Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman

Tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

Kuman ini berbentuk batang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam

pada pewarnaan oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA)

(Resmiyati, 2011).

Infeksi TB paru dapat terjadi secara primer (infeksi primer) dan

tuberculosis pasca primer. Infeksi primer terjadi pertama kali saat seorang

terpapar dengan kuman TBC. Droplet atau kuman yang terhirup sangat kecil

ukurannya sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan

terus berjalan sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman

TBC berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri di paru, yang

mengakibatkan peradangan di paru. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung

dengan banyaknya kuman dan respon daya tahan tubuh karena pada umumnya

daya tahan tubuh yang baik dapat menghentikan perkembangan kuman.

Rendahnya daya tahan tubuh yang baik dapat menghentikan perkembangan

kuman. Rendahnya daya tahan tubuh memungkinkan individu menjadi penderita

TB paru dalam waktu beberapa bulan atau tahun setelah infeksi primer. Ciri khas

1
dari tuberculosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya

kavitas atau efusi pleura (Mansjoer dkk, 2012).

Daya penularan seseorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang

dikeluarkan oleh paru-paru. Setiap pasien dengan penyakit TB paru dapat

menginfeksi rata-rata 15-20 orang lainnya. Penularan penyakit TB paru terjadi

berhubungan dengan perilaku pencegahan penderita TB paru yang kurang,

seperti minum obat teratur, control dokter,buang sputum lendir, tutup mulut saaat

batuk dll.

Pencegahan penularan TB paru membutuhkan perhatian yang lebih serius

dari semua pihak karena TB paru merupakan penyakit menular yang langsung

disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar

kuman Tb menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ lainnya

(Supinganto,2014).

Sumber penularan adalah pasien tuberkulosis BTA positif pada waktu

batuk atau bersin, pasien menyebarkan ke udara dalam bentuk percikan dahak

(droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.

Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam

waktu yang lama. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil

pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan

2
2

seseorang terpajan kuman tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi

percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Kemenkes RI,

2013).

Menurut laporan tahunan WHO mengotrol Tuberkulosis di kawasan Asia

Tenggara pada tahun 2018, prevalensi TB sekitar 5 juta dan 3,5 juta kasus baru

ditemukan selama 2017. Berdasarkan laporan WHO global report 2018 pada

tahun 2016 Indonesia berada pada peringkat ke tiga dunia penderita TB

terbanyak setelah India dan China.

Tuberkulosis menjadi penyakit menular terbanyak yang menyebabkan

kematian di Indonesia. Pada tahun 2018 terdapat 274 kasus kematian per hari di

Indonesia. Pada tahun yang sama, kasus TB baru mencapai 1.020.000 pengindap

( Pusat Data dan INformasi, 2018).

Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua mencatat sepanjang tahun 2017

terdapat sebanyak 6.394 kasus penyakit tuberkulosis (TB) yang tersebar di

wilayah Papua. Dan data Dinkes Kabupaten Jayapura tahun 2018 jumlah kasus

TB yang ditemukan sebanyak 865 kasus.

Berdasarkan studi pendahuluan awal yang dilakukan pada tanggal 29 April

2019 di Puskesmas Sentani, diperoleh data jumlah pasien TB pada tahun 2016

terdapat 446 jiwa, 2017 terdapat 447 jiwa, pada tahun 2018 terdapat 546 jiwa,

dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kasus pasien dengan TB paru

dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Tahun 2019 jumlah kasus TB dari bulan
3

Januari-Maret sebanyak 185 kasus, hal ini tidak menutup kemungkinan jumlah

pasien TB akan bertambah.

Berdasarkan hasil wawancara yand dilakukan di Puskesmas Sentani pada

salah satu seorang petugas yang bekerja di Poli TB mengatakan bahwa pasien

yang datang ke puskesmas ini masih banyak yang belum mengetahui tentang

penyakit TB, dan bagaimana cara penularan penyakit tersebut sehingga para

petugas yang bekerja di poli TB memberikan penjelasan singkat tentang penyakit

TB dan cara pencegahannya. Hasil wawancara yang dilakukan pada 5 pasien

yang berkunjung ke Pudkesmas 2 pasien mengatakan tahu cara mencegah agar

tidak tertular ke orang lain yaitu dengan cara menutup mulut saat bersin, tidak

membuang dahak sembarangan dan rutin melakukan pemeriksaan sedangkan 3

pasien mengatakan tidak tahu sama sekali tentang cara pencegahan penyakit TB

paru.

Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

gambaran perilku penderita TB dalam pencegahan penularan penyakit TB paru di

puskesmas Sentani.

1.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah bagaimana gambaran perilaku penderita dalam pencegahan penularan

penyakit TB paru di puskesmas Sentani?

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Mengetahui karakteristik responden pasien TB paru.


4

1.2.2 Mengetahui gambaran perilaku pasien terhadap pencegahan penularan

TB paru.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Puskesmas

Puskesmas dapat memberikan pelayanan KIE (Komunikasi, Informasi,

Edukasi) terkait dengan penyakit TB paru sehingga meminimalkan

kasus TB paru.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Memberi masukan kepada masyarakat tentang pentingnya perilaku

mengenai penyakit TB Paru dan cara pencegahan penularan TB paru,

sehingga mampu memutus mata rantai penularan TB.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penelitian ini mampu menjadi salah satu referensi sumber

pembelajaran yang dapat menunjang proses belajar mengajar mata

kuliah terkait dengan TB paru baik proses belajar dalam kelas maupun

laboratorium.

1.4.4. Bagi Peneliti selanjutnya

Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan memperdalam

pengalaman peneliti tentang penyakit TB paru dan menjadi salah satu

reverensi untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai