Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DOWN SYNDROME

A. PENGERTIAN
Menurut Gunarhadi(2005 :13) down syndrom adalah suatu kumpulan gejal
akibat dari abnormalitas kromosom,biasanya kromosom 21 ,yang tidak dapat
memisahkan diri selama meiosis sehingga terjadi individu dengan 47 kromosom
.Kelainan ini pertama kali ditemukan oleh seguin dalam tahun 1844. Down adalah
dokter dari inggris yang namanya lengkapnya langdon haydon .Pada tahun 1866
dokter Down .Pada tahun 1866 dokter Dwon menindaklanjuti pemahaman kelainan
yang pernah di kemukakan oleh seguin tersebut melalui penelitian. Seguin dalam
gunarhadi 2005: 13 mengurangi tanda-tanda klinis kelainan aneuploidi pada
maunisa.Seseorang individu aneuploidi memiliki kekurangan atau kelebihan di dalam
sel tubuhnya .pada tahun 1970-an para ahli dari amerika dan eropa merevisi nama dari
kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan menujukan penemu pertama kali
syndrome ini dengan istilah down syndrome ini dengan isitilah down syndrome dan
hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama
B. POHON MASALAH

Faktor penyebab:
Genetick, Umur, Abnormalitaskromosom
Radiasi,Infeksi , toksik (kelebihan kromosom X)

Non Disjungtional Translokasi kromosom 21 & Post zigotik non


15 disjunctional

Pembentukan organ Yang


Penyakit Jantung kongenital Defisiensi pengetahuan
kurang sempurna

C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan fisik penderita
2. Pemeriksaan kromosom (kariotip manusia biasa hadir sebagai46 atosom+XX
Peningkatan konsentrasi Keterlambatan Pertumbuhan palatum
atau 46 autosom+XY, menunjukkan 46 kromosom dengan aturan XX bagi
terhadap infeksi Pertumbuhan dan abnormal
betina dan 46 kromosom dengan aturan XY
Perkembangan bagi jantan, tetapi pada sindrom
down terjadi kelainan pada kromosom ke 21 dengan bentuk trisonomi atau
Resiko Infeksi Ketidak seimbangan
Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh 1
translokasi kromosom 14 dan 22). Kemungkinan terulang pada kasus (trisomi
adalah sekitar 1%, sedangkan translokasi kromosom 5-15%)
3. Ultrasonograpgy (didapatkan brachycephalic, sutura dan fentela terlambat
menutup, tulang ileum dan sayapnya melebar)
4. ECG (terdapat kelainan jantung)
5. Echocardiogram digunakan untuk mendeteksi kelainan yang ada pada jantung,
khususnya pada katup jantung. Selain itu echocardiogram mampu mendeteksi
derajat defek, pembesaran, infeksi, dan emboli pada jantung serta untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan jantung bawaan mungkin terdapat ASD atau
VSD
6. Pemeriksaan darah (percutaneus umbilical blood sampling) salah satunya
adalah dengan adanya leukemia akut menyebabkan penderita semakin rentan
terkena infeksi, sehingga penderita ini memerlukan monitoring serta
pemberian terapi pencegah infeksi yang adekuat.
7. Penentuan aspek keturunan
8. Dapat diteggakkan melalui pemeriksaan cairan amnion atau korion pada
kehamilan minimal 3 bulan, terutama kehamilan di usia diatas 35 tahun keatas
9. Pemeriksaan dermatoglifik yaitu lapisan kulit biasanya tampak keriput.

D. PENATALAKSANAAN MEDIS
Anak yang mengalami kelainan sindrom down, umumnya memiliki
keceerdasan (IQ) rendah yaitu dibawah 30. Akan tetapi saat ini dengan deteksi
dini serta terapi stimulasi yang diberikan secara teratur dan intensif, kecerdasan
anak yang menderita sindrom down dapat memperbaiki hingga subnormal antara
70-90 bahkan harapan untuk menjadi opandai (IQ lebih dari 110) masih mustahil.
a. Terapi Stimulasi
Untuk merangsang perkembangan IQ anak penderita sindrom down, terapi
stimulasi diberikan dengan melatih gerakan-gerakan motorik anak sejak usia
dini. Latihan tersebut dapat dilakukan sendiri oleh anak dan dapat dibantu oleh
ahli fisioterapi. Melalui gerakan-gerakan motorik itu perkembangan saraf
dirangsang sehingga bisa mempengaruhi perkembangan saraf dan otaknya.
b. Permainan
Permainan dapat membantu pemahaman anak-anak mengenai kehidupan,
melalui permainan juga, anak dengan sindrom down akan berupaya
memahami hubungan saling terkait
1) Permainan selidik dan jelajah
a) Terkait pada semua benda
b) Mengintip dan mengambil objek
c) Memonitor dan menggosok objek pada permukaan lantai untuk
melumat apa yang terjadi

2
d) Merangkak dan berlatih serta berkeinginan membuka lemari, laci,
bakul atau kotak
2) Permainan membina dan kongnitif
Misilnya mencantumkan gambar berdasarkan corak, bentuk dan warna
3) Permainan social
a) Tertawa apabila digelitik
b) Bermain sembunyi-sembunyi
4) Permainan khayalan
a) Berpura-pura menjadi orang lain dalam suasana berbeda
b) Bermain masak-masak
5) Permainan merangsang pergerakan otot
Berlali, melompat, memanjat, dan menari
6) Permainan bahasa
a) Meniru gaya bicara
b) Menyayi
c. Terapi fisik
Terapi fisik yang digunakan untuk menangani anak-anak yang mengatasi
kelainan down syndrome adalah dengan terapi treadmill, yaitu dengan cara
melatih ibu atau pengasuh dan anak yang mengalami down syndrome. Ibu atau
pengasuh anak down syndrome dilatih bagaimana cara yang tepat untuk
melatih anak down syndrome agar dapat berjalan dan dapat melatih
keterampilan motoriknya, misalnya bagaimana cara memegang bayi, melatih
anak untuk duduk dan berjalan sendiri. Hal ini dilakukan karena anak-anak
down syndrome seringkali mengalami keterbelakangan kemampuan motorik,
seperti terlambat berdiri dan berlari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Palisano, dkk membuktikan bahwa 73% dari anak-anak down syndrome
baru mampu berdiri pada usia 24 bulan, dan 40% bisa berjalan pada usia 24
bulan. Sehingga, terapi treadmill ini dilakukan agar dapat membantu anak-
anak down syndrome dalam melatih keterampilan motoriknya (Ulrich, 2008).
Selain terapi fisik tersebut, dapat pula dilakukan beberapa intervensi
sebagai penunjang dalam membantu perkembangan fisik dan psikologis anak-
anak down syndrome, seperti intervensi berupa special education, menerapkan
pendidikan khusus bagi anak-anak down syndrome, modifikasi perilaku, dan
parenting skill bagi orang tua anak-anak down syndrome. Sehingga dengan
adanya terapi fisik dan intervensi tersebut, diharapkan dapat membantu anak-
anak down syndrome agar mereka dapat tetap berkembang dengan optimal,
dan dapat beraktivitas, meskipun tidak seperti anak-anak ‘normal’ lainnya.

d. Fisioterapi.

3
Penanganan fisioterapi menggunakan tahap perkembangan motorik kasar
untuk mencapai manfaat yang maksimal dan menguntungkan untuk tahap
perkembangan yang berkelanjutan. Tujuan dari fisioterapi disini adalah
membantu anak mencapai perkembangan terpenting secara maksimal bagi
sang anak, yang berarti bukan untuk menyembuhkan penyakit down
syndromenya. Dan ini harus dikomunikasikan sejak dari awal antara
fisioterapis dengan pengasuhnya supaya tujuan terapi tercapai.
Fisioterapi pada Down Syndrom adalah membantu anak belajar untuk
menggerakkan tubuhnya dengan cara/gerakan yang tepat (appropriate ways).
Misalkan saja hypotonia pada anak dengan Down Syndrome dapat
menyebabkan pasien berjalan dengan cara yang salah yang dapat mengganggu
posturnya, hal ini disebut sebagai kompensasi.
Tanpa fisioterapi sebagian banyak anak dengan Down Syndrome
menyesuaikan gerakannya untuk mengkompensasi otot lemah yang
dimilikinya, sehingga selanjutnya akan timbul nyeri atau salah postur.
Tujuan fisioterapi adalah untuk mengajarkan pada anak gerakan fisik yang
tepat. Untuk itu diperlukan seorang fisioterapis yang ahli dan berpengetahuan
dalam masalah yang sering terjadi pada anak Down syndrome seperti
perbedaan yang terjadi pada otot-tulangnya.
Fisioterapi dapat dilakukan seminggu sekali untuk terapi, tetapi terlebih
dahulu fisioterapi melakukan pemeriksaan dan menyesuaikan dengan
kebutuhan yang dibutuhkan anak dalam seminggu. Disini peran orangtua
sangat diperlukan karena merekalah nanti yang paling berperan dalam
melakukan latihan dirumah selepas diberikannya terapi. Untuk itu sangat
dianjurkan untuk orangtua atau pengasuh mendampingi anak selama sesi
terapi agar mereka mengetahui apa-apa yg harus dilakukan dirumah.
e. Terapi Wicara
Suatu terapi yang di perlukan untuk anak DS yang mengalami
keterlambatan bicara dan pemahaman kosakata.
Saat ini sudah banyak sekali jenis-jenis terapi selain di atas yang bisa
dimanfaatkan untuk tumbuh kembang anak DS misalnya Terapi Okupasi.
Terapi ini diberikan untuk melatih anak dalam hal kemandirian,
kognitif/pemahaman, kemampuan sensorik dan motoriknya. Kemandirian
diberikan kerena pada dasarnya anak DS tergantung pada orang lain atau
bahkan terlalu acuh sehingga beraktifitas tanpa ada komunikasi dan tidak

4
memperdulikan orang lain. Terapi ini membantu anak mengembangkan
kekuatan dan koordinasi dengan atau tanpa menggunakan alat.
f. Terapi Remedial
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kemampuan
akademis dan yang dijadikan acuan terapi ini adalah bahan-bahan pelajaran
dari sekolah biasa.
g. Terapi Sensori Integrasi
Sensori Integrasi adalah ketidakmampuan mengolah rangsangan / sensori
yang diterima. Terapi ini diberikan bagi anak DS yang mengalami gangguan
integrasi sensori misalnya pengendalian sikap tubuh, motorik kasar, motorik
halus dan lain-lain. Dengan terapi ini anak diajarkan melakukan aktivitas
dengan terarah sehingga kemampuan otak akan meningkat.
h. Terapi Tingkah Laku (Behaviour Theraphy)
Mengajarkan anak DS yang sudah berusia lebih besar agar memahami
tingkah laku yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan norma-norma dan
aturan yang berlaku di masyarakat.
h. Terapi alternative
Penanganan yang dilakukan oleh orangtua tidak hanya penanganan medis
tetapi juga dilakukan penanganan alternatif. hanya saja terapi jenis ini masih
belum pasti manfaatnya secara akurat karena belum banyak penelitian yang
membuktikan manfaatnya, meski tiap pihak mengklaim dapat menyembuhkan
DS. Orang tua harus bijaksana memilih terapi alternatif ini, jangan terjebak
dengan janji bahwa DS pada sang anak akan bisa hilang karena pada
kenyataannya tidaklah mungkin DS bisa hilang. DS akan terus melekat pada
sang anak. Yang bisa orang tua lakukan yaitu mempersempit jarak perbedaan
perkembangan antara anak DS dengan anak yang normal. Terapi alternatif
tersebut di antaranya adalah :
 Terapi Akupuntur. Terapi ini dilakukan dengan cara menusuk titik
persarafan pada bagian tubuh tertentu dengan jarum. Titik syaraf yang
ditusuk disesuaikan dengan kondisi sang anak.
 Terapi Musik. Anak dikenalkan nada, bunyi-bunyian, dll. Anak-anak sangat
senang dengan musik maka kegiatan ini akan sangat menyenangkan bagi
mereka dengan begitu stimulasi dan daya konsentrasi anak akan meningkat
dan mengakibatkan fungsi tubuhnya yang lain juga membaik
 Terapi Lumba-Lumba Terapi ini biasanya dipakai bagi anak Autis tapi hasil
yang sangat mengembirakan bagi mereka bisa dicoba untuk anak Down

5
Syndrome. Sel-sel saraf otak yang awalnya tegang akan menjadi relaks
ketika mendengar suara lumba-lumba.
 Terapi Craniosacral. Terapi dengan sentuhan tangan dengan tekanan yang
ringan pada syaraf pusat. Dengan terapi ini anak Down Syndrome
diperbaiki metabolisme tubuhnya sehingga daya tahan tubuh lebih
meningkat.
Dan tentu masih banyak lagi terapi-terapi alternatif lainnya, ada yang
berupa vitamin, supplemen maupun dengan pemijatan pada bagian tubuh
tertentu

E. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada. Untuk melakukan langkah pertama ini diperlukan
pengetahuan dan kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat diantaranya
pengetahuan tentang kebutuhan atau system biopsikososial dan spiritual bagi
manusia yang memandang manusia dari aspek biologis, psikologis, social dan
tinjauan dari aspek spiritual. ( Aziz Alimul H, 2004 ).
A. Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi nama, tanggal lahir, nama ayah, nama ibu,
pekerjaan ayah/ibu, alamat/ no telp , kultur, agama, pendidikan
klien/ayah/ibu.
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Gejala yang biasanya merupakan keluhan utama dari orang tua adalah
retardasi mental atau keterbelakangan mental (disebut juga tunagrahita),
dengan IQ antara 50-70, tetapi kadang-kadang IQ bisa sampai 90 terutama
pada kasus-kasus yang diberi latihan. Kemunduran dalam pertumbuhan
fisik, perkembangan Motorik, perkembangan kognitif, perkembangan
psikososial jika dibandingkan dengan anak seusianya.
2. Riwayat penyakit sekarang
Orang tua mengatakan anaknya mengalami keterbelakangan
perkembangan mental dan fisik. Anak biasanya mempunyai tubuh pendek,
lengan atau kaki kadang-kadang bengkok, kepala lebar, wajah membulat,
mulut selalu terbuka, ujung lidah besar, hidung lebar dan datar, kedua
lubang hidung terpisah lebar, jarak lebar antar kedua mata, kelopak mata

6
mempunyai lipatan epikantus, sehingga mirip dengan orang oriental, iris
mata kadang-kadang berbintik, yang disebut bintik “Brushfiel.
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Prenatal
b. Natal
c. Post natal
4. Riwayat penggunaan obat-obatan
5. Riwayat alergi
6. Riwayat imunisasi
7. Riwayat kesehatan keluarga
8. Riwayat social
a. Yang mengasuh
b. Hubungan dengan anggota keluarga
c. Hubungan dengan teman sebaya
d. Lingkungan rumah
C. Kebutuhan dasar
a. Cairan & nutrisi
b. Eliminasi
c. Pola tidur
d. Personal hygiene
e. Aktivitas/ Bermain
D. Pemeriksaan fisik
Sistematika daripada pemeriksaan fisik sentiasa dimulai dengan
melihat keadaan umum pasien, pemeriksaan fisik yang harus dilakukan pada
anak tersebut meliputi:
a. Keadaan umum : Pertumbuhan tinggi badan dan BB menurun,
umumnya obesitas
b. Tanda- tanda vital : TD, Nadi, Suhu, RR
c. Pemeriksaan kepala dan leher : tengkorak bulat kecil dengan oksiput
datar, lipatan epikantus bagian dalam dan fisura palpebra serong (mata
miring ke atas dan keluar), hidung kecil dengan batang hidung tertekan
kebawah (hidung sadel), lidah menjulur kadang berfisura, mandibula
hipoplastik (membuat lidah tampak besar), palatum berlengkung tinggi,
leher pendek tebal
d. Pemeriksaan integument
e. Thorax
f. Abdomen : Muskulatur Hipotonik (perut buncit, hernia umbilikus)
g. Genetalia : Perkembangan seksual terhambat, tidak lengkap atau
keduanya, infertile pada pria, wanita dapat fertile, penuaan premature
uum terjadi, harapan hidup rendah.
h. Punggung
i. Ekstremitas : Sendi hiperfleksibel dan lemas, tangan dan kaki lebar,
pandek tumpul, garis simian (puncak transversal pada sisi telapak
tangan)

7
j. Status neurologi : Masalah Sensori (seringkali berhubungan) kehilangan
pendengaran konduktif (sangat umum), strabismus, myopia, nistagmus,
katarak, konjungtivitis

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko pertumbuhan tidak proposional berhubungan dengan
gangguan genetic
2. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan
gangguan genetic
3. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d abnormalitas
pertumbuhan kromosom
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kesulitan
makan karena lidah yang menjulur dan kepalatum yang tinggi
G. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Noc dan kriteria hasil Nic dan intervensi


keperawatan

1 Resiko Setelah dilakukannya Skirining kesehatan


pertumbuhan tidak asuhan keperawatan 1 lakukan pengkajian
proposional selama 3X24 jam di fisik yang sesuai
berhubungan harapkan ,diharapkan 2 ukur tekan darah
dengan gangguan klien mengalami ,tinggi badan , berat
genetic pertumbuhan dengan badan ,kolestrol dan
kriteria hasil : kadar gula darah dan
pemeriksaan urin
Pertumbuhan yang sesuai
3 instruksikan pasien
1. berat badan
akan rasioanalisasi
2. tinggi badan
dan tujuan
3. persentilan
pemeriksaan
lingkar kepala
kesehatan dan
berdasarkan umur
pemantauan diri
4. indeks massa
4 beri saran kepada
tubuh
pasien yang memiliki
hasil dengan temuan
abnormal mengenai
artelnatif pengobatan
atau kebutuhan untuk
dilakukan evaluasi
lebih lanjut
2. Resiko Setelah dilakukannya Peningkatan
keterlambatan asuhan keperawatan Perkembangan Anak
perkembangan selama 3X24 jam di
berhubungan harapkan ,perkembangan
dengan gangguan anak mampu memenuhi
1.bantu anak untuk
genetic kriteria hasil sebagai

8
berikut: belajar mandiri
(misalnya makan, ke
kamar ,menyikat
gigi ,mencuci tangan
perkembangan anak :
dan berpakaian )
usia anak
pertengahan tahun 2.ajarkan orang tua
mengenai tingkat
1. menunjukan
perkembangan normal
kepercayaan diri
dari anak dan perilaku
2. menunjukan
yang berhubungan
kreatifitas
3. menununjukan 3.ajarkan anak untuk
tingkat mampu menuliskan
disekolah nama/mengenai huruf
awal nya atau
mengenai namanya
sesuai kebutuhan

3. Keterlambatan Setelah dilakukannya Peningkatan


pertumbuhan dan asuhan keperawatan perkembangan anak dan
perkembangan b.d selama 3X24 jam di remaja
abnormalitas harapkan ,perkembangan 1. Kaji faktor
pertumbuhan anak mampu memenuhi penyebab
kromosom kriteria hasil sebagai gangguan
berikut: perkembanan anak
2. Identifikasi dan
Kriteria Hasil gunakan sumber
1. Anak berfungsi pendididkan untuk
optimal sesuai memfasilitasi
tingkatannya perkembangan
2. Kematangan fisik: anak yang optimal
wanita : 3. Berikan perawatan
perubahan fisik yang konsisten
normal pada 4. Dorong anak
wanita yang melakukan
terjadi dengan sosialisasi
transisi dari masa 5. Ciptakan
kanak-kanak ke Lingkungan Yang
dewasa aman
3. Kematangan Nutrition Management:
fisik : Pria :
Perubahan fisik 1. Kaji keadekuatan
normalpada pria asupan nutrisi
yang terjadi (misalnya kalori,
dengan transisi zat gizi)
dari masa kana- 2. Tentukan makanan
kanak ke dewasa yang disukai anak
4. Status nutrisi 3. Pantau
seimbang kecenderungan

9
5. Berat badan kenaikan dan
penurunan berat
badan
Nutrition Therapy:
1. Menyelesaikan
penilaian gizi
2. Memantau
makanan /cairan
tertelan dan
menghitung
asupan kalori
harian
3. Memantau
kesesuaian
perintah diet untuk
memenuhi
kebutuhan gizi
sehari-hari
4. Kolaborasi dengan
ahli gizi, jumlah
kalori dan jenis
nutrisi yang
dibutuhkan untuk
memenuhi
persyaratan gizi
yang sesuai
5. Pilih suplemen gisi
6. Dorong pasien
untuk memilih
makanan semisoft,
jika kurangnya air
liur menghalangi
menelan
7. Mendorong asupan
makanan tinggi
kalsium
8. Mendorong asupan
makanan dan
cairan tinggi
kalium, yang
sesuai pastikan
bahwa diet
termasuk makanan
tinggi kandungan
serat untuk
mencegah
konstipasi
9. Memberikan
pasien dengan
tinggi protein,

10
tinggi kalori,
makanan dan
minuman bergizi
yang dapat mudah
dikonsumsi
4. Ketidakseimbangan Setelah dilakukannya Nutrition Management
nutrisi kurang dari asuhan keperawatan
1. Kaji adanya alergi
kebutuhan b.d selama 3X24 jam di
kesulitan makan harapkan ,perkembangan makanan
karena lidah yang anak mampu memenuhi 2. Kolaborasi dengan
menjulur dan kriteria hasil sebagai
ahli gizi untuk
kepalatum yang berikut:
tinggi menentukan
1. Adanya
peningkatan berat jumlah kalori dan
badan sesuai nutrisi yang
dengan tujuan
2. Berat badan ideal dibutuhkan pasien
sesuai dengan 3. Anjurkan pasien
tinggi badan untuk
3. Mampu
mengidentifikasi meningkatkan
kebutuhan nutrisi intake Fe
4. Tidak ada tanda- 4. Anjurkan pasien
tanda malnutrisi
5. Menunjukkan untuk
peningkatan meningkatkan
fungsi
pengecapan dari protein dan
menelan vitamin C
6. Tidak terjadi 5. Berikan substansi
penurunan berat
badan yang berarti gula
6. Yakinkan diet
yang dimakan
mengandung
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
7. Berikan makanan
yang terpilih
(sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
8. Ajarkan pasien

11
bagaimana
membuat catatan
makanan harian
9. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
10. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
11. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan

Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam
batas normal
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi
anak atau orang
tua selama makan
5. Monitor
lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
7. Monitor kulit
kering dan

12
perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor
kulit
9. Monitor
kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
12. Monitor
pertumbuhan dan
perkembanganMo
nitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
13. Monitor kalori dan
intake kalori
14. Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papilla
lidah dan cavitas
oral
15. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
H. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dilakukan susai dengan intervensi
I. EVALUASI

13
1. Evaluasi Formatif (merefleksikan observasi perawat dan
analisis klien terhadap responnya langsung pada intervensi
keperawatan )
2. Evaluasi Sumatif (merefleksikan rekapitulasi dan sinopsisi

observasi dan analisis mengenai stastus kesehatan terhadap


waktu )
J. REFERENSI

Bulechek, G. M. ., Howard, K. B. ., Joanne, M. D. ., Cheryl, M.W. 2016.


Nursing Interventions Classification (NIC) 6th Edition. Singapore:
Elsevier.
Moorhead, S. ., Marion, J. ., Meridean, L. M. ., Elizabeth, S. 2016. Nursing
Outcomes Classification (NOC) 5th Edition. Singapore: Elsevier.
NANDA International. 2015. DIAGNOSIS KEPERAWATAN Definisi &
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.
Gunaradi .2005 .Penanganan Anak Sindroma down Dalam Lingkungan
Keluarga dan Sekolah .Anak .Jakarta: Deptikbut

14

Anda mungkin juga menyukai