Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU KELUARGA PASIEN

TUBERKULOSIS PARU DIRUANG ISOLASI PENYAKIT PARU RSUD


PALABUHANRATU KABUPATEN SUKABUMI

Disusun Sebagai Pengajuan Skripsi Penelitian

DISUSUN OLEH :
RIZAL PAISAL (C1AB19017)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyakit tuberculosis paru merupakan infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh

mycobakterium tuberculosis. Suatu basil aerobik tahan asam, yang di tularkan melalui udara

(airborne). Pada hampir semua kasus, infeksi tuberkulosis paru di dapat melalui inhalasi

partikel kuman yang cukup kecil. Apabila tidak ditangani dengan tepat, maka setiap

penderita tuberkulosis paru akan menginfeksi 10-15 orang pertahun (Makhfudli, 2016).

Mengacu pada Global Tuberculosis Report World Health Organization (WHO) 2019,

Indonesia menempati urutan ketiga sebagai negara dengan penderita tuberkulosis paru

terbanyak di dunia, setelah negara India dan Tiongkok. Laporan WHO tentang kondisi

tuberculosis paru di dunia tahun 2018 juga menyatakan bahwa setiap harinya di Indonesia

terdapat 301 orang meninggal akibat tuberculosis paru. Selain itu, estimasi jumlah kasus

tuberculosis paru mencapai 842.000 yang menyerang anak-anak maupun dewasa, namun

yang terlaporkan hanya sebanyak 446.732 kasus. Sementara itu, perkiraan jumlah penderita

tuberkulosis paru resisten obat (TB RO) yaitu sebanyak 12 ribu, namun yang dilaporkan hanya

5.070 kasus. Banyaknya kasus yang tidak dilaporkan dinilai akan mempercepat penyebaran atau

penularan penyakit tuberkulosi paru (WHO 2019).

Jumlah kasus tuberculosis paru di indonesia pada tahun 2017 ditemukan sebanyak

425.089 kasus, Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di tiga provinsi dengan

jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat 78.698 kasus, disusul oleh JawaTimur 48.323

kasus dan Jawa Tengah 42.272 kasus. Menurut kelompok umur, kasus tuberculosis paru

pada tahun 2017 paling banyak ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar

17,32% diikuti kelompok umur 45-54 tahun sebesar 17,09% dan pada kelompok umur 35-

44 tahun sebesar 16,43% (Kemenkes RI, 2017).


Permenkes Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis paru

menetapkan target program Penanggulangan tuberculosis paru nasional yaitu eliminasi pada

tahun 2035 dan Indonesia Bebas tuberculosis paru Tahun 2050. Eliminasi tuberculosis paru

adalah tercapainya jumlah kasus tuberculosis paru 1 per 1.000.000 penduduk. Sementara

tahun 2017 jumlah kasus tuberculosis paru saat ini sebesar 254 per 100.000 atau 25,40 per 1

juta penduduk.

Seseorang terinfeksi tuberculosis paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara

dan lamanya menghirup udara tersebut. Secara klinis, tuberkulosis paru dapat terjadi

melalui infeksi primer dan pasca primer. Infeksi primer terjadi saat seseorang terkena

kuman mycobakterium tuberculosis untuk pertama kalinya. Setelah terjadi infeksi melalui

saluran pernafasan, di dalam alveoli (gelembung paru) terjadi peradangan. Hal ini

disebabkan oleh kuman mycobakterium tuberculosis yang berkembang biak dengan cara

pembelahan diri di paru. Waktu terjadinya infeksi hingga pembentukan komplek primer

adalah sekitar 4-6 minggu. (Najmah, 2016).

Tanda dan gejala utama pasien tuberkulosis paru adalah batuk berdahak selama 2-3

minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur

darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,

malaise, berkeringat pada malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu

bulan (Sari, 2018).

Penyakit tuberculosis paru yang diderita oleh individu akan memberikan dampak yang

sangat besar bagi kehidupannya baik secara fisik, mental maupun kehidupan sosial. Secara

fisik penyakit tuberculosis paru jika tidak diobati dengan benar akan menimbulkan berbagai

komplikasi ke organ lain seperti penyebaran infeksi ke organ lain, kekurangan nutrisi, batuk

darah yang berat, resistensi terhadap banyak obat dan yang paling parahnya bisa

menyebakan kematian. Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit yang


membutuhkan waktu pengobatan yang Panjang dan memerlukan banyak obat-obatan yang

dikonsumsi (E. Puspita, 2016)

Upaya mengatasi tuberkulosis paru yaitu awasi penderita minum obat, yang paling

berperan disini adalah orang terdekat yaitu keluarga, Mengetahui adanya gejala efek

samping obat dan merujuk bila diperlukan, Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita,

Istirahat teratur minimal 8 jam per hari, Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak

pada bulan kedua, kelima dan keenam, Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan

pencahayaan yang baik.

Perilaku keluarga dalam mengahadapi pasien tuberkulosis paru sangat penting dalam

menuntaskan pengobatan tuberkulosis paru, karena peran keluarga bisa memotivasi

penderita tuberkulosis paru untuk terus semangat meminum obat secara teratur sampai

tuntas. Perilaku adalah kumpulan reaksi, perbuatan, aktifitas, gabungan Gerakan, tanggapan, atau

jawaban yang dilakukan seseorang seperti proses berpikir, bekerja, hubungan seks, dan sebagainya

(E. Purwanta, 2018).

Perilaku Kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) tehadap stimulus yang berkaitan

dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan ( Sri Sumarmi,

2017). Faktor yang dapat mempengaruhi perilaku menurut Sunaryo (2004) dalam Hariyanti (2016)

dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Genetik atau Faktor Endogen merupakan konsep dasar atau modal

untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam

individu (endogen) dan Faktor Eksogen atau Faktor Dari Luar Individu.

Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku keluarga adalah pendidikan kesehatan.

Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan

untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka

melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan kesehatan atau pelaku promosi kesehatan.

Dan batasan ini tersirat unsur-unsur input (sasaran dan pendidik dari pendidikan kesehatan), proses

(upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa yang

diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan adalah
perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif

oleh sasaran dari pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dan WHO, tujuan pendidikan

kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan

derajat Kesehatan, baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi

maupun sosial, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan baik pemberantasan penyakit

menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan

lainnya (Mubarak, 2017).

Pendidikan kesehatan diinformasikan dengan harapan merubah atau mempengaruhi

perilaku kesehatan masyarakat yang lebih baik bagi kesehatan mereka sendiri maupun

keluarga. Pentingnya Pendidikan kesehatan kepada keluarga karena penyakit tuberkulosis

paru adalah salah satu penyakit menular, jika kurang nya pengetahuan keluarga akan

mengakibatkan resiko penularan terhadap diri senidri bahkan terhadap keluarga, maka dari

itu pentingnya pendidikan kesehatan untuk memeberikan pengetahuan keluarga tentang cara

penularan, pengobatan, dan cara mencegah tuberkulosis paru agar tidak tertular kepada

keluarga yang lain, sehingga merubah perilaku untuk lebih waspada dan menjaga kesehatan.

RSUD  Palabuhanratu  awalnya  hanya  sebuah  balai  pengobatan  yang dipimpin oleh

Mohamad Anwar pada tahun 1950, resmi menjadi rumah sakit pada tahun 1987 dan pada

saat itu kapasitas tempat tidur hanya 52 bed. RSUD Palabuhanratu dalam perkembangannya

mengalami berbagai perubahan. RSUD Palabuhanratu merupakan Rumah Sakit yang

dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi yang terletak di wilayah selatan

Kabupaten Sukabumi. RSUD Palabuhanratu merupakan Rumah Sakit Kelas C yang

berfungsi sebagai unit Pelaksana Daerah di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten

Sukabumi di bidang pelayanan kesehatan yang secara teknis operasional berada dibawah

Pemerintah Kabupaten Sukabumi dan bertanggungjawab kepada Bupati Kabupaten


Sukabumi dan secara teknis medis bertanggungjawab kepada Kantor Dinas Kesehatan

Propinsi Jawa Barat.

Upaya penanganan TB paru di RSUD palabuhanratu merupakan Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi Tuberkulosis (PPI TB) bertujuan untuk mengurangi penularan

tuberkulosis paru dalam suatu populasi dan melindungi petugas kesehatan, pengunjung serta

pasien dari penularan tuberkulosis paru. Dasar pencegahan infeksi adalah diagnosis dini dan

cepat serta tatalaksana tuberkulosis paru yang adekuat. Sesuai dengan karakteristik

penularan tuberculosis paru melalui udara, maka kewaspadaan transmisi airborne yang

menjadi fokus utama upaya PPI TB di fasyankes yang memberi pelayanan tuberculosis

paru.

Langkah penatalaksanaan pasien untuk mencegah infeksi tuberculosis paru pada

fasyankes yaitu : Triase, yaitu pengenalan segera pasien suspek atau terkonfirmasi

tuberculosis paru sebagai langkah pertama, hal ini dilakukan dengan menempatkan petugas

untuk menyaring pasien dengan batuk lama segera saat datang ke fasyankes. Pasien dengan

batuk ≥ 2 minggu atau dalam investigasi tuberkulosis paru tidak boleh mengantri  bersama

dengan pasien lain untuk mendaftar. Penyuluhan, yaitu menginstruksikan pasien yang

tersaring untuk melakukan etika batuk yang benar dengan menutup hidung dan mulut ketika

batuk atau bersin. Kalau perlu dapat diberikan masker. Pemisahan, yaitu pasien suspek atau

kasus tuberculosis paru harus dipisahkan dari pasien lain dan diminta menunggu di ruang

terpisah dengan ventilasi yang baik serta diberikan masker bedah atau tisu untuk menutup

mulut dan hidung pada saat menunggu. Pemberian pelayanan segera, yaitu agar dapat

segera terlayani sehingga mengurangi kontak pasien, penunggu pasien dan petugas. Rujuk

untuk investigasi atau pengobatan tuberculosis paru.

RS Palabuhanratu khususnya di ruangan isolasi penyakit paru masih banyak keluarga

penunggu pasien yang pengetahuannya masih kurang, dilihat dari perilaku keluarga yang
menjenguk tidak menggunakan masker bahkan membawa keluarga dan rekan rekan nya

untuk menjenguk, walaupun sudah ada aturan jam besuk dan aturan penunggu pasien wajib

menggunakan masker, tapi masih ada saja keluarga penunggu pasien yang tidak patuh terhadap

aturan RS, hal ini dapat menyebabkan keluarga penunggu pasien bersiko tinggi tertular

tuberkulosis paru, maka dari itu dibutuhkan Pendidikan kesehatan untuk bisa merubah

perilaku keluarga penunggu pasien agar dapat mejaga dirinya dan bisa mencegah penularan

tuberculosis paru.

RS palabuhanratu pada tahun 2020 terdapat 589 orang yang terkonfirmasi teuberkulosis

paru, dan diantaranya ada yang tuberkoslis drop out sebanyak 190 orang, tuberculosis paru

relaps sebanyak 99 orang, tuberculosis paru Multi Drugs Resistan (MDR) sebanyak 12

orang.

Setelah dilakukan wawancara kepada beberapa keluarga penunggu pasien yang ada di

ruang isolasi penyakit paru, ternyata keluarga penunggu pasien sebagian masih ada yang

belum tahu tentang tuberculosis paru dan Sebagian lagi ada yang sudah tahu apa itu

tuberkulosis paru, cara penularannya, tanda dan gejala jika seseorang menderita

tuberkulosis paru dan cara mencegah tuberculosis paru, tetapi pada kenyataannya pada

keluarga penunggu pasien yang sudah tahu tentang tuberculosis paru masih banyak aturan-

aturan yang dibuat RS palabuhanratu yang dilanggar bagi penunggu pasien, seperti

memakai masker, dilarang makan di ruangan isolasi penyakit paru, ini dapat diartikan

keluarga penunggu pasien masih belum benar-benar paham tentang tuberkulosis paru.

Berdasarkan uraian diatas, masih banyak keluarga pasien yang belum paham tentang

penanganan TB paru, hal itu dikarenakan kurangnya Pendidikan Kesehatan terhadap keluarga. Maka

peneliti tertarik melakukan penelitian “ Hubungan Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku

Keluarga Pasien Tuberkulosis Paru Di Ruang Isolasi Penyakit Paru RSUD Palabuhanratu

Kabupaten Sukabumi”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut: Adakah Hubungan Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Keluarga
Pasien Tuberkulosis Paru Di Ruang Isolasi Penyakit Paru RSUD Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pendidikan
Kesehatan Terhadap Perilaku Keluarga Pasien Tuberkulosis Paru Di Ruang Isolasi
Penyakit Paru RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi.

1.3.2 Tujuan Khusus


Berdasarkan tujuan umum yang telah diuraikan, maka dapat dibuat tujuan
khusus seperti berikut:
a. Untuk mengetahui gambaran Pendidikan Kesehatan Keluarga Pasien di Ruang
Isolasi Penyakit Paru RSUD Palabuharatu Kabupaten Sukabumi.
b. Untuk mengetahui gambaran Perilaku Keluarga Pasien Tuberkulosis Paru di
Ruang Isolasi Penyakit Paru RSUD Palabuharatu Kabupaten Sukabumi.
c. Untuk mengetahui Hubungan Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku
Keluarga Pasien Tuberkulosis Paru Di Ruang Isolasi Penyakit Paru RSUD
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman dalam mengaplikasikan teori dan praktek di lapangan, serta
menambah wawasan dalam mengidentifikasi Hubungan Pendidikan Kesehatan
Terhadap Perilaku Keluarga Pasien Tuberkulosis Paru Di Ruang Isolasi Penyakit Paru
RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi.
1.4.2 Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat menjadi studi literatur awal dan data dasar untuk
pengembangan penelitian lanjutan khususnya yang berhubungan dengan Hubungan
Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Keluarga Pasien Tuberkulosis Paru Di Ruang
Isolasi Penyakit Paru RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi.
1.4.3 Bagi RSUD Palabuhan Ratu
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dan saran bagi petugas kesehatan untuk
lebih meningkatkan perannya sebagai pendidik (health educator) dalam memberikan
penyuluhan tentang tuberkulosis paru.

Anda mungkin juga menyukai