Disusun oleh :
FAISAL MUHAMMAD
NPM 1102013104
Proposal ini diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
TAHUN 2016
LEMBAR PERSETUJUAN
: FAISAL MUHAMMAD
NPM
: 1102013104
Pembimbing,
Penguji,
(DR.Kholis Ernawati,S.Si,M.Si)
NIP :
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
(TB)
adalah
penyakit
yang
disebabkan
oleh
infeksi
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
distribusi
frekuensi
perilaku
pencarian
pengobatan
1.5.2
Bagi Profesi
1. Mendapat pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan
penelitian
2. Meningkatkan kemampuan komunikasi peneliti dengan masyarakat
1.4.3
Bagi Masyarakat
1. Memberi gambaran pengetahuan bagi masyarakat tentang faktor yang
mempengaruhi kejadian tuberkulosis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku
2.2.1. Pengertian Perilaku
Menurut teori S-O-R (Stimulus-organisme-Respons) yang dikeluarkan oleh
Skiner dalam Notoatmodjo (2010), perilaku adalah respons atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku
manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu perilaku tertutup (Covert Behavior)
dimana respons yang ada masih terselubung, masih terbatas pada pada perhatian,
perasaan, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus yang
bersangkutan. Dari perilaku ini dapat diukur pengetahuan dan sikap. Kemudian
perilaku terbuka (Overt Behavior), dimana respons individu dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka yang dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Walaupun perilaku
dibedakan antara perilaku tertutup dan terbuka, namun sebenarnya perilaku
merupakan keseluruhan pemahaman dan aktivitas seseorang (Notoatmodjo, 2010).
Bloom (1908) dalam Notoadmojo (2010) membagi ranah (domain) perilaku menjadi
tiga tingkatan, yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan
2.2.2 Perilaku Pencarian Pengobatan
Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa masyarakat atau anggota masyarakat yang
mendapat sakit namun tidak merasakan sakit (diseases but no illness) sudah barang
tentu tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi bila mereka
menderita sakit dan merasakan sakit maka baru akan timbul berbagai macam perilaku
dan usaha agar sembuh dari penyakitnya. Berbagai respons dilakukan orang apabila
menderita suatu penyakit, yaitu :
1. Tidak bertindak apa-apa (no action). Alasanannya antara lain bahwa kondisi
demikian tidak mengganggu aktifitas mereka. Atau karena fasilitas kesehatan
letaknya jauh, petugas kesehatan tidak simpatik, dan sebagainya.
2. Mengobati sendiri (self treament), dengan alasan tambahan karena orang atau
masyarakat tersebut sudah percaya pada diri sendiri, dan sudah merasa bahwa dengan
pengalaman pengobatan dengan usaha sendiri sudah mendatangkan kesembuhan. Hal
ini mengakibatkan pencarian pengobatan di luar tidak diperlukan
3. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy). Untuk
masyarakat pedesaan khususnya, pengobatan tradisional menduduki tempat teratas
dibandingkan dengan pengobatan lain. Dukun, yang melakukan pengobatan
tradisional merupakan bagian masyarakat, dekat dengan masyarakat dan biasanya dia
lebih diterima oleh masyarakat daripada dokter, mantri atau bidan.
4. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh
pemerintah atau lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan ke dalam balai
pengobatan, puskesmas, rumah sakit dan dokter praktek (private medicine)
2.2 Tuberkulosis
2.2.1 Definisi
Setiap penyakit menular pada manusia dan hewan lain yang disebabkan oleh
spesies Mycobacterium dan ditandai dengan pembentukan tuberkel dan nekrosis
berkiju pada jaringan setiap organ;pada manusia,paru-paru adalah tempat utama
infeksi dan biasanya merupakan pimtu gerbang masuknya infeksi ke organ lainya
(Dorland, 2011).
2.2.4 Klasifikasi
Penentuan
klasifikasi
penyakit
dan
tipe
pasien
tuberculosis
memerlukan
oleh
dokter
untuk
diberi
pengobatan.
2.1.4.1 Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
Klasifikasi berdasrkan riwayat pengobatan sebelumnya disebut sebagai tipe
pasien,yaitu
1. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu ). Pemeriksaan BTA bisa
postif atau negatif.
2. Kasus yang sebelumnya diobati
a. Kasus sembuh (Relaps)
Adalah psien tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
b. Kasus setelah putus obat (Default)
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BTA positif.
sebagai
infeksi
endogen
menjadi
tuberkulosis
dewasa
2.1.6 Diagnosis TB
a. Pada suspek pasien TB ditemukan BTA (+) pada >= 2 hasil pemeriksaan dahak SP-S, maka ditegakkan : diagnosis pasien TB, dan selanjutnya dilakukan penetapan
klasifikasi dan tipe pasien TB, untuk menentukan regimen pengobatan OAT-nya.
b. Pada suspek pasien TB, ditemukan BTA (+) pada hanya 1 hasil pemeriksaan dahak
S-P-S, maka dilakukan pemeriksaan foto thorax :
- Bila hasil foto thorax mendukung kelainan TB, maka ditegakkan diagnosis pasien
TB, selanjutnya dilakukan penetapan klasifikasi dan tipe pasien TB untuk
menentukan regimen pengobatan OAT-nya.
- Bila hasil foto thorax tidak mendukung kelainan TB, maka dapat dilakukan
pemeriksaan dahak S-P-S ulang :
c. Pada suspek pasien TB, ditemukan BTA (-) pada ke-3 hasil pemeriksaan dahak SP-S, maka diberi pengobatan antibiotik spektrum luas terlebih dahulu, dan bila ada
perbaikan, maka ditegakkan diagnosis bukan pasien TB. Apabila dengan antibiotik
spektrum luas tidak ada perbaikan, maka dilakukan pemeriksaan foto thorax :
- Bila hasil pemeriksaan foto thorax mendukung kelainan TB, maka ditegakkan
diagnosis pasien TB, selanjutnya dilakukan penetapan klasifikasi dan tipe pasien TB
untuk menentukan regimen pengobatan OAT-nya.
- Bila hasil pemeriksaan foto thorax tidak mendukung kelainan TB maka ditegakkan
diagnosis bukan pasien TB.
Perilaku yang dimaksud adalah status gizi yang berasal dari beberapa faktor
seperti faktor predisposisi, pendukung dan pendorong.
2.3 Teori HL Blum
Menurut Suyono & Budiman (2010), paradigma Blum tentang status kesehatan
dipengaruhi oleh empat faktor yaitu keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku
dan lingkungan . Keempat faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain
dan faktor yang paling berhubungan dengan status kesehatan adalah faktor
lingkungan.
2.4 Riskesdas 2010
Riskesdas 2010 merupakan kegiatan riset kesehatan berbasis masyarakat yang
diarahkan untuk mengevaluasi pencapaian indikator Millenium Development
Goals (MDGs) bidang kesehatan di tingkat nasional dan provinsi.
Tujuan Riskesdas 2010 utamanya adalah mengumpulkan dan menganalisis
data indikator MDG kesehatan dan faktor yang mempengaruhinya. Desain
Riskesdas 2010 adalah potong lintang dan merupakan penelitian nonintervensi.
Populasi
sampel
mewakili
seluruh
rumah
tangga
di
2.2
Kerangka Konsep
Host :
Tuberkulosis Paru
Perilaku pencarian
pengobatan
2.3
Variabel Independen
Variabel Dependen
: Tuberkulosis Paru
Hipotesis
Dari kedua variabel diatas, maka penelitian ini hipotesanya :
Ha: Ada hubungan antara perilaku pencarian pengobatan dengan kejadian
Tuberkulosis Paru.
2.4
Definisi Operasional
Variabel
a). Prevalensi
Definisi Operasional
Jumlah prevalensi
TB Paru
Alat
Kuisioner
Hasil ukur
1.Ya
Skala
Ordinal
2.Tidak
hasil pemeriksaan
laboratorium BTA
b). Perilaku
Pencarian
a. Tidak
Pernyataan tentang
Kuisioner
diobati
Ordinal
Pengobaan
Berat
tindakan responden
b diobati
sendiri
TB paru
c. Berobat ke
Badan
pengobatan
tradisional
d. Berobat ke
tenaga
kesehatan
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Deskriptif korelatif,
yang akan menghubungkan faktor resiko suatu penyakit dengan efek dari faktor
resiko tersebut.
3.2 Rancangan Penelitian
Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi
antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo,
2012). Penelitian ini untuk menilai hubungan variabel dependen( Tuberkulosis
Paru) maupun independent (perilaku pencarian pengobatan) diukur secara
bersama diwaktu bersamaan tanpa adanya follow up.
3.3 Populasi
Populasi yang akan di gunakan pada penelitian ini adalah provinsi Sulawesi Utara
dengan kriteria usia diatas 15 tahun dan jumlah penderita Tuberkulosis Paru
sebanyak 2.319 orang.
a. Sampel
Sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling dimana keseluruhan
penderita Tuberkulosis berjumlah 2.319 orang dan sampel ini diambil dari Lab
Mandat Litbangkes Kemenkes RI.
b. Jenis Data
Jenis data yang di pakai pada penelitian ini adalah Data Sekunder, yang
merupakan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 di provinsi
Sulawesi Utara.
3.6 Analisa Data
Pengolahan data dengan komputer dapat melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1. Editing
Hasil wawancara,angket atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan
penyuntingan (editing) terlebih dahulu.
2. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau sunting, selanjutnya dilakukan
pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan.
3. Memasukan data (Data Entry)
Data,yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam
bentuk kode (angka atau huruf) dimasukan ke dalam program atau
software komputer.
4. Pembersihan Data (Cleaning)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukan,
perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan
kode,ketidaklengkapan,
dan
sebagainya,kemudian
ANALISA DATA
Waktu
November 2015-Maret 2016
Maret 2016
April 2016
April 2016- September 2016
September 2016- Oktober 2016
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Mansjoer (ed.), dkk.2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I.Jakarta:Media Aesculapius
Badan Litbangkes Depkes RI, 2010, Riset Kesehatan Dasar 2010, Jakarta
Widoyono. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya.
Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008
Werdani, Retno Asti. 2008. Patofisiologi, Diagnosis, Klasifikasi Tuberkulosis. Jurnal
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi dan Keluarga FKUI. Jakarta
Kementrian
Kesehatan
Republik
Indonesia
(Kemenkes
RI).2011.Strategi
Nasional
Kesehatan
Republik
Indonesia
(Kemenkes
RI).2013.Riset
Kesehatan
ANGGARAN
BIODATA PENELITI
Nama lengkap
: Faisal Muhammad
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Fakultas/Program studi
: Kedokteran/Kedokteran Umum
Alamat Rumah
Riwayat Pendidikan
No
1
2
3
4
4
Pendidikan
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Meranti
Sekolah Menengah Pertama (SMP) 216 Jakarta
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 77 Jakarta
Sekolah Internasional Islamic Boarding School
Universitas Yarsi
Tahun
2001-2007
2008-2011
2011-2013
2013-sekarang