaptasi
fisiologis denganrata-rata indikator penyembuhan luka 42,37(36-49) menunjukkan
bahwa adaptasi fisiologis responnya adaptif, pemulihannya lamaderajat kedua rata-
rata 17,6 hari (7-36hari), rata-rata kelas III 28 , 8 hari (20-40hari). Respon adaptasi
psikologis denganrata-rata skor penerimaan 44,5 (40-50)dan didukung dengan hasil
wawancara semuamenunjukkan respons adaptif terhadap psikologisadaptasi.
Kesimpulan:Psikologis dan fisiologisrespon adaptasi setelah pemberiandari
kombinasi kelembaban alternatifpembalut keseimbangan dan terapi SEFT
adalahadaptif.

Anda mungkin juga menyukai