Anda di halaman 1dari 15

PENYAKIT TIDAK MENULAR

STROKE

DISUSUN OLEH :
Ayu Tri Sutrisno 1905015279
Bagus Kurniawan 1905015241
Fahsya Vini Noviandini 1905015151
Nita Istiqomah 1905015079
Putri Nelam 1905015277
Rasella Mutiara Putri 1905015164
Refa Rachmaddino 1905015192

Dosen Pengampu : Alib Birwin,S.K.M., M.Epid


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt. Atas nikmat dan
rahmat-Nya yang melimpah sehingga kami mendapat kesempatan untuk menyelesaikan
makalah berjudul “Penyakit Tidak Menular Stroke” ini dengan tepat waktu, guna
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.

Adapun penyusunan makalah ini adalah dengan maksud menganalisis tentang


definisi dan klasifikasi, faktor risiko, prevalensi, diagnosa, dan komplikasi dari penyakit
diabetes melitus.

Selain itu kami juga menyadari bahwa pada makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya, kami sangat menghargai
kritik dan saran agar kemudian dapat kami perbaiki pada masa selanjutnya. Dan semoga
makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan dunia perndidikan.

Jakarta, Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3
2.1 Definisi dan Klasifikasi Stroke......................................................................................3
2.2 Faktor Risiko Stroke......................................................................................................3
2.3 Prevalensi Stroke...........................................................................................................4
2.4 Diagnosa Stroke............................................................................................................6
2.5 Komplikasi Stroke.........................................................................................................8
BAB III PENUTUP..................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

3.1 Latar Belakang

Stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu dan penyebab kematian nomor
tiga di dunia setelah penyakit jantung dan kanker baik di Negara maju maupun
berkembang. Beban akibat stroke terutama disebabkan kecacatan yang juga menimbulkan
baban biaya yang tinggi baik oleh penderita, keluarga, masyarakat, dan Negara penelitian
di Amerika Serikat selama tahun 2008, biaya perawatan dan biaya kompensasi penurunan
produktivitas yang berhubungan dengan angka kejadian stroke dan kecacatan yang
diakibatkannya telah menghabiskan dana 65.5 milyar dollar dalam waktu 1 tahun saja.
Data penelitian di Amerika, menemukan angka insidensi 795.000 kasus baru, prevalensi
2.980.000 dan mortalitas 150.000 pertahun.

Penelitian epidemiologi stroke regional Asia Timur (Cina, Hongkong, Taiwan,


Japan, Korea Selatan, dan Korea Utara serta Negara-negara ASEAN) selama tahun 1984-
2004, menemukan angka kejadian kasus baru 4995 di Cina, Taiwan, dan Jepang.
Insidensi di Cina sebesar 484/100.000 dan Jepang 201/100.000. Di Asia Tenggara, 2005,
dilaporkan prevalensi 4,05/1000 di Singapura, dan Thailand, prevalensi stroke
690/100.000 penduduk.

Di Asia seperti Singapura, dengan meningkatnya mutu pelayanan dan teknologi


kesehatan, angka kematian menurun dari 99 menjadi 55/100.000 penduduk, sedangkan di
Thailand dilaporkan kematian akibat stroke 11/100.000 penduduk. Hal ini mengakibatkan
jumlah penderita pasca stroke yang selamat dengan kecacatan meningkat di masyarakat.

Di Indonesia menurut Riskesdas 2007 stroke juga merupakan penyebab kematian


pada semua kelompok umur tertinggi dengan proporsi 15,4%, sedangkan pada kelompok
umur 55-64 tahun mencapai 26,8% baik di perkotaan maupun pedesaan dan kasus stroke
termuda ditemukan pada kelompok umur 18-24 tahun. Prevalensi stroke di Indonesia
sebesar 8,3/1000 penduduk dan yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah
6/1000 penduduk. Provinsi dengan prevalensi stroke tertinggi dijumpai di NAD
(16,6/1000) dan terendah di Papua (3,8/1000).

1
Pada tahun 2004 pasien rawat inap 23.636 orang dengan CFR 17,8% pasien rawat
jalan di tahun yang sama berjumlah 26.195 orang, terjadi peningkatan pasien stroke rawat
jalan pada tahun 2005 sejumlah 96.095 orang.

Data mengenai faktor risiko yang dapat memicu terjadinya stroke juga meningkat
seperti prevalensi hipertensi umur > 18 tahun di Indonesia sebesar 31,7% dengan kasus
hipertensi terdiagnosis/minum obat 23,9% dan tidak terdiagnosis 76,1%. Pengendalian
stroke dilakukan melalui sistem pelayanan kesehatan primer dan sekunder, oleh
organisasi profesi, peneliti, universitas dan LSM selama ini belum terintegrasi sehingga
diperlukan pengendalian stroke melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif
secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan sesuai deng kompetensi.

3.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Apa yang dimaksud dengan penyakit Stroke?
2. Apa saja klasifikasi dari penyakit Stroke?
3. Apa yang menjadi faktor risiko dari penyakit Stroke?
4. Bagaimana prevalensi penyakit Stroke?
5. Bagaimana diagnosa dari penyakit Stroke?
6. Bagaimana komplikasi yang dikeluarkan dari penyakit Stroke?

3.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui definisi penyakit Stroke.
2. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit Stroke.
3. Untuk mengetahui faktor risiko penyakit Stroke.
4. Untuk mengetahui prevalensi penyakit Stroke.
5. Untuk mengetahui diagnosa penyakit Stroke.
6. Untuk mengetahui komplikasi penyakit Stroke.

2
BAB II
PEMBAHASAN

3.4 Definisi dan Klasifikasi Stroke


Definisi
Stroke adalah suatu keadaan dimana ditemukan tanda-landa klinis yang berkembang
cepat berupa defisit neurologi fokal atau global, yang dapat memberat dan berlangsung
selama 24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain
yang jelas selain vaskuler (WHO,1986)

Klasifikasi
Stroke dapat dibedakan dalam 2 kelompok besar, yaitu :
1. Stroke lskemik
Terganggunya sel neuron dan glia karena kekurangan darah akibat sumbatan arteri
yang menuju otak atau perfusi otak yang inadekuat. Sumbatan dapat disebabkan oleh
2 keadaan yaitu :
a) Trombosis dengan gambaran defisit neurologis dapat memberat dalam 24 jam
pertama atau lebih.
b) Emboli dengan gambaran defisit neurologis pertama kali muncul langsung
sangat berat, biasanya serangan timbul saat beraktifitas.
2. Stroke Perdarahan
Terjadi perdarahan intrakranial akibat pecahnya pembuluh darah otak.

3.5 Faktor Risiko Stroke


Identifikasi faktor risiko stroke sangat bermanfaat untuk perencanaan intervensi
pencegahan. Berbagai penelitian telah berhasil mengidentifikasi faktor-faktor risiko
stroke antara lain herediter, usia, jenis kelamin, sosioekonomi, letak geografi, makanan
tinggi lemak dan kalori, kurang makan sayur buah, merokok, alkohol, aktifitas fisik
kurang, hipertensi, obesitas, diabetes melitus, aterosklerosis, penyakit arteri perifer,
penyakit jantung, dan dislipidemia. Dalam literature review menunjukkan bahwa diabetes
secara signifikan meningkatkan kejadian stroke. Hipertensi, termasuk borderline
hipertensi, menjadi faktor risiko paling penting berdasarkan derajat risiko terjadinya

3
stroke. Pre hipertensi meningkatkan risiko stroke (RR 1,66; 95% CI 1,51- 1,81)
dibanding tekanan darah optimal (<120/80 mm Hg). Stroke juga dapat terjadi akibat
tuberculosis (Tb) dan menurut laporan Riskesdas 201013 penderita tuberculosis semakin
meningkat di Indonesia. Stroke yang terjadi akibat Tb adalah stroke iskhemia bukan
hemoragik. Belum diketahui dengan jelas mekanismenya, diduga akibat endotoxin
bakteri M.tuberculosis dan aksi dari sitokin menimbulkan disfungsi endotel yang
berkaitan dengan terjadinya aterosklerosis.
Faktor risiko dominan stroke secara nasional belum ada sehingga dilakukan
analisis ini agar intervensi pencegahan melalui deteksi dini dan pencegahan/ terapi secara
umum dapat dilakukan dengan tepat. Sebenarnya sangat menarik sekali jika analisis
faktor risiko dominan dilakukan berdasarkan kabupaten/kota karena pola makan,
aktifitas, dan gaya hidup berbedabeda akibat kultur budaya kabupaten/kota yang berbeda.
Namun demikian, analisis tersebut belum dapat dilakukan saat ini karena prevalensi
stroke sangat kecil.

3.6 Prevalensi Stroke

4
Data Penyakit Stroke di Indonesia Prevalensi penyakit tidak menular seperti
kanker, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, hipertensi dan stroke berdasarkan hasil
Riskesdas tahun 2018 meningkat dibandingkan tahun 2013. Prevalensi kanker meningkat
dari 1,4% tahun 2013 menjadi 1,8% tahun 2018, penyakit ginjal kronis dari 2% menjadi
3,8%, diabetes melitus dari 6,9% menjadi 8,5%, hipertensi dari 25,8% menjadi 34,1%
dan stroke dari 7% menjadi 10,9%.

Secara nasional, prevalensi stroke di Indonesia tahun 2018 berdasarkan diagnosis


dokter pada penduduk umur 215 tahun sebesar 10,9% atau diperkirakan sebanyak
2.120.362 orang. Provinsi Kalimantan Timur (14,7 %) dan DI Yogyakarta (14,6 %)
merupakan provinsi dengan prevalensi tertinggi stroke di Indonesia. Sementara itu, Papua
dan Maluku Utara memiliki prevalensi stroke terendah dibandingkan provinsi lainnya
yaitu 4,1% dan 4,6%.

5
Berdasarkan kelompok umur terlihat bahwa kejadian penyakit stroke terjadi lebih
banyak pada kelompok umur 55-64 tahun (33,3 %) dan proporsi penderita stroke paling
sedikit adalah pada kelompok umur 15-24 tahun. Laki-laki dan perempuan memiliki
proporsi kejadian stroke yang hampir sama. Sebagian besar penduduk yang terkena stroke
memiliki pendidikan tamat SD (29,5 %). Hal ini sama dengan karakteristik penyakit tidak
menular lainnya. Sebagian besar penderita stroke juga tinggal di daerah perkotaan (63,9
%), sedangkan yang tinggal di perdesaan sebesar 36,1%.

Proporsi kepatuhan kontrol stroke ke fasilitas pelayanan kesehatan secara nasional


yaitu penderita yang berobat rutin sebesar 39,4%, tidak rutin/kadang-kadang sebesar
38,7% dan penderita yang tidak pernah memeriksakan ulang sebesar 21,9%. Kalimantan
Utara memiliki proporsi tertinggi yaitu sebesar 55,8% dan proporsi terendah di Maluku
(23,2 %). Provinsi Kalimantan Timur memiliki prevalensi stroke tertinggi, namun justru
memiliki proporsi kontrol stroke ke fasilitas pelayanan kesehatan yang cukup rendah
(33,1 %), bahkan di bawah proporsi nasional (39,4 %). (Kemenkes, 2019)

3.7 Diagnosa Stroke


a. Diagnosis Klinis/Fisik

6
1. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pasien secara keseluruhan yang biasanya
diawali dengan memeriksa tekanan darah, detak jantung, dan bunyi abnormal di
pembuluh darah leher dengan menggunakan stetoskop. Selama melakukan
pemeriksaan fisik, dokter juga akan memeriksa beberapa hal berikut:
 Kemampuan koordinasi dan keseimbangan tubuh
 Tingkat kewaspadaan
 Mati rasa atau kelemahan pada wajah, lengan, dan tungkai
 Gangguan berbicara atau penglihatan
2. CT-scan
CT-scan merupakan suatu alat penunjang diagnostik yang menggunakan pencitraan
sinar X dan memiliki kemampuan mendeteksi struktur otak dengan sangat baik,
dipakai pada kasus-kasus emergensidan menentukan tingkatan dalam stroke.
3. MRI
Pemeriksaan MRI menggunakan gelombang radio dan magnet untuk menghasilkan
gambaran detail dari otak pasien. MRI dapat mendeteksi jaringan otak yang
mengalami kerusakan akibat stroke iskemik dan perdarahan otak.
4. Elektrokardiografi
Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG)dilakukan untuk mengetahui aktivitas listrik
pada jantung, sehingga dokter dapat mendeteksi adanya gangguan irama jantung atau
penyakit jantung koroner yang mungkin menyertai.
5. USG doppler karotis
Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar detail
aliran darah dalam pembuluh arteri karotis di leher. Arteri katoris merupakan arteri
yang menuju ke otak dan terdapat di setiap sisi leher.

b. Diagnosis Kimia/Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada stroke akut meliputi beberapa


parameter yaitu pemeriksaan hematologi rutin, pemeriksaan kimia darah lengkap,
pemeriksaan hemostasis. Hematologi rutin memberikan data tentang kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah eritrosit, lekosit dan trombosit serta morfologi sel darah.

7
Trombositemia meningkatkan kemungkinan terjadinya agregasi dan terbentuknya
trombus.

Pemeriksaan kadar glukosa darah untuk mendeteksi adanya hipoglikemia maupun


hiperglikemia, karena pada kedua keadaan ini dapat dijumpai gejala neurologis.
Pemeriksaan elektrolit bertujuan mendeteksi adanya gangguan elektrolit baik untuk
natrium, kalium, kalsium, fosfat dan magnesium yang semuanya dapat menyebabkan
depresi susunan saraf pusat. Analisa gas darah juga perlu dilakukan, karena hipoksia dan
hiperkapnia juga dapat menyebabkan gangguan neurologis.

Kemudian melakukan tes darah, hal ini, dilakukan untuk memeriksa beberapa hal berikut
ini:

 Kadar gula dalam darah


 Jumlah sel darah untuk mengetahui kemungkinan adanya infeksi
 Kecepatan pembekuan darah (hemostasis)
 Keseimbangan zat kimia dan elektrolit dalam darah untuk mengetahui fungsi
organ

3.8 Komplikasi Stroke


Stroke dapat menyebabkan munculnya berbagai masalah kesehatan lain yang
sebagian besar membahayakan nyawa. Beberapa komplikasi stroke yang mungkin
muncul adalah :

 Deep vein thrombosis


Penderita stroke dapat mengalami penggumpalan darah di tungkai yang mengalami
kelumpuhan. Kondisi tersebut dikenal sebagai deep vein thrombosis. Deep vein
thrombosis dapat diobati dengan obat antikoagulan.
 Hidrosefalus
Sebagian penderita stroke hemoragik dapat mengalami hidrosefalus. Hidrosefalus adalah
komplikasi yang terjadi akibat menumpuknya cairan di dalam rongga otak. Untuk
menanganinya, dokter bedah saraf akan memasang sebuah selang khusus ke dalam otak
untuk membuang cairan yang menumpuk tersebut.
 Pneumonia aspirasi

8
Pneumonia aspirasi disebabkan oleh kerusakan saraf pada otot-otot yang berfungsi untuk
menelan, akibatnya makanan dan minuman yang dikonsumsi berisiko masuk ke dalam
saluran pernapasan.

9
BAB III
PENUTUP

3.9 Kesimpulan
Stroke adalah suatu keadaan dimana ditemukan tanda-landa klinis yang
berkembang cepat berupa defisit neurologi fokal atau global, yang dapat memberat dan
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan kematian, tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Klasifikasi stroke dibagi menjadi 2
kelompok besar yaitu, stroke iskemik, dan stroke pendarahan. Faktor risiko stroke antara
lain herediter, usia, jenis kelamin, sosioekonomi, letak geografi, makanan tinggi lemak
dan kalori, kurang makan sayur buah, merokok, alkohol, aktifitas fisik kurang, hipertensi,
obesitas, diabetes melitus, aterosklerosis, penyakit arteri perifer, penyakit jantung, dan
dislipidemia. Diagnosis stroke juga dibagi menjadi 2 yaitu, diagnosis klinis/fisik, dan
diagnosis kimia/laboratorium. Diagnosis klinis/fisik mencakup pemeriksaan dokter secara
fisik, CT-scan, MRI, elektrokardiografi, USG doppler karotis. Sedangkan diagnosis
kimia/laboratorium mencakup pemeriksaan hematologi rutin, pemeriksaan kimia darah
lengkap, pemeriksaan hemostasis. Beberapa komplikasi stroke yang mungkin muncul
adalah Deep vein thrombosis, hidrosefalus, pneumonia aspirasi.

3.10 Saran
1. Bagi keluarga
Bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan penyakit stroke, adanya
hubungan kada kolesterol tinggi terhadap insiden stroke berulang, maka
diharapkan keluarga menjaga kadara kolesterol yang tinggi untuk mencegah
terjadinya stroke berulang terjadi.
2. Bagi responden
Agar pasien dapat mengetahui kada kolesterol tinggi yang dapat menyebabkan
stroke berulang, maka responden harus wajib control kadar kolesterol agar
responden mengetahui seberapa kadar kolesterolnya dan juga untuk mencegah
terjadinya stroke berulang.

10
3. Bagi petugas kesehatan
Selain memberikan pengarahan dan informasi kepada pasien yang terkena stroke,
diharapkan juga memberikan pengarahan dan informasi mengenai penyebab
stroke berulang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes, R. (2019). Infodantin Stroke Kemenkes Ri 2019. In Infodantin Stroke Kemenkes RI


2019.

12

Anda mungkin juga menyukai