DISUSUN OLEH :
RIZAL PAISAL (C1AB19017)
Penyakit tuberculosis paru merupakan infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh
mycobakterium tuberculosis. Suatu basil aerobik tahan asam, yang di tularkan melalui udara
(airborne). Pada hampir semua kasus, infeksi tuberkulosis paru di dapat melalui inhalasi
partikel kuman yang cukup kecil. Apabila tidak ditangani dengan tepat, maka setiap
penderita tuberkulosis paru akan menginfeksi 10-15 orang pertahun (Makhfudli, 2016).
Mengacu pada Global Tuberculosis Report World Health Organization (WHO) 2019,
Indonesia menempati urutan ketiga sebagai negara dengan penderita tuberkulosis paru
terbanyak di dunia, setelah negara India dan Tiongkok. Laporan WHO tentang kondisi
tuberculosis paru di dunia tahun 2018 juga menyatakan bahwa setiap harinya di Indonesia
terdapat 301 orang meninggal akibat tuberculosis paru. Selain itu, estimasi jumlah kasus
tuberculosis paru mencapai 842.000 yang menyerang anak-anak maupun dewasa, namun
yang terlaporkan hanya sebanyak 446.732 kasus. Sementara itu, perkiraan jumlah penderita
tuberkulosis paru resisten obat (TB RO) yaitu sebanyak 12 ribu, namun yang dilaporkan hanya
5.070 kasus. Banyaknya kasus yang tidak dilaporkan dinilai akan mempercepat penyebaran atau
Jumlah kasus tuberculosis paru di indonesia pada tahun 2017 ditemukan sebanyak
425.089 kasus, Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di tiga provinsi dengan
jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat 78.698 kasus, disusul oleh JawaTimur 48.323
kasus dan Jawa Tengah 42.272 kasus. Menurut kelompok umur, kasus tuberculosis paru
pada tahun 2017 paling banyak ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar
17,32% diikuti kelompok umur 45-54 tahun sebesar 17,09% dan pada kelompok umur 35-
menetapkan target program Penanggulangan tuberculosis paru nasional yaitu eliminasi pada
tahun 2035 dan Indonesia Bebas tuberculosis paru Tahun 2050. Eliminasi tuberculosis paru
adalah tercapainya jumlah kasus tuberculosis paru 1 per 1.000.000 penduduk. Sementara
tahun 2017 jumlah kasus tuberculosis paru saat ini sebesar 254 per 100.000 atau 25,40 per 1
juta penduduk.
Seseorang terinfeksi tuberculosis paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara
dan lamanya menghirup udara tersebut. Secara klinis, tuberkulosis paru dapat terjadi
melalui infeksi primer dan pasca primer. Infeksi primer terjadi saat seseorang terkena
kuman mycobakterium tuberculosis untuk pertama kalinya. Setelah terjadi infeksi melalui
saluran pernafasan, di dalam alveoli (gelembung paru) terjadi peradangan. Hal ini
disebabkan oleh kuman mycobakterium tuberculosis yang berkembang biak dengan cara
pembelahan diri di paru. Waktu terjadinya infeksi hingga pembentukan komplek primer
Tanda dan gejala utama pasien tuberkulosis paru adalah batuk berdahak selama 2-3
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat pada malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu
Penyakit tuberculosis paru yang diderita oleh individu akan memberikan dampak yang
sangat besar bagi kehidupannya baik secara fisik, mental maupun kehidupan sosial. Secara
fisik penyakit tuberculosis paru jika tidak diobati dengan benar akan menimbulkan berbagai
komplikasi ke organ lain seperti penyebaran infeksi ke organ lain, kekurangan nutrisi, batuk
darah yang berat, resistensi terhadap banyak obat dan yang paling parahnya bisa
Upaya mengatasi tuberkulosis paru yaitu awasi penderita minum obat, yang paling
berperan disini adalah orang terdekat yaitu keluarga, Mengetahui adanya gejala efek
samping obat dan merujuk bila diperlukan, Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita,
Istirahat teratur minimal 8 jam per hari, Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak
pada bulan kedua, kelima dan keenam, Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan
Perilaku keluarga dalam mengahadapi pasien tuberkulosis paru sangat penting dalam
penderita tuberkulosis paru untuk terus semangat meminum obat secara teratur sampai
tuntas. Perilaku adalah kumpulan reaksi, perbuatan, aktifitas, gabungan Gerakan, tanggapan, atau
jawaban yang dilakukan seseorang seperti proses berpikir, bekerja, hubungan seks, dan sebagainya
Perilaku Kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) tehadap stimulus yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan ( Sri Sumarmi,
2017). Faktor yang dapat mempengaruhi perilaku menurut Sunaryo (2004) dalam Hariyanti (2016)
dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Genetik atau Faktor Endogen merupakan konsep dasar atau modal
untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam
individu (endogen) dan Faktor Eksogen atau Faktor Dari Luar Individu.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku keluarga adalah pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan kesehatan atau pelaku promosi kesehatan.
Dan batasan ini tersirat unsur-unsur input (sasaran dan pendidik dari pendidikan kesehatan), proses
(upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa yang
diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan adalah
perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif
oleh sasaran dari pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dan WHO, tujuan pendidikan
derajat Kesehatan, baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi
maupun sosial, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan baik pemberantasan penyakit
menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan
perilaku kesehatan masyarakat yang lebih baik bagi kesehatan mereka sendiri maupun
paru adalah salah satu penyakit menular, jika kurang nya pengetahuan keluarga akan
mengakibatkan resiko penularan terhadap diri senidri bahkan terhadap keluarga, maka dari
itu pentingnya pendidikan kesehatan untuk memeberikan pengetahuan keluarga tentang cara
penularan, pengobatan, dan cara mencegah tuberkulosis paru agar tidak tertular kepada
keluarga yang lain, sehingga merubah perilaku untuk lebih waspada dan menjaga kesehatan.
RSUD Palabuhanratu awalnya hanya sebuah balai pengobatan yang dipimpin oleh
Mohamad Anwar pada tahun 1950, resmi menjadi rumah sakit pada tahun 1987 dan pada
saat itu kapasitas tempat tidur hanya 52 bed. RSUD Palabuhanratu dalam perkembangannya
dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi yang terletak di wilayah selatan
Sukabumi di bidang pelayanan kesehatan yang secara teknis operasional berada dibawah
tuberkulosis paru dalam suatu populasi dan melindungi petugas kesehatan, pengunjung serta
pasien dari penularan tuberkulosis paru. Dasar pencegahan infeksi adalah diagnosis dini dan
cepat serta tatalaksana tuberkulosis paru yang adekuat. Sesuai dengan karakteristik
penularan tuberculosis paru melalui udara, maka kewaspadaan transmisi airborne yang
menjadi fokus utama upaya PPI TB di fasyankes yang memberi pelayanan tuberculosis
paru.
fasyankes yaitu : Triase, yaitu pengenalan segera pasien suspek atau terkonfirmasi
tuberculosis paru sebagai langkah pertama, hal ini dilakukan dengan menempatkan petugas
untuk menyaring pasien dengan batuk lama segera saat datang ke fasyankes. Pasien dengan
batuk ≥ 2 minggu atau dalam investigasi tuberkulosis paru tidak boleh mengantri bersama
tersaring untuk melakukan etika batuk yang benar dengan menutup hidung dan mulut ketika
batuk atau bersin. Kalau perlu dapat diberikan masker. Pemisahan, yaitu pasien suspek atau
kasus tuberculosis paru harus dipisahkan dari pasien lain dan diminta menunggu di ruang
terpisah dengan ventilasi yang baik serta diberikan masker bedah atau tisu untuk menutup
mulut dan hidung pada saat menunggu. Pemberian pelayanan segera, yaitu agar dapat
segera terlayani sehingga mengurangi kontak pasien, penunggu pasien dan petugas. Rujuk
penunggu pasien yang pengetahuannya masih kurang, dilihat dari perilaku keluarga yang
menjenguk tidak menggunakan masker bahkan membawa keluarga dan rekan rekan nya
untuk menjenguk, walaupun sudah ada aturan jam besuk dan aturan penunggu pasien wajib
menggunakan masker, tapi masih ada saja keluarga penunggu pasien yang tidak patuh terhadap
aturan RS, hal ini dapat menyebabkan keluarga penunggu pasien bersiko tinggi tertular
tuberkulosis paru, maka dari itu dibutuhkan Pendidikan kesehatan untuk bisa merubah
perilaku keluarga penunggu pasien agar dapat mejaga dirinya dan bisa mencegah penularan
tuberculosis paru.
RS palabuhanratu pada tahun 2020 terdapat 589 orang yang terkonfirmasi teuberkulosis
paru, dan diantaranya ada yang tuberkoslis drop out sebanyak 190 orang, tuberculosis paru
relaps sebanyak 99 orang, tuberculosis paru Multi Drugs Resistan (MDR) sebanyak 12
orang.
Setelah dilakukan wawancara kepada beberapa keluarga penunggu pasien yang ada di
ruang isolasi penyakit paru, ternyata keluarga penunggu pasien sebagian masih ada yang
belum tahu tentang tuberculosis paru dan Sebagian lagi ada yang sudah tahu apa itu
tuberkulosis paru, cara penularannya, tanda dan gejala jika seseorang menderita
tuberkulosis paru dan cara mencegah tuberculosis paru, tetapi pada kenyataannya pada
keluarga penunggu pasien yang sudah tahu tentang tuberculosis paru masih banyak aturan-
aturan yang dibuat RS palabuhanratu yang dilanggar bagi penunggu pasien, seperti
memakai masker, dilarang makan di ruangan isolasi penyakit paru, ini dapat diartikan
keluarga penunggu pasien masih belum benar-benar paham tentang tuberkulosis paru.
Berdasarkan uraian diatas, masih banyak keluarga pasien yang belum paham tentang
penanganan TB paru, hal itu dikarenakan kurangnya Pendidikan Kesehatan terhadap keluarga. Maka
Keluarga Pasien Tuberkulosis Paru Di Ruang Isolasi Penyakit Paru RSUD Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut: Adakah Hubungan Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Keluarga
Pasien Tuberkulosis Paru Di Ruang Isolasi Penyakit Paru RSUD Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi.