Anda di halaman 1dari 7

Vol.

XII No 1 April 2019 ISSN 1979 - 8091

PERAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN TINDAKAN KEPERAWATAN


PADA ANGGOTA KELUARGA DENGAN Tb PARU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GADING SURABAYA
Cahya Dwi Nurkasi Aninda Siregar*
*Puskesmas Pucang Sewu Surabaya

ABSTRAK

Tuberkulosis paru masih menjadi masalah di dunia terutama di negara berkembang karena
merupakan penyakit yang menahun. Klien Tb paru membutuhkan dukungan dari keluarga dan perawatan
yang komprehensif. Peran keluarga dalam melakukan tindakan keperawatan meliputi pengawasan minum
obat, penggunaan fasilitas kesehatan, pencegahan penularan, pemberian nutrisi, dan menciptkan
lingkungan yang sehat. Tujuan penilitian ini adalah untuk mengetahui peran keluarga dalam melakukan
tindakan keperawatan pada anggota keluarga dengan Tb paru. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif yaitu mendiskripsikan tentang peran keluarga dalam melakukan tindakan keperawatan dengan
klien Tb paru. 25 keluarga dijadikan subyek penelitian yang dipilih dengan quota sampling . Variabel pada
penelitian ini adalah peran keluarga dalam melakukan tindakan keperawatan pada anggota keluarga
dengan Tb paru dengan indikator peran pengawasan minum obat , penggunaan fasilitas kesehatan,
pencegahan penularan, pemberian nutrisi yang cukup dan menciptakan lingkungan yang sehat.
Instrumen pengumpulan peran keluarga menggunakan kuesioner. Analisis deskriptif menggunakan tabel
distribusi frekuensi dan narasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (64%) peran
keluarga dalam melakukan tindakan pengawasan minum obat baik. Sebagian besar (64%) peran keluarga
dalam penggunaan fasilitas kesehatan baik. Hampir seluruhnya (72%) peran keluarga dalam tindakan
pencegahan penularan baik. Sebagian besar (52%) peran keluarga dalam pemberian nutrisi baik. Hampir
setengahnya (44%) peran keluarga dalam menciptakan lingkungan yang sehat baik. Disarankan pada
keluarga untuk menambah pengetahuan mengenai penyakit Tb paru, bekerja sama dengan anggota
keluarga yang lain dalam pengawasan minum obat, maupun tindakan pencegahan penularan.

FAMILY ROLE IN IMPLEMENT NURSING TASK FOR MEMBER OF FAMILY WITH PULMONARY
TUBERCULOSIS IN THE WORK AREA OF PUSKESMAS GADING SURABAYA

ABSTRACT

Pulmonary tuberculosis is still a problem in the world, especially in developing countries


because it is a chronic disease. Pulmonary TB clients need support from family and comprehensive care.
The role of the family in carrying out nursing actions includes supervision of taking medication, use of
health facilities, preventing transmission, providing nutrition, and creating a healthy environment. The
purpose of this study was to determine the role of the family in carrying out nursing actions on family
members with pulmonary tuberculosis. This study uses a descriptive method, which describes the role of
the family in carrying out nursing actions with pulmonary tuberculosis clients. 25 families were selected as
research subjects by quota sampling. The variable in this study is the role of the family in carrying out
nursing actions on family members with pulmonary tuberculosis with indicators of the role of supervision
of taking medication, use of health facilities, prevention of transmission, providing adequate nutrition and
creating a healthy environment. The instrument for collecting family roles used a questionnaire.
Descriptive analysis using frequency distribution tables and narration. The results showed that the
majority (64%) of the role of the family in conducting surveillance measures taking good medication. Most
(64%) of the family's role in the use of good health facilities. Almost all (72%) the role of the family in
prevention of transmission is good. Most (52%) the role of the family in providing good nutrition. Almost
half (44%) of the role of the family in creating a healthy environment. It is advisable for families to
increase knowledge about pulmonary tuberculosis, cooperate with other family members in the
supervision of taking medication, as well as prevent transmission measures.

Keywords: Family role, pulmonary tuberculosis client

PENDAHULUAN dan belum ada satu negara pun yang bebas Tb


paru. Angka kematian dan kesakitan akibat
Penyakit menular Tuberkulosis atau kuman Mycobacterium tuberculosis’ masih
disingkat Tb paru masih menjadi perhatian dunia tinggi. Penyakit tuberkulosis masih menjadi

JURNAL KEPERAWATAN 57
Vol. XII No 1 April 2019 ISSN 1979 - 8091

masalah di dunia terutama di negara batuk dapat menetap dalam waktu lama di
berkembang karena merupakan penyakit ruang yang tertutup atau melekat pada barang-
menahun. Dinas Kesehatan Kota Surabaya barang sekitar yang dipakai penderita seperti
mencatat hingga bulan Desember 2016, di Jawa selimut, kasur dan sofa. Selain itu dapat
Timur terdapat 15.371 kasus Tb paru. tertinggal pada gelas dan alat-alat makan lain
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang yang dipakai oleh penderita Tb paru. Kuman-
perawatan kesehatan penderita meliputi kuman yang melayang di udara atau kuman
peningkatan kesehatan, pencegahan, penularan, yang tertinggal pada barang-barang sekitar
pengobatan, dan pemeliharaan lingkungan, penderita dapat terhisap oleh anggota keluarga
menjadi salah satu faktor dapat terjadinya lain, hal inilah yang dapat menyebabkan
resiko penularan pada anggota keluarga yang penularan penyakit Tb paru terutama pada
lain atau orang lain semakin meningkat. anggota keluarga yang mempunyai daya tahan
Global Report tahun 2009 dari WHO tubuh yang lemah dan lebih rentan terhadap
menunjukkan pada tahun 2008 Indonesia penyakit menular. (Dinkes Jatim, 2010)
menduduki peringkat 5 penderita Tb paru Penularan penyakit Tb paru juga
terbanyak di dunia setelah India, China, Afrika dipengaruhi salah satu faktor yaitu kurangnya
Selatan dan Nigeria atau menurun dari pengetahuan keluarga dalam melakukan
peringkat ketiga setelah India dan China pada perilaku pencegahan terhadap anggota keluarga
tahun 2007 (Depkes, 2012). Dari seluruh yang menderita Tb paru. Perilaku pencegahan
kematian yang dapat dicegah, 25% diantaranya yang salah akan berdampak negaif bagi klien
disebabkan oleh tuberculosis. Saat ini di negara dan anggota keluarga yang lain. Oleh karena itu,
maju diperkirakan setiap tahun terdapat 10-20 peran keluarga dalam melakukan tindakan
kasus baru setiap 100.000 penduduk dengan keperawatan kepada anggota keluarga dengan
kematian 1-5 per 100.000 penduduk. WHO Tb paru sangat penting. Tidak hanya perawatan
memperkirakan, di Indonesia setiap tahunnya secara fisik namun juga secara psikososial.
terdapat 110 kasus per 100.000 penduduk Perawatan yang baik akan membantu
dengan kematian akibat Tb paru 62.000 per mempercepat penyembuhan. Namun, apabila
430.000 kasus. Angka ini menunjukkan bahwa perawatan kurang baik akan beresiko
Indonesia sebagai negara berkembang lebih menularkan kepada anggota keluarga lain
banyak mengalami kejadian Tb paru (Friedman 2010)
dibandingkan negara maju. (Kemenkes, 2011) Peran keluarga antara lain sebagai
Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa motivator, educator, fasilitator, inisiator, pemberi
Timur tahun 2012, Tuberkulosis adalah penyakit perawatan, koordinator dan mediator terhadap
dengan jumlah klien rawat jalan terbanyak di anggota keluarganya yang menderita Tb paru
RSU Pemerintah kelas A dengan jumlah klien (Friedman, 2010) Hal-hal yang dapat lakukan
sebanyak 114.962 jiwa. Data Dinas Kesehatan keluarga dalam merawat penderita Tb paru
tahun 2016, Kota Surabaya memiliki kasus Tb diantaranya mengawasi klien dalam meminum
terbanyak di Provinsi Jawa Timur yaitu 3990 obat secara teratur hingga klien menelan
kasus. Kematian Tb di Kota Surabaya obatnya, keluarga juga harus membawa klien ke
diperkirakan mencapai 10.108 penderita BTA fasilitas kesehatan setiap dua minggu sekali
positif. Sedangkan menurut data dari Puskesmas untuk melihat perkembangan penyakitnya atau
Gading Surabaya, bulan Desember 2016 jika klien mengalami keluhan-keluhan yang
terdapat 102 kasus Tb paru dengan rincian 51 harus segera di tangani. Untuk kebutuhan nutrisi
kasus dengan BTA positif, 37 kasus dengan BTA keluarga harus memberikan makan yang cukup
negatif, dan 14 kasus ekstra paru. gizi pada klien untuk menguatkan dan
Penyakit tuberkulosis adalah penyakit meningkatkan daya dahan tubuh agar dapat
infeksi yang penyebarannnya sangat mudah menangkal kuman Tb yang merusak paru-paru.
sekali. Penyakit ini dapat menular melalui batuk, Keluarga harus dapat mengajarkan untuk tidak
bersin, dan berbicara. Penyebaran penyakit Tb meludah sembarangan, menutup mulut ketika
paru yang sangat mudah ini, sangat rentan batuk atau bersin, keluarga juga dapat
dapat menular kepada keluarga yang anggota menjemur tempat tidur bekas klien secara
keluarganya sedang menderita penyakit teratur, membuka jendela lebar-lebar agar udara
tersebut. Salah satu faktor yang erat segar dan sinar matahari dapat masuk, karena
hubungannya dengan terjadinya penularan kuman Tb paru akan mati bila terkena sinar
tuberculosis adalah adanya sumber penularan matahari (Depkes RI, 2007).
yaitu penderita Tb paru BTA positif. Penderita Memperhatikan keluarga ikut memegang
Tb paru BTA positif yang batuk, dapat peranan penting dalam merawat anggota
mengeluarkan 3000 droplet nucle. Sifat kuman keluarga yang sakit khusunya dalam hal ini
ini dapat bertahan lama ditempat yang gelap penyakit Tb paru. Maka, perlu dilakukan
dan lembab sebaliknya dapat mati jika terkena penelitian tentang peran keluarga dalam
sinar matahari. Kuman yang keluar saat pasien melakukan tindakan keperawatan pada anggota

JURNAL KEPERAWATAN 58
Vol. XII No 1 April 2019 ISSN 1979 - 8091

keluarga dengan Tb paru di wilayah kerja


Puskesmas Gading Surabaya. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
bahwa anggota keluarga klien Tb paru hampir
BAHAN DAN METODE setengahnya (40%) berusia 40-50 tahun,
Jenis penelitian ini adalah penelitian sebagian besar (60%) laki-laki, sebagian besar
deskriptif yakni mendeskripsikan peran keluarga (60%) berpendidikan SMA dan sebagian besar
dalam melakukan tindakan keperawatan pada (60%) bekerja sebagai pegawai swasta/buruh/
anggota keluarga dengan Tb paru. Populasi wiraswasta (table 1)
dalam penelitian ini adalah semua keluarga yang Tabel 1 Distribusi usia anggota keluarga klien
salah satu anggota keluargaya menderita Tb dengan Tb paru di wilayah Puskesmas
paru diwilayah kerja Puskesmas Gading Gading Surabaya April 2017
Surabaya berjumlah 51 keluarga. Subyek Karakteristik f %
penelitian adalah 25 keluarga yang dipilih Umur
dengan quota sampling dengan kriteria anggota 30-40 tahun 7 28
keluarga berusia 25-50 tahun,. dominan yang 40-50 tahun 10 40
menjadi pengawas minum obat atau yang 51-60 tahun 5 20
merawat klien dan bertempat tinggal dengan >60 tahun 3 12
anggota keluarga yang lain. Jumlah 25 100
Variabel pada penelitian ini adalah peran
Jenis Kelamin f %
keluarga dalam melakukan tindakan
Laki-laki 15 60
keperawatan pada anggota keluarga dengan Tb
Perempuan 10 40
paru. Instrumen pengumpulan data penelitian ini
Jumlah 25 100
adalah kuisioner atau angket yang disesuaikan
Pendidikan f %
dengan tujuan penelitian dan mengacu kepada
konsep dan teori yang telah dibuat. Kuisioner SD 3 12
SMP 4 16
terdiri dari dua bagian yaitu, bagian I berisi
tentang data demografi yang meliputi nama, SMA 15 60
Perguruan tinggi 3 12
usia, jenis kelamin, status pendidikan dan status
Jumlah 25 100
pekerjaan. Bagian 2 berkaitan dengan tindakan
keperawatan yang dilakukan keluarga pada Pekerjaan f %
anggota keluarga dengan Tb paru. Soal pada Swasta/buruh/wiraswasta 15 60
bagian ini terdiri dari 22 pertanyaan. Indikator Purnawirawan/pensiun 4 16
peran keluarga meliputi Pengawasan minum Tidak bekerja 6 24
obat , Penggunaan fasilitas kesehatan, Jumlah 25 100
Pencegahan penularan, Pemberian nutrisi yang
cukup dan Menciptakan lingkungan yang sehat . 2. Peran Keluarga Dalam Pengawasan
Setiap pernyataan terdiri dari dua jawaban ya Minum Obat
dan tidak, dan responden diminta untuk Hasil penelitian didapatkan peran
memberi tanda centang atau √ pada kolom keluarga dalam melakukan pengawasan minum
yang telah disediakan sesuai dengan kondisi obat pada anggota keluarga dengan Tb paru
sebenarnya. Dalam pemberian skor pada tingkat sebagian besar (64%) berperan dengan baik,
peran keluarga tuberkulosis paru digunakan sebagian kecil (16%) kurang berperan ( tabel
skala guttman. Skala yang bersifat tegas dan 2).
konsisten dengan pemberian jawaban seperti ya
dan tidak. Skor penilaiannya jika jawaban ya Tabel 2. Distribusi peran anggota kelurga dalam
maka diberi nilai 1 sedangkan jika jawaban tidak melakukan pengawasan minum obat
diberi nilai 0. Total skor pada kuisioner ini pada klien Tb paru di wilayah Puskesmas
adalah 0-22. Total skor akan dikonversikan Gading Surabaya April 2017
dalam bentuk persentasi dan dikatagorikan Tindakan Frekuensi %
dalam katagori baik jika persentasi 76-100%, pengawasan
cukup jika persentasi 56-75%, dan kurang jika minum obat
persentasi ≤55%. Baik 16 64
Analisis deskriptif menggunakan tabel Cukup 5 20
distribusi frekuensi dan narasi untuk Kurang 4 16
mendiskripsikan peran keluarga dalam Jumlah 25 100
memberikan tindakan keperawatan pada
anggota keluarga dengan Tb paru. Hasil penelitian didapatkan peran
keluarga dalam melakukan pengawasan minum
HASIL DAN PEMBAHASAN obat pada anggota keluarga dengan Tb paru
yaitu sebagian besar (64%) beperan baik, hal ini
1. Karakteristik Keluarga Klien Tb paru dikarenakan anggota keluarga menyadari bahwa

JURNAL KEPERAWATAN 59
Vol. XII No 1 April 2019 ISSN 1979 - 8091

melakukan pengawasan minum obat sangat pengobatannya selama keluarga yang bertugas
penting di karenakan pengobatan merupakan sebagai PMO berada di luar rumah. PMO juga
faktor yang paling penting dan bepereran dalam dapat menggunakan alat komunikasi telepon
penyembuhan anggota keluarga yang menderita genggam untuk mengingatkan klien Tb paru
Tb paru. Menurut Setiati (2015), pengobatan Tb minum obat saat berada di luar rumah.
paru memerlukan waktu sekurang-kurangnya 6
bulan agar dapat mencegah perkembangan 3. Peran Keluarga Dalam Penggunaan
resistensi obat. WHO sendiri telah menerapkan Fasilitas Kesehatan
strategi DOTS dimana terdapat petugas Hasil penelitian didapatkan peran
kesehatan tambahan yang berfungsi mengawasi keluarga dalam penggunaan fasilitas kesehatan
klien minum obat dan memastikan pada anggota keluarga sebagian besar (64%)
kepatuhannya. Menurut Jurnal Kemenkes berperan baik, dan sebagian kecil (4%)
Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis berperan kurang (table 3) .
(2011), peran keluarga dalam melakukan
tindakan pengawasan minum obat bukanlah Tabel 3 Distribusi peran keluarga dalam
untuk menggantikan kewajiban penderita untuk penggunaan fasilitas kesehatan pada
mengambil obat dari pelayanan kesehatan pada klien Tb paru di wilayah Puskesmas
saat obat habis, tetapi peran keluarga dalam Gading Surabaya April 2017
pengawasan minum obat yaitu mengawasi klien Tindakan Frekuensi %
Tb paru untuk melakukan pengobatan secara penggunaan
teratur sampai akhir pengobatan, memberikan fasilitas
dorongan kepada klien dengan Tb paru untuk kesehatan.
berobat teratur, mengingatkan klien Tb paru Baik 16 64
untuk memeriksakan dahak ulang pada saat Cukup 8 32
waktu yang telah di tentukan, dan apabila perlu Kurang 1 4
dilakukan, pengawas minum obat (PMO) bisa Jumlah 25 100
membuat jadwal khusus terkait dengan jadwal
minum obat klien. Dari hasil penelitian yang Hasil penelitian menunjukkan peran
dilakukan oleh Asra Septia (2011), keluarga dalam melakukan tindakan
menyimpulkan bahwa pengawasan minum obat penggunaan fasilitas kesehatan pada anggota
akan lebih baik dilakukan oleh anggota keluarga keluarga dengan Tb paru, yaitu sebagian besar
sendiri, baik anak maupun pasangan klien. Hal (64%) berperan baik, hal ini dikarenakan
ini dikarenakan klien dengan Tb paru akan keluarga mengetahui bahwa klien harus
menganggap bahwa anggota keluarganya memeriksakan diri secara teratur maksimal dua
adalah orang yang paling dapat dipercaya. minggu sekali untuk memeriksakan
Selain itu, adanya keeratan hubungan emosional perkembangan penyakit yang di derita oleh klien
sangat mempengaruhi karna anggota keluarga Tb paru. Selain itu, keluarga juga harus
yang berperan dalam pengawasan minum obat melaporkan kepada petugas kesehatan apabila
juga dapat langsung memberikan dukungan anggota keluarganya yang menderita Tb paru
emosional pada klien Tb paru. Maka dari itu mengalami keluhan-keluhan atau efek samping
peran keluarga dalam melakukan pengawasan dari pengobatan. Menurut Setiati (2015), klien
minum obat sangat penting dan diperlukan. Tb paru sekurang-kurangnya harus
Hasil penelitian masih didapatkan memeriksakan diri ke puskesmas dua minggu
sebagian kecil (16%) keluarga kurang berperan sekali. Petugas kesehatan yang ada di
dalam pengawasan minum obat, hal ini dapat puskesmas akan memberikan penyuluhan
disebabkan oleh pekerjaan anggota keluarga tentang penyakit Tb paru yang meliputi gejala,
yang sebagian besar (60%) bekerja sebagai bahaya, dan akibat yang ditimbulkan, serta
pekerja swasta/buruh/wiraswasta yang sosialisasi untuk memeriksakan diri ke
merupakan pekerjaan yang menguras banyak puskesmas apabila mengalami batuk dan
waktu sehingga anggota keluarga yang bertugas demam lebih dari 2 minggu. Dari hasil penelitian
mengawasi minum obat tidak bisa selalu Marwansyah (2015) Keluarga sangat berperan
mengawasi klien dalam pengobatannya. Oleh dalam penggunaan fasilitas kesehatan. Hal ini
karena itu, keluarga yang bertugas menjadi PMO dikarenakan apabila keluarga memanfaatkan
dapat membuat jadwal waktu minum obat untuk fasilitas kesehatan, klien dan keluarganya akan
klien Tb paru agar klien dapat mengetahui lebih banyak mendapatkan informasi mengenai
kapan klien harus minum obat. Saat pulang dari penyakit Tb paru.
bekerja keluarga dapat menghitung berapa obat Dari hasil penelitian masih didapatkan
yang tersisa. Selain itu keluarga yang bertugas sebagian kecil (4%) keluarga kurang berperan
sebagai PMO dapat meminta bantuan kepada dalam penggunaan fasilitas kesehatan. Hal ini
anggota keluarga yang lain yang berada di dikarenakan klien dan keluarga merasa bahwa
rumah untuk mengawasi klien dalam jarak dari rumah ke puskesmas jauh sehingga

JURNAL KEPERAWATAN 60
Vol. XII No 1 April 2019 ISSN 1979 - 8091

keluarga merasa tidak perlu terlalu sering ke tertular penyakit Tb paru. Tindakan yang dapat
puskesmas. Dari hasil penelitian Marwansyah dilakukan oleh keluarga untuk mencegah
(2015) tidak optimalnya peran keluarga dalam penularan antara lain, mengingatkan anggota
penggunaan fasilitas kesehatan dapat keluarga untuk menutup mulut pada saat batuk,
disebabkan oleh berbagai faktor yaitu letak mengingatkan anggota keluarga untuk memakai
fasilitas kesehatan yang jauh, petugas masker pada saat berbicara dengan orang lain,
kesehatan yang kurang ramah atau tidak mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah
responsive, klien Tb paru yang merasa takut makan karena bisa jadi terdapat kuman yang
pergi ke fasilitas kesehatan, dan masalah biaya. menempel pada tangan, mengajarkan kepada
Oleh karena itu, keluarga harus berperan dalam anggota keluarga untuk membuang dahak pada
meberikan dukungan serta motivasi kepada wadah tertutup yang sudah berisi cairan lisol,
anggota keluarganya yang menderita Tb paru dan memisahkan alat-alat makan klien dengan
agar bersedia memeriksakan diri ke puskesmas anggota keluarga yang lain. Apabila keluarga
sehingga klien dan keluarga dapat mengetahui mempunyai alat makan yang terbatas, keluarga
perkembangan penyakit yang diderita, dan bisa mensiasati dengan merebus alat-alat makan
berkonsultasi apabila timbul keluhan akibat efek dengan air panas untuk menghilagkan kuman
samping pengobatan. yang mungkin menempel pada alat makan klien.
4. Peran Keluarga Dalam Tindakan Perilaku keluarga klien yang hampir seluruhnya
Pencegahan Penularan telah berperan dalam pencegahan penularan
Peran keluarga dalam melakukan didukung dengan latar belakang pendidikan
tindakan pencegahan penularan pada anggota keluarga yang sebagian besar (60%)
keluarga dengan Tb paru menunjukkan sebagian berpendidikan SMA. Dengan latar belakang
besar (72%) berperan baik, dan tidak satupun pendidikan yang tinggi akan mempermudah
(0%) berperan kurang( tabel 4). keluarga dalam memahami pentingnya
pencegahan penuluran pada anggota keluarga
Tabel 4 Distribusi peran keluarga dalam dengan Tb paru.
melakukan tindakan pencegahan Dari hasil penelitian masih didapatkan
penularan pada klien Tb paru di hampir setengahnya (28%) keluarga berperan
wilayah Puskesmas Gading Surabaya cukup dalam tindakan pencegahan penularan.
April 2017 Hal ini bisa saja disebabkan karena, sebagaian
Tindakan Frekuensi % besar (60%) keluarga yang dominan dalam
pencegahan melakukan tindakan pencegahan adalah berjenis
penularan kelamin laki-laki sehingga keluarga tersebut
Baik 18 72 lebih banyak di luar rumah untuk bekerja
Cukup 7 28 daripada melakukan pencegahan penularan di
Kurang 0 0 rumah. Dalam hal ini diperlukan kerjasama dari
Jumlah 25 100 masing-masing anggota keluarga untuk
melaksanakan tindakan pencegahan, karena
Hasil penelitian menunjukkan distribusi tindakan pencegahan akan efektif apabila ada
peran keluarga dalam melakukan tindakan kemauan dari masing-masing anggota keluarga
pencegahan penularan pada anggota keluarga untuk melaksanakan tindakan pencegaha itu
dengan Tb paru di wilayah Puskesmas Gading sendiri.
Surabaya, yaitu hampir seluruhnya (72%)
berperan baik. Hal ini dikarenakan, keluarga 5. Peran Keluarga Dalam Melakukan
sudah mendapatkan banyak sekali informasi Tindakan Pemberian Nutrisi
mengenai penularan Tb paru baik dari petugas Hasil penelitian menunjukkan peran
kesehatan maupun dari media informatika. anggota keluarga dalam melakukan tindakan
Menurut Darmanto (2007), penularan Tb paru pemberian nutrisi pada anggota keluarga
dapat terjadi ketika klien berbicara, meludah, sebagain besar (52%) berperan baik, dan
batuk, atau bersin, maka kuman Tb paru akan sebagain kecil (16%) berperan kurang (tabel 5).
menyebar ke udara dan akan menimbulkan Tabel 5 Distribusi peran keluarga dalam
droplet infection. Dalam waktu satu tahun, satu melakukan tindakan pemberian nutrisi
orang penderita Tb paru dapat menularkan pada pada klien Tb paru di wilayah Puskesmas
10 sampai 15 orang disekitarnya. Menurut Jurnal Gading April 2017
Jaji (2010) peran keluarga dalam melakukan Tindakan Frekuensi %
pencegahan penularan pada anggota keluarga pemberian nutrisi
dengan Tb paru bermanfaat untuk mencegah Baik 13 52
tertularnya penyakit pada anggota keluarga Cukup 8 32
yang lain. Keluarga dinilai sebagai orang yang Kurang 4 16%
paling dekat dengan klien sehingga keluarga Jumlah 25 100%
juga mempunyai resiko yang besar untuk

JURNAL KEPERAWATAN 61
Vol. XII No 1 April 2019 ISSN 1979 - 8091

Hasil penelitian didapatkan distribusi


peran keluarga dalam melakukan tindakan Hasil penelitian didapatkan peran
pemberian nutrisi pada anggota keluarga keluarga dalam menciptakan lingkungan yang
dengan Tb paru di wilayah Puskesmas Gading sehat pada anggota keluarga dengan Tb paru di
Surabaya, yaitu sebagian besar (52%) berperan wilayah Puskesmas Gading Surabaya, yaitu
baik. Hal ini dikarenakan keluarga menganggap hampir setengahnya (44%) berperan baik. Hal
makanan yang bergizi dapat mendukung ini dikarenakan keluarga menyadari bahwa
penyembuhan klien. Menurut Ariyani (2012) lingkungan sekitar rumah mereka merupakan
peran keluarga dalam pemberian nutrisi lingkungan yang kumuh dan padat penduduk,
berhubungan dengan daya tahan tubuh sehingga keluarga harus selalu membersihkan
klien.status gizi berhubungan erat dengan rumah mereka agar terhindar dari menyebarnya
asupan makanan, turunnya daya tahan tubuh kuman Tb paru. Menurut Jurnal Jaji (2015)
seseorang akibat kurang mengkonsumsi peran keluarga dalam menciptakan lingkungan
makanan yang bergizi seimbang dapat yang sehat seperti menyediakan ventilasi untuk
memudahkan masuknya bibit penyakit ke dalam memungkinkan cahaya matahari masuk dapat
tubuh seperti kuman Tb. membantu mematikan kuman Tb paru. Hal ini
Dari hasil penelitian masih didapatkan sejajar dengan Mery (2013) yang menyebutkan
hampir setengahnya (32%) keluarga cukup bahwa sinar matahari dapat membunuh kuman,
berperan dalam pemberian nutrisi. Hal ini dapat bakteri, virus, dan jamur.Hal ini sangat berguna
disebabkan karena secara umum, klien Tb paru untuk perawatan penyakit TBC, pneumonia,
berasal dari keluarga dengan status ekonomi asma, hingga pembinasan beberapa virus
menengah kebawah, maka dari itu keluarga penyebab kanker mampu dibinaskaan oleh sinar
menjadi kurang optimal dalam pemberian nutrisi ultraviolet ini.Bakteri di udara mampu
untuk klien Tb paru. Hal ini tidak sejalan dengan dibinasakan oleh sinar matahari secara singkat.
Almatsier (2006) bahwa klien Tb paru Dapat dilihat dari gambaran umum lokasi
membutuhkan diit tinggi kalori dan protein untuk peneliitian bahwa lokasi penelitian merupakan
meningkatkan daya tahan tubuh klien. Untuk lingkungan yang kumuh dengan penduduk yang
mengatasi hal tersebut, keluarga bisa sangat padat. Rumah-rumah saling
menggunakan sumber protein lain yang sesuai berdampingan tanpa ada celah sehingga sinar
dengan kemampuan keluarga, seperti contoh matahari susah untuk masuk ke dalam rumah.
untuk sumber protein keluarga bisa Apabila rumah terletak di bagian belakang dan
menggunakan sumber protein nabati seperti matahari susah untuk masuk ke dalam rumah,
tahu, tempe, singkong, oncom, atau telur. Selain keluarga bisa mensiasati untuk menjemur
itu apabila memungkinkan, keluarga bisa barang-barang yang kontak langsung dengan
menanam tumbuhan sayur di perkarangan klien Tb seperti kasur untuk menjemurnya di
rumah untuk dapat dijadikan bahan makanan, luar rumah, sehingga kuman-kuman yang
atau keluarga dapat memelihara ayam untuk mungkin menempel pada kasur bisa mati karena
diambil telurnya dan dijadikan sumber protein. terkena sinar matahari.
Hasil penelitian masih didapatkan
6. Peran Keluarga Dalam Melakukan sebagian kecil (24%) keluarga kurang berperan
Tindakan Menciptakan Lingkungan dalam tindakan menciptakan lingkungan yang
Yang Sehat sehat, hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pengetahuan keluarga bahwa menjemur barang-
peran keluarga dalam melakukan tindakan barang yang kontak langsung dengan klien
menciptakan lingkungan yang sehat pada dapat mematikan kuman Tb paru. Hal ini dapat
anggota keluarga dengan Tb paru di wilayah diperbaiki dengan lebih banyak memberikan
Puskesmas Gading Surabaya, hampir pengetahuan kepada keluarga tentang daur
setengahnya (44%) berperan baik, dan sebagian hidup kuman Tb paru yang akan mati ketika
kecil (24%) beperan kurang (tabel 6) terpapar sinar matahari, sehingga keluarga
Tabel 6 Distribusi peran keluarga dalam dapat menciptakan lingkungan yang sehat untuk
melakukan tindakan menciptakan klien Tb paru.
lingkungan yang sehat pada klien Tb
paru di puskesmas Gading Surabaya April SIMPULAN DAN SARAN
2017
Tindakan Frekuensi % Berdasarkan hasil penelitian tentang
menciptakan peran keluarga dalam melakukan tindakan
lingkungan sehat keperawataan pada anggota keluaarga dengan
Baik 11 44 Tb paru di wilayah Puskesmas Gading Surabaya
Cukup 8 32 dapat disimpulkan bahwa Peran keluarga dalam
Kurang 6 24 melakukan tindakan pengawasan minum obat
Jumlah 25 100 pada anggota keluarga , sebagian besar (64%)

JURNAL KEPERAWATAN 62
Vol. XII No 1 April 2019 ISSN 1979 - 8091

berperan baik, dan sebagian kecil (16%) kurang Friedman, MM., Bowden V. R., dan Jones E. G.
berperan. Dalam melakukan tindakan (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga:
penggunaan fasilitas kesehatan pada anggota Riset Teori dan Praktik. Jakarta: EGC
keluarga sebagian besar (64%) berperan
dengan baik, sebagian kecil (16%) kurang Jaji. (2015). Upaya Keluarga Dalam Pencegahan
berperan. Dalam melakukan tindakan Penularan Tuberkulosis Paru ke Anggota
pencegahan penularan pada anggota keluarga Keluarga Lainnya. Jurnal Staf Pengajar
sebagian besar (72%) berperan baik, hampir PSIK-FK Unsri. (6-7)
setengahnya (28%) berperan cukup. Dalam
tindakan pemberian nutrsi pada klien sebagain Kementerian Kesehatan RI. (2011). Pedoman
besar (52%) berperan baik, dan sebagain kecil Nasional Pengendalian Tuberkulosis.
(16%) berperan kurang. Peran keluarga dalam Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
melakukan tindakan menciptakan lingkungan Indonesia
yang sehat pada anggota keluarga dengan Tb
paru, hampir setengahnya (44%) berperan baik, _______. (2013). Profil Kesehatan Indonesia
dan sebagian kecil (24%) beperan kurang. 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Disarankan pada keluarga untuk menambah Republik Indonesia
pengetahuan mengenai penyakit Tb paru,
bekerja sama dengan anggota keluarga yang Kozier, B., Berman, A., and Shirlee J. Synde, alih
lain dalam pengawasan minum obat, maupun bahasa Pamilih Eko Karyuni, dkk. (2010).
tindakan pencegahan penularan, Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konsep Proses dan Praktik edisi VII
DAFTAR PUSTAKA volume I. Jakarta: EGC

Almatsier, S. (2006). Prinsip Dasar Ilmu Gizi- Marwansyah. (2015). Pengaruh Pemberdayaan
edisi 6. Jakarta: Salemba Medika Keluarga Penderita Tb terhadap
Kemampuan Melaksanakan Tugas
Ariyani, Retno Desi. (2012). Penuhi Gizi Kesehatan Keluarga. Poltekkes Kemenkes
Penderita Tuberkulosis Paru. Surakarta: RI Banjarmasin. Banjarmasin
Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
Marilyn, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan
Amira Permatasari. (2005), Pemberantasan Keluarga: Riset, Teori, dan Praktik.
Penyakit Tb paru dan Strategi DOTS. Jakarta: EGC
http://www.repository.usu.ac.id. Diunduh
pada tanggal 4 Februari 2017 pukul Mery. (2010). 7 Things You Should Know About
10.00 Sunshine. http://www.citi-talk.com
diakses pada 24 Juli 2017 pukul 20.00
Departemen Kesehatan RI. (2008). Buku Saku
Kader Program Penanggulangan TB. Setiati, siti. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Jakarta: Departemen Kesehatan RI Dalam. Jakarta: Interna Publishing

Djojodibroto, Darmanto. (2007). Respirologi Septia, Asra. 2011. Hubungan Dukungan


(Respiratory Medicine). Jakarta: Buku Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat.
Kedokteran EGC Surabaya. (7-8)

Dinas Kesehatan Jawa Timur. (2014). Profil


Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun
2014. Surabaya: Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur

Erfandi. (2008).
Https:/forbetterhealth.wordpress.com
diakses pada tanggal 4 februari 2017
pukul 10.00

JURNAL KEPERAWATAN 63

Anda mungkin juga menyukai