Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Salah satu kelainan kongenital dalam sistem muskuloskeletal yang terpenting adalah
congenital displasia of the hip, termasuk kelainan yang berhubungan dengan congenital
subluxation of the hip dan congenital dysplasia (abnormal growth) of the hip. Meskipun
istilah congenital dislocation of the hip dan singkatan CHD telah digunakan selama
beberapa abad, istilah yang lebih diterima saat ini adalah developmental displacement of
the hip (DDH). Klisic, pada tahun 1989, merekomendasikan istilah ini karena “hal itu
dianggap mengindikasikan gangguan dinamis, berpotensi mampu, sebagai bayi yang
berkembang, menjadi lebih baik atau lebih buruk. Namun, beberapa penulis (terutama di
Amerika Utara) menginterpretasikan DDH sebagai Developmental Dysplasia of the Hip.
Developmental Dysplasia of the Hip (HHD) adalah suatu kondisi dimana caput
femoris tidak terletak secara kongruen di dalam acetabulum.. Caput femoris berada dalam
acetabulum, namun dapat terdorong keluar dan sering teraba atau terdengar bunyi
(disebut juga sebagai “clicking hip”), panggul yang subluksasi (kontak sebagian antara
caput dan acetabulum), dan bentuk yang terparah dimana panggul dislokasi dan
irreducible.
Prevalensi DDH di sebagian besar negara-negara maju bervariasi antara 1,5 dan
20/1000 kelahiran. Sebuah tinjauan skrining neonatal terbaru di Inggris menunjukkan
bahwa kejadian DDH umumnya sebanyak 1-2 per 1.000 kelahiran hidup. Prevalensi DDH
yang samar dikarenakan tidak adanya kriteria diagnostik definitif dan berbagai variasi
anatomi ringan sampai berat dalam spektrum DDH. Prevalensi DDH telah meningkat
secara signifikan sejak munculnya skrining klinis dan sonografi, menunjukkan
kemungkinan overdiagnosis. Sebagian besar kasus DDH diidentifikasi pada tahun
pertama kehidupan, dan sebagian besar dalam bulan pertama kehidupan. DDH lebih
sering terjadi pada anak perempuan, dengan 4 kali lipat peningkatan risiko dibandingkan
dengan anak laki-laki. Di AS, kondisi ini lebih umum di antara orang kulit putih daripada
orang kulit hitam. Kondisi ini juga lebih sering terjadi pada bayi yang sungsang.
Diagnosis awal dan penatalaksanaannya merupakan aspek yang sangat penting dari
DDH. Skrining neonatal untuk kelainan inipada setiap bayi selama beberapa hari pertama
kehidupan efektif mengurangi insiden “missed” dislocation, dan juga menurunkan jumlah
anak-anak yang membutuhkan tindakan operasi untuk penanganan DDH.1 Oleh sebab itu,
pengetahuan mengenai gejala klinis dan penegakan diagnosis pada anak dengan DDH
sangat diperlukan.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa definisi dari DDH?
2. Apa epidemiology DDH?
3. Apa etiopatogenesis DDH?
4. Apa klasifikasi dan bentuk kelainan DDH?
5. Apa faktor risiko DDH?
6. Apa manifestasi klinis DDH?
7. Apa patofisiologi DDH?
8. Apa woc DDH?
9. Apa pemeriksaan penunjang DDH?
10. Apa komplikasi DDH?
11. Apa pencegahan DDH?
12. Apa pengobatan/penatalaksanaan DDH?
13. Apa asuhan keperawatan DDH?
1.3 Tujuan
A. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami konsep developmental dysplacia of the hip secara benar
dan tepat.
B. Tujuan khusus
1. Mahasiswa mengetahui definisi dari DDH.
2. Mahasiswa mengetahui epidemiology DDH.
3. Mahasiswa mengetahui etiopatogenesis dari DDH.
4. Mahasiswa mengetahui klasifikasi dan bentuk kelainan dari DDH.
5. Mahasiswa mengetahui faktor risiko dari DDH.
6. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis dari DDH.
7. Mahasiswa mengetahui patofisiologi DDH.
8. Mahasiswa mengetahui woc DDH.
9. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang dari DDH.
10. Mahasiswa mengetahui komplikasi dari DDH.
11. Mahasiswa mengetahui pencegahan dari DDH.
12. Mahasiswa mengetahui pengobatan/penatalaksanaan dari DDH.
13. Mahasiswa mengetahuii asuhan keperawatan dari DDH.

Anda mungkin juga menyukai