Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyebaran penyakit tuberkulosis paru berasal dari

penderita TBC dengan BTA positif. Pada waktu batuk, meludah dan

bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk

droplet (percikan dahak). Orang akan terinfeksi apabila droplet

tersebut terhirup dalam saluran pernafasan dan dipengaruhi oleh

faktor: kedekatan dengan sumber infeksi, lamanya kontak, derajat

infeksi tuberkulosis paru, kepadatan penduduk, dan ventilasi yang

kurang (Issellbaccer,2000).

Ruang perawatan tanpa sirkulasi udara yang tidak baik

merupakan tempat ideal untuk penularan bagi para pekerjanya.

Oleh karena itu, harus ada pemeriksaan lebih lanjut. Terutama

pada dahak si penderita, dan jika ia terdeteksi TBC positif, maka

mudah penularannya, Tuberculosis adalah penyakit yang tergolong

mudah ditularkan dari si penderita. Kuman berpindah dari seorang

pasien TBC menular dengan BTA positif yang batuk dan

menyebabkan basil melalui udara yang terhirup orang sehat.

Kuman TBC dihamburkan oleh penderita TBC pada saat ia batuk.

Maka itu diibaratkan seperti polusi kuman (www.

Seputar_indonesia.com 2009)
Pada umumnya, penularan TBC terjadi di dalam ruangan.

Daya penularan dari seorang pasien ditentukan banyaknya kuman

yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil

pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. “Peredaran

udara yang baik akan mengurangi timbulnya penyakit ini,” ujar

Erwin pada seminar “Peran Serta Sektor Swasta dalam

Penanggulangan Tuberkulosis” di Jakarta (Seputar_indonesia.com,

2009)

Dijelaskannya, penderita TB paru merupakan orang yang

memiliki potensi untuk menularkan kuman TB. Karena itu, mereka

yang terdeteksi sebagai pembawa harus segera ditangani, karena

bisa menularkan TB ke sepuluh sampai lima belas orang di

sekitarnya. (DEPKES 2009)

Dr.,Yulianti Hadisoebroto, Kepala Bidang Promosi dan

Pengembangan Sumber Daya, Balai Besar Kesehatan Paru

Masyarakat (BBKPM) Bandung menjelaskan, pengobatan TB yang

terputus akan mengakibatkan kuman TB menjadi resisten terhadap

obat yang pernah diberikan, sehingga proses pengobatan harus

diulang dari awal. Yang lebih membahayakan, penderita TB

dengan kuman yang resisten, akan menularkan kuman itu ke orang

lain, sehingga di tubuh orang yang tertular akan hidup kuman yang

resisten pula. (DEPKES 2009)

2
Susana Laorensia, Kepala Seksi Promosi Balai Besar

Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Bandung, mengatakan,

karena risiko itulah, maka penularan BTA positif harus diputus.

Dan untuk memutus rantai penularannya, harus dilakukan secara

bersama-sama antara masyarakat, dan pemerintah secara lintas

sektor. Juga dikatakan Susan, sulitnya penanganan TB,

disebabkan oleh persepsi masyarakat tentang TB. Selain karena

proses pengobatannya yang lama, masyarakat sering salah

persepsi tentang perbedaan sehat dan tidak sehat. (DEPKES 2009)

Cakupan deteksi dan penanganan tuberculosis (TB) di Jawa Barat

masih rendah. Pada tahun 2008, cakupan deteksi dan penanganan

itu hanya mencapai 67 persen, padahal tahun sebelumnya,

cakupan penanganan di Jabar pernah sampai 70 persen.

Persoalan itu terungkap dalam diskusi tentang Hari Tuberculosis

Dunia di Forum Diskusi Wartawan Bandung (FDWB) di Sasana

Budaya Ganesha, (DEPKES 2009)

Dari hasil penelitian sebelumnya  yaitu dari Suhardi (2008)

dengan judul ”HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN

TB PARU DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU DI

WILAYAH PUSKESMAS PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG 2008”

Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara

pengetahuan pasien TB paru dengan perilaku pencegahan

penularan TB paru di wilayah Puskesmas Pringsurat Kabupaten

3
Temanggung dengan nilai p = 0,042 < 0,05 dengan kekuatan

hubungan lemah ( C = 0,376 ) namun secara statistik bermakna ( p

= 0,40 ) Ada hubungan yang bermakna secara statistik antara sikap

pasien TB paru dengan perilaku pencegahan penularan TB paru di

wilayah Puskesmas Pringsurat Kabupaten Temanggung dengan

nilai p = 0,032 < 0,05 dengan kekuatan hubungan lemah ( C =

0,368 ) namun secara statistik bermakna ( p = 0,40 )

Penyakit Tuberkulosis paru (TB paru) telah menginfeksi

sepertiga dari jumlah penduduk dunia. Sembilan juta orang jatuh

sakit setiap tahunnya bahkan dua juta di antaranya meninggal

dunia karena penyakit TB paru. Indonesia tercatat sebagai negara

yang memberikan kontribusi penderita TB Paru nomor tiga terbesar

di dunia setelah India dan Cina, yaitu terdapat 234.000 orang kasus

baru BTA positif, dan setiap hari sekitar 300 orang meninggal

karena penyakit ini. (WHO, 2008)

Di negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari

kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan.

Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara-negara

berkembang Dengan munculnya epidemi HIV/AIDS di dunia jumlah

penderita TB akan meningkat. Kematian wanita karena TB lebih

banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan serta

nifas (WHO). WHO mencanangkan keadaan darurat global untuk

penyakit TB pada tahun 1993 karena diperkirakan sepertiga

4
penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB. (www.infeksi.com,

2009)

Di Jawa Barat, tuberkulosis merupakan penyebab kematian

nomor 2 setelah penyakit jantung dan sirkulasi darah. Pada Tahun

2006 penderita TB Paru yang telah ditemukan dan diobati

sebanyak 53.695 kasus, sekitar 30.515 kasus atau 57% kasus TB

Paru yang ditemukan dan diobati adalah kasus baru TB paru

dengan BTA positif (Dinkes Jawa Barat, 2007).

Tabel 1. Data keadaan morbiditas pasien TB paru BTA (+) dan BTA
(-) Rawat Inap RSP Provinsi Jawa Barat, tahun 2008
Menurut
Menurut golongan umur
Sex
Diag-
28hr 15- 25- 45- Jml
nosis 1-4 5-14 65+
- <1 24 44 64 Lk Pr
thn thn thn
thn thn thn thn
Tb
Paru 4 68 185 194 67 331 187 518
BTA +
TB
Paru 7 70 176 186 91 342 188 530
BTA -
(Rekam Medik RSP Provinsi Jawa Barat Cirebon, 2009).

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa tuberkulosis paru BTA

positif masih tinggi ditemukan dimasyarakat. Meskipun adanya

kemajuan dan perkembangan pengobatan tuberkulosis paru dan

pemerintah telah melakukan banyak upaya penanggulangan

masalah ini. Antara lain telah menghabiskan anggaran yang tidak

sedikit, tetapi penanggulangan penyakit ini belum bisa berhasil

5
secara maksimal, bahkan bahaya akan penularan penyakit

tuberkulosis paru ini terus meningkat yang akan meningkatkan juga

jumlah penderita.

Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat merupakan rumah

sakit khusus yang melayani kesehatan paru, serta menjadi pusat

rujukan kesehatan paru di Wilayah III Jawa Barat. Rumah Sakit Paru

Provinsi Jawa Barat juga sebagai unit pelayanan yang turut dalam

kebijaksanaan operasional penanggulangan tuberkulosis.

Ruang Bougenvile adalah ruang kelas III dengan kapsitas 24

orang dibagi menjadi 4 ruangan dengan jumlah pasien perkamar 6

orang, tidak ada pemisahan pasien menurut diagnosa penyakit,

pemisahan hanya di bedakan menurut kelas perawatan, yang

berpotensial terhadap penularan Tb paru dalam satu ruangan

Perilaku pada dasarnya adalah salah satu respon terhadap

stimulus yang dapat bersifat pasif dan aktif. Bersifat pasif

(pengetahuan, sikap, persepsi) yaitu bagaimana orang tersebut

dapat mengetahui, menyikapi dan mempersepsikan sesuatu

sedangkan respon yang bersifat aktif yaitu tindakan yang bersifat

nyata dan praktis (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Notoatmodjo bahwa perilaku manusia sebenarnya

merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti

pengetahuan, persepsi, keinginan, minat, sikap dan sebagainya,

sehingga seseorang yang memiliki pengetahuan seyogianya dapat

6
mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperolehnya, namun

untuk mengaplikasikan pengetahuan tersebut diperlukan juga suatu

sikap yang mendukung yang kuat. Dari pengetahuan tersebut akan

menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang

diketahuinya, apakah ia mendukung atau tidak mendukung. Jika

seseorang tersebut mendukung maka kemungkinan ia akan

berperilaku sesuai dengan sikapnya, begitu pula sebaliknya.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan

penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2005)

Sikap adalah penilaian seseorang terhadap stimulus atau

objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan termasuk upaya

mencegah penularan TB paru) setelah seseorang mengetahui

stimulus atau objek kesehatan tersebut. Sikap seseorang dapat

berupa sikap yang positif yaitu perasaan yang mendukung

(favorable) maupun sikap yang negative yang merupakan sikap yang

tidak mendukung (unfavorable) pada objek (Azwar, 2003).

Berdasarkan pernyataan diatas penulis memandang perlu

untuk meneliti lebih jauh tentang hubungan antara pengetahuan

sikap pasien TB Paru BTA positif dengan upaya pencegahan

7
penularan di Ruang Bougenville kelas III A Rumah Sakit Paru

Provinsi Jawa Barat

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan

masalah "Apakah ada hubungan pengetahuan, sikap dan motivasi

pasien TB Paru BTA positif dengan upaya pencegahan penularan

penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Bougenville Rumah Sakit Paru

Provinsi Jawa Barat”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan,

sikap, dan motivasi pasien TB Paru BTA positif dengan upaya

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang

Bougenville Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat

1.3.2 Tujuan khusus

1 Untuk mengidentifikasi pengetahuan pasien TB Paru BTA

positif dengan upaya pencegahan penularan TB Paru

2 Untuk mengidentifikasi sikap pasien TB Paru BTA positif

dengan upaya pencegahan penularan TB Paru

3 Untuk mengidentifikasi motivasi pasien TB Paru BTA

positif dengan upaya pencegahan penularan TB Paru

8
4 Untuk mengetahui hubungan pengetahuan pasien TB Paru

BTA positif terhadap upaya pencegahan penularan TB

Paru

5 Untuk mengetahui hubungan sikap pasien TB Paru BTA

positif terhadap upaya pencegahan penularan TB Paru

6 Untuk mengetahui hubungan motivasi pasien TB Paru BTA

positif terhadap upaya pencegahan penularan TB Paru

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

gambaran secara objektif tentang faktor yang mempengaruhi

pasien TB Paru BTA positif melakukan upaya pencegahan

penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Bougenville

Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat dan dapat digunakan

sebagai salah satu pertimbangan dalam menyusun program

pemberantasan penyakit tuberkulosis,

1.4.2 Bagi Perawat

Hasil penelitan ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukkan yang bermanfaat bagi Perawat dalam mengajarkan

upaya pencegahan penularan penyakit tuberkulosis paru.

9
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan data dasar bagi peneliti selanjutnya

dalam melakukan penelitian lain yang berhubungan dengan

upaya pencegahan penularan penyakit tuberkulosis paru

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

1.5.1 Lingkup Masalah

Di batasi hubungan pengetahuan, sikap motivasi dan

pasien TB Paru BTA positif dengan upaya pencegahan

penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Bougenville

Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat tahun 2009

1.5.2 Lingkup Keilmuan

Lingkup keilmuan dalam penelitian ini berkaitan dengan

ilmu Keperawatan Medikal Bedah

1.5.3 Lingkup Tempat

Penelitian ini dilakukan di Ruang Bougenville Rumah

Sakit Paru Provinsi Jawa Barat

1.5.4 Lingkup Sasaran

Lingkup sasaran dalam penelitian ini adalah Pasien TB

Paru BTA positif di Ruang Bougenville Rumah Sakit Paru

Provinsi Jawa Barat tahun 2009

10
1.6 Definisi Konseptual dan Operasional

1.6.1 Definisi Konseptual

1.6.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan proses dari

tahu dan terjadi setelah melakukan penginderaan dan

memehami fakta, pengalaman, realita dunia atau

kemampuan untuk mengulangi kembali informasi

(Notoatmojo, 2007)

1.6.1.2 Sikap

Sikap adalah bentuk evaluasi atau reaksi

terhadap suatu objek memihak atau tidak memihak

yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal

perasaan (afektif), pikiran (kognisi), dan predisposisi

tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu objek di

lingkungan sekitarnya (Azwar, 2003).

1.6.1.3 Motivasi

Motivasi adalah daya pendorong seseorang

untuk berbuat atau bereaksi (Sunaryo, 2004).

1.6.1.4 Upaya pencegahan TB Paru

Suatu cara mencegah Sumber penularan

tuberkulosis pada penderita TB paru BTA (Basil

Tahan Asam) positif pada waktu batuk atau bersin,

karena penderita dapat menyebarkan kuman ke

11
udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).

(Aditama, 1999)

12
1.6.2 Definisi Operasional

N Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala ukur
1. Pengetahua Pengetahuan dalam penelitian ini adalah  Wawancara Kuesioner 1= Baik Ordinal
n kemampuan pasien dalam mengetahui, 2= Cukup
memahami, tentang TB Paru BTA positif 3= Kurang
dengan upaya pencegahan penularan
penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang
Bougenville Rumah Sakit Paru Provinsi
Jawa Barat

N Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala ukur
2. Sikap Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini  Wawancara Kuesioner 1= Respon Baik Nominal
adalah penilaian atau reaksi respon pasien  Observasi 2= Respon tidak
TB Paru BTA positif dengan upaya baik
pencegahan penularan penyakit
Tuberkulosis Paru di Ruang Bougenville
Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat

13
N Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala ukur
3. Motivasi Suatu kemauan atau dorongan pasien TB  Wawancara Kuesioner 1=Motivasi tinggi nominal
paru BTA positif dalam menjalani upaya  Observasi 2=Motivasi rendah
pencegahan penularan di Ruang Bougenville
Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat

N Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala ukur
4 Upaya Adalah bagaiman pasien TB paru BTA positif  Wawancara Kuesioner 1= Pasen mau nominal
pencegahan melakukan pencegahan penularan TB paru  Observasi melakukan
penularan meliputi: upaya
TB Paru 1. Membuang dahak pada wadah tertutup pencegahan
dengan diberi air sabun (lysol) atau juga 2= Pasien tidak
antiseptik, tidak diperkenankan mau
membuang diatas tumpukan pasir, melakukan
tanah, upaya
2. Selalu menutup mulut sewaktu batuk pencegahan
3. Gunakan masker
4. Memisahkan alat-alat keperluan pribadi,
seperti sendok, piring, gelas
5. Kurangi intensitas kontak dengan anak
dibawah umur 10 tahun

14
1.6.3 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini berfokus pada faktor-faktor yang

mempengaruhi pasien TB Paru BTA positif dengan upaya

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang

Bougenville Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat tahun

2009, Perilaku pasien untuk melaksanakan upaya

pencegahan dapat dilihat sebagai perilaku manusia yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Green yang dikutip

oleh Notoatmodjo (2005) perilaku manusia dipengaruhi oleh

tiga faktor yaitu predisposisi, faktor pendukung dan faktor

penguat.

Faktor pertama yaitu faktor predisposisi yang meliputi

pengetahuan, sikap, motivasi, tingkat pendidikan dan tingkat

sosial ekonomi. Pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan. Setelah seseorang

mengetahui stimulus atau objek, maka selanjutnya akan

menilai dan bersikap terhadap stimulus tersebut. Motivasi

merupakan daya pendorong yang mengakibatkan seseorang

mau dan rela untuk melakukan kegiatan, dengan motivasi

yang tinggi, pasien diharapkan mau melaksanakan upaya

pencegahan penularan TB Paru tanpa penuh ketakutan.

Tingkat pendidikan dan sosial ekonomi tidak diteliti karena

pelaksanaan upaya pencegahan penularan TB Paru sama

15
diberikan oleh perawat kepada semua pasien meskipun

tingkat pendidikan dan sosial ekonomi berbeda-beda.

Faktor kedua yaitu faktor pendukung diantaranya

sarana atau fasilitas yang ada mendukung terlaksananya

kegiatan upaya pencegahan penularan TB Paru Sarana tidak

dilakukan penelitian mengingat pelaksanaan upaya

pencegahan penularan TB Paru tidak terlalu banyak

memerlukan peralatan karena cukup mengggunakan Sputum

pot, masker, dan rumah sakit sudah menyediakannya serta

pasien juga selalu membawa dari rumah.

Pelaksanaan upaya pencegahan penularan TB Paru

sangat menunjang terhadap proses pemberantasan TB Paru,

lama perawatan menjadi singkat, dan biaya perawatan

minimal. Dengan menggambarkan faktor-faktor diatas akan

terlihat faktor mana yang masih dalam kategori kurang. Hal ini

menjadi dasar dalam melakukan intervensi agar pasien dapat

berperilaku sesuai dengan yang diharuskan.

16
1.6.4 Bagan Kerangka Pemikiran

FAKTOR PREDISPOSISI
 Pengetahuan
 Sikap
 Motivasi
 Pendidikan
Pelaksanaaan
 Sosial dan Ekonomi
Upaya
Pencegahan
Tb paru
FAKTOR PENGUAT

 Dukungan Keluarga
 Petugas Kesehatan
 Dukungan sosial

FAKTOR PENDORONG

Sarana / alat

: Area yang diteliti

Sumber: modifikasi dari Notoatmojo 2005

17

Anda mungkin juga menyukai