Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PROPOSAL SKRIPSI

Latar Belakang Penelitian Kualitatif


Pengalaman Pasien TB Paru Tentang Dukungan Keluarga Dalam Kepatuhan Minum Obat di
RSUD Dr. Soetomo.

Dosen Pembimbing:
RR. Dian Tristiana, S.Kep., Ns., M.Kep.
Disusun Oleh:
Alfia Nuriil Firdaus (131711133024)
Kelas : A1/2017

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
LATAR BELAKANG

Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan


oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis, ditularkan melalui udara yaitu percikan dahak
penderita Tb paru (Wayan & Rattu, 2015). Sebagian besar kuman Tuberkulosis menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya misalnya kulit, tulang, kelenjar dan
lainnya. Tb Paru dapat menyerang siapa saja, terutama usia produktif (masih aktif bekerja)
dan anak-anak (Fitria et al., 2016). Sumber penularannya adalah pasien TB Basil Tahan
Asam (BTA) positif. Bersama dengan HIV/AIDS dan Malaria, Tuberculosis menjadi salah
satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen Global dalam Millenium
Development Goals (MDGs) (Fadhila & Gustin, 2019).
Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8 juta – 12,
juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan insiden kasus
tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan seperti yang terlihat pada
gambar berikut ini. Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun
2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017
pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan Survei
Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada
perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan
karena laki-laki lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya merokok dan kurangnya
ketidakpatuhan minum obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-laki
yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan yang merokok
(Kemenkes RI, 2018).
Penyakit Tb paru merupakan penyakit kronik, melemahkan tubuh dan sangat menular
serta memerlukan diagnosis akurat, pemeriksaan mikroskopis, pengobatan jangka panjang
dengan keteraturan meminum obat anti Tb dalam mencapai kesembuhan (Wayan & Rattu,
2015). Ada beberapa faktor kemungkinan yang menjadi risiko terjadinya penyakit
Tuberkulosis Paru diantaranya yaitu faktor kependudukan (umur, jenis kelamin, status gizi,
peran keluarga, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan), faktor lingkungan rumah (luas
ventilasi, kepadatan hunian, intensitas pencahayaan, jenis lantai, kelembaban rumah, suhu
dan jenis dinding), perilaku (kebiasaan membuka jendela setiap pagi dan kebiasaan merokok)
dan riwayat kontak (Eka Fitriani, 2013).
Pencegahan penularan TB menurut adalah dengan cara menutup mulut pada waktu
batuk atau bersin dengan menggunakan tissue yang kemudian dibungkus kantung plastik dan
dibakar atau menggunakan sapu tangan yang dicuci setiap hari, sehingga percikan dahak
tidak akan menyebar. Pencegahan lainnya adalah dengan pengobatan, mengobati serta
menyelesaikan pengobatan sangat efektif untuk memutuskan rantai penularan dari penderita
ke orang lain yang berada di lingkungannya (Noviyani et al., 2015). Pengobatan TB paru
dengan menggunakan strategi DOTS adalah strategi penyembuhan TB jangka pendek dengan
pengawasan secara langsung. Dengan menggunakan strategi DOTS, maka proses
penyembuhan TB dapat secara tepat. DOTS menekankan pentingnya pengawasan terhadap
penderita TB agar menelan obatnya secara teratur sesuai ketentuan sampai dinyatakan
sembuh sehingga Strategi DOTS memberikan angka kesembuhan yang tinggi, bisa sampai
95% (Vita et al., 2018). Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan panduan OAT jangka
pendekatan pengawasan langsung, dimana untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang pengawas minum obat yang bertugas mengawasi pasien Tb agar menelan
obat secara teratur sampai selesai pengobatan, memberikan dorongan kepada pasien agar mau
berobat teratur, mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan (Fitria et al., 2016).
Terdapat tiga faktor yang menyebabkan tingginya kasus TB di Indonesia. Waktu
pengobatan TB yang relatif lama (enam sampai delapan bulan) menjadi penyebab penderita
TB sulit sembuh karena pasien TB berhenti berobat (drop) setelah merasa sehat meski proses
pengobatan belum selesai. Selain itu, masalah TB diperberat dengan adanya peningkatan
infeksi HIV/AIDS yang berkembang cepat dan munculnya permasalahan TB-Multi Drugs
Resistant (MDR, kebal terhadap bermacam obat). Masalah lain adalah adanya penderita TB
laten, dimana penderita tidak sakit namun akibat daya tahan tubuh menurun, penyakit TB
akan muncul (Zettira et al., 2009).
Salah satu penyebab tingginya prevalensi TB adalah ketidakteraturan penderita dalam
pengobatan TB paru menyebabkan penularan TB paru secara terus menerus. Ketidakpatuhan
terhadap pengobatan akan mengakibatkan tingginya angka kegagalan pengobatan penderita
TB paru, meningkatkan resiko kesakitan, kematian, dan menyebabkan semakin banyak
ditemukan penderita TB paru dengan BTA yang resisten dengan pengobatan standar. Pasien
yang resisten tersebut akan menjadi sumber penularan kuman yang resisten di masyarakat
(Fadhila & Gustin, 2019). Peran keluarga sebagai pengawas menelan obat diharapkan mampu
memberikan dukungan kepada penderita agar semangat dalam mengikuti pengobatan sampai
tuntas. Keluarga sebagai pengawas menelan obat pasien TB diharapkan mampu memberikan
motivasi dan edukasi yang mudah diterapkan oleh pasien dan keluarga tersebut, sehingga
tidak terjadi putus obat dan bakteri tidak kebal terhadap obat. Keluarga sebagai pengawas
minum obat harus terlebih dahulu diberikan edukasi oleh tenaga kesehatan, agar memahami
penyakit TB paru dan mampu merawat pasien dengan baik serta menjadi pengawas menelan
obat yang tepat (Nahdah Shofi Zhafirah, 2020)
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
pengalaman pasien TB paru tentang dukungan keluarga dalam kepatuhan minum obat dengan
metode penelitian kualitatif yang memungkinkan penelitian mampu menggambarkan dan
menginterpretasikan perilaku manusia tersebut berdasarkan pengalaman subjektif dalam
bentuk narasi atau cerita langsung dari fenomena atau situasi yang dialami manusia sebagai
subjek yang diteliti.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi. Fenomena yang diteliti adalah pengalaman pasien TB paru
tentang dukungan keluarga dalam kepatuhan minum obat di RSUD Dr. Soetomo.
Populasi ada penelitian ini adalah para pasien TB paru yang memenuhi kriteria insklusi
yaitu: Mampu berkomunikasi dengan jelas. Kriteria ini penting karena menilai kemampuan
partisipan dalam berkomunikasi dengan baik itu akan memudahkan peneliti memahami
maksud yang disampaikan oleh partisipan. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan
menggunakan teknik purposive sampling yaitu memilih beberapa informan sesuai dengan
kriteria-kriteria.
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Validasi penelitian dilakukan
dengan wawancara secara mendalam dengan informan yang sesuai dengan kriteria penelitian.
Alat penelitian lain yang digunakan adalah alat tulis, handphone dan pedoman wawancara.
DAFTAR PUSTAKA

Eka Fitriani. (2013). FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


TUBERKULOSIS PARU. 2(1), 2–5.
Fadhila, A., & Gustin, R. K. (2019). KEPATUHAN PENDERITA TUBERCULOSIS PARU
DALAM MENJALANI PENGOBATAN. 01, 47–52.
Fitria, R., Febrianti, C. A., Keluarga, D., Paru, T., Puskesmas, S., & Rejo, G. (2016). Jurnal
Dunia Kesmas Volume 5 . Nomor 1 . Januari 2016. 5, 24–31.
Kemenkes RI. (2018). Tuberkulosis.
Nahdah Shofi Zhafirah, L. M. P. (2020). PERAN KELUARGA SEBAGAI PENGAWAS
MENELAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN TB PARU KAMBUH Role.
11(01), 65–69.
Noviyani, E., Fatimah, S., Nurhidayah, I., & Adistie, F. (2015). Upaya Pencegahan
Penularan TB dari Dewasa terhadap Anak Prevention of Tuberculosis Transmission
from Adults to Children. 3, 97–103.
Vita, C., Purba, G., Susanti, N., & Hasrianto, N. (2018). PENGARUH LINGKUNGAN FISIK
RUMAH DAN STRATEGI DOTS TERHADAP KEBERHASILAN PENATALAKSANAAN
TB PARU THE EFFECT OF HOUSE PHYSICAL ENVIRONMENT AND DOTS
STRATEGY ON THE SUCCESS OF OF PULMONARY. 1(3), 30–46.
Wayan, N., & Rattu, A. A. J. M. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Keteraturan Minum Obat Penderita Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas
Modayag , Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Factors Associated With Take Drug
Regularity of Patients Pulmonary TB In the Work Area of Moday. 157–168.
Zettira, Z., Sari, M. I., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2009). Penatalaksanaan Kasus Baru
TB Paru dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga New Case of Active Tuberculosis
Disease Management Through Family Medicine Approach. 7.

Anda mungkin juga menyukai