Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH KONSELING TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU

PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS PUCANG SEWU SURABAYA
(Effect Of Counseling To Improve Tuberculosis Prevent
Behavior In Work Puskesmas Pucang Sewu Surabaya)

Tantri Kusmitarini
Program studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah, kampus FIK UMSurabaya, 60113.
Telp. (031) 3811966, Fax. (031) 3811967,

ABSTRAK

Insidensi tuberkulosis paru selalu meningkat dari tahun ke tahun di Wilayah Kerja
Puskesmas Pucang Sewu, meskipun telah dilakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
Salah satu yang menjadi penyebab adalah faktor perilaku pada klien tuberkulosis paru. Sehingga
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konseling terhadap peningkatan perilaku
pencegahan penularan tuberkulosis paru.
Jenis penelitian Analitik dengan desain “Non Equivalent Control Group Design”. Jumlah
populasi 70 orang pasien TB Paru dengan sampel 32 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Teknik
yang digunakan yaitu “Purposive Sampling” dengan variabel independen adalah konseling dan
variabel dependen adalah Perilaku (pengetahuan,sikap,tindakan). Pengumpulan data menggunakan
kuesioner dan di analisis menggunakan uji statistik “Wilcoxon Sign Rank test”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling pada kelompok perlakuan dengan
pengetahuan, sikap, dan tindakan hasailnya ρ: 0,000<α=0,05, sikap sehingga tolak H0, jadi ada
pengaruh konseling terhadap peningkatan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis paru di
Wilayah Kerja Puskesmas Pucang Sewu Surabaya.
Kesimpulannya bahwa konseling dapat mempengaruhi terhadap peningkatan perilaku
pencegahan penularan tuberkulosis paru sehingga pentingnya pemberian konseling dalam
pelayanan terhadap pasien TB sangatlah diperlukan.

Kata Kunci : Konseling, pengetahuan, sikap, perilaku penderita tuberkulosis

ABSTRACT

The incidence of pulmonary tuberculosis always increases from year to year in the Pucang
Sewu Puskesmas Work Area, although healt education has been carried out for the community. One
of the causes is the behavior factor in the client of pulmonary tuberculosis. So this study aims to
determine the effect of counseling on improving the behavior of prevention of pulmonary
tuberculosis transmission.
Type of analytic research with “Non Equivalent Control Group Design”. Population of 70
lung tuberculosis patients with a sample of 32 patients who met inclusion and exclusion criteria.
The technique used is “Purposive Sampling” with independent variable is counseling and
dependent variable is behavior (knowledge, attitude, action). Data were collected using
questionnarres and analyzed using statistical test of “Wilcoxon Sign Rank Test”.
The results showed that counseling in treatment group with knowledge, attitude, and action
result ρ=0,000 < α=0,05, so reject Ho, so there is influence of counseling to increase behavior
prevention of transmission of tuberculosis of lung at Puskesmas Pucang Sewu Surabaya.
The conclusion that counseling may influence the improvement of prevention behavior of
transmission of pulmonary tuberculosis so the importance of counseling in the service of patients
tuberculosis is necessary.

Keywords : Counseling, knowledge, attitude, behavior of tuberculosis patiens

PENDAHULUAN yang BTA positif dari tahun 2016 ke tahun


2017 (UPTD Puskesmas Pucang Sewu
Tuberkulosis paru masih menjadi masalah
Surabaya, 2017).
kesehatan di masyarakat Indonesia, karena
Sumber penularan adalah
merupakan salah satu penyakit menular yang
pasien tuberkulosis paru BTA positif melalui
angka kejadiannya selalu meningkat dari
percik renik dahak yang dikeluarkan penderita
tahun ke tahun dan penyakit ini sering
tuberkulosis yang tidak memakai masker.
menyerang pada golongan usia produktif
yaitu 15-50 tahun serta golongan sosial Infeksi akan terjadi apabila orang lain
menghirup udara yang mengandung percik
ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh
renik dahak yang infeksius tersebut. Pada
banyak faktor seperti faktor perilaku, faktor
waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan
sosio ekonomi, dan faktor lingkungan, tetapi
kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak
faktor utamanya yaitu faktor perilaku pada
(droplet nuclei / percik renik). Sekali batuk
klien dan keluarga tuberkulosis paru
dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan
(Darmanto, 2009).
dahak (Kemenkes RI, 2014). Faktor resiko
Pada tahun 2015 di Indonesia
tertular tuberkulosis paru tergantung pada
ditemukan jumlah kasus tuberkulosis
beberapa faktor, diantaranya faktor
sebanyak 330.910 kasus, meningkat bila
lingkungan, konsentrasi kuman di udara yang
dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang
meningkat dipengaruhi oleh ventilasi udara
ditemukan pada tahun 2014 sebesar 324.539
dan pencahayaan lingkungan, faktor usia dan
kasus (Depkes RI, 2016). Provinsi Jawa
imunitas tubuh seseorang. Seseorang dengan
Timur menempati urutan kedua di Indonesia
daya tahan tubuh yang rendah dan malnutrisi
dalam penemuan klien tuberkulosis paru BTA
(gizi buruk) akan memudahkan
positif kasus baru setelah Jawa Barat. Rata-
berkembangnya tuberkulosis paru aktif/sakit
rata penemuan kasus pada tahun 2014 adalah
tuberkulosis paru (Kemenkes RI, 2014).
52%, dengan jumlah kasus tuberkulosis paru
Untuk itu pencegahan penularan tuberkulosis
BTA positif sebanyak 21.036 klien (Dinkes
paru dapat dilakukan dengan menjaga pola
Jatim, 2014). Jumlah data penderita
hidup sehat seperti memperhatikan etika
tuberkulosis paru dengan BTA positif di
batuk, membuang dahak pada tempatnya,
wilayah Puskesmas Pucang Sewu Surabaya
makan makanan bergizi, istirahat cukup, olah
pada tahun 2015 kasus tuberkulosis paru
raga teratur, hindari rokok dan alkohol (CDC
terdapat 60 kasus 36 atau 60% kasus
Goverment, 2016).
diantaranya BTA positif, 2016 kasus
Dari data di sebutkan bahwa 90%
tuberkulosis paru terdapat 62 kasus 42 atau
penularan TB di Puskesmas Pucang Sewu
67% kasus diantaranya BTA positif dan pada
disebabkan karena Lingkungan, 85% karena
tahun 2017 kasus tuberkulosis paru terdapat
prilaku dan 25 % karena pemahaman yang
70 kasus, 51 atau 73% kasus diantaranya
kurang tentang TB, Perilaku merupakan salah
BTA positif. Meningkatnya kasus
tuberkulosis paru menggambarkan tingginya satu faktor yang cukup tinggi penyebab
resiko tertularnya tuberkulosis paru di
resiko penularan penyakit, hal tersebut bisa
Puskesmas Pucang sewu (UPTD Puskesmas
dilihat dari kenaikan kasus tuberkulosis paru
Pucang Sewu, 2017). Meskipun penyuluhan desain penelitian yang menggunakan satu
untuk mencegah penularan TB sudah kelompok eksperiman dengan kelompok
dilakukan namun perilaku mereka tidak pembanding yang diawali dengan sebuah tes
berubah, hal ini menunjukkan kurangnya awal (pretest) yang diberikan kepada kedua
kesadaran penderita terhadap perilaku kelompok, kemudian diberi perlakuan
pencegahan penyakit tuberkulosis. (treatment), kemudian diakhiri (posttest) yang
Kurangnya kesadaran klien diberikan kepada kedua kelompok.
tuberkulosis paru akan menimbulkan dampak (Sugiyono, 2011).
negatif bagi klien maupun keluarga yang bisa
mengakibatkan anggota keluarga lain HASIL PENELITIAN
mengalami penularan tuberkulosis. Kesadaran
1. Data Umum
pada penderita tuberkulosis dipengaruhi oleh
rasa tidak nyaman dan merasa sesak saat
1) Karakteristik responden berdasarkan
memakai masker selain itu adanya stigma di
umur
masyarakat yang masih menjauhi dan
Tabel 4.1 Distribusi responden
mengucilkan penderita tuberkulosis meskipun
berdasarkan umur Pasien TB di
sudah dilakukan penyuluhan pada masyarakat
Puskesmas Pucangsewu
guna menambah wawasan dan kesadaran
Surabaya 2018
mereka dalam mencegah kasus tuberkulosis. Umur Kelompok Kelompok
Konseling merupakan suatu proses Kontrol Perlakuan
pemberian bantuan yang dilakukan melalui Σ (%) Σ (%)
wawancara konseling oleh seorang ahli 21-27 tahun 4 25,0% 0 0,0%
(konselor) kepada individu yang sedang 28-34 tahun 1 6,3% 0 0,0%
35-41 tahun 1 6,3% 4 25,0%
mengalami sesuatu masalah (klien) yang 42-48 tahun 5 31,3% 6 37,5%
bermuara pada teratasinya masalah yang 49-55 tahun 5 31,3% 6 37,5%
dihadapi klien (Prayitno, Erman Amti, 2003). Jumlah 16 100% 16 100%
Konseling merupakan “jantung hatinya”
pelayanan bimbingan secara menyeluruh. Hal
ini berarti apabila layanan konseling telah Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa
dilakukan, maka masalah konseling akan sebagian besar umur responden pada
teratasi secara efektif dan upaya bimbingan kelompok kontrol adalah 42-48 dan 49-
lainnya tinggal mengikuti atau berperan 55 tahun yaitu masing-masing sejumlah 5
sebagai pendamping. Dalam hal ini peran orang (31,3%), sedangkan pada
perawat dalam meningkatkan perilaku kelompok perlakuan usia responden
pencegahan penyakit tuberkulosis adalah sebagian besar 42-48 dan 49-55 tahun
memberi konseling terhadap klien dan yaitu sejumlah masing-masing 6 orang
keluarga mengenai pentingnya memakai (37,5%).
masker dan membuang dahak tidak
sembarangan yaitu dibuang dalam tempat
2) Karakteristik responden berdasarkan
tertutup yang telah diberi desinfektan untuk
mencegah penularan. jenis kelamin
Tabel 4.2 Distribusi responden
Berdasarkan uraian diatas, maka
peneliti tertarik untuk mengetahui mengenai berdasarkan jenis kelamin
Pasien TB di Puskesmas
pengaruh konseling terhadap peningkatan
perilku pencegahan penularan tuberkulosis Pucangsewu Surabaya 2018
paru.
Jenis Kelamin Kelompok Kelompok
METODE Kontrol Perlakuan
Σ (%) Σ (%)
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang Laki-Laki 11 68,7% 9 56,3%
digunakan adalah penelitian Quasi Perempuan 5 31,3% 7 43,7%
Experimen dengan desain penelitian “Non Jumlah 16 100% 16 100%
Equivalent Control Group Design”, yaitu
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan bahwa sejumlah 11 orang (68,7%), sedangkan
sebagian besar jenis kelamin responden pada kelompok perlakuan pekerjaan
pada kelompok kontrol adalah laki-laki responden sebagian besar Swasta yaitu
yaitu sejumlah 11 orang (68,7%), sejumlah 9 orang (56,3%).
sedangkan pada kelompok perlakuan .
jenis kelamin responden sebagian besar
laki-laki yaitu sejumlah 9 orang (56,3%). 2. Data khusus
a. Identifikasi responden berdasarkan
3) Karakteristik responden berdasarkan
pengetahuan sebelum konseling
pendidikan
Tabel 4.5 Pengetahuan kelompok
Tabel 4.3 Distribusi responden
perlakuan sebelum konseling
berdasarkan pendidikan Pasien
Pengetahuan Jumlah Prosentase
TB di Puskesmas Pucangsewu 8 50,0%
Kurang
Surabaya 2018 8 50,0%
Cukup
0 0,0%
Baik
Pendidikan Kelompok Kelompok
Jumlah 16 100%
Kontrol Perlakuan
Σ (%) Σ (%)
Berdasarkan tabel 4.5 pada
SD 5 31,3% 4 25,0%
kelompok perlakuan didapatkan bahwa
SMP 2 12,5% 3 18,8%
sebagian besar pengetahuan sebelum
SMA 7 43,7% 7 43,8%
konseling adalah kurang dan cukup yaitu
PT 2 12,5% 2 12,4%
sejumlah masing-masing 8 orang
Jumlah 16 100% 16 100%
(50,0%).

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa b. Identifikasi responden berdasarkan sikap


sebagian besar pendidikan responden sebelum konseling
pada kelompok kontrol adalah SMA yaitu Tabel 4.6 Sikap kelompok perlakuan
sejumlah 7 orang (43,7%), sedangkan sebelum konseling
pada kelompok perlakuan pendidikan Sikap Jumlah Prosentase
responden sebagian besar SMA yaitu Kurang 5 31,2%
Cukup 11 68,8%
sejumlah 7 orang (43,7%). 0 0,0%
Baik
Jumlah 16 100%
4) Karakteristik responden berdasarkan
Pekerjaan
Tabel 4.4 Distribusi responden Berdasarkan tabel 4.6 pada kelompok
berdasarkan pekerjaan Pasien perlakuan didapatkan bahwa sebagian
TB di Puskesmas Pucangsewu besar sikap responden pre konseling
Surabaya 2018 adalah cukup yaitu sejumlah 11 orang
Pekerjaan Kelompok Kelompok (68,8%) dan sebagian kecil adalah kurang
Kontrol Perlakuan yaitu sejumlah 5 orang (31,2%).
Σ (%) Σ (%)
Buruh 2 12,5% 3 18,8% c. Identifikasi responden berdasarkan
Wiraswasta 2 12,5% 3 18,8% tindakan sebelum konseling
Swasta 11 68,7% 9 56,3% Tabel 4.7 Tindakan kelompok perlakuan
PNS 1 6,3% 1 6,3% sebelum konseling
Tindakan Jumlah Prosentase
Jumlah 16 100% 16 100% Kurang 16 100%
Cukup 0 0,0%
Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan bahwa 0 0,0%
sebagian besar pekerjaan responden pada Baik
kelompok kontrol adalah swasta yaitu Jumlah 16 100%
Berdasarkan tabel 4.7 pada kelompok sebagian kecil adalah cukup sejumlah 5
perlakuan didapatkan bahwa seluruh orang (31,3%).
responden tindakan sebelum konseling
adalah kurang yaitu sejumlah 16 orang g. Analisis pengetahuan pada kelompok
(100%). kontrol dan perlakuan sebelum dan
sesudah konseling
d. Identifikasi responden berdasarkan Tabel 4.11 Distribusi responden
pengetahuan sesudah konseling berdasarkan pengetahuan Pasien
Tabel 4.8 Pengetahuan kelompok TB di Puskesmas Pucangsewu
perlakuan sesudah konseling Surabaya 2018
Pengetahuan Jumlah Prosentase Penge Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan
Kurang 0 0,0% tahua Pre Post Pre Post
0 0,0% n ∑ (%) ∑ (%) ∑ (%) ∑ (%)
Cukup Kurang
16 100% 11 68,8% 0 0,0% 8 50,0% 0 0,0%
Baik Cukup
5 31,2% 2 12,5% 8 50,0% 0 0,0%
Baik
Jumlah 16 100% 0 0,0% 14 87,5% 0 0,0% 16 100%
Jumla 16 100% 16 100% 16 100% 16 100%
Berdasarkan tabel 4.8 pada kelompok h
perlakuan didapatkan bahwa sebagian Hasil uji statistik pengetahuan dengan Kontrol Perlakuan
uji wilcoxon signed rank test ρ=0,000 ρ=0,000
besar pengetahuan post konseling adalah
baik yaitu sejumlah 16 orang (100%).
Berdasarkan tabel 4.11 didapatkan bahwa
sebagian besar pengetahuan responden
e. Identifikasi responden berdasarkan sikap
pada kelompok kontrol sebelum
sesudah konseling
pemberian informasi kesehatan adalah
Tabel 4.9 Sikap kelompok perlakuan
kurang yaitu sejumlah 11 orang (68,8%),
sesudah konseling
dan setelah pemberian informasi
Sikap Jumlah Prosentase kesehatan pengetahuan responden
Kurang 0 0,0%
1 6,3% sebagian besar menjadi baik yaitu
Cukup sejumlah 14 orang (87,5%).
15 93,7%
Baik Pada kelompok perlakuan sebagian besar
Jumlah 16 100% pengetahuan responden pada kelompok
perlakuan pre-pemberian konseling
Berdasarkan tabel 4.9 pada kelompok adalah kurang dan juga cukup yaitu
perlakuan didapatkan bahwa sebagian sejumlah masing-masing 8 orang
besar sikap sesudah konseling adalah (50,0%), dan setelah diberikan perlakuan
baik yaitu sejumlah 15 orang (93,7%) dan dengan cara konseling maka pengetahuan
sebagian kecil adalah cukup yaitu responden seluruhnya menjadi baik yaitu
sejumlah 1 orang (6,3%). sejumlah 16 orang (100,0%).
Berdasarkan hasil uji wilcoxon nilai
f. Identifikasi responden berdasarkan kemaknaan pada pengetahuan pada
tindakan sesudah konseling kelompok kontrol (ρ) 0,000 dan pada
Tabel 4.10 Tindakan kelompok perlakuan kelompok perlakuan (ρ) 0,000. Sehingga
sesudah konseling nilai kemaknaan pengetahuan kurang dari
Tindakan Jumlah Prosentase α : 0,05 dengan demikian maka
Kurang 0 0,0%
didapatkan ρ lebih kecil dari α
Cukup 5 31,3%
11 68,7% [0,000<0,05] sehingga Tolak H0, jadi ada
Baik pengaruh konseling terhadap peningkatan
Jumlah 16 100% perilaku (pengetahuan) pencegahan
penularan tuberkulosis di wilayah kerja
Berdasarkan tabel 4.10 pada kelompok Puskesmas Pucang Sewu Surabaya.
perlakuan didapatkan bahwa sebagian
besar tindakan sesudah konseling adalah
baik yaitu sejumlah 11 orang (68,7%) dan
h. Analisis sikap pada kelompok kontrol i. Analisis tindakan pada kelompok kontrol
dan perlakuan dan perlakuan
Tabel 4.12 Distribusi responden Tabel 4.13 Distribusi responden
berdasarkan sikap Pasien TB di berdasarkan tindakan Pasien TB
Puskesmas Pucangsewu di Puskesmas Pucangsewu
Surabaya 2018 Surabaya 2018
Sikap Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan Tindaka Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan
Pre Post Pre Post n Pre Post Pre Post
∑ (%) ∑ (%) ∑ (%) ∑ (%) ∑ (%) ∑ (%) ∑ (%) ∑ (%)
Kurang 4 25,0% 0 0,0% 5 31,2% 0 0,0% Kurang 16 100% 12 75,0% 16 100% 0 0,0%
Cukup 12 75,0% 16 100% 11 68,8% 1 6,3% Cukup 0 0,0% 4 25,0% 0 0,0% 5 31,3%
Baik 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 15 93,7% Baik 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 11 68,7%
Jumlah 16 100% 16 100% 16 100% 16 100% Jumlah 16 100% 16 100% 16 100% 16 100%
Hasil uji statistik sikap dengan uji Kontrol Perlakuan Hasil uji statistik tindakan dengan uji Kontrol Perlakuan
wilcoxon signed rank test ρ=0,046 ρ=0,000 wilcoxon signed rank test ρ=0,046 ρ=0,000

Berdasarkan tabel 4.12 didapatkan bahwa Berdasarkan tabel 4.13 didapatkan bahwa
sebagian besar sikap responden pada seluruhnya tindakan responden pada
kelompok kontrol pre pemberian kelompok kontrol pre pemberian
informasi kesehatan adalah cukup yaitu informasi kesehatan adalah kurang yaitu
sejumlah 12 orang (75,5%), dan setelah sejumlah 16 orang (100,0%), dan setelah
pemberian informasi kesehatan sikap pemberian informasi kesehatan tindakan
responden sebagian besar menjadi cukup responden sebagian menjadi cukup yaitu
yaitu sejumlah 16 orang (100%). sejumlah 4 orang (25,0%).
Pada kelompok perlakuan sebagian besar Pada kelompok perlakuan seluruhnya
sikap responden pada kelompok tindakan responden pada kelompok
perlakuan pre-pemberian konseling perlakuan pre-pemberian konseling
adalah cukup yaitu sejumlah 11 orang adalah kurang yaitu sejumlah 16 orang
(68,8%), dan setelah diberikan perlakuan (100%), dan setelah diberikan perlakuan
dengan cara konseling maka sikap dengan cara konseling maka tindakan
responden sebagian besar menjadi baik responden sebagian besar menjadi baik
yaitu sejumlah 15 orang (93,7%). yaitu sejumlah 11 orang (68,7%).
Berdasarkan hasil uji wilcoxon nilai Berdasarkan hasil uji wilcoxon nilai
kemaknaan pada sikap kelompok kontrol kemaknaan pada tindakan kelompok
(ρ) 0,046 dan pada kelompok perlakuan kontrol (ρ) 0,046 dan pada kelompok
(ρ) 0,000. Sehingga nilai kemaknaan perlakuan (ρ) 0,000. Sehingga nilai
sikap kurang dari α : 0,05 dengan kemaknaan tindakan kurang dari α : 0,05
demikian maka didapatkan ρ lebih kecil dengan demikian maka didapatkan ρ
dari α, kelompok kontrol [0,046<0,05] lebih kecil dari α, kelompok kontrol
kelompok perlakuan [0,000<0,05] [0,046<0,05] kelompok perlakuan
sehingga Tolak H0, jadi ada pengaruh [0,000<0,05] sehingga Tolak H0, jadi ada
konseling terhadap peningkatan perilaku pengaruh konseling terhadap peningkatan
(sikap) pencegahan penularan perilaku (tindakan) pencegahan penularan
tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas
Pucang Sewu Surabaya. Pucang Sewu Surabaya

PEMBAHASAN

1. Identifikasi perilaku pencegahan


penularan tuberkulosis paru di
wilayah Puskesmas Pucang Sewu
Surabaya sebelum dilakukan
konseling.
a. Pengetahuan
Berdasarkan hasil kuesioner pada b. Sikap
kelompok kontrol dan kelompok Berdasarkan hasil kuesioner pada
perlakuan sebagian besar kelompok kontrol dan kelompok
pengetahuan tentang cara perlakuan sebagian besar sikap
pencegahan TB paru awalnya tentang cara pencegahan TB paru
adalah cukup dan kurang pre pemberian konseling adalah
berjumlah 8 orang (50,0%). Salah cukup yang berjumlah 11 orang
satu faktor pendorong pengetahuan (68,8%). Diantara berbagai faktor
responden pada kelompok kontrol yang mempengaruhi pembentukan
dan perlakuan adalah sebagian sikap adalah pengalaman pribadi,
besar rata-rata usianya adalah 42- kebudayaan, pengaruh orang lain
48 sejumlah 5 orang (31,3%) dan yang dianggap penting, media
pada kelompok perlakuan 6 orang masa, institusi atau lembaga
(37,5%). Dan pada hasil penelitian pendidikan dan lembaga agama,
pada pendidikan responden serta faktor emosi dalam diri
sebagian besar juga sudah individu (Azwar, 2003). Sikap
menempuh pendidikan SMA yaitu responden sebelum konseling
sejumlah 7 orang (43,8%) pada dilapangan yang masih kurang
kelompok kontrol dan perlakuan. salah satunya disebabkan kerena
Hal itu juga sejalan dengan teori responden merasa tidak nyaman
yang menyebutkan bahwa untuk memakai masker dan
pengetahuan dan kognisi merasa sesak nafas serta adanya
merupakan domain yang sangat stigma dimasyarakat apabila
penting untuk terbentuknya memakai masker. Selain itu
tindakan seseorang (over kurang adanya dukungan/motivasi
behavior) Notoatmojo (2003). dari orang-orang terdekat (PMO)
Berkembangnya intelegensi, dan masih kurangnya informasi di
bertambahnya pengalaman sejalan media masa baik televisi maupun
dengan bertambahnya usia, maka surat kabar tentang pencegahan
ada hal - hal yang terjadi dianggap TB. Sehingga sikap responden
sejenis, sekarang dipandang lepas terhadap resiko penularan sebelum
dari jenisnya. Obyek tersebut konseling masih diangap kurang.
dapat terbentuk pula tersendiri. c. Tindakan
(Notoatmojo, 2003). Saat Berdasar hasil kuesioner pada
pengambilan data sebagian besar kelompok perlakuan seluruhnya
responden saat itu hanya tindakan responden pada
mengetahui tentang penyebab kelompok perlakuan sebelum
penyakit TB Paru yaitu karena pemberian konseling adalah
kuman TB dan bagaimana cara kurang yaitu sejumlah 16 orang
penularan penyakit TB pada (100%). Menurut teori WHO
anggota keluarga lain dirumah. menyatakan bahwa yang
Faktor umur dan usia pada menyebabkan seseorang bertindak
responden sangat berpengaruh ada tiga alasan diantaranya adalah
terhadap pola pikir responden sumber daya (Resources) meliputi
dalam melakukan perawatan diri fasilitas, sarana dan prasarana.
terutama dalam pencegahan Tindakan responden sebelum
penyakit. Tingkat pendidikan pemberian konseling yang kurang
responden yang tinggi dapat salah satunya disebabkan karena
meningkatkan pengetahuan belum tersedianya fasilitas sarana
responden dan juga mereka akan dan prasarana di rumah seperti
mencari pengobatan untuk ketersediaan masker dan tempat
mendapatkan kesembuhan. penampungan dahak sehingga
menyebabkan pasien membuang memudahkan perubahan tingkah
dahak sembarangan dan tidak laku klien”. Yang mana tujuan dari
memakai masker. dilakukan konseling pada pasien
2. Identifikasi perilaku pencegahan TB paru adalah untuk
penularan tuberkulosis paru di wilayah meningkatkan perilaku pasien. Hal
Puskesmas Pucang Sewu Surabaya ini sejalan dengan teori dari
sesudah dilakukan konseling. Shrtzer dalam priyatno (2008).
a. Pengetahuan Dengan dilakukan konseling
Hasil penelitian setelah diberikan memberikan pengaruh yang besar
konseling pada kelompok sekali terhadap sikap responden
perlakuan pada pasien TB paru untuk mencegah penularan TB di
maka pengetahuan responden lingkungan sekitar. Responden
seluruhnya menjadi baik yaitu sependapat bahwa memakai
sejumlah 16 orang (100,0%). masker, menyediakan tempat
Prayitno dan Erman Amti (1994: dahak, pengobatan sampai sembuh
94), mengungkapkan bahwa dan adanya PMO yang selalu
bimbingan diadakan dalam rangka memberi dukungan pada pasien
membantu setiap individu untuk TB adalah perilaku yang dapat
lebih mengenali berbagai mencegah penularan TB.
informasi tentang dirinya sendiri.
Konseling yang dilakukan yaitu c. Tindakan
pemberian pengetahuan dan juga Tindakan responden setelah
cara pencegahan agar perilaku perlakuan juga mengalami
sehat pada responden dengan TB peningkatan dimana sebagian
paru dapat berubah sehingga besar tindakan responden menjadi
penularan TB dapat diminimalisir. baik yaitu sejumlah 11 orang
Bagi seorang yang memberikan (68,7%). Tujuan konseling
konseling yang memiliki tugas menghasilkan perubahan pada
untuk menyelesaikan berbagai perilaku yang memungkinkan
hambatan dalam pengobatan TB klien hidup lebih produktif. Usaha-
dan juga cara pencegahan selama usaha untuk memudahkan
pengobatan TB yang dapat terjadinya perubahan tingkah laku
dilakukan dengan mengupayakan dilakukan melalui wawancara
pendidikan kesehatan melalui (walaupun konseling selalu
metode konseling kepada pasien dilakukan dalam wawancara,
dan juga pemberian media tetapi tidak semua wawancara
pendidikan kesehatan misalnya dapat diartikan sebagai konseling)
dengan leaflet bagan maupun Patterson dalam Sofyan (2009).
mendemonstrasikan bagaimana Konseling memberikan dampak
cara penularan dan pencegahan yang cukup besar, dimana
TB. responden mau untuk melakukan
b. Sikap tindakan pencegahan TB. Karena
Sebagian besar sikap responden telah dilakukan konseling
menjadi baik yaitu sejumlah 15 sebanyak 2 kali maka hasil
orang (93,7%). Berdasarkan teori kuesioner menunjukan perubahan
Prayitno dan Amti, cit Pepinsky tindakan dari pasien TB paru
(2006) yang menyatakan bahwa meskipun perubahan sedikit demi
Konseling merupakan proses sedikit dalam keseharian
interaksi antara dua orang individu responden.
(konselor dan klien), dalam 3. Analisa pengaruh sebelum dan
suasana profesional, yang sesudah dilakukan konseling terhadap
berfungsi dan bertujuan untuk peningkatan perilaku pencegahan
penularan tuberkulosis paru di wilayah peningkatan perilaku (pengetahuan, sikap,
Puskesmas Pucang Sewu Surabaya. tindakan) pencegahan penularan tuberkulosis
a. Pengetahuan di wilayah kerja Puskesmas Pucang Sewu
Hasil penelitian antara kelompok Surabaya. Berarti konseling yang diberikan
kontrol yang hanya diberikan selama 2 kali pertemuan ada perubahan
pendidikan kesehatan dan perilaku pada responden dalam melakukan
kelompok perlakuan yang tindakan pencegahan TB paru.
diberikan konseling selama 2 kali Indikator yang dapat digunakan dalam
dapat dilihat hasilnya antara mengukur efektifitas konseling adalah adanya
pengetahuan sebelum dan sesudah perubahan perilaku, kesehatan mental yang
yang kemudian dilakukan analisa positif, pemecahan masalah, mencapai
dengan uji wilcoxon signed rank keefektifan pribadi, dan pengambilan
test dengan bantuan software keputusan (shertz dalam nurihsan, 2008).
SPSS 23.0 diperoleh hasil mereka sudah mengetahui bahwa TB adalah
pengetahuan pada kelompok penyakit batuk yang biasanya gejalanya lebih
kontrol (ρ) 0,000 dan pada dari dua minggu. Yang mana disebutkan
kelompok perlakuan (ρ) 0,000. bahwa Mycobacterium tuberculosis
Sehingga nilai kemaknaan merupakan salah satu penyakit saluran
pengetahuan kurang dari α : 0,05. pernafasan bagian bawah yang sebagian besar
Jadi ada pengaruh dari segi basil tuberkulosis masuk kedalam jaringan
pengatahuan antara sebelum dan paru melalui airbone infection dan
sesudah dilakukan pendidikan selanjutnya mengalami proses yang dikenal
kesehatan maupun konseling. sebagai fokus primer dari ghon
b. Sikap (Wijaya,2013). Penderita TB sebenarnya
Pada sikap responden kelompok dapat sembuh dengan total yaitu dengan cara
kontrol hasilnya (ρ) 0,046 dan melakukan pengobatan rutin. Sesuai dengan
pada kelompok perlakuan (ρ) teori dimana penderita tuberkulosis harus
0,000. Sehingga nilai kemaknaan diobati dan pengobatannya harus adekuat.
sikap kurang dari α : 0,05. Jadi ada Pengobatan Tuberkulosis memakan waktu
pengaruh antara kelompok kontrol minimal 6 bulan. Dalam pemberantasan
dan kelompok perlakuan sebelum penyakit tuberkulosis, negara mempunyai
dan sesudah mendapat intervensi pedoman dalam pengobatan tuberkulosis yang
baik dari segi pemberian disebut Program Pemberantasan Tuberkulosis
pendidikan kesehatan maupun (National Tuberculosis Programme).
konseling, namun pengaruh Selama masa pengobatan agar tidak
pemberian konseling lebih besar menimbulkan penularan kepada anggota
dibanding pemberian pendidikan keluarga yang lain maka harus dilakukan
kesehatan. tindakan pencegahan yaitu dengan cara
c. Tindakan pemberian konseling dengan cara
Pada point tindakan kelompok meningkatkan pengetahuan dan juga cara
kontrol (ρ) 0,046 dan pada pencegahannya sehingga sikap dan tindakan
kelompok perlakuan (ρ) 0,000. responden dirumah bisa berubah kearah yang
Sehingga nilai kemaknaan lebih baik. Proses adopsi perilaku yang baru
tindakan kurang dari α : 0,05 juga memerlukan waktu yang lebih lama dan
dengan demikian maka didapatkan juga harus dilakukan pemberian konseling
ρ lebih kecil dari α, kelompok secara berulang agar perilaku bisa berubah
kontrol [0,046<0,05] kelompok sehingga terbentuk suatu sikap yang baik agar
perlakuan [0,000<0,05]. tidak menularkan kepada yang lain.
Dari ketiga domain diatas perlakuan
pengetahuan, sikap dan juga tindakan SIMPULAN DAN SARAN
hasilnya di bawah nilai 0,05, sehingga Tolak 1. Simpulan
H0, jadi ada pengaruh konseling terhadap
1) Sebagian besar pengetahuan responden perilaku pencegahan penularan
pada kelompok perlakuan sebelum penyakit TB Paru.
pemberian konseling adalah kurang dan 4) Bagi tempat penelitian
juga cukup yaitu sejumlah masing- Bagi tempat penelitian membuat SOP
masing 8 orang (50,0%), dan sesudah secara khusus sebagai acuan dalam
diberikan perlakuan dengan cara memberikan konseling dalam
konseling maka pengetahuan responden peningkatan perilaku pencegahan TB
seluruhnya menjadi baik yaitu sejumlah di wilayah kerja.
16 orang (100,0%) dan di dapatkan 5) Bagi peneliti selanjutnya
adanya pengaruh. Bagi peneliti selanjutnya dapat
2) Sebagian besar sikap responden pada dijadikan acuan dan dikembangkan
kelompok perlakuan sebelum dalam melakukan penelitian
pemberian konseling adalah cukup yaitu selanjutnya dan dapat di kembangkan
sejumlah 11 orang (68,8%), dan dalam keperawatan ilmu penyakit
sesudah diberikan perlakuan dengan paru.
cara konseling maka sikap responden
sebagian besar menjadi baik yaitu DAFTAR PUSTAKA
sejumlah 15 orang (93,7%).
3) Seluruhnya tindakan responden pada A JuntikaNurihsan&AkurSudianto.(2005).
kelompok perlakuan sebelum MenejemenBimbinganKonselingdan
pemberian konseling adalah kurang Konseling. PT.
yaitu sejumlah 16 orang (100%), dan
GramediaWidiaSarana Indonesia:
sesudah diberikan perlakuan dengan
cara konseling maka tindakan Jakarta.
responden sebagian besar menjadi baik Alsagaff, H danMukty, A. (2006).Dasar-
yaitu sejumlah 11 orang (68,7%). DasarIlmuPenyakitParu.Airlangga
4) Ada pengaruh konseling terhadap University Press: Surabaya.
peningkatan perilaku (pengetahuan, ArikuntoS
sikap, tindakan) pencegahan penularan .(2006).ProsedurPenelitianSuatuPen
tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas
dekatanPraktekEdisiRevisi V. Jakarta
Pucang Sewu Surabaya.
: RinekaCipta
2. Saran Arikunto S. (2010).
1) Bagi responden ProsedurPenelitianSuatuPendekatan
Pasien TB Paru dapat menambah Praktik. EdisiRevisiVI. Jakarta
wawasan dan pengetahuan tentang :RinekaCipta
cara pencegahan penularan penykit TB Aslam M., Tan CK, Prayitno A. (2003).
Paru.
FarmasiKlinis (Clinical Pharmacy)
2) Bagi Institusi Pendidikan
a. Dapat menyediakan literature yang MenujuPengobatanRasionaldanPeng
lebih lengkap berhubungan dengan TB hargaanPilihanPasien.Elex
Paru. MediaKomputindo : Jakarta.
b. Bagi pengelola Institusi pendidikan McLeod Jr, Raymoddan George P Schell.
Universitas Muhammadiyah Surabaya (2008).
agar skripsi ini dapat dipakai sebagai
SistemInformasiManajemenEdisi
acuan dalam penelitian skripsi
selanjutnya. 10.SalembaEmpat: Jakarta.
3) Bagi profesi keperawatan Depkes RI. (2009).
Memberikan tambahan ilmu PedomanNasionalPenanggulanganT
pengetahuan dalam pentingnya uberkulosis.DirektoratJenderalBinaK
pemberian koseling dalam mengubah esehatanMasyarakat: Jakarta.
Dinkes Kota Surabaya.(2017). etKeperawatan.Jakarta:SalembaMedi
ProfilKesehatan Kota Surabaya ka.
Tahun 2016.Dinkes Kota Surabaya. Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology:
Djojodibroto, D. (2009). Respirologi Biopsychosocial Interactions. 5th
(Respiratory Medicine). EGC: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B,
Jakarta Syam AF. (2014). Buku ajar
Hidayat,A.Azis Alimul.(2008). Metode ilmupenyakitdalamjilid I. VI.Interna
Penelitian Keperawatan dan Teknik Publishing: Jakarta.
Analisis data.Salemba Medika : Sofyan,Wilis, DR. (2010). Konseling
Jakarta Individual TeoridanPraktek.
Hidayat,A.Azis Alimul.(2010).Metode Alfabeta: Bandung.
Penelitian Kesehatan Paradigma Sugiyono. (2007). Statistik untuk Penelitian.
Kesehatan. Health Books Jawa Barat: Alfa Beta
Publising:Surabaya Wijaya, A.S danPutri, Y.M.
Kemenkes RI. (2014). (2013).KeperawatanMedikalBedah 2,
PedomanNasionalPengendalianTube KeperawatanDewasaTeoridanContohAs
kep. NuhaMedika: Yogyakarta.
rkulosis. Jakarta.
Kemenkes RI. (2014). ProfilKesehatan
Indonesia Tahun 2013. Jakarta.
Kemenkes RI. (2016). ProfilKesehatan
Indonesia Tahun 2015. Jakarta.
Padila.(2013).
AsuhanKeperawatanPenyakitDalam.
NuhaMedika: Yogyakarta.
Prayitno, ErmanAmti. (2004). Dasar-
darasBimbingandanKonseling,,
(Jakarta: RinekaCiptaRevisi VI. PT.
RinekaCipta: Jakarta.
Tabita, Jeane. (2016). Medical Record UPTD
PuskesmasPucangsewu Surabaya
Tabita, Jeane.(2016).
PencatatandanPelaporan Data
KunjunganPasienPoli. UPTD
Pucangsewu Surabaya
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005).
MetodologiPenelitianKesehatan,
Jakarta :RinekaCipta
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan
Dan PerilakuKesehatan.Jakarta
:RinekaCipta
Nursalam. (2003). Konsep Dan
PenerapanMetodologiPenelitianIlmu
Keperawatan, Surabaya
:SalembaMedika.
Nursalam.(2008).
KonsepdanPenerapanMetodologiRis

Anda mungkin juga menyukai