PENDAHULUAN
merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia setelah Cina dan India
jumlahnya sudah berkurang. Penyakit ini sangat mudah ditularkan dengan cara “
droplet Infection “ .Diduga bahwa untuk setiap penderita yang meninggal karena
Berdasarkan data dari WHO tahun 1997, didunia setiap tahunnya terdapat
Sembilan juta orang terserang TB, dan lebih dari dua juta orang meninggal dunia
(Dimyati, 2012).
Walaupun obat-obat untuk TB telah ditemukan yaitu PAS, Vaksin BCG (1921),
Pada Tahun 1998 terdapat 18.361 kasus baru TB yang dilaporkan ke CDC.
1
2
terinfeksi TB. Lebih dari 80% kasus baru TB yang dilaporkan di tahun 1998
adalah berusia lebih dari 25 tahun dan kebanyakan dari mereka terinfeksi di masa
lalu. Kira-kira 5-100 populasi yang baru terinfeksi akan berkembang menjadi TB
paru 1-2 tahun setelah terinfeksi. Pada 5% kasus akan berkembang menjadi
penyakit klinis dimasa akan datang sedangkan 95% sisanya tidak. Sekitar 10%
(Sylvia, 2012).
kardiovaskuler pada semua golongan usia dan nomor 1 dari golongan penyakit
500.000 kasus baru TB, yaitu sekitar 200.000 penderita terdapat sekitar
puskesmas, sedangkan 200.000 ditemukan pada pelayanan rumah sakit atau klinik
pemerintah dan swasta serta sisnya belum terjangkau unit pelayanan kesehatan.
obat agar tidak terputus dan mengawasi hasil-hasil system laporan standart
Indonesia terdapat 130 penderita baru TB paru BTA positif. Setiap satu penderita
menangani tuberkulosis paru, oleh karena itu kedua fase ini haruslah ditangani
Kasus ( Case Detection Rate ) sebesar 33% (2003), dan angka kesembuhan (Cure
Rate) sebesar 86% untuk tahun 2002, yang artinya banyak kasus TBC yang belum
sebanyak 11. 185 penduduk di Kab. Dairi jumlah penderita TB paru Pada Tahun
2015 sebanyak 1.353 penduduk (Dinkes kota Medan, 2015 ). Di RS Mitra Sejati
Jumlah Penderita TB Paru Pada Tahun 2015 sebanyak 101 penduduk. Dan Pada
Tahun 2017 sampai Pada Bulan Agustus 2017 sebanyak 43 orang tetapi yang aktif
rutin datang untuk mengambil obat dan konsultasi ke dokter sebanyak 38 orang
minum obat. Motivasi pengobatan tetap dilakukan karena sering terjadi putus
berobat, alasan tidak merasa sakit, bosan karena minum obat terlalu lama dll
(Bahar, 2010).
menolak, merasa bersalah, merasa rendah diri, dan menarik diri dari orang lain
karena khawatir penyakit yang diderita menular kepada orang lain, hal ini
Selain itu akibat kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga, maka pasien
sering merasa malu karena mengidap TB, tidak hanya pasien tetapi keluarga juga
biasa melakukan isolasi terhadap pasien TB dengan memisahkan tempat tidur dan
peralatan makan. Oleh sebab itu dibutuhkan pengetahuan yang baik tentang TB
(Aditama, 2014).
bagaimana perawatan pasien TB Paru dan tidak tahu penularannya, mereka hanya
memisahkan alat-alat makan, tempat tidur dan selimut pasien dari anggota
permasalahan pasien pasien dengan TB paru adalah hal yang sangat kompleks,
yang bukan hanya diperankan oleh tim kesehatan namun juga oleh semua
tersebut. Selain dari petugas kesehatan diharapkan peran keluarga dalm proses
Tahun 2018.
Paru.
keluarga untuk proses penyembuhan pasien TB Paru sehingga pasien akan merasa