OLEH:
Kelas II A (Kelompok 2)
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan
hidayahNya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pen
getahuan bagi mahasiswi kebidanan maupun para pembaca untuk bidang Ilmu
Pengetahuan. Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah
dari dosen mata kuliah Kegawatdaruratan Maternal Neonatal Dan Basic Life Support.
.Dengan judul “Deteksi Kegawatdaruratan Maternal Pada Ibu Nifas”
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang
positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk perbaikan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita semua. Aamiin.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang...................................................................................1
B.Rumusan Masalah..............................................................................
C.Tujuan Makalah..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ......................................................................................3
B. Tanda-Tanda Bahaya Pada Masa Nifas ........................................3
C. Tujuan Deteksi Pada Masa Nifas....................................................4
D. Deteksi Kegawatdaruratan Maternal Pada Masa Nifas..................5
E. Asuhan kebidanan dengan management varney...........................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai
6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan
mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat
perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas.
Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal
dari suatu penyebab kurangnya perhatian pada wanita post partum
(Maritalia,2012). Di Negara berkembang seperti indonesia, masa nifas merupakan
masa yang kritis bagi ibu yang sehabis melahirkan. Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu terjadi setelah persalinan dan 50% diantaranya terjadi dalam selang
waktu 24 jam pertama (Prawirardjo,2006).
Tingginya kematian ibu nifas merupakan masalah yang komlpeks yang
sulit diatasi. AKI merupakan sebagai pengukuran untuk menilai keadaan
pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan
obstretri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Dari laporan WHO di
Indonesia merupakan salah satu angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420 per
100.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN
lainnya. Sementara menurut Depkes tahun 2009, mengalami penurunan menjadi
226 per 100.000 kelahiran hidup. Dari data tersebut didapatkan penurunan angka
2 kematian ibu di Indonesia tahuentara penyebab kematian ibu post partum di
Indonesia dikarenakan oleh infeksi dan pendarahan pervaginam. Semua itu dapat
terjadi, jika ibu post partum tidak mengetahui tanda bahaya selama masa nifas.
Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang masalah informasi
yang diperoleh ibu nifas kurang.
B. Rumusan Masalah
1) Apa Pengertian Nifas, Masa Nifas, Dan Deteksi Pada Masa Nifas?
2) Apa Saja Tanda-Tanda Bahaya Pada Masa Nifas?
1
3) Apasaja Tujuan Deteksi Pada Masa Nifas?
4) Bagaimana Deteksi Kegawatdaruratan Maternal Pada Masa Nifas?
5) Bagaimana Asuhan Kebidanan Dengan Management Varney?
C. Tujuan
1) Untuk Mengetahui Pengertian Nifas, Masa Nifas, Dan Deteksi Pada Masa
Nifas
2) Untuk Mengetahui Apa Saja Tanda-Tanda Bahaya Pada Masa Nifas
3) Untuk Mengetahui Apasaja Tujuan Deteksi Pada Masa Nifas
4) Untuk Mengetahui Bagaimana Deteksi Kegawatdaruratan Maternal Pada
Masa Nifas
5) Untuk Mengetahui Asuhan Kebidanan Dengan Management Varney
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2) Penglihatan kabur
Bagi seorang ibu yang memiliki gangguan mata , seperti mata minus biasanya
disarankan untuk melahirkan secara Caesar. Hal ini dilakukan untuk
keselamatan ibu karena khawatir minusnya akan semakin bertambah. Bagi
seorang ibu yang memiliki pandangan kabur setelah melahirkan , tentunya ini
harus segera ditanyakan pada bidan atau dokter terdekat. Penglihatan kabur
pada ibu nifas biasanya disebabkan oleh banyaknya darah yang keluar.
3) Sakit kepala berlebih disertai mual
Seiring dengan keluarnya darah setelah melahirkan seringkali membuat
wanita mengalami sakit kepala. Wanita yang mengalami sakit kepala berlebih
dan mual , maka hal ini sudah tak wajar karena bisa menjadi penyebab
gangguan penyakit yang disebabkan oleh nifas.
4) Terjadi pembengkakkan wajah dan bagian lainnya
Pembengkakan ini tidak hanya terjadi pada wajah saja melainkan pada bagian
kaki dan tangan, sehingga membuat seorang ibu yang baru saja melahirkan
mengalami kesulitan berjalan karena pembengkakan pada bagian kaki.
5) Suhu tubuh yang mengalami peningkatan
Suhu tubuh untuk ibu yang baru saja melahirkan umumnya 37-38 derajat
celcius. Jika suhu tubuhnya lebih dari itu maka sudah tidak wajar sehingga
harus kembali ke rumah sakit untuk diperiksa.
6) Darah nifas yang berbau menyengat
Bau darah pada saat nifas umumnya sama dengan bau darah saat haid. Bau
yang tidak enak atau lebih menyengat biasanya merupakan tanda bahayanya
masa nifas sehingga harus segera diatasi.
4
4) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus berkontraksi
dengan baik, dan tidak ada perdarahan abnormal.
5) Menilai adanya tanda-tanda demam , infeksi dan perdarahan
5
1. Post partum primer
Postpartum primer adalah kondisi ketika perdarahan postpartum
membuat Anda kehilangan lebih dari 500 mililiter (ml) darah dalam
kurun waktu 24 jam pertama. Hal ini bisa terjadi pada sekitar 5 dari 100
wanita.
2. Post partum sekunder
Post partum sekunder adalah kondisi ketika Anda mengalami perdarahan
vagina yang hebat atau abnormal mulai dari 24 jam pertama sampai 12
minggu setelah melahirkan (postpartum). Hal ini bisa dialami oleh
kurang lebih 2 dari 100 wanita atau di bawah 1 persen kelahiran.
6
berkontraksi dengan baik untuk mengeluarkan plasenta.Akhrinya,
kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan hebat setelah Anda
melahirkan. Berbagai faktor risiko yang dapat menyebabkan atonia uteri
adalah kehamilan kembar, makrosomia (bayi besar), cairan ketuban
terlalu banyak (polihidramnion), kelainan janin, kelainan struktur rahim,
dan sebagainya.Anda juga lebih berisiko mengalami perdarahan hebat
jika melahirkan dalam waktu terlampau lama maupun sangat cepat.
2) Retensio plasenta
Retensio plasenta terjadi saat plasenta masih tertahan di dalam rahim
setelah Anda melahirkan. Hal ini membuat pembuluh darah di rahim
belum tertutup dengan benar sehingga Anda bisa mengalami perdarahan
postpartum.Retensio plasenta lebih mungkin terjadi saat Anda
melahirkan di usia kehamilan yang sangat dini, terutama kurang dari 24
minggu (kelahiran sangat prematur).
3) Plasenta akreta
Plasenta akreta terjadi saat pembuluh darah dan bagian lain dari plasenta
berada terlalu dalam di dinding rahim.Pada kondisi ini, plasenta bisa
menempel sebagian atau seluruhnya di dinding rahim saat Anda sudah
melahirkan. Akibatnya, saat plasenta hendak dilahirkan, terdapat
sebagian sisa plasenta yang masih menempel di dinding rahim.Adanya
kelainan pada dinding rahim dapat menyebabkan plasenta akreta. Hal
inilah yang nantinya dapat menyebabkan perdarahan hebat setelah
melahirkan.
4) Trauma jalan lahir
Trauma jalan lahir merupakan kasus yang cukup sering (sekitar 20%)
menyebabkan perdarahan postpartum. Kondisi ini biasanya terjadi
karena robekan perineum (kulit antara vagina dan anus) yang terjadi saat
proses kelahiran melalui vagina.
5) Gangguan koagulasi (pembekuan darah)
Gangguan pembekuan darah juga dapat menyebabkan Anda mengalami
perdarahan postpartum. Beberapa kondisi yang berhubungan dengan
7
pembekuan darah adalah penyakit hemophilia dan idiopatik
trombositopenia purpura.
e. Faktor-faktor Risiko
Jika Anda mempunyai faktor risiko di bawah ini, Anda lebih mungkin untuk
mengalami perdarahan postpartum atau setelah melahirkan:
1. Melahirkan bayi kembar.
2. Ukuran bayi besar (berat bayi lebih dari 4000 gram).
3. Proses melahirkan dan pengeluaran plasenta memakan waktu lama.
4. Pernah melahirkan beberapa kali sebelumnya.
5. Rahim robek saat persalinan (uterine rupture).
6. Melahirkan dengan operasi caesar.
7. Berat badan ibu berlebih (obesitas).
8. Ada masalah pada plasenta bayi.
9. Kelebihan cairan ketuban (polihidramnion)
f. Komplikasi
Perdarahan postpartum atau perdarahan setelah melahirkan berisiko
membuat Anda mengalami komplikasi seperti:
1. Anemia
2. Pusing saat sedang berdiri
3. Kelelahan
8
menjadi agak mengencang sehingga membantu menghentikan
perdarahan berat setelah melahirkan.
2. Melakukan prosedur kuretase pada Rahim
Jika Anda mengalami retensio plasenta, dokter dapat menempuh
tindakan kuretase untuk mengambil plasenta dari dalam rahim.Prosedur
ini bertujuan untuk menghilangkan sisa-sia jaringan yang masih ada di
dalam rahim Anda, dan menghentikan perdarahan hebat setelah
melahirkan.
3. Cara lainnya
Selain dari tindakan di atas, beberapa cara lain yang bisa dilakukan
dokter untuk mengatasi perdarahan postpartum, yakni:
a) Melakukan prosedur laparotomi untuk mencari penyebab
perdarahan serta menghentikannya.
b) Pemberian transfusi darah untuk membantu menggantikan darah
yang hilang.
c) Pemberian obat khusus melalui suntikan untuk membantu
menghentikan perdarahan.
d) Penggunaan balon Bakri di dalam rahim untuk memberikan
tekanan pada pembuluh darah sekaligus menghentikan perdarahan.
h. Pencegahan
Salah satu cara mencegah terjadinya perdarahan postpartum atau setelah
melahirkan yakni dengan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan.Dengan
melakukan pemeriksaan secara teratur, dokter akan selalu memerhatikan
perkembangan dan kesehatan Anda serta bayi di dalam kandungan.Dokter
juga dapat mengetahui adanya faktor risiko selama kehamilan dengan
memeriksa golongan darah, gangguan pada perdarahan, serta riwayat medis
Anda.Jadi, jika ditemukan ada risiko masalah selama kehamilan, dokter bisa
segera melakukan tindakan terbaik untuk meminimalisir risiko terburuk saat
persalinan nantinya.
9
2) Infeksi Masa Nifas
a. Pengertian Infeksi Nifas
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang
masuk ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas.
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah
melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38 derajat Celsius atau
lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan
mengecualikan 24 jam pertama (Joint Committee on Maternal Welfare, AS).
10
4. Clostridium Welchii
Clostridium Welchii bersifat anaerob dan jarang ditemukan akan tetapi
sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis
dan persalinan ditolong dukun.
11
2. Infeksi umum
Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi
meningkat, pernafasan meningkat dan sesak, kesadaran gelisah sampai
menurun bahkan koma, gangguan involusi uteri, lokia berbau, bernanah
dan kotor.
12
bersama bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah
berbau yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada
infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan
terjadilah penjalaran.
2. Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah
Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah adalah :
a. Septikemia
Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toksinnya
langsung masuk ke dalam peredaran darah dan menyebabkan infeksi.
Gejala klinik septikemia lebih akut antara lain: kelihatan sudah sakit
dan lemah sejak awal; keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat
140 – 160 x per menit atau lebih; suhu meningkat antara 39-40
derajat Celcius; tekanan darah turun, keadaan umum memburuk;
sesak nafas, kesadaran turun, gelisah.
b. Piemia
Piemia dimulai dengan tromflebitis vena-vena pada daerah perlukaan
lalu lepas menjadi embolus-embolus kecil yang dibawa ke peredaran
darah, kemudian terjadi infeksi dan abses pada organ-organ yang
diserangnya. Gejala klinik piemia antara lain: rasa sakit pada daerah
tromboflebitis, setelah ada penyebaran trombus terjadi gejala umum
diatas; hasil laboratorium menunjukkan leukositosis; lokia berbau,
bernanah, involusi jelek.
c. Tromboflebitis
Radang pada vena terdiri dari tromboflebitis pelvis dan
tromboflebitis femoralis. Tromboflebitis pelvis yang sering
meradang adalah pada vena ovarika, terjadi karena mengalirkan
darah dan luka bekas plasenta di daerah fundus uteri. Sedangkan
tromboflebitis femoralis dapat menjadi tromboflebitis vena safena
magna atau peradangan vena femoralis sendiri, penjalaran
tromboflebitis vena uterin, dan akibat parametritis. Tromboflebitis
vena femoralis disebabkan aliran darah lambat pada lipat paha
13
karena tertekan ligamentum inguinale dan kadar fibrinogen
meningkat pada masa nifas.
3. Infeksi nifas yang penyebaran melalui jalan limfe
Infeksi nifas yang penyebarannya melalui jalan limfe antara lain
peritonitis dan parametritis (Sellulitis Pelvika).
a. Peritonitis
Peritonitis menyerang pada daerah pelvis (pelvio peritonitis). Gejala
klinik antara lain: demam, nyeri perut bawah, keadaan umum baik.
Sedangkan peritonitis umum gejalanya: suhu meningkat, nadi cepat
dan kecil, perut kembung dan nyeri, terdapat abses pada cavum
douglas, defense musculair, fasies hypocratica. Peritonitis umum
dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh kamatian karena
infeksi.
b. Parametritis (sellulitis pelvika)
Gejala klinik parametritis adalah: nyeri saaat dilakukan periksa
dalam, demam tinggi menetap, nadi cepat, perut nyeri, sebelah/kedua
belah bagian bawah terjadi pembentukkan infiltrat yang dapat teraba
selama periksa dalam. Infiltrat terkadang menjadi abses.
4. Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium
Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium adalah
salfingitis dan ooforitis. Gejala salfingitis dan ooforitis hampir sama
dengan pelvio peritonitis.
14
5. Mobilisasi dini.
15
d. Penanganan :
Pemberian parasetamol 500 mg sebanyak 3-4 kali sehari
Antibiotik sesuai dengan mikroorganisme yang ditemukan
Minum yang banyak
Katerisasi bila perlu
Makan makanan yang bergizi
Jaga kebersihan daerah genitalia.
16
2. Interprestasi Data Dasar(langkah II)
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interprestasi yang benar-benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasi sehingga dapat
dirumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Baik rumusan diagnosa atau
masalah, keduanya harus ditangani. Meskipun, masalah tidak dapat ditarik
sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan.
3. Identifikasi Diagnosis / Masalah Potensial dan Antisipasi
Penanganannya(Langkah III)
Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis
potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasikan.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Bidan diharapkan waspada dan bersiap-siap mencegah
diagnosa/masalah potensial ini menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali
dalam melakukan asuhan yang aman. Pada langkah ini bidan dituntut untuk
mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial
yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah
atau diagnosa tersebut tidak terjadi. Langkah ini bersifat antisipasi yang
rasional/logis.
4. Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi Segera dengan
Tenaga Kesehatan Lain(Langkah IV)
Bidan mengidentifikasikan perlunya bidan atau dokter melakukan
konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan lain sesuai
dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan proses kesinambugan
proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya berlangsung
selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga
selama wanita tersebut dalam pendampingan bidan.
Misalnya, pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. Dalam kondisi
tertentu, seorang bidan juga perlu untuk berkonsultasi atau kolaborasi dengan
dokter atau tim kesehatan lain seperti, pekerja sosial, ahli gizi atau seorang
17
ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini, bidan harus mampu
mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa sebaiknya
konsultasi dan kolaborasi dilakukan.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa melakukan tindakan harus
disesuaikan dengan prioritas masalah/kondisi keseluruhan yang dihadapi
klien. Setelah bidan merumuskan hal-hal yang telah dilakukan untuk
mengantisipasi diagnosa/masalah pada langkah sebelumnya bidan juga harus
merumuskan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk menyelamatkan
ibu dan bayi. Rumusan ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan
secara mandiri, kolaborasi atau bersifat rujukan.
5. Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh(Langkah V)
Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan
berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen untuk masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Pada langkah ini informasi yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
6. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efesien dan Aman(Langkah
VI)
Pelaksanaan ini biasanya dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan
oleh klien atau anggota tim kesehatan lainya. Walaupun bidan tidak
melakukannya sendiri, namun ia tetap bertanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaanya.
7. Evaluasi(Langkah VII)
Pada langkah keenam dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah
diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan:apakah benar-benar
telah terpenuhi sebagaimana diidentifikasi dalam diagnosa atau masalah.
Rencana tersebut dapat dianggap benar jika efektif melakukanya.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpilan
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa seorang wanita
lebih rentan terkena komplikasi pada masa nifas jika asuhan yang diberikan pada
masa nifas tidak efektif dan tepat. Sebagi bukti nyatanya, begitu banyak deteksi
dini komplikasi pada masa nifas seperti : perdarahan pervagina, infeksi, demam,
nyeri epigastrik, sakit kepala, oedema, penglihatan kabur dan lain-lain.
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat
genitalia dalam masa nifas. Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam
kehamilan, waktu persalinan, dan nifas. (Rustam Mochtar, 1998)
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan, seperti
eksogen (kuman datang dari luar), autogen ( kuman masuk dari tempat lain dalam
tubuh), dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Yang termasuk ke dalam infeksi
masa nifas yaitu metritis, bendungan payudara, infeksi payudara, abses payudara,
abses pelvis, peritonitis, dan infeksi luka perineum dan luka abdominal.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, dapat membuat para pembaca lebih
memahami lagi bagaimana caranya mendeteksi kegawatdaruratan maternal pada
ibu nifas. Dan semoga para pempaca dapat mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari guna mengurangi AKI akibat perdarahan pada masa nifas.
19
DAFTAR PUSTAKA
Purwanti, Eni. 2012. Asuhan Kebidanan Untuk Ibu Nifas. Yogyakarta: Cakrawala.
Jannah, Nurul. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jogjakarta: Ar-Ruzz.
Manuaba, Bagus.1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan
Saleha. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni. 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 56-57).
20