Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di

dunia. Bahkan di Indonesia TB Paru adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit

menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan

penyakit pernafasan akut pada seluruh kalangan usia. Tuberkulosis masih menjadi

penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas pada semua umur terutama di negara

berkembang (Octaria, 2013).Tuberkulosis adalah suatu penyakit granulomatosa kronis

menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.Penyakit ini biasanya

mengenai paru, tetapi mungkin menyerang semua organ atau jaringan di

tubuh.Biasanya granuloma tubercular mengalami nekrosis perkijauan (Robbins, 2007).

Orang dapat terinfeksi kuman TB Paru kalau droplet tersebut terhirup

kedalam saluran pernafasan dan kontak langsung yang secara berlebihan dengan

kuman TB Paru (Mycobacterium Tuberculosis) selama 3 bulan atau lebih (Rusnoto,

2006).Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan kepadalima penderita TB paru

BTA positif di wilayah kerja Puskesmas Srondol kota Semarang, didapatkan hasil

bahwa dari lima penderita hanya satu penderita (20%) yang membuang dahaknya di

tempat khusus atau kaleng tertutup yang berisi pasir dan antiseptik, empat penderita

(80%) membuang dahak di sembarang tempat. Dua penderita (40%) bila batuk

menutup mulut, yang dua penderita (40%) tidak pernah menutup mulutbila batuk

dan satu penderita (20%) kadang- kadang. Lima penderita (100%)tidak menjaga jarak

waktu berkomunikasi, penderita menganggap bahwa tidakakan terjadi pemaparan

kuman pada keluarga saat bercakap-cakap. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan

1
2

karena perilaku tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisik, gangguan

jiwa, gangguan tumbuh kembang anak, menurunnya produktivitas keluarga dan

akhirnya terjadi gangguan ekonomi, sedangkan dampak yang terburuk dapat

mengakibatkan kematian.(Manalu, 2010).

Tuberkulosis hingga saat ini merupakan masalah kesehatan yang utama di

dunia dan belum ada satu negarapun yang bebas dari tuberkulosis.Di negara maju

sekalipun, yang pada mulanya kejadian tuberkulosis telah menurun, belakangan ini

naik kembali sehingga tuberkulosis disebut salah satu Reemerging

Disease(Kumboyono,2011).Di Indonesia, TB Paru merupakan masalah yang harus

ditanggulangi oleh pemerintah. Indonesia berada pada peringkat ke 5 dunia penderita

TB Paruterbanyak setelah India, Cina, Afrika Selatan, dan Nigeria. World Health

Organization (WHO) melaporkan adanya 3 juta kematian akibat TB paru setiap

tahun dan diperkirakan 5000 orang setiap harinya.Tiap tahun ada 9 juta penderita TB

paru baru dari 25% kasus kematian dankesakitan. Masyarakat yang menderita TB

paru adalah orang-orang pada usia produktif yaitu dari 15 sampai 54 tahun.Prevalensi

TB paru 20% lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan, tiga kali lebih

tinggi dipedesaan dibandingkan perkotaan dan empat kali lebih tinggi pada

pendidikan rendah dibandingkan pendidikan tinggi (Valen, 2013).

Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2011 melaporkan kasus

TB mencapai 41.404 kasus, kota Surabaya memiliki kasus TB terbanyak di Provinsi

Jawa Timur yaitu 3.990 kasus. Kematian TB di Kota Surabaya diperkirakan mencapai

10.108 penderita BTA positif.Di Malang, terjadi peningkatan angka/jumlah pada

tahun 2007 jumlah kasus tuberkulosis meningkat sekitar 29 persen dibanding tahun

2006, dari jumlah penderita tuberkulosis 1.090 kasus menjadi 1.418 kasus pada tahun

2007.
3

Fakta- fakta serta data diatas menunjukkan bahwa anngka kejadian kematian masih

tinggi dan perilaku penderita TB Paru masih buruk(Kumboyono, 2011).

Perilakuseseorang didasarioleh pengetahuan,sikap, dan tindakan yangpositif

(Istiawan, 2006).Perilaku adalah respons atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar, sedangkan perilaku sehat adalah perilaku proaktif untuk

memelihara danmeningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit,

melindungi diri dariancaman penyakit serta berpartisipasi aktifdalam gerakan

kesehatan (Istiawan, 2006).Menurut Bloom(1908 dalam Indriyani, 2014) Perilaku

manusia dibagi ke dalam tiga domain yaitu tingkat pengetahuan (tahu, memahami,

aplikasi, analisis, sintesa, evaluasi), tingkat sikap (menerima, partisipasi, menghargai,

membentuk,pembentukan, pola hidup), tingkat perilaku atau tindakan (persepsi,

kesiapan, mekanisme, respon, adopsi, kreatifitas) (Indriyani, 2014).

Masalah perilaku yang buruk pada penderita TB Paru ini disebabkan karena

pengetahuan penderita yang kurang.Salah satu faktor yang menyebabkan

meningkatnya masalah TB antara lain adalah : (a) Kemiskinan pada berbagai

kelompok masyarakat, seperti pada Negara yang sedang berkembang. (b) Kegagalan

pengobatan TB. Hal ini diakibatkan oleh tidak memadainya komitmen politik dan

pendanaan, tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh

masyarakat, penemuan kasus/diagnosis yang tidak standar, obat tidak terjamin

penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang standar,

dan sebagainya), tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan panduan obat

yang tidak standar, gagal menyembuhkan kasus yang didiagnosis), salah persepsi

terhadap manfaat dan efektifitas BCG, infrastruktur kesehatan yang buruk pada

negara-negara yang mengalami krisis ekonomi atau pergolakan masyarakat. (c)

Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur


4

umur kependudukan. (d) Dampak pandemik HIV (Manalu, 2010). Berbagai

penelitian menunjukkan bahwa penyebaran TB Paru tinggi sehingga penggunaan

media penyuluhan kesehatan akan membantu memperjelas informasi yang

disampaikan oleh tenaga kesehatan (Kumboyono, 2011). Masalah perilaku yang tidak

baik pada penderita TB Paru masih menjadi perhatian, oleh sebab itu perlu diadakan

upaya pencegahan kepada penderita TB Paru(Djannah, 2009).

Pencegahan adalah upaya kesehatan yang dimaksudkan agar setiap orang

terhindar dari terjangkitnya suatu penyakit dan dapat mencegah terjadinya

penyebaran penyakit (Yulfira, 2011).Upaya pencegahan yang dilakukan adalah hidup

sehat (makan makanan bergizi, istirahat cukup, olah raga teratur) dan hindari (rokok,

alkohol, obat bius dan hindari stres), bila batuk mulut ditutup, berperilaku hidup

bersih dan sehat, berobat sesuai aturan, jangan meludah di sembarang tempat serta

menerapkan strategi DOTS(Nugroho, 2010). Pencegahan penyakit TB paru juga

tidak lepas dari aspek sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.Disamping itu

para petugas kesehatan seperti dokter diharapkan selalu menambah pengetahuan dan

keterampilan agar dapat lebih sempurna untuk mendeteksi serta mendiagnosa

penyakit TB Paru pada stadium dini (Manalu, 2010).Selain dilakukannya upaya

pencegahan dilakukan juga upaya penanggulangan tuberkulosis melalui penyuluhan

kesehatan karena akan membantu memperjelas informasi yang disampaikan oleh

tenaga kesehatan (Kumboyono, 2011).

Penanggulangan tuberkulosis yang dibuat oleh Depkes RI dibidang promotif

adalah dengan penyuluhan kesehatan.Penyuluhan kesehatan tentang tuberkulosis

perlu dilakukan karena masalah tuberkulosis banyak berkaitan dengan masalah

pengetahuan dan perilaku masyarakat (Kumboyono, 2011).Kegiatan yang ditujukan

kepada faktor predisposisi dalam bentuk penyuluhan kesehatan ini dimaksudkan


5

untuk meluruskan kepercayaan-kepercayaan yang tidak kondusif bagi perilaku sehat,

dan akhirnya berakibat buruk bagi kesehatan mereka (Notoatmojdo,

2010).kepercayaan-kepercayaan yang buruk di masyarakat seperti contoh kepercayaan

kepada faktor penyebab TB Paru yaitu hasil penelitian menunjukkan responden

kelompok penderita TB Paru sebanyak 31% dan responden kelompok non penderita

TB Paru sebanyak 62,1% percaya bahwa faktor keturunan sebagai penyebab TB

Paru, sedangkan kepercayaan terhadap kegawatan penyakit yaitu hasil penelitian

menunjukkan responden kelompok penderita TB Paru sebanyak 40% mempercayai

TB Paru bukan penyakit menular (Suyatno, 2005). Adapun tujuan penyuluhan

kesehatan jangka panjang adalah untuk meningkatkan status kesehatan yang

optimal,sedangkan penyuluhan jangka menengah adalah perilaku yang sehat, tujuan

jangka pendek adalah terciptanya pengertian, sikap, norma, kemauan dan peran serta

masyarakat dalam penanggulangan TB Paru (Machfoedz, 2007).Penyuluhan

kesehatan merupakan pendekatan pemecahan masalah-masalah kesehatan masyarakat

khususnya yang berkaitan dengan masalah perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kota Malang, pada tahun 2014

jumlah keseluruhan penderita TB Paru BTA Positif (+) dan (-) terbanyak di wilayah

kerja Puskesmas Janti dan Mulyorejo Kota Malang.Puskesmas Janti dengan total 25

penderita TB Paru BTA Positif (+) dan (-) yang masih berobat dari bulan April

sampai Oktober, sedangkan puskesmas Mulyorejo dengan total 20penderita TB Paru

BTA Positif (+) dan (-) yang masih berobat.Sehingga sampel dalam penelitian ini

adalah 45 responden.
6

Berdasarkan uraian diatas maka peneleti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Efektifitas Program Penyuluhan Tuberkulosis ParuTerhadapPerilaku

Sehat Penderita Tuberkulosis Di Wilayah Kerja Puskesmas Janti Dan Mulyorejo

Kota Malang.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

“Adakah Efektifitas Program Penyuluhan Tuberkulosis ParuTerhadapPerilaku Sehat

Penderita Tuberkulosis Di Wilayah Kerja Puskesmas Janti Dan Mulyorejo Kota

Malang.”?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahuiEfektifitas Program Penyuluhan Tuberkulosis

ParuTerhadapPerilaku Sehat Penderita Tuberkulosis Di Wilayah Kerja Puskesmas

Janti Dan Mulyorejo Kota Malang.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi perilakusehat penderita TB Paru yang rutin dan tidak

mengikuti penyuluhan di puskesmas.

2. Membandingkan perilaku sehatpenderita TB Paru antara yangrutin

mengikuti dan yang tidak mengikuti program penyuluhandi puskesmas.


7

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi tambahan wawasan dan

pengetahuan peneliti tentang perbandingan perilaku sehatSebagai upaya

pencegahan penularan tuberkulosis paruantara yangrutin mengikuti dan yang

tidak mengikuti program penyuluhan di puskesmas serta menambah

pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama kuliah.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan menambah referensi tentang

perilaku sehat penderita TB Parudalam pencegahan penularan penyakit TB

Paru juga untuk menilai, memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan

kepada masyarakat.

1.4.3 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan tentang manfaat

penyuluhan terhadap penurunan angka kejadian penyakit TB Paru.

1.4.4 Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan atau data dasar dalam

mengambil kebijakan untuk mngatasi masalah TB Paru.

1.4.5 Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini membuat masyarakat dan khususnya masyarakat

yang menderita penyakit dengan TB Paru BTA (+) dan (-) untuk lebih

meningkatkan perilaku sehat dan status kesehatan untuk keluarganya terutama

melakukan tidakan pencegahan penularan penyakit TB Paru.


8

1.5 Keaslian Penelitian

1. Penelitian yang dilakukan oleh Valen Fridolin Simak,Damajanty H. C.

Pangemanan,Frenly Muntu (2013), melakukan penelitiandengan judul

”Hubungan AntaraPengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Hidup Sehat

Pasien TB Paru DI Poliklinik ParuRSUP PROF DR. R. D Kandou Manado”.

Penelitian ini merupakan Desain Penelitian analitik dengan rancangan cross

sectional.denganpurposive samplingsebanyak 97 responden. Selanjutnya data yang

diperoleh dianalisis dengan programkomputerisasi Statistical Product and Service

Solutions(SPSS) versi 20.0 denganmenggunakan uji chi-square (x2), pada tingkat

kemaknaan 95% (á 0,05).Analisis statisticmenunjukan hasil bahwaada

hubunganantara pengetahuan dengan tindakan hidup sehat pasienTB paru di

poliklinik paru RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, p = 0,000 (p<0,05).

Adahubunganantarasikapdengan tindakan hidup sehat pasien TB paru di

poliklinik paru RSUPProf. Dr. R. D. Kandou Manado, p = 0,011

(p<0,05).Kesimpulan, pengetahuan dan sikapmemiliki hubungan yang

bermakna dengan tindakan hidup sehat.Saran, perlunya

peningkatanpengetahuan dan sikap tentang hidup sehat guna untuk

meningkatkan kualitas hidupseseorang. Bagi dunia keperawatan agar

penelitian dapat dijadikan sebagai bahan untukmelaksanakan promosi

kesehatan (penyuluhan) bagi masyarakat yang menderita TB parumaupun

yang tidak dengan berpatokan pada tugas dan fungsi perawat yaitu sebagai

edukator.Persamaan pada penelitian ini dengan penelitian yangditeliti yaitu

sama-sama meneliti tentang hubungan yang bermakna dari

pengetahuan,sikap,tindakan dalam pencegahan penularan penyakit TB Paru.

Pada penelitian ini dijelaskan bahwa pentingnya meningkatkan promosi


9

kesehatan (penyuluhan) yang sesuai dengan judul penelitian yang peneliti

angkat sekarang. Perbedaan padapenelitian ini dengan penelitian yang peneliti

lakukan terletak padal lokasipenelitian pada penelitian ini dilakukan di rumah

sakit di daerah Jawa Tengahsedangkan pada penelitian yang peneliti lakukan

di wilayah kerja puskesmas Dinoyokota malang.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Kumboyono (2011), melakukan

penelitiandengan judul “Perbedaan Efek Penyuluhan Kesehatan

Menggunakan Media Cetak Dengan Media Audio Visual Terhadap

Peningkatan Pengetahuan Pasien Tuberkulosis”. Penelitian ini merupakan

Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experimental dengan rancangan

pretest-posttest design withcomparison group. Sampel penelitian adalah pasien

tuberkulosis di Puskesmas Kedungkandang Malang. Tehnik sampling

menggunakan accidental sampling. Sampel dibagi menjadi dua kelompok

perlakuan yaitu kelompok penyuluhan kesehatan menggunakan media cetak

dan kelompok penyuluhan kesehatan menggunakan media audio visual.

Berdasarkan uji hipotesis menggunakan uji-t tidak berpasangan dengan

tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.009.

Kesimpulannya ada perbedaan efek penyuluhan kesehatan menggunakan

media cetak dengan media audio visual terhadap peningkatan pengetahuan

pasien tuberkulosis. Sehingga disarankan kepada petugas kesehatan untuk

menggunakan media audio visual sebagai media penyuluhan untuk

meningkatkan pengetahuan pasien tuberkulosis. Persamaan pada penelitian

ini dengan penelitian yang diteliti yaitu sama-sama meneliti tentang hubungan

yang bermakna dari penggunaan media penyuluhan dalam pencegahan

penularan penyakit TB Paru. Dan pada penelitian ini dijelaskan bahwa


10

pentingnya untuk menggunakan media audio visual sebagai media

penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan pasien tuberkulosis.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Made Suadnyani Pasek, Nunuk Suryani,

Pancrasia Murdani K (2013),melakukan penelitiandengan judul “Hubungan

Persepsi dan Tingkat Pengetahuan Penderita Tuberkulosis Dengan

Kepatuhan Pengobatan di Wilayah Kerja Puskesmas Buleleng 1” Penelitian

ini merupakan penelitian kuantitatif observasional analitik cross sectional.

populasi penelitian adalah penderita TB di wilayah kerja Puskesmas Buleleng

I sejumlah 82 orang dan sampel berjumlah 40 orang, dengan teknik simple

random sampling. Pengujian hubungan antar variabel dengan analisis Regresi

Logistik. Penderita TB dengan persepsi positif memiliki kemungkinan patuh

dalam pengobatan sebesar 21,41kali lebih besar daripada yang memiliki

persepsi negatif. Hubungan tersebut signifikan(p= 0.018; OR= 21,41; CI95%

1,69 hingga 270,86). Tingkat pengetahuan baik memiliki kemungkinan 16,81

kali lebih besar patuh terhadap pengobatan TB daripada yang tidak

baik.kesimpulannya terdapat hubungan yang signifikan anatara persepsi dan

tingkat pengetahuan dengan kepatuhan pengobatan (p= 0,040; OR= 16,81;

CI95% 1,13 hingga 248, 574). Persamaan pada penelitian ini dengan

penelitian yang diteliti yaitu sama-sama meneliti tentang hubungan yang

bermakna dari tingkat pengetahuan dalam pencegahan penularan penyakit TB

Paru.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Niniek Lely Pratiwi1, Betty R, Rachmat

Hargono, dan Noor Edi Widya S (2012), melakukan penelitian dengan judul

“Kemandirian Masyarakat Dalam Perilaku Pencegahan Penularan Penyakit

TB Paru” Penelitian kualitatif etnografis ini bertujuan untuk mengkaji upaya


11

kemandirian masyarakat dalam upaya pencegahan penularan penyakit TB

paru. Cara pengumpulan data observasi partisipatori, wawancara mendalam

dengan informan penderita TB paru dan keluarga. Lokasi penelitian di Kota

Pariaman, kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Rote Ndao NTT. Hasil

analisis dari 4 indikator kemandirian masyarakat dari sisi knowledge masih

rendah mengingat bahwa sebagian besar informan menganggap penyakit TB

paru sebagai penyakit keturunan,dan tidak menular. Penyakit Hossa sebutan

masyarakat di kabupaten Rote Ndao. Persepsi illness masyarakat di kota

Pariaman, penyakit TB paru sebagai penyakit karena “tamakan”, akibat

diguna-guna orang lain yang tidak senang. Di kota Lombok Barat stigma

takut, malu sebagai penderita TB, sehingga masih banyak persepsi illness

masyarakat yang menyebutnya sebagai penyakit batuk lama, batuk kering 40

hari, dan penyakit asma. Kepercayaan/trust masyarakat masih tergantung

pada petugas kesehatan, belum ada kader yg memberikan penyuluhan

langsung tentang pencegahan penularan. Kemampuan/ capacity masyarakat

masih sangat kurang, masyarakat masih lebih percaya pada petugas kesehatan

dalam memberikan penyuluhan. Pemilihan sebagai tenaga PMO (Pengawas

makan obat) kurang sesuai dengan struktur sosial yang ada di masyarakat.

Kabupaten Lobar dengan struktur sosial masyarakat sasak maka tuan guru,

Kyai dapat sebagai social support. Persamaan pada penelitian ini dengan

penelitian yang diteliti yaitu sama-sama meneliti tentang perilaku pencegahan

penularan penyakit TB Paru. Dan pada penelitian ini dijelaskan bahwa

masyarakat masih lebih percaya pada petugas kesehatan dalam memberikan

penyuluhan.. Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian yang peneliti

lakukan terletak pada cara pencegahan dengan cara memandirikan masyarakat


12

sedangkan pada penelitian yang peneliti lakukan pencegahan dengan cara

melakukan penyuluhan.

1.6 Batasan Karakteristik

Penelitian ini akan menganalisisEfektifitas Program Penyuluhan Tuberkulosis

ParuTerhadapPerilaku Sehat Penderita Tuberkulosis Di Wilayah Kerja Puskesmas

Janti Dan Mulyorejo Kota Malang. Batasan penelitiannya yaitu :

1. Responden penelitian ini adalah penderita TB Paru BTA (+)dan (-) yang bersedia

menjadi sampel dan sudah menandatangani surat persetujuan (inform consent).

Anda mungkin juga menyukai