Anda di halaman 1dari 35

Asuhan Keperawatan pada Pasien Stroke

Mata kuliah:
Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen Pengampu:
Ns. Wasisto Utomo, M.Kep, Sp.KMB
Disusun Oleh :
Kelompok 4 ( A 2019 2 )
Sinta Bella Ulandia (1911110660) Viola Hamnesti (1911155173)
SitiNurdiyanah (1911110452) WahyuNurkhasanah (19111100485)
Sri Agustin Purwanti (1911124848) WidyaSantri (1911110767)
SuciChaniaRamadhani (1911112419) WirdhatulJannahAsrin (191111889)
SuciDwiAtika (1911110248) YofiliaNingsih (1911124105)
SyalsaDwitaFahrizal (1911113100) YosepinJelitaHutapea (1911112799)
Tania AisyahRinaldi (1911110393) YudhaPratama (1911112222)
TarishaYulianti (1911155133) YuniAstrilea (1911110427)
TeguhNovendra (1911110659) Yuri RahmaFajriati (1911111702)
Thesia Angelica (1911113236)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan
banyak nikmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Stroke” dengan baik tanpa ada halangan yang
berarti. Penyusuna nmakalah ini dalam rangka memenuhi tugas seminar pada mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terimakasih kepada
Ibu Ns. Ade Dilaruri, MNSc selaku dosen pembimbing dan teman-teman yang sudah
mendo’akan kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh
karena itu kritikan dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan demi kesempurnaan
penulis makalah ini pada masa yang akan datang. Dengan makalah ini kami berharap dapat
berguna bagi pembaca.Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
menambah khazanah ilmu pengetahuan dan membermanfaat untuk masyarakat luas.

Pekanbaru, 09 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................
1.3 Tujuan......................................................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 STEP I......................................................................................................................................


2.2 STEP II....................................................................................................................................
2.3 STEP III...................................................................................................................................
2.4 STEP IV...................................................................................................................................
2.5 STEP V....................................................................................................................................
2.6 STEP VI...................................................................................................................................
2.7 STEP VII..................................................................................................................................
2.7.1 Definisi stroke..................................................................................................................
2.7.2 Etiologi stroke..................................................................................................................
2.7.3 Klasifikasi stroke.............................................................................................................
2.7.4 Faktor resiko stroke.........................................................................................................
2.7.5 Manifestasi klinis stroke..................................................................................................
2.7.6 Patofisiologi stroke..........................................................................................................
2.7.7 Pemeriksaan penunjang stroke.........................................................................................
2.7.8 Komplikasi stroke............................................................................................................
2.7.9 Pencegahan stroke............................................................................................................
2.7.10 Penatalaksanaan stroke....................................................................................................
2.7.11 Asuhan keperawatan stroke.............................................................................................
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesipulan.................................................................................................................................
3.2 Saran........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan
oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik)
atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejalagejala dan
tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu.
Stroke menjadi salah satu masalah kesehatan utama bagi masyarakat. Hampir di
seluruh dunia stroke menjadi masalah yang serius dengan angka morbiditas dan
mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan angka kejadian penyakit
kardiovaskuler. Serangan stroke yang mendadak dapat menyebabkan kecacatan fisik
dan mental serta kematian, baik pada usia produktif maupun lanjut usia.
Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya
menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda
dan produktif. Penyakit stroke sering dianggap sebagai penyakit yang didominasi
oleh orang tua. Dulu, stroke hanya terjadi pada usia tua mulai 60 tahun, namun
sekarang mulai usia 40 tahun seseorang sudah memiliki risiko stroke, meningkatnya
penderita stroke usia muda lebih disebabkan pola hidup, terutama pola makan tinggi
kolesterol.Stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru
Indonesia. Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena Stroke. Dari jumlah
tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan
fungsional ringan sampai sedang.
Stroke dapat dibedakan menjadi dua yaitu Stroke Hemoragik dan Stroke Non
Hemoragik. Stroke Non Hemoragik adalah stroke yang terjadi karena tersumbatnya
pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan
terhenti. Hampir 83% pasien mengalami stroke jenis ini. Stroke Non Hemoragik
dibedakan menjadi tiga yaitu Stroke Trombotik adalah proses terbentuknya thrombus
hingga menjadi gumpalan. Stroke Embolik adalah pembuluh arteri yang tertutup oleh
bekuan darah. Hipoperfusion Sistemik adalah gangguan denyut jantung yang
disebabkan oleh aliran darah ke seluruh bagian tubuh berkurang.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi stroke?
2. Apa saja etiologi stroke?
3. Apa saja klasifikasi stroke?
4. Apas aja faktor Resiko stroke?
5. Apa saja manifestasi klinis stroke?
6. Bagaimana patofisiologi stroke?
7. Bagaimana pemeriksaaan penunjang stroke?
8. Apa saja komplikasi stroke?
9. Bagaimana pencegahan stroke?
10. Bagaimana penatalaksanaan stroke?
11. Bagaimana Asuhan Keperawatan yang dapat dilakukan pada stroke?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui definisi stroke

2. Untuk mengetahui apa saja etiologi stroke

3. Untuk mengetahui dan memahami apa saja klasifikasi stroke

4. Untuk mengetahui apa saja factor Resiko stroke

5. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis stroke

6. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana patofisiologi stroke

7. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana pemeriksaaan penunjang stroke

8. Untuk mengetahui apa saja komplikasi stroke

9. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana pencegahan stroke

10. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana penatalaksanaan stroke

11. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana Asuhan Keperawatan yang
dapat dilakukan pada stroke

2
BAB II

PEMBAHASAN

Skenario

Lumpuh setengah

TN. A umur 55 tahun datang ke UGD RS AC dengan keluhan merasa tidak bisa
menggerakkan pada tangan dan kaki kanannnya, merasa pusing, saat ditanya tidak bisa
menjawab secara kohheren terhadap apa yang ditanyakan, bicara pelo. Tn. A memiliki riwayat
hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, dan juga kadar kolesterol yang tinggi. Saat ditanya pasien dan
keluarga tidak tahu makanan seperti apa yang seharusnya dikonsumsi oleh Tn. A. Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan hemiparesis dekstra, terdapat disfagia, terdapat dysarthria,
gangguan nervus facialis, dan mengalami gangguan lapang pandang. Hasil tanda-tanda vital
didapatkan TD; 160/90 mmHg, frekuensi nadi 80 x/menit, frekuensi nafas 24x/menit dan suhu
38°C. Setelah dilakukan pemeriksaan diagnostic CT Scan dan MRI didapatkan ada gambaran
infark pada lobus tempora-parieral kiri dan medis mengatakan bahwa Tn. A mengalami
gangguan vaskuler otak. Selain itu pada pemeriksaan darah perifer lengkap, gula darah sewaktu,
gula darah puasa dan gula darah 2 jam post prandial, profil lipid, hemostasis menunjukkan hasil
yang tidak normal. Pasien selama dirawat di Rumah Sakit mendapatkan manitol 20%. Saat
mahasiswa perawat akan memberikan obat tersebut perawat ruangan mengatkan harus hati-hati
dan sesuai dengan cara dan dosis yang diberikan. Selain itu mendapatkan obat golongan
neuroprotektif, anti kolesterol, dan obat mencegah pembekuan darah yang cepat.

3
2.1 STEP I ( Kata Sulit )
1. Bicara pelo
Gangguan berbicara karena adanya kelemahan pada otot-otot yang berfungsi untuk
berbicara. Pada kondisi ini, seseorang akan sulit mengeluarkan kata-kata dengan jelas
atau disebabkan oleh kelemahan otot-otot yang berperan penting dalam berbicara seperti
otot bibir, lidah, dan rongga mulut. Kelemahan otot tersebut disebabkan oleh adanya
gangguan aliran darah ke otak yang menyebabkan terkenanya bagian pengontrol gerakan
otot rongga mulut di otak.
2. Hipertensi
Suatu kondisi tekanan darah terhadap dinding arteri terlalu tinggi dan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka
kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau mortalitas.
3. Disfagia
Disfagia adalah sulit menelan, proses penyaluran makanan/minuman dari mulut ke
lambung akan membutuhkan usaha lebih besar dan waktu yang lebih lama atau kesulitan
menelan makanan/cairan yang biasanya disertai rasa nyeri saat menelan disebabkan
beberapa kondisi sprt sumbatan dikerongkongan, gangguan otot dan gangguan sistem
saraf.
4. Hemiparesis dextra
Kelemahan sebelah kanan di tandai dengan adanya tonus yang abnormal atau cidera otak
yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak.
5. Dysarthria
Kondisi berupa gangguan pada proses bicara akibat gangguan pada sejumlah otot. Otot-
otot ini meliputi otot lidah, bibir, pita suara, dan diafragma. Otot-otot inilah yang
berperan dalam menghasilkan suaran. Disartria ini sering kali terjadi karena adanya
gangguan saraf.
6. Nervus facialis
Gangguan nervus fasialis adalah gangguan yang terjadi pada saraf fasialis adalah saraf
kranialis ke-7 berperan besar dalam mengatur ekspresi dan indra perasa di kulit wajah
manusia.
7. Lapang pandang

4
Gangguan saraf mata dimana seseorang kehilangan kemampuan untuk melihat.

8. Infark
Infark merupakan daerah nekrosis dalam sebuah organ Viola : infark : Infark adalah
nekrosis iskemik pada satu tempat di otak, karena perubahan sirkulasi darah, atau
kurangnya pasokan oksigen.
9. Koheren
Sesuatu yang berhubungan atau bersangkutan.
10. Lobus tempora-parietal kiri
Lobus tempor terletak disamping dan lobus pariental terletak diatas lobus frontal.
11. Profil lipid hemostasis
Merupakan analisis lipoprotein yang dapat mengukur kadar darah dari jumlah kolesterol,
LDL kolesterol, HDL kolesterol, dan trigliserida.
12. Anti kolestrol
Obat yang membantu mengatasi kolesterol yang tinggi dalam tubuh seperti statin :
mencegah terbentuknya kolesterol ezetimibe : mencegah kolesterol agar tidak terserap
bile acid sequestrants : meluruhkan kolesterol dalam usus.
13. Obat golongan neuroprotektif
Obat golongan neuroprotektif adalah obat yang di gunakan untuk mekanisme atau
strategi yang digunakan untuk melindungi atau mengurangi kerusakan saraf pada sistem
saraf pusat (SSP) yang disebakan oleh serangan stroke iskemik, trauma atau karena
penyakit neuro degeneratif dan jenis nya seperti : Nimodipin, Piracetam, Sitikolin.
14. Monitol 20%
Cairan infus yang digunakan untuk mengurangi tekanan dalam otak (tekanan
intrakranial), tekanan dalam bola mata (tekanan intraokular), dan pembengkakan otak
(cerebral edema). Obat ini tersedia dalam bentuk cairan infus dan hanya boleh diberikan
oleh dokter.
15. Pemeriksaan gula darah 2 jam post prandial
Gula darah 2 jam post prandial (GD2PP) dilakukan 2 jam setelah waktu makan terakhir
Anda untuk mengecek perubahan kadar gula dalam darah dari sebelum makan Profil

5
lipid: merupakan analisis lipoprotein yang dapat mengukur kadar darah dari jumlah
kolesterol, LDL kolesterol, HDL kolesterol, dan trigliserida.

2.2 STEP II ( Rumusan Masalah )


1. Apa hubungan riwayat hipertensi bapak yang lalu dan kadar kolestrol yang tinggi dengan
keluhan yang dirasakan?
2. Apakah ada hubungan pola makan yang benar dengan kondisi kesehatan tuan A saat ini ?
3. Pada gangguan lapang pandang apakah itu saja yg di sembuhkan atau gejala lain dulu
yang di sembuhkan agar gangguannya dapat teratasi?
4. Apa hubungan tekanan darah tinggi dgn kondisi pasien saat ini ?
5. Terapi apa yang dapat dilakukan perawat kepada pasien untuk mengurangi hemiparesis
yang dirasakan nya?
6. Bagaimana terjadi proses pada tubuh klien sehingga mengalami kenaikan suhu tubuh?
7. Bagaimana cara penanganan pertama dalam pasien mengalami gangguan vesikular otak?
8. Apakah seseorang yang memiliki tekanan darah yang tinggi akan beresiko terkena
gangguan vaskuler otak?
9. Apa efek samping yg dirasakan pasien setelah diberikan monitol 20% dan apa tujuan dari
pemberian monitol 20%?
10. Apa saja kondisi yang dapat meningkatkan resiko seseorang mengalami infark pada lobus
temporal parietal?
11. Apa ada obat lain yang diberikan kepada pasien selain manitol 20% ?
12. Obat manitol yang diberikan tergolong kedalam obat apa sehingga pemberiannya harus
hati-hati ?
13. Apa tujuan dari pemberian obat manitol 20% ?
14. Selain obat obatan medis tersebut, tindakan non farmakologi apa yg bisa dilakukan untuk
pasien yg mengalami hipertensi dan kolesterol?
15. Dalam pemberian metanol efek samping seperti apa yang dapat timbul sehingga dalam
pemberian nya harus dengan hati hati?
16. Kenapa tn. A mendapatkan obat mencegah pembekuan darah yang cepat?

6
17. Apa indikasi dan kontraindikasi obat neuroprotektif ?
18. Obat seperti apa yang diberikan kepada pasien untuk mencegah pembekuan darah yang
cepat dan apakah efek samping obat tersebut setelah diberikan kepada pasien?

2.3 STEP III


1. Hipertensi bisa menyebabkan pembuluh darah menyempit, bocor, pecah, atau tersumbat.
Hal ini dapat mengganggu aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke otak. Jika
hal ini terjadi, sel-sel dan jaringan otak pun akan mati
dan menyebabkan terjadinya stroke. Kolesterol  dapat menumpuk dan menyumbat
pembuluh darah besar yang mengalirkan darah ke jantung. Akibatnya, suplai darah dan
oksigen berkurang sehingga memicu serangan jantung. Bila aliran darah ke otak juga
terganggu akibat sumbatan, maka bisa menjadi penyebab stroke.
2. Dapat berpengaruh, karena dengan pola makan yang baik dapat membantu kondisi dari
kesehatan itu sendiri.
3. Gangguan lapang pandang itu terjadi sebagai akibat dari kerusakan saraf pada mata dan
otak, sesuai skenario terjadi infark dan gangguan nervus sehingga terjadinya gangguan
lapang pandang sehingga hal utama yg diatasi gangguan sarafnya akibat dari kolesterol
dan hipertensi.
4. Jika tekanan darah meningkat pembuluh daah menjadi tidak elastis, mengeras dan
menebal sehingga mudah sekali terjadi sumbatan, hal ini dpt mempengaruhi aliran darah
ke bagian organ pntig seperti jantung, otak. lalu bisa terjadi perdarahan sehingga
memunculkan gejala seperti diskenario, dan resiko terjadinya gangguan vaskuler otak.
5. Dengan melakukan latihan dengan alat bantu dengan rancangan khusus dapat membantu
control otot, otot lemah atau kelumpuhan parsial pada satu sisi tubuh yang dapat
memengaruhi lengan, kaki, dan otot wajah. Dan dapat dilakukan dengan terapi.
6. Terjadinya kenaikan suhu tubuh bahwa tubuh terjadi inflamasi, dan mengalami infeksi,
maka suhu tubuh meningkat dan terjadilah demam.
7. Langkah pertolongan pertama seperti dibawa kerumah sakit, dan dibawa segera agar
gangguan diotak segera ditangani.

7
8. Jika tekanan darah meningkat pembuluh daah menjadi tidak elastis, mengeras dan
menebal sehingga mudah sekali terjadi sumbatan, hal ini dpt mempengaruhi aliran darah
ke bagian organ pntig seperti jantung, otak. lalu bisa terjadi perdarahan sehingga
memunculkan gejala seperti diskenario, dan resiko terjadinya gangguan vaskuler otak.
9. Efek samping demam, pilek, pusing, penglihatan kabur, mual dan tujuannya mengurangi
tekanan dalam kepala akibat pembengkakan otak dan mengurangi tekanan darah tinggi.
10. Hipertensi, kolesterol, pola makan yang tidak baik.
11. Angiotensin II receptor blocker (ARB), Calcium channel blocker (CCB).
12. Manitol termasuk dalam obat golongan diuretik osmotic.
13. Tujuan mengurangi penumpukan cairan ditubuh dan mengurangi tekanan darah tinggi,
dengan jalur intravena dan jalur infus, pembelian obat ini juga dengan resep dokter.
14. Diperlukan terapi non farmakologi dengan perubahan gaya hidup, mengurapi asupan
garam, control diet, dan makanan sehat tidak mengkonsumsi makanan lemak berlebih,
rajin berolah raga dan mengurangi gaya hidup yang buruk.
15. Menyebabkan mual, muntah, sakit kepala, penglihatan kabur, kebutaan permanen,
kejang.
16. Mencegah terbentuknya sumbatan darah yang menjadi munculnya berbagai penyakit
serius, seperti stroke dan penyakit jantung koroner.
17. Indikasi : Disfungsi serebral akibat paska trauma, involusi yang berhubungan dengan usia
lanjut, alkoholisme kronik dan adiktif, pengobatan detoksifikasi, injeksi : terapi infark
serebral.
Kontra indikasi : Hipersensitif, penderita dengan gangguan fungsi ginjal berat, penderita
dengan pendarahan otak.
18. Jenis obatnya seperti aspirin, clopidogrel, ticagrelor, triflusal, ticlopidine, eptifibatide,
Efek sampingnya sendiri seperti nyeri perut, pusing, otot melemah.

8
2.4 STEP IV ( Skema ) Tn. A ( 55 tahun )

UGD RS AC

Tidak bisa menggerakkan pada tangan dan


kaki kanan, pusing, saat ditanya tidak bisa
menjawab secara koheren terhadap apa
yang ditanyakan, bicara pelo.

Hasil Pemeriksaaan Fisik Pemeriksaan


Riwayat penyakit diagnostic
- Hemiparesis Dekstra -HV : TD : 160/90 mmHG
-Hipertensi sejak 5 -Ct scan dan MRI :
- Disfagia HR : 80 x/mnt
tahun lalu Gambaran infark pada
- Dysarthria RR : 24 x/mnt
-Kolesterol tinggi lobus temporal
- G. lapang pandang T : 38◦ C pariental kiri

Gangguan vaskuler otak

Pemeriksaan darah perifer lengkap

-GDS, GDPP, PROFIL LIPID, HOMEOSTASIS, HASIL TIDAK NORMAL

Manitol 20%

Anti Kolesterol Obat pencegah pembekuan


Neuroprotektif
darah

Askep Px Stroke

9
2.5 STEP V ( Learning Objective )
1. Definisi stroke.
2. Etiologi stroke.
3.Klasifikasi stroke.
4. Manifestasi klinis stroke.
5. Patofisiologi stroke.
6. Pemeriksaan penunjang stroke.
7. Komplikasi stroke.
8. Pencegahan stroke.
9. Penatalaksanaan stroke.
10.Askep stroke.
2.6 STEP VI ( Mandiri )

2.7.1 Definisi Stroke


Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan deficit neurologis
mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak. Istilah stroke biasanya
digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum (Nurarif & Hardhi, 2015).
Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (GDPO)
dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit neurologis dan bukan sebagai
akibat tumor, trauma, ataupun infeksi susunan saraf pusat (Dewanto, 2009).
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus di tangani secara
tepat dan cepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan
karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja.
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis
serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak
terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat
timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008).

2.7.2 Etiologi stroke


Stroke menurut Smeltzer & Bare (2002), biasanya di akibatkan dari salah satu dari empat kej
adian, yaitu:

10
1. Trombosit (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher).
2. Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawah keotak dari bagian tu
buh yang lain.
3. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak).
Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam jaringan
otak atau ruang sekitar otak). Akibatnya adalah penghentian suplai darah keotak, yang menyebab
kan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir memori, bicara atau sensasi
2.7.3 Klasifikasi Stroke
1. Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan pasokan darah yang
disebabkan karena penyumbatan pada pembuluh darah otak. penyumbatnya adalah plak
atau timbunan lemak yang mengandung kolesterol yang ada dalam darah. Penyumbatan
bisa terjadi pada pembuluh darah besar (arteri karotis), atau pembuluh darah sedang
(arteri serebri) atau pembuluh darah kecil. Penggolongan stroke iskemik atau infark
menurut Junaidi (2011) dikelompokkan sebagai berikut :

a. Transient Ischemic Attack (TIA)


Suatu gangguan akut dari fungsi lokal serebral yang gejalanya berlangsung kurang
dari 24 jam atau serangan sementara dan disebabkan oleh thrombus atau emboli. Satu
sampai dua jam biasanya TIA dapat ditangani, namun apabila sampai tiga jam juga
belum bisa teratasi sekitar 50 % pasien sudah terkena infark (Grofir, 2009; Brust,
2007, Junaidi, 2011).
b. Reversible Ischemic Nerurological Defisit (RIND)
Gejala neurologis dari RIND akan menghilang kurang lebih 24 jam, biasanya RIND
akan membaik dalam waktu 24–48 jam.
c. Stroke In Evolution (SIE)

Pada keadaan ini gejala atau tanda neurologis fokal terus berkembang dimana terlihat
semakin berat dan memburuk setelah 48 jam. Defisit neurologis yang timbul
berlangsung bertahap dari ringan sampai menjadi berat.
d. Complete Stroke Non Hemorrhagic

11
Kelainan neurologis yang sudah lengkap menetap atau permanen tidak berkembang
lagi bergantung daerah bagian otak mana yang mengalami infark.

2. Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada lanjut usia, karena penyumbatan terjadi
pada dinding pembuluh darah yang sudah rapuh (aneurisma). Pembuluh darah yang
sudah rapuh ini, disebabkan karena faktor usia (degeneratif), akan tetapi bisa juga
disebabkan karena faktor keturunan (genetik). Keadaan yang sering terjadi adalah
kerapuhan karena mengerasnya dinding pembuluh darah akibat tertimbun plak atau
arteriosklerosis akan lebih parah lagi apabila disertai dengan gejala tekanan darah tinggi.
Beberapa jenis stroke hemoragik menurut Feigin (2007), yaitu:

a. Hemoragi ekstradural (hemoragi epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang


memerlukan perawatan segera. Stroke ini biasanya diikuti dengan fraktur tengkorak
dengan robekan arteri tengah atau arteri meningens lainnya. Pasien harus diatasi
beberapa jam setelah mengalami cedera untuk dapat mempertahankan hidup.
b. Hemoragi subdural (termasuk subdural akut) yaitu hematoma subdural yang robek
adalah bagian vena sehingga pembentukan hematomanya lebih lama dan
menyebabkan tekanan pada otak.
c. Hemoragi subaraknoid (hemoragi yang terjadi di ruang subaraknoid) dapat terjadi
sebagai akibat dari trauma atau hipertensi tetapi penyebab paling sering adalah
kebocoran aneurisma.
d. Hemoragi interaserebral, yaitu hemoragi atau perdarahan di substansi dalam otak yang
paling umum terjadi pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral karena
perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh
darah.

2.7.4 Faktor-faktor resiko stroke


menurut Pinzon & Asanti (2010) dan Wardhana (2011) dapat dibagi menjadi faktor
stroke yang tidak dapat diubah dan faktor stroke yang dapat diubah:
1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah

12
Faktor resiko stroke yang tidak dapat diubah merupakan faktor resiko alami yang
dimiliki oleh setiap orang meliputi : umur, jenis kelamin, suku/ras, dan keturunan/riwayat
keluarga. Faktor resiko ini berperan dalam terjadinya suatau penyakit seperti halnya
stroke, dimana faktor resiko alami ini mempunyai karakteristik sendiri untuk tiap
penyakit (Data Riset Kesehatan Indonesia 2007. Poerwadi, 2000 dalam Siswanto, 2005.
Wardhana, 2011).
a. Umur
Bertambahnya umur merupakan faktor resiko yang terpenting untuk terjadinya
serangan stroke, dimana umur merupakan faktor resiko yang paling penting bagi
semua jenis stroke. Insiden stroke meningkat secara eksponensial dengan
bertambahnya umur. Stroke pada dasarnya lebih sering terjadi pada usia lanjut dari
anak dan dewasa, terdapat pertambahan insiden stroke sesudah usia 55 tahun. Stroke
iskemik yang terjadi pada usia dibawah 45 tahun sekitar 3 %. Aterosklerosis
merupakan penyebab utama pada usia lanjut, sedangkan kemungkinan perdarahan
lebih sering dijumpai pada anak atau dewasa muda. Anak dengan infark serebri
biasanya akan mengalami distabilitas yang lebih besar daripada anak yang mengalami
stroke pendarahan (Data Riset Kesehatan Dasar Indonesia, 2007).
b. Jenis Kelamin
Terdapat perbedaan insidens stroke pada pria dan wanita, insidens stroke pada
pria lebih tinggi walaupun pria memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena stroke
namun penderita wanita lebih banyak yang meninggal, hal ini karena penderita stroke
berjenis kelamin perempuan memiliki resiko kematian 2,68 kali lebih besar dari pada
penderita pria. Amran (2012) menunjukan bahwa separuh penderita stroke meninggal
terjadi pada perempuan. Perempuan pada umumnya menderita stroke pada usia lanjut
selain itu adanya keadaan khusus pada perempuan diduga sebagai pemicu yaitu
kehamilan, melahirkan dan menopause yang berhubungan dengan fluktuasi hormonal.
Sedangkan pada penelitian Framingham, stroke iskemik akan meningkat dengan
pertambahan usia dan hampir 30 % lebih sering terjadi pada pria daripada wanita
(Poerwadi, 2000 dalam Siswanto, 2005). Data Riset Kesehatan Indonesia (2007)
menunjukan bahwa laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi 1,05 kali lebih banyak
terjadinya stroke berulang dibandingkan dengan wanita.

13
c. Suku/Ras
Orang asia memiliki kecenderungan terkena stroke lebih besar dari orang eropa,
hal ini ada kaitannya dengan lingkungan hidup, pola makan dan sosial ekonomi.
Makanan asia lebih banyak mengandung minyak dari pada makanan orang eropa.
Menurut data kesehatan di amerika serikat, penduduk yang berasal dari keturunan
afrika-amerika beresiko terkena serangan stroke 2 kali lebih besar dari penduduk
keturunan eropa. Keadaan ini makin meningkatkan hampir 4 kali lipat pada umur
sekitar 50 tahun, namun pada usia sekitar 65 tahun penduduk amerika yang terkena
stroke sama dengan keturunan afrikaamerika (Wardhana, 2011).

d. Keturunan/Keluarga
Bila mana kedua orang tua pernah mengalami stroke maka kemungkinan
keturunannya terkena stroke semakin besar. Riwayat keluarga adanya serangan stroke
atau penyakit pembuluh darah iskemik, sering pula didapat terjadi pada penderita
stroke yang muda. Berbagai faktor penyebab termasuk prediposisi genetik
aterosklerosis dapat menerangkan hal ini. Sedangkan anurisma intracranial sakular,
malformasi pembuluh darah, dan angiopati amiloid sering familial dan ini merupakan
penyebab stroke nonaterosklerotik (Poerwadi, 2000 dalam Siswanto, 2005).
2. Faktor resiko yang dapat diubah
Faktor resiko stroke berulang dapat diubah sama dengan faktor stroke secara umum
antara lain: hipertensi, diabetes mellitus, kelainan jantung, kebiasaan merokok, konsumsi
minuman beralkohol, aktifitas fisik/olahraga, kepatuhan kontrol, obesitas, dan kepatuhan
diit (Husni & Laksmawati, 2001. Lumantobing, 2002. Smeltzer & Bare, 2002. Black &
Hawks, 2009. Wahyu, 2009. Pinzon & Asanti, 2010. Junaidi, 2011).
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko terpenting untuk semua tipe stroke, baik
stroke perdarahan maupun stroke infark. Peningkatan resiko stroke terjadi seiring
dengan peningkatan tekanan darah. Diperkirakan resiko stroke meningkat 1,6 kali
setiap peningkatan 10 mmHg tekanan darah sistolik dan sekitar 50 % kejadian stroke
dapat dicegah dengan pengendalian tekanan darah (Gofir, 2009). Hipertensi

14
meningkatkan resiko stroke 2-4 kali lipat tanpa tergantung pada faktor resiko lainnya.
Hipertensi kronis dan tidak terkendali akan memacu kekakuan dinding pembulu darah
kecil yang dikenal dengan mikroangiopati. Hipertensi juga akan memacu munculnya
timbunan plat pada pembuluh darah besar. Timbunan plak akan menyempitkan lumen
atau diameter pembuluh darah. Plak yang tidak stabil akan mudah ruptur atau pecah
dan terlepas. Plak yang terlepas akan meningkatkan resiko tersumbatnya pembuluh
darah yang lebih kecil. Bila ini terjadi maka timbulnya gejala stroke (Perreu &
Bogusslavsky, 2003 dalam Pinzon & Asanti, 2010). Hipertensi mempercepat
pengerasan dinding pembuluh darah arteri dan mengakibatkan penghancuran lemak
pada sel otot polos sehingga mempercepat proses aterosklerosis. Hipertensi
berperanan dalam proses aterosklerosis melalui efek penekanan pada sel endotel atau
lapisan dalam dinding arteri yang berakibat pembentukan plak pembuluh darah
semakin cepat seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya 140/90 mmHg
(Junaidi, 2011). Peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dapat meningkatkan
terjadinya stroke (Lewis et al, 2007). Penelitian Zhang dkk (2010), di Cina
menunjukan bahwa tingginya tekanan darah sistolik dapat meningkatkan kejadian
stroke. Penelitian yang dilakukan oleh Kristiyawati (2008), menunjukan adanya
hubungan antara kejadian stroke dengan hipertensi dan hipertensi merupakan faktor
resiko paling dominan yang berhubungan dengan kejadian stroke.
b. Diabetes Mellitus
Individu dengan diabetes memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami
stroke dibandingkan dengan individu tanpa diabetes diabetes mellitus merupakan
penyakit yang sering dijumpai bersamasama penyakit serebrovaskuler, yang
merupakan faktor resiko kedua terjadinya stroke. Seorang dikatakan menderita
diabetes mellitus apabila hasil pemeriksaan kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl
atau pemeriksaan gula darah puasa >140 mg/dl, atau pemeriksaan gula darah 2 jam
postprandial >200 mg/dl (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes mellitus menyebabkan
kadar lemak darah meningkat karena konversi lemak tubuh yang terganggu. Bagi
penderita diabetes mellitus peningkatan kadar lemak darah sangat meningkatkan
resiko penyakit stroke. Diabetes mempercepat terjadinya arterosklerosis baik pada
pembuluh darah keci (mikroangiopati) maupun pembuluh darah besar

15
(makroangiopati) diseluruh pembuluh darah termasuk pembuluh darah otak dan
jantung. Kadar glukosa darah yang tinggi pada stroke akan memperbesar meluasnya
area infark (sel mati) karena terbentuknya asam laktat akibat metabolisme glukosa
yang dilakukan secara anaerob (oksigen sedikit) yang termasuk jaringan otak
(Junaidi, 2011). Penderita diabetes mellitus tubuhnya tidak menangani gula secara
tepat, tidak dapat memproses lemak secara efisien dan akan mempunyai resiko yang
tinggi untuk terjadinya hipertensi. Diabetes juga berperan pada kemampuan tubuh
untuk mencegah gumpalan darah beku, meningkatkan resiko stroke iskemik.
Siswanto (2005) dalam penelitiannya menunjukan bahwa resiko untuk terjadinya
stroke berulang pada subyek dengan kadar gula darah puasa >140 mg/dl sebesar 2,63
kali dibandingkan dengan kadar gula darah puasa 200 mg/dl beresiko terkena stroke
berulang sebesar 3,16 kali dibandingkan dengan kadar gula darah puasa <140 mg/dl.
c. Kelainan Jantung
Sirkulasi serebral sebagai sistem kardiovaskuler mempunyi arti fungsinya
tergantung efektifitas jantung sebagai pompa, integritas pembuluh darah sistemik dan
komponen darah dalam memenuhi kebutuhan darah dan oksigen. Otak membutuhkan
25% dari konsumsi oksigen ke seluruh tubuh dengan menggunakan 20 % curah
jantung semenit. Kejadian stroke selalu berhubungan dengan penyakit lain. Kelainan
jantung sering berhubungan dengan stroke berulang adalah aterosklerosis, disritmia
jantung khususnya fibrilasi atrium, penyakit jantung iskemik, infark miokard dan
gagal jantung. Penderita dengan kelainan jantung beresiko tinggi terhadap terjadinya
stroke bila dibandingkan dengan yang tidak mempunyai kelainan jantung. Penyakit
jantung hipertensi dengan hipertrofil ventrikel kiri yang terlihat pada EKG, sangat
terkait dengan kenaikan resiko baik stroke iskemik maupun pendarahan. Lesi
dijantung dapat pula melepaskan emboli ke sirkulasi arterial, seperti mural thrombus
akibat infark yang lama atau thrombus yang terjadi pada fibrilasi atrium(Husni &
Laksmawati, 2001 dalam Siswanto, 2005). Siwanto (2005), dalam penelitiannya
menunjukan bahwa kelainan jantung terbukti memiliki hubungan yang bermakna
dengan kejadian stroke berulang dengan resiko sebesar 2,85 kali.
d. Merokok

16
Merokok meningkatkan resiko terkena stroke dua sampai empat kali. Hal ini
berlaku untuk semua jenis rokok (sigaret, pipa atau cerutu) dan untuk semua tipe
stroke, terutama perdarahan subarachnoid karena terbentuknya aneurisma dan stroke
iskemik. Merokok memberikan konstribusi terbentuknya plak pada arteri. Asap rokok
mengandung beberapa zat berbahaya yang sering disebut zat oksidator. Zat oksidator
ini menimbulkan kerusakan dinding arteri dan menjadi tempat penimbunan lemak, sel
trombosit, kolesterol, penyempitan dan pergeseran arteri diseluruh tubuh termasuk
otak, jantung dan tungkai, sehingga merokok dapat memicu terjadinya aterosklerosis,
mengurangi aliran darah, dan menyebabkan darah menggumpal sehingga beresiko
terkena stroke (Pinzon & Asanti, 2010). Peranan rokok pada aterosklerosis menurut
Junaidi (2011) adalah merokok menurunkan jumlah kolesterol baik dan menurunkan
kemampuan kolesterol baik untuk menyingkirkan kolesterol jahat yang berlebihan
karena sel-sel darah menggumpal pada dinding arteri, ini meningkatkan resiko
pembentukan trombus dan plak. Rokok dapat menyebabkan peningkatan kecepatan
detak jantung serta memicu penyempitan pembuluh darah. Penelitian yang dilakukan
Siregar (2005) menunjukan bahwa merokok merupakan faktor yang kuat untuk
terjadinya stroke. Begitu juga penelitian yang dilakukan Zhang dkk (2010), di Cina
menyebutkan bahwa merokok mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
terjadinya stroke dan juga perempuan yang tinggal bersama suami yang merokok
aktif (1-9 batang perhari) beresiko 2 kali untuk terkena stroke. Siswanto (2005) dalam
penelitiannya menunjukan bahwa penderita stroke yang merokok memiliki resiko
1,28 kali untuk terkena stroke berulang meskipun resiko tersebut tidak bermakna
secara statistik.
e. Aktifitas fisik (olahraga)
Aktifitas fisik dapat dinilai dari aktifitas ditempat kerjanya maupun kegiatan
olahraga, aktifitas berat dipengaruhi dari kegiatan yang lebih banyak diluar ruangan
dan banyak bergerak seperti atletik, tentara dan buruh bangunan. Aktifitas ini
dilakukan lebih dari 3 hari dalam seminggu dan lebih dari 4 jam seminggu. Aktifitas
sedang dipengaruhi dari kegiatan yang dilakukan baik didalam ruangan maupun di
luar ruangan, seseorang kurang aktif secara fisik (yang olahraganya kurang dari tiga
kali atau kurang per minggu 30 menit) memiliki hampir 50% resiko terkena stroke

17
dibanding mereka yang aktif. Berbagai kemudahan hidup yang didapat seperti
mencuci dengan mesin cuci untuk rumah tangga, banyaknya kendaraaan bermotor
serta kemajuan teknologi membuat aktifitas seseorang semakin hari semakin ringan
atau mudah, namun dampak dari kemajuan teknologi ini sesorang dapat menjadi pasif
dan cenderung menimbulkan masalah berat badan dan dapat meningkatkan resiko
terjadinya hipertensi yang nantinya memicu terjadinya aterosklerosis bila masalah
berat badan tidak diimbangi dengan olahraga yang cukup (Wahyu, 2009). Siswanto
(2005), dalam penelitiannya menunjukan bahwa resiko untuk terjadinya stroke
berulang pada penderita stroke yang tidak rutin dalam melakukan aktivitas fisik
sebesar 1,77 kali dibandingkan dengan penderita stroke yang melakukan aktivitas
fisik secara rutin.
f. Kepatuhan kontrol
Penderita stroke harus sering memeriksakan dirinya kedokter atau rumah sakit.
Selain kontrol kedokter penderita stroke harus mengontrol kolesterol, penderita stroke
juga harus mengontrol gula darahnya. Seseorang yang berusia 60 tahun dengan
tekanan sistolik 135 mmHg (premiery prevention of stroke, AHA/ASA guideline
stroke, 2006
dalam Bethesda stroke center literature, 2008) kemungkinan untuk mendapatkan
stroke iskemik dalam jangka waktu 8 tahun adalah 8/1000. Bila disamping itu
menderita diabetes mellitus, kemungkinan untuk mendapatkan stroke meningkat
menjadi 17/1000. Bila tekanan sistolik 180 mmHg probabilitasnya adalah 30/1000
dengan diabetes mellitus meningkat menjadi 59/1000 (Lumantobing, 2002). Siswanto
(2005), dalam penelitiannya menunjukan bahwa kebiasaan penderita stroke
melakukan kontrol tidak teratur memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian
stroke berulang dengan resiko mencapai 3,84 kali dibandingkan dengan penderita
stroke yang melakukan kontrol secara teratur.
g. Obesitas
Terdapat saling keterkaitan antara obesitas dengan resiko peningkatan hipertensi
penyakit jantung, stroke, diabetes mellitus dan merupakan beban penting pada
kesehatan jantung dan pembuluh darah. Obesitas dapat meningkatkan kejadian stroke
terutama bila disertai dengan dislipedemia dan hipertensi melalui proses

18
aterosklerosis. Obesitas juga dapat menyebabkan terjadinya stroke lewat efek snoring
atau mendengkur dan tiba-tiba henti napas karena terhentinya suplai oksigen secara
mendadak di otak. Obesitas juga membuat seseorang cenderung mempunyai tekanan
darah tinggi, meningkatkan resiko terjadinya diabetes juga meningkatkan produk
sampingan metabolisme yang berlebihan yaitu oksidan atau radikal bebas (Junaidi,
2011). Penurunan berat badan adalah perubahan gaya hidup yang paling besar
pengaruhnya terhadap perbaikan tekanan darah. Hal ini dibuktikan dengan mereka
yang berusia 50-65 tahun yang mengalami penurunan berat badan 7 kg atau lebih
mengalami penurunan resiko terserang hipertensi sebanyak 21%. Sedangkan
kelompok yang lebih tua yang mengalami penurunan berat badan yang sama
resikonya pun turun 29%. Lewis, dkk (2007), dalam penelitiannya menunjukan
bahwa penurunan berat badan 10 kg dapat menurunkan tekanan darah sistolik 5-20
mmHg.
h. Minum Alkohol
Minum alkohol secara teratur lebih dari 30 gram per hari (pria) atau 15 gram per
hari (wanita), mabuk-mabukan (minum lebih dari 75 % gramdalam 24 jam) dan
alkoholisme dapat meningkatkan tekanan darah sehingga dapat meningkatkan resiko
stroke. Minum alkohol dalam jumlah sedikit pun dapat meningkatkan tekanan darah,
oleh karena itu harus dihindari untuk seorang yang memiliki riwayat hipertensi
karena dapat menimbulkan komplikasi berat (Wahyu, 2009).Martuti (2009), dalam
penelitiannya menunjukan bahwa mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan
tekanan darah secara cepat. Seseorang yang mengkonsumsi alkohol lebih dari 3 gelas
atau lebih setiap hari sudah cukup untuk meningkatkan tekanan darah.
i. Diet
Menurut Lewis, dkk (2007), diet dengan tinggi lemak dan kurangnya buah dan sayur
dapat meningkatkan resiko terjadinya stroke. Pernyataan ini juga didukung oleh
premiery prevention of stroke AHA/ASA guideline stroke, (2006, dalam Bethesda
stroke center literature, 2008), yang menyatakan bahwa asupan makanan yang
mengandung banyak sayur dan buah dapat mengurangi terjadinya stroke. Pemakaian
sodium yang berlebihan juga dapat meningkatkan tekanan darah (Black & Hawks,
2009). Menurut Martuti (2009), dalam penelitiannya menunjukan bahwa pasien

19
stroke perlu membatasi asupan garam karena kandungan mineral natrium (sodium
didalamnya memegang peranan penting terhadap timbulnya hipertensi. Hasil
penelitian menunjukan bahwa angka kejadian stroke meningkat pada pasien dengan
kadar kolesterol diatas 240 mg%. Setiap kenaikan kolesterol 38,7 mg% menaikan
angka stroke 25 % sedangkan kenaikan HDL (high density lipoprotein) 1 mmol (38,7
mg%) menurunkan terjadinya stroke setinggi 47% (premiery prevention of stroke,
2006 dalam Bethesda stroke center literature, 2008). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Giantani (2003), menunjukkan bahwa kenaikan kadar kolesterol
berpengaruh terhadap resiko stroke iskemik sebanyak 3.09 kali. Serat makanan juga
dibutuhkan untuk proses metabolisme dalam tubuh. Diet tinggi serat bermanfaat
untuk menghindari kelebihan lemak, lemak jenuh dan kolesterol. Setiap gram
konsumsi serat juga menghindari kelebihan gula dan natrium serta dapat menurunkan
berat badan dan mencegah kegemukan. Dietary guedelines for American
menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung serat 20-35 gr
perhari (Martuti, 2009).
2.7.5 Manifestasi Klinis Stroke
Tanda dan gejala infark arteri tergantung dari area vascular yang terkena
a. Infark total sirkulasi anterior (karotis) :
1) Hemiplegia (kerusakan pada bagian atas traktus kortikospinal)
2) Hemianopia (kerusakan pada radiasio optikus)
3) Defisit kortikal, misalnya disfasia (hemisferdominan), hilangnya fungsi visuospas
i l (hemisfer nondominan)
b. Infark parsial sirkulasi anterior:
1) Hemiplegia dan hemianopia atau hanya deficit kortikal saja
c. Infark lacunar:
1) Penyakit intrinsic (lipohialinosis) pada arteri kecil profunda menyebabkan sindro
m yang karakteristik, misalnya stroke motoric murni atau stroke sensorik murni,
atau hemiparesis ataksik. Infark lacunar multiple dapat menyebabkan deficit
neuro-
logis multiple termasuk gangguan kognitif (demensia multi infark) dan gangguan
pola berjalan yang karakteristik seperti langkah langkah kecil (marcheapetits pas) 

20
dan kesulitan untuk mulai berjalan (kegagalanignisi) apraksia pola berjalan (galt-
apraxia)
d. Infark sirkulasi posterior (vertebra basilar)
1) Tanda-tanda lesi batang otak (misalnya vertigo diplopia, perubahan kesadaran)
2) Hemianopia homonym
e. Infark medulla spinalis

Manifestasi klinis stroke


a. Defisit lapang pandang
1) Tidak menyadari orang atau objek ditempat kehilangan penglihatan
2) Kesulitan menilai jarak
3) Diplopia (suatu gangguan penglihatan dimana pasien akan melihat dua gambar da
ri satu objek yang berdekatan (penglihatan ganda atau berbayang)
b. Defisit motoric
1) Hemiparesis (kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama)
2) Hemiplegia (paralisis wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama)
3) Ataksia (berjalan tidak mantab dan tidak mampu menyatukan kaki)
4) Disatria (kesulitan berbicara)
5) Disfagia (kesulitan dalam menelan)
c. Defisit sensorik : kebas dan kesemutan pada bagiantubuh
d. Defisit verbal
1) Afasia ekspresif (tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami)
2) Afasia reseptif (tidak mampu memahami kata yang dibicarakan)
3) Afasia global (kombinasi afasia ekspresif dan afasia reseptif)
Afasia :gangguan berkomunikasi yang disebabkan oleh kerusakan pada otak
e. Defisit kognitif
1) Kehilangan memori jangka panjang dan pendek
2) Penurunan lapang pandang perhatian
3) Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
4) Perubahan penilaian
f. Defisit emosional (masalah psikologi)

21
1) Kehilangan kontrol diri
2) Labilitas emosional
3) Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress
4) Depresi
5) Menarik diri
6) Rasa takut, bermusuhan dan marah
7) Perasaan isolasi

2.7.6 Patofisiologi Stroke


a. Stroke Hemoragik
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus gangguan
pembuluh darah otak. Perdarahan serebral dapat tejadi diluar durameter (hemoragi
ekstradural atau epidural), dibawah durameter (hemoragi subdural), diruang subrachnoid
(hemoragi subarachnoid) atau didalam substansi otak (hemoragik intraserebral).
1. Hemoragi ekstradural (epidural) adalah kedaruratan bedah neuron yang memerlukan
perawatan segera. Ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri
dengan arteri meningea lain.
2. Hemoragi subdural (termasuk hemoragi subdural akut) pada dasarnya sama dengan
hemoragi epidural, kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek.
Karenanya, periode pembentukan hematoma lebih lama (intravensi jelas lebih lama)
dan menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin mengalami hemoragi
subdural kronik tanpa menunjukkan tanda dan gejala
3. Hemoragi subrachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi
penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma pada area sirkulasi wilisi dan
malformasi arteri-vena kongenital pada otak. Arteri didalam otak dapat menjadi
tempat aneurisma.
4. Hemoragi intraserebral paling umum pada pasien dengan hipertensi dan
aterosklerosis serebral karena perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya
menyebabkan ruptur pembuluh darah, pada orang yang lebih muda dari 40 tahun,
hemoragi intraserebral biasanya disebabkan malformasi arteri-vena,
hemangioblastoma dan trauma juga disebabkan oleh tipe patologi arteri tertentu,

22
adanya tumor otak dan penggunaan medikasi (antikoagulan oral, amfetamin dan
berbagai obat adaptif)

Perdarahan biasanya arterial dan terjadi terutama sekitar basal ganglia. Biasanya
awitan tiba-tiba dengan sakit kepala berat. Bila hemoragi membesar, makin jelas
defisit neurologik yang terjadi dalam bentuk penusuran kesadaran dan abnormalitas
pada tanda vital. Pasien dengan perdarahan luas dan hemoragi mengalami penurunan
kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital.
b. Stroke Non Hemoragic
Terbagi atas 2 yaitu :
1. Pada stroke trombotik,oklusi disebakan karena adanya penyumbatan lumen pembuluh
darah otak karena trombus yang main lama makin menebal, sehingga aliran darah
menjadi tidak lancar. Penurunan aluran darah ini ,menyebabkan iskemi yang akan
berlanjut menjadi infark. Dalam waktu 72 jam daerah tersebut akan mengalami
edema dan lama kelamaan akan terjadi nekrosis. Lokasi yang tersering pada stroke
trombosis adalah di percabangan arteri carotis besar dan arteri vertebra yang
berhubungan dengan arteri basiler. Onset stroke trombolik biasanya berjalan lambat.
2. Sedangkan stroke emboli terjadi karena adanya emboli yang lepas dari bagian tubuh
lain sampai ke arteri carotis, emboli tersebut terjebak dipembuluh darah otak yang
lebih kecil dan biasanya pada daerah percabangan lumen yang menyempit, yaitu
arteri carotis dibagian tengah atau Middle Carotid Artery (MCA). Dengan adanya
sumbatan oleh emboli akan menyebabkan iskemik. (Hurlock, 2004)

2.7.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang biasanya dilakukan pada pasien stroke meliputi:

a) Darah lengkap dan LED


b) Ureum, elektrolit, glukosa, dan lipid
c) Rontgen dada dan EKG
d) CT SCAN kepala

23
Pemeriksaan tambahan yang rutin dilakukan oleh seseorang yang terkena stroke adalah
CT SCAN,MRI,dan angiografi pembuluh darahotak.Pemeriksaan ini rutin dan harus
dilakukan oleh dokter untuk memastikan apakah pasien menderita stroke iskemik atau
hemoragik/ perdarahan Pada beberapa rumah sakit yang tidak memiliki fasilitas tersebut,
para dokter biasanya menggunakan suatu protap (prosedur tetap) berupa teknik scoring
yang sudah baku untuk menentukan kondisipasien,seperti Siriraj Score,Besson
Score,danAllen score.Hasil dari scoring tersebut, dokter akanmelakukan diagnosis kerja
apakah pasien mengalami stroke iskemik atau stroke perdarahan.

2.7.8 Komplikasi Stroke


Menurut  Junaidi (2011) komplikasi yang sering terjadi pada pasien stroke yaitu:

a) Dekubitus merupakan tidur yang terlalu lama karena kelumpuh dapat mengakibatkan 
luka/lecet padabagian yang menjadi tumpuan saat berbaring, seperti pinggul, sendi
kaki, pantat dan tumit. Luka dekubitus jika dibiarkan akan menyebabkan infeksi.
b) Bekuan darah merupakan bekuan darah yang mudah terjadi pada kaki yang lumpuh
dan penumpukan cairan.
c) Kekuatan otot melemah merupakan terbaring lama akan menimbulkan kekauan pada 
Otot atau sendi. Penekanan saraf peroneus dapat menyebabkan drop foot. Selain itu 
Dapat terjadi kompres saraf ulnar dan kompresi saraf femoral.
d) Osteopenia dan osteoporosis, hal ini dapat dilihat dari berkurangnya densitas mineral
pada tulang. Keadaan ini dapat disebabkan oleh imobilisasi dan kurangnya paparan
 terhadap sinar matahari.
e) Depresi dan efek psikologis dikarenakan kepribadian penderita atau karena umur 
sudah tua. 25% menderita depresi mayor pada fase akut dan 31% menderita depresi
pada 3 bulan paska stroke dan keadaan ini lebih sering pada hemiparesis kiri.
f) Inkontinensia dan konstipasi pada umumnya penyebab adalah imobilitas, kekurangan 
cairan dan intake makanan serta pemberian obat.

24
g) Spastisitas dan kontraktur pada umumnya sesuai polah emiplegi dan nyeri
bahu pada bagian di sisi yang lemah. Kontraktur dan nyeri bahu (shoulder hand
syndrome) terjadi pada 27% pasien stroke.

2.7.9 Pencegahan Penyakit Stroke

Tindakan pencegahan dibedakan atas pencegahan primer dan sekunder.


Pencegahan primer bertujuan untuk mencegah stroke pada mereka yang belum pernah
terkena stroke. Pencegahan sekunder ditujukan untuk mereka yang pernah terkena stroke
termasuk TIA.(Wahjoepramono, 2005) Pencegahan terjadinya stroke harus dilakukan
sepanjang masa.Dengan bertambahnya usia, kemungkinan untuk terserang stroke. Oleh
karena itu, harus diusahakan untuk selalu mengurangi atau menghilangkan berbagai
faktor resiko, terutama dengan melakukan diet dan olahraga secara teratur.

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya memperbaiki gaya hidup dan
mengatasi berbagai factor resiko. Upaya ini ditujukan pada orang sehat maupun
kelompok resiko tinggi yang belum pernah terserang stroke. Menurut (Wahjoepramono,
2005), pencegahan primer dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidup yang meliputi :

a) Penurunan berat badan : mengupayakan berat badan normal


b) Pola makan yang tidak memicu hipertensi : mengkonsumsi buah-buahan, sayuran, dan
produk susu rendah lemak serta mengurangi konsumsi lemak jenuh
c) Diet rendah garam : mengurangi intake garam <100 mmol per hari (2,4 g Na atau 6 g
NaCl)
d) Aktivitas fisik : aktivitas fisik rutin seperti jalan santai minimal 30 menit per hari.
Berikut adalah upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan primer pada penyakit
stroke:

1. mengatur pola makan yang sehat


2. Melakukan olah raga yang teratur
3. Menghentikan rokok
4. Menghindari minum alkohol dan penyalahgunaan obat

25
5. Memelihara berat badan
6. Menghentikan Pemakaian kontrasepsi oral
7. Penanganan Stress dan Beristirahat Cukup
8. Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Teratur dan Taat Nasihat Dokter dalam hal Diet
dan Obat

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan melalui pengobatan pada faktor risiko. Ini


dilakukan melalui terapi obat untuk mengatasi penyakit dasarnya, seperti penyakit
jantung, diebetes, hipertensi dengan obat-obatan seperti obat antihipertensi,
antihiperlipidemik, antidiabetes.

2.7.10 Penatalaksanaan Stroke

1. Farmakologis
1) Recombinant Tissue Plasminogen Activator (R-TPA)
2) Obat antiagregasi trombosit (inhibitor platelet)
a) Asam asetil salisilat atau aspirin
b) Tiklopidin
c) Clopidogrel
d) Pentoksifilin
3) Antikoagulan
4) Fosfenitoin (antikonvulsan)
5) Anti serotonin
a) Naftidrofuril
6) Inhibitor trambosit
a) Tiklopidini
b) Cilostazol
c) Indobufen
d) Dipiridamol

26
7) Nootropik (neuropeptide)
a) Pirasetam
b) Nisergolin
c) Hydergin
8) Vitamnin E
9) Vitamin C

2. Non Farmakologis
1) Semua penyakit stroke dapat diberikan terapi dengan tindakan alih baring yang
bertujuan untuk mengurangi tekanan dan gaya gesek pada kulit
2) Terapi psiologis
3) Terapi fisik
4) Terapi kognitif
5) Terapi komunikasi

2.7.11Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Menurut Nanda (2015), pengkajian merupakan tahap pertama yang paling penting
dalam proses keperawatan. Pengkajian dibedakan menjadi dua jenis yaitu pengkajian
skrining dan pengkajian mendalam.Kedua pengkajian ini membutuhkan pengumpulan
data dengan tujuan yang berbeda.Menurut PPNI (2016), dalam hal pengkajian pada
pasien Stroke Non Hemoragik menggunakan pengkajian mendalam mengenai deficit
perawatan diri,dengan kategori perilaku dan sub kategori kebersihan diri. Pengkajian
dilakukan sesuai dengan tanda mayor deficit perawatan diri yaitu dilihat dari data
subjektifnya pasien menolak melakukan perawatan diri.Dilihat dari data objektif yaitu
pasien tidak mampu mandi /mengenakan pakaian/ makan/ke toilet/berhias secara mandiri
dan minat perawatan diri kurang.Selain itu, menurut Asmadi (2008), pengkajian

27
keperawatan Stroke Non Hemoragik meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial.

a. Identitas pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, dan
diagnosamedis.

b. Keluhan utama merupakan keluhan yang sering menjadi alasan pasien untuk meminta
bantuan kesehatan, seperti keluarga pasien mengeluh bahwa pasien tidak mampu
melakukan aktivitas ADL secara mandiri yang disebabkan oleh kelemahan otot
motoriknya

c. Riwayat penyakit saat ini merupakan informasi tentang keadaan dan keluhan pasien
saat timbul serangan Stroke Non Hemoragik yang menyebabkan defisit perawatan diri
sehingga pasien tidak mampu untuk melakukan ADL secara mandiri.

d. Riwayat penyakit dahulu merupakan suatu riwayat yang dialami oleh pasien saatdahulu
seperti adanya riwayat stroke sebelumnya, riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit
jantung, anemia, riwayat trauma kepala.

e. Riwayat penyakit keluarga biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,
diabetes mellitus atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.

f. Pengkajian psikososial berhubungan dengan kondisi penyakitnya serta dampak


terhadap kehidupan social pasien. Keluarga dan pasien akan menghadapi kondisi yang
menghadirkan situasi kecemasan atau rasa takut terhadap penyakitnya yang menyebabkan
pasien tidak mampu untuk melakukan ADL secara mandiri.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons pasien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik yang
berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2016).

28
Diagnosa dalampenelitian ini adalah :defisit perawatan diri (mandi, berpakaian,
makan dan toileting) berhubungan dengan gangguan neuromuskuler akibat Stroke Non
Hemoragik yang ditandai dengan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri (mandi,
berpakaian, makan dan toileting) secara mandiri.

3. Intervensi keperawatan

Menurut Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner (2013), intervensi keperawatan


merupakan suatu perawatan yang dilakukan berdasarkan penilaian klinis dan
pengetahuan perawat untuk meningkatkan outcome pasien.Intervensi dibedakan menjadi
duayaitu intervensi perawatan langsung dan tidak langsung.Intervensi perawatan
langsung merupakan suatu perawatan yang dilakukan melalui interaksi dengan
pasien.Intervensi perawatan langsung mencakup tindakan tindakan keperawatan baik
fisiologis maupun psikososial,dimana dalam hal ini dapat dilakukan dengan tindakan
“menggunakan tangan” maupun tindakan yang lebih mendukung dan konseling.
Intervensi perawatan tidak langsung merupakan perawatan yang dilakukan tidak
langsung kepada pasien maupun sekelompok pasien tetapidengan seizing
pasien.Intervensi perawatan tidak langsung mencakup tindakan keperawatan yang
mengatur lingkungan perawatan pasien serta kolaborasi dengan disiplin ilmu
lainnya.Tindakan tersebut mendukung efektifitas intervensi keperawatan yang bersifat
langsung.Berdasarkan Nurarif & Kusuma (2015), rencana asuhan keperawatan yang akan
diberikan pada pasien stroke non hemoragik dengan defisit perawatan diri (mandi,
berpakaian/berhias, makan dan toileting) dengan tujuan sebagai berikut :

1. Mampu melakukan tugas fisik yang paling mendasar seperti mandi, makan,
berpakaian /berhias serta toileting secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
2. Mampu mempertahankan kebersihan pribadi dan penampilan yang rapi secara
mandiri dengan atau tanpa alat bantu
3. Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADL

4. Implementasi keperawatan

29
Implementasi merupakan tahap untuk mengaplikasikan rencana asuhan
keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu pasien mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.Implementasi berlangsung dalam tiga tahap.Fase pertama
merupakan fase persiapan yang mencakup pengetahuan tentang validasi rencana,
implementasi rencana, persiapan pasien dan keluarga.Fase kedua merupakan puncak
implementasi keperawatan yang berorientasi pada tujuan.Fase ketiga merupakan
transmisi perawat dan pasien setelah implementasi keperawatan selesai
dilakukan.Terdapat tindakan yang bias dilakukan untuk mengurangi ketergantungan
dalam hal ADL pasien sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan (Asmadi, 2008).

5. Evaluasi keperawatan

Menurut Asmadi(2008), evaluasi keperawatan pada pasien dilakukan untuk


menilai dan memonitor kemampuan pasien dalam hal melakukan aktivitas sehari-hari
seperti mandi, berpakaian, makan, dan toileting. Dalam perumusan evaluasi keperawatan
biasanya menggunakan empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni S
(Subjektif) merupakan data berupa keluhan pasien, O (Objektif) merupakan data hasil
pemeriksaan, A (Analisis data) merupakan pembandingan data dengan teori, dan P
(Perencanaan) merupakan tindakan selanjutnya yang akan di lakukan oleh perawat.
Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang direncanakan,
yaitu :
a. Mampu melakukan tugas fisik yang paling mendasar seperti mandi, makan,
berpakaian /berhias serta toileting secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
b. Mampu mempertahankan kebersihan pribadi dan penampilan yang rapi secara
mandiri dengan atau tanpa alat bantu
c. Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADL.

30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus di tangani secara
tepat dan cepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul secara mendadak yang
disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah di otak dan bisa terjadi pada siapa
saja dan kapan saja. Stroke dapat mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan bahkan
kematian. Stroke diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik yang terjadi pada
otak yang mengalami gangguan pasokan darah disebabkan karena penyumbatan pada
pembuluh darah otak dan stroke hemoragik yang terjadinya penyumbatan pada dinding
pembuluh darah sudah rapuh (aneurisma) yang mengakibatkan pendarahan akibat pecahnya
pembuluh darah pada area tertentu di dalam otak.
Seseorang lebih mudah beresiko terkena stroke apabila memiliki berbagai faktor resiko
yaitu adanya faktor keturunan, berusia lanjut, jenis kelamin laki-laki dan dan berasal dari
suku asia. Meskipun begitu, ada beberapa faktor resiko seperti mengalami hipertensi, dibetes
melitus, kelainan jantung, merokok, obesitas dan lain sebagainya dapat diatasi dengan
melakukan pencegahan primer maupun sekunder.
Seseorang yang menderita stroke perlu dilakukan berbagai pemeriksaan penunjang
seperti CT scan, MRI, angiografi, pemeriksaan darah, dll. Jika sudah diketahui secara jelas
penyebab dan jenis stroke yang terjadi maka dapat dilakukan penatalaksanaan farmakologis
seperti pemberian obat-obatan dan nonfarmakologi seperti pemberian terapi. Sebagai seorang
perawat, perlu ditegakkan asuhan keperawatan yang sesuai bagi pasien stroke sehingga
memberikan perawatan dan membantu mempercepat proses penyembuhan pasien.
3.2 Saran
Kami selaku penulis menyadari bahwasannya makalah yang disusun masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, jauh dari kata kesempurnaan. Maka dari itu penulis sangat
berharap kepada para pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran dalam penulisan
makalah ini dan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca untuk lebih memahami dan mengetahui konsep dari asuhan
keperawatan pada pasien.

31
DAFTAR PUSTAKA

Arum.(2015). STROKE, Kenali, CegahdanObati.Yogyakarta : Notebook


Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah Brunner &Suddart (Alihbahasa
AgungWaluyo) Edisi 8 vol.3.Jakarta :EGC
Dewanto G., Suwono, W. J., Riyanto, B., Turana Y., (2009). Stroke/GangguanPeredaranDarah
DalamOtak. Jakarta: EGC

Feigin V., 2007. Stroke, PanduanBergambarTentangPencegahandan.Pemulihan Stroke.


Jakarta: PT. BhuanaIlmuPopuler pp. 9-20.

Ginsberg,Lionel. 2008. Lecture Notes: Neurologi. Jakarta: erlangga

Gofir, A., 2009. ... Janssen, A.W.M., Leeuw, F.E., Janssen, M.C.H., 2007. Risk Factors for
Ischemic ... Junaidi, Iskandar., 2011. Stroke WaspadaiAncamannya

Junaidi, Iskandar., 2011. Stroke WaspadaiAncamannya. Yogyakarta : ANDI. Kelompok Studi


SerebrovaskulerPerhimpunanDokterSpesialisSarafIndonesia.,.

Junaidi, Dr. Iskandar. (2011). Stroke WaspadaiAncamannya. Yogyakarta: C.V AndiOfset

Ginsberg,Lionel. 2008. Lecture Notes: Neurologi. Jakarta: erlangga

Muttaqin, A. (2008). AsuhanKeperawatanKliendenganGangguanSistemPersarafan. Jakarta:


SalembaMedika

Nurarif, Amin, Huda &Kusuma, Hardhi.(2015). AsuhanKeperawatanBerdasarkanDiagnosa


Medis& NANDA.Yogyakarta :Mediaction Publishing

Pinzon, R &Asanti, L. (2010).Awas stroke.Yogyakarta :PenerbitAndi.

Purwanto, Hadi. (2016). KeperawatanMedikalBedah II. Jakarta: Kemenkes R


SerebrovaskulerPerhimpunanDokterSpesialisSarafIndonesia.,.
Wahjoepramono. 2005. Stroke Tata LaksanaFaseAkut. Jakarta. UniversitasPelitaHarapan

32

Anda mungkin juga menyukai