Anda di halaman 1dari 19

LogoType

TBC (Tuberku-
losis)
1.Maghfiroh (1905015170)
2. M. Izuddin Akram W. (1905015026)
3. M. Naufal Ilham S. (1905015215)
4. Retno Eka Pamuji (1905015036)
5. Shafa Azzahra Camila (1905015226)
6. Utami Nurul W. (1905015098)

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Pokok bahasan
Insert the title of your subtitle Here

Teknik pe- Pencegahan


penyebab meriksaan dan pengob-
atan

definisi Analisi kasus 1 Faktor yang


dan 2 memperngaruhi
Definisi TBC
DEFINISI TBC
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius terutama menyerang parenkim
paru. TB paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bacil
Mycobacterium Tuberculosis yang merupakan salah satu penyakit saluran
pernapasan bagian bawah. Sebagian besar bakteri M. Tuberculosis masuk
ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya
mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer (Wijaya & Putri,
2013)
PENYEBAB TBC
PENYEBAB TBC
PENYEBAB TBC

Mycobacterium tuberculosis terbawa partikel di udara, disebut


droplet nuklei, dengan diameter 1-5 mikron. Droplet nuklei
infeksiosa dihasilkan ketika orang yang menderita penyakit TB
paru atau laring batuk, bersin, berteriak, atau bernyanyi.
Bergantung pada lingkungan, partikel kecil ini dapat tetap ada
ditangguhkan di udara selama beberapa jam. M. tuberculosis
ditularkan melalui udara, bukan melalui permukaan kontak.
penularan terjadi bila seseorang menghirup droplet nuklei yang
mengandung M. tuberculosis dan inti tetesan melintasi mulut atau
saluran hidung, saluran pernapasan bagian atas dan bronkus
untuk mencapai alveoli paru-paru.
ANALISIS KASUS
Analisis kasus I
Analisis Spasial dan Faktor Risiko Tuberkulosis Paru di Kecamatan Sidikalang, Kabupaten
Dairi-Sumatera Utara tahun 2018
Analisis kasus I

Variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan TB Paru adalah pekerjaan, status gizi, status merokok, dan riwayat kontak. Orang den-
gan status gizi berisiko lebih tinggi 10 kali dibandingkan dengan orang dengan status gizi tidak berisiko. Orang yang ada riwayat kontak den-
gan penderita TB Paru lebih tinggi 8 kali dibandingkan dengan orang yang tidak ada riwayat kontak dengan penderita TB Paru.

Risiko menderita TB Paru adalah 3,4 kali lebih tinggi pada orang yang tidak bekerja dibandingkan dengan orang yang bekerja. Dalam penelitian ini
dari 23 orang penderita TB Paru yang tidak bekerja sebesar 69,6% memiliki status gizi berisiko, ini berarti penderita TB Paru yang tidak beker-ja
sulit memenuhi konsumsi makanan bergizi dikarenakan ketidakmampuan secara finansial. Sekitar 30,4% penderita TB Paru yang tidak bekerja
mengalami kontak serumah dengan penderita TB Paru sehingga meningkatkan risiko terkena TB Paru.

Orang yang merokok lebih tinggi 6 kali dibandingkan orang yang tidak merokok. Proporsi penyakit TB pada perokok cukup besar yakni sebesar
71,4%. Dari 25 orang penderita TB perokok, 72% adalah perokok sedang dan 20% perokok berat. Hal ini perlu mendapat perhatian petugas kese-
hatan dalam edukasi penderita TB Paru agar berhenti merokok karena berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan penyakit TB Paru.
Analisis kasus II
Faktor-Faktor Terjadinya Tuberkulosis di Puskesmas Depok 3 Sleman
Yogyakarta tahun 2014
Analisis kasus II

Pada variabel kebiasaan merokok, memperoleh nilai p value 1,000 dan CI 0,340- 2,942 berarti secara statistik tidak ada hubungan antara
kebiasaan merokok dengan kejadian tuberkulosis di Puskesmas Depok 3 Kabupaten Sleman. Artinya merokok bukan faktor risiko kejadian
tuberkulosis.

Berdasarkan hasil penelitian variabel kepadatan hunian rumah memperoleh nilai P value 0,422 < 0,05 berarti tidak ada hubungan antara
kepadatan hunian rumah dengan terjadinya tuberkulosis di Puskesmas Depok 3 Kabupaten Sleman. Tidak terbuktinya kepadatan hunian
rumah dengan terjadinya tuberkulosis dikarenakan karena dari hasil observasi diperoleh data bahwa rata- rata kepadatan hunian rumah
45m2 , hal ini masih memenuhi syarat kesehatan artinya luas rumah masih sebanding dengan jumlah penghuninya, sehingga tidak menye-
babkan overcrowded dan kemungkinan kecil untuk terkena tuberkulosis.

Pada variabel status ekonomi memperoleh nilai p value 1,000 < 0,05 dan CI 0,351-3,594 berarti tidak ada hubungan antara status ekonomi
dengan kejadian tuberkulosis di Puskesmas Depok 3 Kabupaten Sleman. Namun nilai OR 1,123, artinya orang dengan pendapatan keluarga
di bawah UMR berisiko 1,123 kali lebih besar terkena tuberkulosis dibandingkan orang dengan pendapatan keluarga diatas UMR. Hal ini be-
rarti variabel status ekonomi tidak bermakna secara statistik namun bermakna secara biologi.
Ketiga faktor yaitu kepadatan hunian rumah, kebiasaan merokok dan status ekonomi secara statistic tidak ada hubungan yang signifikan
dengan kejadian tuberkulosis di Puskesmas 3 Depok Kabupaten Sleman.
TEKNIK PEMERIKSAAN
Teknik pememriksaan
question Kultur BTA
Dokter akan menanyakan keluhan Jika dokter membutuhkan hasil
dan penyakit yang pernah di derita yang lebih spesifik dokter mengan-
jurkan kultur BTA yang menggu-
nakan sample dahak, biasanya un-
fisik tuk menentukan efektif atau tidak
obat TBC
Mendengarkan suara napas di
paru-paru, memeriksa ada atau
Pendukung diagnosis
tidaknya pembesaran kelenjar
Foto rontgen, CT scan, tes kulit
mantoux atau tuberculin skin test,
BTA (Bakteri Tahan Asam)
test darah.
Pemeriksaan BTA dapat menggu-
nakan sample selain dahak
Faktor yang mempengaruhi
Faktor yang mem-
pengaruhi TBC
Penyakit TB dipengaruhi oleh beberapa faktor pejamu.
Adapun faktor yang berkaitan dengan pejamu antara lain
usia, jenis kelamin, ras, sosial ekonomi, kebiasaan hidup,
status perkawinan, pekerjaan, keturunan, nutrisi, dan imu-
nitas
Pencegahan dan pengobatan
Pencegahan TBC
Insert the title of your subtitle Here

Pencegahan dan pengendalian faktor risiko TBC dilakukan


dengan cara:

 Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat


 Membudayakan perilaku etika berbatuk
 Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas
perumahan dan lingkungannya sesuai dengan standar
rumah sehat
 Peningkatan daya tahan tubuh
 Penanganan penyakit penyerta TBC
 Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TBC
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dan di luar Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.

Your Text Here


Pengobatan TBC

Obat untuk TBC merupakan kombinasi dari isoniazid, rifampicin, 


pyrazinamide dan ethambutol. Sama seperti semua obat, obat TBC juga
memiliki efek samping, antara lain:
 Warna urine menjadi kemerahan
 Menurunnya efektivitas pil KB, KB suntik, atau susuk
 Gangguan penglihatan
 Gangguan saraf
 Gangguan fungsi hati
Karena efek samping yang mungkin terjadi, kombinasi obat dan dosisnya
bisa berbeda pada beberapa kasus spesial, misalnya tuberkulosis pada anak
dan ibu hamil.
Untuk penderita yang sudah kebal dengan kombinasi obat tersebut, akan
menjalani pengobatan dengan kombinasi obat yang lebih banyak dan lebih
lama. Lama pengobatan dapat mencapai 18-24 bulan.Selama pengobatan,
penderita TBC harus rutin menjalani pemeriksaan dahak untuk memantau
keberhasilannya.
Daftar Pangaribuan, L., Kristina, K., Perwitasari, D., Tejayanti, T., & Lolong, D. B. (2020). Faktor-Fak-
tor yang Mempengaruhi Kejadian Tuberkulosis pada Umur 15 Tahun ke Atas di Indonesia.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 23(1), 10–17. https://doi.org/10.22435/hsr.v23i1.2594

pustaka Diagnosis Tuberkulosis TBC (Tuberkulosis) - Alodokter. (n.d.). Retrieved January 3, 2021,
from https://www.alodokter.com/tuberkulosis/diagnosis
Pengobatan TBC (Tuberkulosis) - Alodokter. (n.d.). Retrieved January 3, 2021, from https://
www.alodokter.com/tuberkulosis/pengobatan
Bulan, P. (n.d.). Pendahuluan DICARI PARA PEMIMPIN UNTUK DUNIA BEBAS TBC. Re-
trieved January 3, 2021, from www.who.int/gho/mortality_burden_disease/cause_death/
top10/en/
(No Title). (n.d.). Retrieved January 3, 2021, from https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/
download/pusdatin/infodatin/infodatin-tuberkulosis-2018.pdf
Prevention, C. for D. C. and. (2013). Core Curriculum on Tuberculosis : What the Clinician
Should Know. Centers for Disease Control and Prevention National Center for HIV/AIDS, Viral
Hepatitis, STD, and TB Prevention Division of Tuberculosis Elimination, 1–320. http://www.cd-
c.gov/tb.
Pristiyaningsih, A., Darmawati, S., & Sri Sinto Dewi. (2017). Gambaran Suspek TB Paru di
Wilayah UPT Puskesmas Tunjungan Blora. Unimus, 2–3.
Ardhitya, S., Sofiana , L. (2015). FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA TUBERKULOSIS.
KESMAS 10 (2).122-128. https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/3372

Anda mungkin juga menyukai