FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2020 LATAR BELAKANG
Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis, ditularkan melalui udara yaitu percikan dahak penderita Tb paru (Wayan & Rattu, 2015). Sebagian besar kuman Tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya misalnya kulit, tulang, kelenjar dan lainnya. Tb Paru dapat menyerang siapa saja, terutama usia produktif (masih aktif bekerja) dan anak-anak (Fitria et al., 2016). Sumber penularannya adalah pasien TB Basil Tahan Asam (BTA) positif. Bersama dengan HIV/AIDS dan Malaria, Tuberculosis menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen Global dalam Millenium Development Goals (MDGs) (Fadhila & Gustin, 2019). Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8 juta – 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan seperti yang terlihat pada gambar berikut ini. Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan yang merokok (Kemenkes RI, 2018). Penyakit Tb paru merupakan penyakit kronik, melemahkan tubuh dan sangat menular serta memerlukan diagnosis akurat, pemeriksaan mikroskopis, pengobatan jangka panjang dengan keteraturan meminum obat anti Tb dalam mencapai kesembuhan (Wayan & Rattu, 2015). Ada beberapa faktor kemungkinan yang menjadi risiko terjadinya penyakit Tuberkulosis Paru diantaranya yaitu faktor kependudukan (umur, jenis kelamin, status gizi, peran keluarga, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan), faktor lingkungan rumah (luas ventilasi, kepadatan hunian, intensitas pencahayaan, jenis lantai, kelembaban rumah, suhu dan jenis dinding), perilaku (kebiasaan membuka jendela setiap pagi dan kebiasaan merokok) dan riwayat kontak (Eka Fitriani, 2013). Pencegahan penularan TB menurut adalah dengan cara menutup mulut pada waktu batuk atau bersin dengan menggunakan tissue yang kemudian dibungkus kantung plastik dan dibakar atau menggunakan sapu tangan yang dicuci setiap hari, sehingga percikan dahak tidak akan menyebar. Pencegahan lainnya adalah dengan pengobatan, mengobati serta menyelesaikan pengobatan sangat efektif untuk memutuskan rantai penularan dari penderita ke orang lain yang berada di lingkungannya (Noviyani et al., 2015). Pengobatan TB paru dengan menggunakan strategi DOTS adalah strategi penyembuhan TB jangka pendek dengan pengawasan secara langsung. Dengan menggunakan strategi DOTS, maka proses penyembuhan TB dapat secara tepat. DOTS menekankan pentingnya pengawasan terhadap penderita TB agar menelan obatnya secara teratur sesuai ketentuan sampai dinyatakan sembuh sehingga Strategi DOTS memberikan angka kesembuhan yang tinggi, bisa sampai 95% (Vita et al., 2018). Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan panduan OAT jangka pendekatan pengawasan langsung, dimana untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang pengawas minum obat yang bertugas mengawasi pasien Tb agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan, memberikan dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur, mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan (Fitria et al., 2016). Terdapat tiga faktor yang menyebabkan tingginya kasus TB di Indonesia. Waktu pengobatan TB yang relatif lama (enam sampai delapan bulan) menjadi penyebab penderita TB sulit sembuh karena pasien TB berhenti berobat (drop) setelah merasa sehat meski proses pengobatan belum selesai. Selain itu, masalah TB diperberat dengan adanya peningkatan infeksi HIV/AIDS yang berkembang cepat dan munculnya permasalahan TB-Multi Drugs Resistant (MDR, kebal terhadap bermacam obat). Masalah lain adalah adanya penderita TB laten, dimana penderita tidak sakit namun akibat daya tahan tubuh menurun, penyakit TB akan muncul (Zettira et al., 2009). Salah satu penyebab tingginya prevalensi TB adalah ketidakteraturan penderita dalam pengobatan TB paru menyebabkan penularan TB paru secara terus menerus. Ketidakpatuhan terhadap pengobatan akan mengakibatkan tingginya angka kegagalan pengobatan penderita TB paru, meningkatkan resiko kesakitan, kematian, dan menyebabkan semakin banyak ditemukan penderita TB paru dengan BTA yang resisten dengan pengobatan standar. Pasien yang resisten tersebut akan menjadi sumber penularan kuman yang resisten di masyarakat (Fadhila & Gustin, 2019). Peran keluarga sebagai pengawas menelan obat diharapkan mampu memberikan dukungan kepada penderita agar semangat dalam mengikuti pengobatan sampai tuntas. Keluarga sebagai pengawas menelan obat pasien TB diharapkan mampu memberikan motivasi dan edukasi yang mudah diterapkan oleh pasien dan keluarga tersebut, sehingga tidak terjadi putus obat dan bakteri tidak kebal terhadap obat. Keluarga sebagai pengawas minum obat harus terlebih dahulu diberikan edukasi oleh tenaga kesehatan, agar memahami penyakit TB paru dan mampu merawat pasien dengan baik serta menjadi pengawas menelan obat yang tepat (Nahdah Shofi Zhafirah, 2020) Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengalaman pasien TB paru tentang dukungan keluarga dalam kepatuhan minum obat dengan metode penelitian kualitatif yang memungkinkan penelitian mampu menggambarkan dan menginterpretasikan perilaku manusia tersebut berdasarkan pengalaman subjektif dalam bentuk narasi atau cerita langsung dari fenomena atau situasi yang dialami manusia sebagai subjek yang diteliti. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Fenomena yang diteliti adalah pengalaman pasien TB paru tentang dukungan keluarga dalam kepatuhan minum obat di RSUD Dr. Soetomo. Populasi ada penelitian ini adalah para pasien TB paru yang memenuhi kriteria insklusi yaitu: Mampu berkomunikasi dengan jelas. Kriteria ini penting karena menilai kemampuan partisipan dalam berkomunikasi dengan baik itu akan memudahkan peneliti memahami maksud yang disampaikan oleh partisipan. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu memilih beberapa informan sesuai dengan kriteria-kriteria. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Validasi penelitian dilakukan dengan wawancara secara mendalam dengan informan yang sesuai dengan kriteria penelitian. Alat penelitian lain yang digunakan adalah alat tulis, handphone dan pedoman wawancara. DAFTAR PUSTAKA
Eka Fitriani. (2013). FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
TUBERKULOSIS PARU. 2(1), 2–5. Fadhila, A., & Gustin, R. K. (2019). KEPATUHAN PENDERITA TUBERCULOSIS PARU DALAM MENJALANI PENGOBATAN. 01, 47–52. Fitria, R., Febrianti, C. A., Keluarga, D., Paru, T., Puskesmas, S., & Rejo, G. (2016). Jurnal Dunia Kesmas Volume 5 . Nomor 1 . Januari 2016. 5, 24–31. Kemenkes RI. (2018). Tuberkulosis. Nahdah Shofi Zhafirah, L. M. P. (2020). PERAN KELUARGA SEBAGAI PENGAWAS MENELAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN TB PARU KAMBUH Role. 11(01), 65–69. Noviyani, E., Fatimah, S., Nurhidayah, I., & Adistie, F. (2015). Upaya Pencegahan Penularan TB dari Dewasa terhadap Anak Prevention of Tuberculosis Transmission from Adults to Children. 3, 97–103. Vita, C., Purba, G., Susanti, N., & Hasrianto, N. (2018). PENGARUH LINGKUNGAN FISIK RUMAH DAN STRATEGI DOTS TERHADAP KEBERHASILAN PENATALAKSANAAN TB PARU THE EFFECT OF HOUSE PHYSICAL ENVIRONMENT AND DOTS STRATEGY ON THE SUCCESS OF OF PULMONARY. 1(3), 30–46. Wayan, N., & Rattu, A. A. J. M. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keteraturan Minum Obat Penderita Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Modayag , Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Factors Associated With Take Drug Regularity of Patients Pulmonary TB In the Work Area of Moday. 157–168. Zettira, Z., Sari, M. I., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2009). Penatalaksanaan Kasus Baru TB Paru dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga New Case of Active Tuberculosis Disease Management Through Family Medicine Approach. 7.