yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan
mental. Syndrome Down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental
anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk
akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan
(Wikipedia indonesia).Sindroma Down (Trisomi 21, Mongolisme) adalah suatu kelainan
kromosom yang menyebabkan keterbelakangan mental (retardasi mental) dan kelainan fisik
(medicastore).
Sindrom Down adalah kecacatan kromosom bercirikan kehadiran bahan genetik salinan
tambahan kromosom pada keseluruhan trisomi 21 atau sebahagian, disebabkan translokasi
kromosom (wikipedia melayu).
Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenali dari fenotipnya dan
mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya kromosom 21 yang berlebihan
(Soetjiningsih).
2. Etiologi
Penyebab dari Sindrom Down adalah adanya kelainan kromosom yaitu terletak pada
kromosom 21 dan 15, dengan kemungkinan-kemungkinan :
Infeksi juga dikaitkan dengan sindrom down, tetapi sampai saat ini belum ada ahli yang mampu
menemukan virus yang menyebabkan sindrom down ini.
d. Autoimun
Penelitian Fial kow (dikutip dari Puechel dkk, dalam buku tumbuh kembang anak karangan
Soetjiningsih) secara konsisten mendapatkan adanya perbedaan antibodi ibu yang melahirkan
anak dengan sindrom down dengan anak yang normal.
e. Usia ibu
Usia ibu diatas 35 tahun juga mengakibatkan sindrom down. Hal ini disebabkan karena
penurunan beberapa hormon
ho rmon yang berperan dalam pembentukan janin, termasuk hormon LH dan
FSH.
f. Ayah
Penelitian sitogenetik mendapatkan bahwa 20 – 30% kasus penambahan kromosom 21
bersumber dari ayah, tetapi korelasi tidak setinggi dengan faktor dari ibu.
1. Gangguan intragametik yaitu gangguan pada gamet, kemungkinan terjadi Translokasi kromosom
21 dan 15.
2. Organisasi nukleus yaitu sintesis protein yang abnormal sehingga menyebabkan kesalahan DNA
menuju ke RNA.
3. Bahan kimia juga dapat menyebabkan mutasi gen janin pada saat dalam kandungan.
4. Frekwensi coitus akan merangsang kontraksi uterus, sehingga dapat berdampak pada janin.
a. Bentuk tulang tengkoraknya asimetris atau ganjil dengan bagian belakang kepalanya
mendatar (sutura sagitalis terpisah).
b. Lesi pada iris mata (bintik Brushfield), matanya sipit ke atas dan kelopak
k elopak mata berlipat-
lipat (lipatan epikantus) serta jarak pupil yang lebar.
Namun tidak semua ciri – ciri di atas akan terpenuhi pada penderita penyakit sindrom down,
berdasarkan penelitian terakhir orang dengan penyakit sindrom down juga dapat mengukir
4. Patofisiologi
Penyebab yang spesifik belum diketahui, tapi kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35
tahun beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena diperjirakan terdapat perubahan
hormonal yang dapat menyebabkan “non-
“non-disjunction” pada kromosom yaitu terjadi translokasi
kromosom 21 dan 15. Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menua. (livingstone,2006).
5. Komplikasi
c. Ultrasonograpgy (didapatkan brachycephalic, sutura dan fontela terlambat menutup, tulang
ileum dan sayapnya melebar)
e. Echocardiogram untuk mengetahui ada tidaknya kelainan jantung bawaan mungkin terdapat
ASD atau VSD.
f. Pemeriksaan darah (percutaneus umbilical blood sampling) salah satunya adalah Dengan adanya
Leukemia akut menyebabkan penderita semakin rentan terkena infeksi, sehingga penderita ini
memerlukan monitoring serta pemberian terapi pencegah infeksi yang adekuat.
h. Dapat ditegakkan melalui pemeriksaan cairan amnion atau korion pada kehamilan minimal 3
bulan, terutama kehamilan di usia diatas 35 tahun keatas
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif
untuk mengatasi kelainan ini.Pada tahap perkembangannya penderita Down syndrom juga dapat
mengalami kemunduran dari sistim tubuhnya.Dengan demikian penderita harus mendapatkan
support maupun informasi yang cukup serta kemudahan dalam menggunakan sarana atau
fasilitas yang sesuai berkaitan dengan kemunduran perkembangan baik fisik maupun mentalnya.
Hal yang dapat dilakukan antara lain :
a. Penanganan Secara Medis
1) Pembedahan
Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi adanya defek pada
jantung, mengingat sebagian besar penderita lebih cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan
pada jantung tersebut.
2) Pemeriksaan Dini
a) Pendengaran
Biasanya terdapat gangguan pada pendengaran sejak awal kelahiran, sehingga dilakukan
pemeriksaan secara dini sejak awal kehidupannya.
b) Penglihatan
Sering terjadi gangguan mata, sehingga perlu
p erlu dilakukan pemeriksaan secara rutin oleh dok
dokter
ter
ahli mata
b. Pendidikan
1) Pendidikan khusus
Program khus untuk menangani anak dengan sindrom down adalah membuat desain
bangunan dengan menerapkan konsep rangsangan untuk tempat pendidikan anak-anak down's
syndrome. Ada tiga jenis rangsangan, yakni fisik, akademis dan sosial. Ketiga rangsangan itu
harus disediakan di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Hal ini diharapkan anak akan
mampu melihat dunia sebagai sesuatu yang menarik untuk mengembangkan diri dan bekerja.
kanak
2) Taman bermain atau taman kanak – kanak
3) Intervensi dini.
Pada akhir – akhir ini terdapat sejumlah program intervensi dini yang dipakai sebagai
pedoman bagi orang tua untuk memberikan lingkungan bagi anak dengan sindrom down. Akan
mendapatkan manfaat dari stimulasi sensori dini, latihan khusus untuk motorik halus dan kasar
dan petunjuk agar anak mau berbahasa. Dengan demikian diharapkan anak akan mampu
menolong diri sendiri, seperti belajar makan, pola eliminasi, mandi dan yang lainnya yang dapat
membentuk perkembangan fisik dan mental.
9. Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit sindrom down antara lain :
a. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis
bagi para ibu hamil terutama pada
pad a bulan-bulan awal k
kehamilan
ehamilan (lebih dari 3 bulan). Terlebih la
lagi
gi
ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan Down syndrome atau mereka yang hamil di atas
usia 35 tahun harus dengan hati-hati dalam memantau perkembangan janinnya karena mereka
memiliki resiko melahirkan anak dengan Down syndrome lebih tinggi. Down Syndrome tidak
bisa dicegah, karena Down Syndrome merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan
jumlah kromosom. Jumlah kromosm 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3.
b. Konseling genetik juga menjadi alternatif yang sangat baik, karena dapat menurunkan angka
kejadian sindrom down. Dengan Gene targeting atau Homologous recombination gene dapat
dinon-aktifkan. Sehingga suatu saat gen 21 yang bertanggung jawab terhadap munculnya fenotip
sindrom down dapat di non aktifkan.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d abnormalitas perkembanga
kromosom,kelainan fisik
b) Perubahan nutrisi (pada neonatus) : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan
pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan palatum yang tinggi.
3. Rencana Keperawatan
1) Risiko tinggi infeksi b/d hipotonia, peningkatan kerentanan terhadap infeksi pernapasan
Tujuan : pasien tidak menunjukkan bukti infeksi pernafasan
Intervensi:
a) Ajarkan keluarga tentang teknik mencuci tangan yang baik.
Rasional: Untuk meminimalkan pemajanan pada organisme infektif
b) Tekankan pentingya mengganti posisi anak dengan sering, terutama penggunaan postur duduk
Rasional: Untuk mencegah penumpukan sekresi dan memudahkan ekspansi paru
c) Dorong penggunaan vaporizer uap dingin
Rasional: Untuk mencegah krusta sekresi dan mengeringnya membrane mukosa
d) Ajarkan pada keluarga penghisapan hidung dengan spuit tipe-bulb
Rasional: Karena tulang hidung anak tidak berkembang menyebabkan masalah kronis
ketidakadekuatan drainase mucus
c) Ajari keluarga dan pemberi perawatan lain (mis: guru, pelatih) gejala instabilitas atlatoaksial
Rasional: Memberikan perawatan yang tepat
d) Laporkan dengan segera adanya tanda-tanda kompresi medulla spinalis (nyeri leher menetap,
hilangnya ketrampilanmotorik stabil dan control kandung kemih/usus,
k emih/usus, perubahan sensasi)
Untuk mencegah keterlambatan pengobatan
4) Kurangnya interaksi sosial anak b/d keterbatasan fisik dan mental yang mereka miliki.
Tujuan: kebutuhan akan sosialisasi terpenuhi
Intervensi:
a) Motivasi orang tua agar memberi kesempatan anak untuk bermain dengan teman sebaya agar
anak mudah bersosialisasi
Rasional: Pertukem anak tidak semaikin terhambat
b) Beri keleluasaan / kebebasan pada anak untuk berekspresi
Rasional: Kemampuan berekspresi diharapkan dapat menggali potensi anak
5) Defisit pengetahuan (orang tua) b/d perawatan anak syndrom down.
Tujuan: orang tua/keluarga mengerti tentang perawatan pada anaknya
Intervensi:
a) Berikan motivasi pada orang tua agar memberi lingkungan yang memadai pada anak
b) Dorong partisipasi orang tua dalam memberi latihan motorik kasar dan halus serta pentunjuk
agar anak mampu berbahasa
Rasional: Kemampuan berbahasa pada anak akan terlatih
c) Beri motivasi pada orang tua dalam memberi latihan pada anak dalam aktivitas
a ktivitas sehari-hari.
Rasional: Aktivitas sehari-hari akan membantu pertukem anak
4. Evaluasi
1. Diagnosa 1
Anak tidak menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi atau distress pernafasan
2. Diagnosa 2
a) Bayi mengkonsumsi makanan dengan jumlah adekuat yang sesuai dengan usia dan ukurannya
b) Keluarga melaporkan kepuasan dalam pemberian makanan
c) Bayi bertambah berat badannya sesuai dengan tabel perkembangan
3. Diagnosa 3
a) Anak berpartisipasi dalam aktivitas bermain dan berolahraga
b) Anak tidak mengalami cedera yang berkaitan dengan aktivitas fisik
4. Diagnosa 4
Anak mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik sehingga anak dapat menjalin
hubungan baik dengan orang lain tidak merasa minder
5. Diagnosa 5
a) Keluarga mengetahui tentang perawatan pada anak dengan Sindrome Down
b) Keluarga berpartisipasi aktif dalam perawatan anaknya
1. Identitas Pasien dan keluarga
Pasien
Nama bayi : By. A
Umur : 15 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum kawin
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : Tulangan, Sidoarjo
Alamat Terdekat : Tulangan, Sidoarjo
Nomor Telepon :-
Nomor Register : 06-13-51
Identitas Keluarga
Nama Keluarga : Ibu Ayu
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Tulangan, Sidoarjo
Alamat Terdekat : Tulangan, Sidoarjo
2. Anamnesis
a. Riwayat keadaan sekarang
-Bisa tengkurap pada usia 10 bulan
-Usia 15 bulan, belum bisa duduk dan merangkak, belum bisa makan nasi, sehingga masih
diberi bubur.
c. Riwayat Kehamilan
-Lahir spontan pada usia 38 minggu
-Segera setelah lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 8, menit kelima 9
-BB Lahir 2000gr
2. PEMERIKSAAN FISIK
a) Px. Antropometri :
BB 8 kg, PB 70 cm
BB/U = = 8 / 11,1 x 100%= 72,07% malnutrisi sedang
PB/ U = = 70 / 78 x 100 % = 89,74 % malnutrisi
malnutrisi sedang
nasi, sehingga masih diberi bubur kandungan gizi << utk kebutuhan KEP derajat Iseusianya
c) Lingkaran kepala 41 cm
-Berdasarkan grafik Nellhaus, termasuk di bawah -2SD mikrocephaly.
-Normal untuk usia 15 bulan = 45-50cm
d) Anak sadar, kontak mata baik, menangis ketika diperiksa .: menyingkirkan autisme, ggn
penglihatan; menangis : bs saja karena takut pd pemeriksa.
e) Pada wajah anak terlihat jarak kedua mata jauh, hidung pesek, telinga kecil dan lebih
e)
rendah dari sudut mata. kepala bagian belakang datar, lehar pendek gambaran
gambaran dismorfik :
ciri khas pada sindroma
sindroma Down.
f) Menoleh ketika dipanggil namanya: kemampuan sosialisasi Aldi baik & menyingkirkan
autisme & ggn. Pendengaran.
g) Tidak ada gerakan yang tidak terkontrol :normal, menyingkirkan Dx. CP diskinetik
h) Pada posisi tengkurap dapat menahan kepala beberapa menit normal, bayi mulai bisa
mengangkat kepala dan menahannya (merupakan gerakan motorik kasar bayi pada usia 3 bulan)
beberapa detik pada usia 3 bulan, dan hal ini menyingkirkan adanya muscular distrophy(lumpuh
generalisata)
i) Refleks Moro dan refleks menggenggam tidak ditemukan normal, (harus sdh menghilang
sejak usia 6 bulan ) tidak ada lesi pada SSP.
j) Lengan dan tungkai lembek dan mudah ditekuk, kekuatan kedua lengan dan tungkai 4,
refleks tendon menurun ada kelemahan pada anggota gerak yang bersifat hipotoni, tanda SD
k)
k) Tungkai kelihatan pendek, jarak ibu jari kaki dengan jari kedua lebar
l) Kekuatan kedua lengan dan tungkai :
- paralisis, tidak ada kontraksi otot sama sekali
-terlihat atau teraba ada gerakan kontraksi otot, tetapi tidak ada gerakan anggota gerak sama
sekali.
-dapat menggerakkan anggota gerak, tetapi tidak kuat menahan berat dan tidak kuat menahan
tahanan pemeriksa.
-dapat menggerakkan anggota gerak untuk menahan berat, tetapi tidak dapat menggerakkan
anggota badan untuk melawan tahanan pemeriksa (dapat melawan gaya gravitasi)
-dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk menahan berat dan melawan tahanan secara
simultan
Pemeriksaan tambahan yang dianjurkan : Analisa kromosom; T3, T4, TSH; fungsi
pendengaran.
Keterangan :
Px. Penunjang yg bisa dilakukan :
1. Pemeriksaan laboratorium :
a. Studi sitogenetik : Karyotyping
: Karyotyping penderita
penderita dan orang tua penderita (untuk kepentingan konseling
genetik)
2. Pemeriksaan lainnya:
a.
a. Fluorescence Hybridization (FISH) : untuk mendeteksi Trisomi 21 secara
Fluorescence In Situ Hybridization (FISH) 21 secara cepat, baik pada
masa prenatal maupun masa neonatal.
iksaan fisik :: adanya gambaran dismorfik, hipotoni, refleks tendon menurun, tungkai kelihatan pendek, jarak ibu
jari kaki dengan jari kedua lebar.
-Pemeriksaan penunjang : analisa kromosom (dianjurkan)
3.Diagnosa Keperawatan
a) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d abnormalitas perkembanga
kromosom,kelainan fisik
b) Perubahan nutrisi (pada neonatus) : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan
pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan palatum yang tinggi.
4. Rencana Keperawatan
1) Risiko tinggi infeksi b/d hipotonia, peningkatan kerentanan terhadap infeksi pernapasan
Tujuan : pasien tidak menunjukkan bukti infeksi pernafasan
Intervensi:
a) Ajarkan keluarga tentang teknik mencuci tangan yang baik.
Rasional: Untuk meminimalkan pemajanan pada organisme infektif
b) Tekankan pentingya mengganti posisi anak dengan sering, terutama penggunaan postur duduk
Rasional: Untuk mencegah penumpukan sekresi dan memudahkan ekspansi paru
c) Dorong penggunaan vaporizer uap dingin
Rasional: Untuk mencegah krusta sekresi dan mengeringnya membrane mukosa
d) Ajarkan pada keluarga penghisapan hidung dengan spuit tipe-bulb
Rasional: Karena tulang hidung anak tidak berkembang menyebabkan masalah kronis
ketidakadekuatan drainase mucus
e) Dorong kepatuhan terhadap imunisasiyang dianjurkan
Rasional: Untuk mencegah infeksi
f) Tekankan pentingnya menyelesaikan program antibiotic bila diinstruksikan
Rasional: Untuk keberhasilan penghilangan infeksi dan mencegah pertumbuhan organism
resisten
2) Perubahan nutrisi (pada neonatus) : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan
pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan palatum yang tinggi.
Tujuan : kesulitan pemberian makan pada masa bayi menjadi minimal
Intervensi:
a) Hisap hidung setiap kali sebelum pemberian makan, bila perlu
Rasional: Untuk menghilangkan mukus
b) Jadwalkan pemberian makan sedikit tapi sering: biarkan anak untuk beristirahat selama
pemberian makan
Rasional: Karena menghisap dan makan sulit dilakukan dengan pernapasan mulut
c) Berikan makanan padat dengan mendorongnya ke mulut bagian belakang dan samping
Rasional: Karena refleks menelan pada anak dengan sindrom down kurang baik
d) Hitung kebutuhan kalori untuk memenuhi energy berdasarkan tinggi dan berat badan
Rasional: Memberikan kalori kepada anak sesuai dengan kebutuhan
e) Pantau tinggi dan BB dengan interval yang teratur
Rasional: Untuk mengealuasi asupan nutrisi
f) Rujuk ke spesialis untuk menentukan masalah makanan yang spesifik
Rasional: Mengetahui diit yang tepat
3) Risiko tinggi cedera b/d hiperekstensibilitas sendi, instabilitas atlantoaksial
Tujuan: mengurangi risiko terjadinya cedera pada pasien dengan sindrom down
Intervensi:
a) Anjurkan aktivitas bermain dan olahraga yang sesuai dengan maturasi fisik anak, ukuran,
koordinasi dan ketahanan
5) Defisit pengetahuan (orang tua) b/d perawatan anak syndrom down.
4. Evaluasi
1. Diagnosa 1
Anak tidak menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi atau distress pernafasan
2. Diagnosa 2
a) Bayi mengkonsumsi makanan dengan jumlah adekuat yang sesuai dengan usia dan ukurannya
b) Keluarga melaporkan kepuasan dalam pemberian makanan
c) Bayi bertambah berat badannya sesuai dengan tabel perkembangan
d) Keluarga mendapatkan manfaat dari pelayanan spesialis
3. Diagnosa 3
a) Anak berpartisipasi dalam aktivitas bermain dan berolahraga
b) Anak tidak mengalami cedera yang berkaitan dengan aktivitas fisik
4. Diagnosa 4
Anak mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik sehingga anak dapat menjalin
hubungan baik dengan orang lain tidak merasa minder
5. Diagnosa 5
a) Keluarga mengetahui tentang perawatan pada anak dengan Sindrome Down
b) Keluarga berpartisipasi aktif dalam perawatan anaknya
menelan
Mendorong asupan
makanan tinggi
kalsium,sesuai
Mendorong asupan
makanan dan cairan
tinggi kalium, yang
sesuai. Pastikan bahwa
diet termasuk makanan
tinggi kandungan serat
untuk mencegah
kontisipasi
Memberikan pasien
dengan tinggi
protein,kalori,makanan
dan minuman bergizi jari
yang dapat mudah
dikonsumsi
Administer menyusul
enteral
Ketidakmampuan normal
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nutrisi
-Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik,
papilla lidah dan cavitas
oral
-Catat jika lidah
berwarna magenta,scarlet