“TUBERCULOSIS PARU“
Preseptor :
Disusun oleh :
Ni Wayan Sri Tanjung, S.Farm (2130122221)
Noni Afriva Sari, S.Farm (2130122222)
Nur Aulia Batasunah, S.Farm (2130122223)
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Study Report Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Muhammad Zein Painan.
Dalam proses penyelesaian laporan kasus ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan banyak terima kasih kepada :
1. dr. Ricky Awal, Sp.P, FISR selaku preseptor yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan sehingga laporan case study ini dapat
diselesaikan.
2. apt. Oktania Nofety, S.Farm selaku preseptor yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan sehingga laporan Case Study ini dapat
diselesaikan.
3. Ibu apt. Sanubari Rela Tobat, M.Farm, selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan sehingga laporan Case
Study ini dapat diselesaikan.
4. Ibu apt. Lola Azyenela, M.Farm selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan sehingga laporan Case Study ini
dapat diselesaikan.
5. Staff Bangsal Paru Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Muhammad Zein Painan yang
telah memberikan bantuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Case Study
ini.
Terimakasih atas semua bimbingan, bantuan dan dukungan yang telah
diberikan kepada penulis. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua untuk
perkembangan ilmu pengetahuan pada masa mendatang khususnya tentang
pengobatan penyakit “Tuberculosis Paru ”
Penulis menyadari laporan kasus ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak.
Painan, 12 Agustus 2022
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Tahan Asam (BTA). Kuman TBC paru menyebar kepada orang lain melalui transmisi
atau aliran udara (droplet dahak pasien TBC paru BTA positif) ketika penderita batuk
atatu bersin. TBC paru dapat menyebabkan kematian apabila tidak mengkonsumsi
tersebar ke udara dalam bentuk percikan dahak atau droplet yang dikeluarkan
penderita TB paru. Jika penderita TB paru sekali mengeluarkan batuk maka akan
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak dan percikan dahak tersebut telah
mengalami gejala batuk lebih dari 48 kali/malam akan menginfeksi 48% dari orang
yang kontak dengan pasien suspek TB paru, sedangkan pasien suspek TB paru yang
mengalami batuk kurang dari 12 kali/malam maka akan dapat menginfeksi 28% dari
orang yang kontak dengan pasien yang suspek TB paru (Kemenkes RI, 2016).
banyak negara di dunia. Secara global pada tahun 2019, diperkirakan 3,3% dari pasien
TB baru dan 17,7% dari pasien TB yang pernah diobati merupakan pasien TB resistan
obat. Pada tahun 2019, diperkirakan terdapat 9,96 juta insidens TB di seluruh dunia,
RO adalah 2,4% dari seluruh pasien TB baru dan 13% dari pasien TB yang pernah
diobati dengan total perkiraan insiden kasus TB RO sebesar 24.000 atau 8,8/100.000
penduduk. Pada tahun 2019, sekitar 11.500 pasien TB RR ditemukan dan dilaporkan,
sekitar 48% pasien yang memulai pengobatan TB lini kedua, dengan angka
keberhasilan pengobatan 45% (WHO Global TB Report 2020). TBC paru termasuk
penyakit yang paling banyak menyerang usia produktif (15-49 tahun). Penderita TBC
BTA positif dapat menularkan TBC pada segala kelompok usia. Presentase TBC paru
semua tipe pada orang berjenis kelamin laki-laki lebih besar daripada orang berjenis
kesehatan diri sendiri serta laki-laki sering kontak dengan faktor risiko dibandingkan
dengan perempuan.
Faktor risiko terduga TBC paru adalah orang yang menetap satu atap rumah
dengan penderita TBC paru BTA positif, pendidikan, merokok, lingkungan fisik
rumah, daya tahan tubuh, perilaku penderita TBC paru BTA positif yaitu kebiasaan
membuang dahak sembarangan dan tidak menutup mulut ketika batuk atau bersin,
kepadatan hunian yaitu perbandingan antara luas rumah dengan jumlah anggota
keluarga. Lamanya waktu kontak atau intensitas kontak dengan penderita TBC paru
dan pengobatan pasien TBC paru, dengan memutus rantai infeksi. Penularan
yang didiagnosa mengidap penyakit TB paru dan terapi yang diberikan kepada pasien
1. Apakah ada kemungkinan terjadi Drug Related Problem (DRP) dari obat- obatan
2. Bagaimana solusi jika terjadi Drug Related Problem (DRP) dari obat- obatan
1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui solusi jika terjadi Drug Realted Problem (DRP) obat-obatan
TINJAUAN PUSTAKA
Mycobacterium TB paru menyerang paru, namun dapat juga menyerang organ lain
seperti pleura, selaput otak, kulit, ‘kelenjar limfe, tulang, sendi, usus, sistem urogenital
dan lain-lain (Kemenkes RI, 2013). Tuberkulosis adalah penyakit menular yang
tersebar ke udara dalam bentuk percikan dahak atau droplet yang dikeluarkan
penderita TB paru. Jika penderita TB paru sekali mengeluarkan batuk maka akan
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak dan percikan dahak tersebut telah
mengalami gejala batuk lebih dari 48 kali/malam akan menginfeksi 48% dari orang
yang kontak dengan pasien suspek TB paru, sedangkan pasien suspek TB paru yang
mengalami batuk kurang dari 12 kali/malam maka akan dapat menginfeksi 28% dari
orang yang kontak dengan pasien yang suspek TB paru (Kemenkes RI, 2016)
Semua manusia di dunia ini dapat terinfeksi kuman tuberkulosis paru, orang
muda dan tua, laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin dapat menderita penyakit
tuberkulosis paru. Kuman tuberkulosis tidak pernah memilih induk dan siapa saja,
kapan saja, dan dimana saja. Daya tahan tubuh yang rendah tidak dapat melawan
Lebih tinggi dari kematian wanita akibat proses kehamilan dan persalinan
tuberkulosis paru membunuh 100.000 anak setiap tahunnya khusus untuk Indonesia.
Tuberkulosis paru menyerang sebagian besar penderita termasuk dalam kelompok usia
Menurut Prihatni (2015), ternyata TB tidak hanya menyerang paru, tetapi juga
dapat menyerang oran tubuh yang lain seperti kulit (TB kulit), tulang (TB tulang), otak
Mycobacteria Tuberkulosis, yang berbentuk batang berukuran panjang 1-4 mikron dan
tebal 0,3-0,6 mikron dan mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab, sehingga dalam jaringan
tubuh kuman ini dapat dorman (tidur), tertidur lama selama beberapa tahun (Depkes,
2002)
Tuberkulosis Paru
(parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
Tuberkulosis Ekstra Paru
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman Tb positif.
- 1 atau lebih specimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
- Kasus Baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian)
- Kambuh (Relaps) adalah penderita Tuberculosis yang sebelumnya pernah
TB.09)
sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih,
(droplet) yang mengandung basil tuberkel dari penderita TB Paru yang tidak
menutup mulut saat bersin atau batuk. Basil yang dapat masuk ke dalam alveolus
dan menimbulkan infeksi. Pada tahap awal sistem imunitas tubuh akan melalui
Setelah itu, terjadilah reaksi antigen dan antibodi, dimana sistem imun non-spesifik
Bakteri ini berkembang tanpa hambatan oleh karena dinding sel yang tahan asam
dan peptidoglikan pada dinding sel tersebut dapat menghambat reaksi fagositosis.
8+ (sel T sitotoksik). Sel T sitotoksik akan memfagosit makrofag dan sel yang
terinfeksi bakteri ini, sehingga timbul gambaran infiltrat pada paru. Saat sel T
dimana jaringan granulasi ini menjadi lebih fibrotik, membentuk jaringan parut
yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul mengelilingi tuberkel agar tidak
menyebar, walaupun bakteri ini tetap dapat bereplikasi. Ketika terjadi suatu proses
ialah histamin, sehingga terjadi rangsang kerja pada doblet sel dan terjadi
Factor (TNF-alfa) yang juga dihasilkan merupakan suatu pirogen endogen yang
sehingga suhu tubuh naik ke patokan yang baru. Untuk reaksi menghasilkan panas
Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS
(SewaktuPagi-Sewaktu) BTA hasilnya positif. Bila hanya satu spesimen yang positif
perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan
penderita TB positif
Kalau hasil foto rontgen tidak mendukung TB paru, maka pemeriksaan dahak SPS
(Sewaktu-Pagi-Sewaktu) diulangi
luas selama 1-2 minggu. Bila tidak ada perubahan namun gejala klinis tetap
Kalau hasil SPS tetap negatif, dilakukan pemeriksaan foto rontgen dada, untuk
Bila hasil rontgen mendukung TB, didagnosis sebagai penderita TB BTA negatif
rontgen positif.
ada TB aktif pada anak. Namun, uji tuberculin dapat negatif pada anak TB berat
dengan alergi (malnutrisi, penyakit sangat berat, dll). Jika uji tuberculin meragukan
hari) berupa kemerahan dan indurasi > 5 mm, maka anak tersebut dicurigai telah
terinfeksi kuman TB
Foto rontgen dada Gambaran rontgen TB paru pada anak tidak khas dan interpretasi
underdiagnosis
langsung pada anak biasanya dilakukan dengan bilasan lambung karena dahak
biasanya sulit didapat pada anak. Demikian juga pemeriksaan serologis seperti
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2 sampai dengan
3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak napas, rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam
hari tanpa kegiatan fisik dan demam meriang lebih dari satu bulan (Kemenkes RI,
2011)
macam, seperti batuk yang berlangsung 2-3 minggu atau lebih karena adanya iritasi
pada bronkus dengan sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudia
menyebabkan adanya dahak bercampur darah bahkan sampai batuk darah (haemaptoe)
karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Ketika batuk bercampur darah telah
terjadi, keadaan yang lebih lanjut akan terjadi sesak napas, dimana infiltrasi kumannya
tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman yang masuk, lalu rasa kurang enak
badan (malaise) yang sering ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit
kepala, meriang, dan berkeringat di malam hari tanpa melakukan aktifitas (Sudoyo,
(DOTS).
3. Kategori III (2 HRZ/4 H3R3) untuk pasien baru dengan BTA (-), Ro (+)
perlu pengawasan secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila
pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB
Obat tersebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali (Widoyono, 2008).
2. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman
2007:21). Pada fase ini bertujuan menghilangkan sisa-sisa kuman yang ada, untuk
mencegah kekambuhan Tahap lanjutan diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4
bulan (4 H3R3):
2008). Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman dapat dibunuh. Dosis
tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal pada saat perut
kosong. Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka
waktu pengobatan), kuman TB akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten).
Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO), untuk menjamin kepatuhan
Komposisi Ceftriaxone 1 g
Gambar Sediaan
Gambar Sediaan
Gambar Sediaan
Komposisi Lansoprazole 30 mg
Komposisi Domperidone 10 mg
Efek samping Reaksi alergi, ruam kulit berupa eritema atau urtikaria,
Stevens Johnson Syndrom, nekrolisis epidermal toksik,
perdarahan gastrointestinal, kerusakan hati (Medscape).
Peringatan Gangguan fungsi hati, ginjal, ketergantungan alkohol
(Basic Pharmacology and Drug, 2019).
Farmakokinetik Absorpsi
Distribusi
Metabolisme
Eliminasi
Efek samping Pusing, sering buang air kecil, perubahan warna urin,
tinja berwarna hitam, sembelit, diare, sakit perut dan
mual (Basic Pharmacology and Drug, 2019)
Farmakodinamik Kekurangan salah satu dari delapan jenis vitamin B, akan
mengganggu proses metabolisme. Karenanya, untuk
mencapai hasil terbaik, semua jenis vitamin B semestinya
dikonsumsi secara cukup. Hal inilah yang menjadikan
suplemen vitamin B kompleks diproduksi, dan
direkomendasikan sebagai pelengkap nutrisi, bagi
seseorang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan vitamin
B melalui diet harian
Mekanisme kerja Vitamin B kompleks memiliki peran penting sebagai
enzim dalam mengatur berbagai proses metabolisme
tubuh untuk menghasilkan energy
Gambar Sediaan
Gambar Sediaan
Dosis Dewasa: Bagi yang memiliki berat badan <50 kg, dosis
yang digunakan adalah 2 gram 3 kali seminggu. Bagi
yang memiliki berat badan ≥50 kg, dosis yang digunakan
adalah 2,5 gram 3 kali seminggu (Basic Pharmacology
and Drug, 2019)
Indikasi Pasien yang telah terdiagnosis tuberkulosis melalui
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan radiologi
atau pemeriksaan dahak (pemeriksaan BTA)
Kontra Indikasi Pasien dengan hipersensitivitas terhadap obat ini, pasien
hiperurisemia dengan atau tanpa gout arthritis, pasien
dengan porfiria akut, dan gangguan fungsi hati berat
Bentuk Sediaan Tablet 150 mg, ablet 400 mg, tablet 500 mg
Komposisi Isoniazid
Komposisi Candesartan 8 mg
Efek samping Hipotensi dapat terjadi pada pasien dengan kadar renin
ringgi seperti hipovolemia, gagal jantung, hipertensi
renovaskular dan sirosis hepatis. Hiperkalemia daoat
terjadi pada keadaan tertentu misal insufisiensi ginjal.
Efek samping lainnya: pusing, sakit kepala, diare,
penurunan Hb, ruam, abnormal taste sensation (metallic
taste) (Basic Pharmacology and Drug, 2019)
Perhatian Hati-hati penggunaan obat ini pada seseorang dengan
gangguan fungsi hati (Basic Pharmacology and Drug,
2019)
Farmakologi Candesartan bekerja sebagai agen antihipertensi dengan
mengikat reseptor angiotensin II tipe 1 (AT1) di berbagai
jaringan, sehingga angiotensin II tidak dapat mengikat
AT1. Hal ini dapat mengurangi vasokonstriksi dan
reabsorbsi air/garam akibat aktivitas angiotensin II,
sehingga dapat menurunkan tekanan darah
Farmakodinamik Angiotensin II merupakan hormon vasoaktif utama
dalam renin-angiotensin-aldosterone system (RAAS)
yang memegang peran penting dalam
patofisiologi hipertensi, gagal jantung, dan gangguan
kardiovaskular lainnya. Angiotensin II dapat
menyebabkan vasokonstriksi dan menstimulasi
aldosteron yang dimediasi oleh reseptor AT1, di mana
vasokonstriksi bersama sekresi aldosteron yang
meningkatkan reabsorbsi air/garam ini dapat
meningkatkan tekanan darah
Gambar Sediaan
Dosis 2,5 mg
Efek samping Palpitasi (denyut jantung tidak teratur), nyeri dada, denyut
jantung cepat, tremor terutama pada tangan, kram otot,
sakit kepala, dan gugup, urtikaria atau biduran,
angiodema (pembengkakan di bawah kulit), hipotensi,
hipokalemia dalam dosis tinggi (Basic Pharmacology and
Drug, 2019)
Peringatan Hati-hati pada penyakit hipertiroid, penyakit
kardiovaskular, aritmia, peka terhadap perpanjangan
interval QT, hipertensi, DM (Basic Pharmacology and
Drug, 2019)
Farmakodinamik Salbutamol bekerja pada reseptor beta2-adrenergik
dalam menstimulasi enzim adenil siklase intraseluler.
Reseptor beta 2-adrenergik adalah reseptor predominan
pada otot polos bronkial, sedangkan enzim adenil siklase
intraseluler bekerja mengkatalisasi konversi ATP
menjadi AMP siklik. Meningkatnya kadar AMP siklik
diasosiasikan dengan relaksasi otot polos bronkial, dan
inhibisi terhadap dilepaskannya mediator”immediate
hypersensitivity” dari sel-sel, terutama dari sel mast
Gambar Sediaan
Nama Obat 17. RINGER LAKTAT
Gambar Sediaan
Nama Obat 19. NaCl 0,9 %
Efek samping Penggunaan NaCl yang berlebihan dan tidak tepat dapat
menyebabkan hypernatremia
Data Umum
No. MR XXX946
Agama Islam
Umur 77 tahun
3. Terapi Pulang
- Rimfampisin 1x450 mg PO
- Isoniazid 1x300 mg PO
- Pyrazinamid 1x500 mg PO
- Etambutol 1x500 mg PO
- Levofloxacin 1x 500 mg PO
- Domperidone 3x 10 mg PO
- Vitamin B complex 2x1 PO
- Lansoprazole 1x 30 mg PO
- Candesartan 1x8 mg PO
3.7 Follow up
Nama: Tn. R Diagnosa: Tuberculosis paru Dokter : dr. Ricky Awal, Sp.P, FISR
Umur : 77 tahun Ruangan: Bangsal Paru Apoteker: apt. Oktania Nofety, S.Farm
Tanggal S O A P A P
Dokter Dokter Apoteker Apoteker
31-07-2022 Pasien - KU : sedang Pola nafas Terapi - Pemberian infus Nacl - Cek kondisi
mengatakan - Kes : CMC tidak efektif - IVFD Nacl 3% 3% untuk mengganti pasien
sesak dan batuk - TD: 130/80 dan 12 j/k kehilangan cairan - Monitoring
mmHg hiponatrium - Inj Ceftriaxon dan elektrolit dengan efek samping
- Nafas: 27 2x1gr IV kandungan Natrium obat
- Nadi: 91 - Inj Dexametason klorida karena pasien - Monitoring
- Suhu: 36,9ᵒC 2x5 mg IV hiponatrium efek terapi
- SPO2 : 98% - Inj Lansoprazol - Injeksi Ceftriaxon obat
- Leukosit : 1x 30 mg IV sebagai Antibiotik
12000/mm3 - Asetilsistein 3x untuk mengatasi
- Trombosit : 200mg PO infeksi yang ditandai
483000/mm3 - Domperidone 3x dengan BAB
- Natrium : 119 10mg PO kehitaman dan BAK
mmol/l yang nyeri.
- Paracetamol 3x - Injeksi dexametason
650 mg PO sebagai antiinflamasi
untuk nyeri pada saat
BAK
- Injeksi lansoprazole
sebagai PPI untuk
mengatasi asam
lambung
- Asetilsistein untuk
pengencer dahak
pada kondisi TB paru
dan PPOK
- Domperidone untuk
meredakan mual dan
muntah
- Paracetamol sebagai
Antipiretik/antihiper
preksia dan analgetik
01-08-2022 - Nafas sesak - KU : sedang Tuberculosis Terapi - Pemberian infus Nacl - Monitoring efek
berkurang - Kes : CMC paru dan - IVFD Nacl 3% 3% dan 0,9% untuk samping dan
- TD : 130/92 hiponatrium dan 0,9% 12j/k mengganti
- Batuk - Nafas: 24 - Inj Ceftriaxon kehilangan cairan efek terapi dari
berkurang - Nadi: 94 2x1gr IV dan elektrolit dengan obat
- Suhu: 36,5ᵒC - Inj Dexametason kandungan Natrium - Edukasi
- Sat : 98% 2x5 mg IV klorida karena pasien penggunaan
- Natrium : 126 - Inj Lansoprazol 1x mengalami obat dan
mmol/l 30mg IV hiponatrium jelaskan efek
- Klorida : 93 - Asetilsitein 3x 200 - Injeksi Ceftriaxon samping
mmol/l mg PO sebagai Antibiotik penggunaan
- Domperidone 3x untuk mengatasi rimfampisin
10 mg PO infeksi yang ditandai
- Paracetamol 3x dengan BAB
650 mg PO kehitaman dan BAK
- RHZE yang nyeri.
450/300/500/500 - Injeksi dexametason
mg 1x1 PO sebagai antiinflamasi
untuk nyeri pada saat
BAK
- Injeksi lansoprazole
sebagai PPI untuk
mengatasi asam
lambung
- Asetilsistein untuk
pengencer dahak
pada kondisi TB paru
dan PPOK
- Domperidone untuk
meredakan mual dan
muntah
- Paracetamol sebagai
Antipiretik/antihiper
preksia dan analgetik
- RHZE sebagai terapi
TB paru
02-08-2022 - Sesak nafas - KU : sedang - TB paru Terapi - Pemberian infus Nacl - Monitoring
berkurang - Kes : cm - Pneumonia - IVFD Nacl 0,9% 0,9% untuk efek samping
- TD : 100/60 - Hiponatrium 12j/k mengganti dan efek terapi
mmHg - Hipoalbumin - IVFD albumin kehilangan cairan obat
- Suhu : 36,4 C 4j/k dan elektrolit dengan - Edukasi pasien
- Nafas : 22 - IVFD amiparen kandungan Natrium terkait
- Nadi : 79 (asam amino) klorida penggunaan
- Sat : 98% 12j/k - Infus albumin obat
diindikasikan untuk
- Natrium : 126 - Inj Ceftriaxon mengatasi
mmol/l 2x1gr IV hipoalbumin
- Albumin : 2,8 - Inj Dexametason - Infus amiparen untuk
g/l 2x5 mg IV nutrisi parenteral
- Globulin : 0,4 - Inj Lansoprazol 1x untuk mensuplai
g/l 30 mg IV asam amino pada
- Asetilsistein 3x pasien malnutrisi
200 mg PO (kekurangan gizi)
- Domperidone 3x - Injeksi Ceftriaxon
10 mg PO sebagai Antibiotik
- Paracetamol 3x untuk mengatasi
650 mg PO infeksi yang ditandai
- RHZE dengan BAB
450/300/500/500 kehitaman dan BAK
mg 1x1 PO yang nyeri.
- Alprazolam 1x 0,5 - Injeksi dexametason
mg PO sebagai antiinflamasi
- Vit B comp 1x1 untuk nyeri pada saat
PO BAK
- Injeksi lansoprazole
sebagai PPI untuk
mengatasi asam
lambung
- Asetilsistein untuk
pengencer dahak
pada kondisi TB paru
dan PPOK
- Domperidone untuk
meredakan mual dan
muntah
- Paracetamol sebagai
Antipiretik/antihiper
preksia dan analgetik
- RHZE sebagai terapi
TB paru
- Alprazolam untuk
mengatasi gangguan
tidur karena batuk
kering yang terjadi
juga pada malam hari
- Vit B Comp
digunakan sebagai
vitamin dan
memperbaiki stamina
tubuh
03-08-2022 - Sesak nafas - KU : sedang - TB paru Terapi - Pemberian infus RL - Monitoring
berkurang - TD : 121/71 - Pneumonia - IVFD RL 12j/k untuk mengganti efek samping
- Batuk mmHg - GK - Inj Ceftriaxon kehilangan cairan dan efek terapi
berkurang - Suhu : 36,5 C - Hipoalbumin 2x1gr IV ekstrasel yang hilang obat
- Nafas : 22 - Inj Dexametason dan mengatasi - Edukasi dan
- Nadi : 80 1x5 mg IV dehidrasi isotonik berikan PIO
- Sat : 98% - Asetilsistein 3x - Injeksi Ceftriaxon terkait
- Albumin : 2,8 200mg PO sebagai Antibiotik penggunaan
g/l - Domperidone 3x untuk mengatasi obat dan obat
10mg PO infeksi yang ditandai
- Paracetamol 3x dengan BAB
650 mg PO kehitaman dan BAK
- RHZE yang nyeri.
450/300/500/500 - Injeksi dexametason
mg 1x1 PO sebagai antiinflamasi
- Alprazolam 1x 0,5 untuk nyeri pada saat
mg PO BAK
- Vit B comp 1x1 - Lansoprazole sebagai
PO PPI untuk mengatasi
- Lansoprazol 1x asam lambung
30mg PO - Asetilsistein untuk
pengencer dahak
pada kondisi TB paru
dan PPOK
- Domperidone untuk
meredakan mual dan
muntah
- Paracetamol sebagai
Antipiretik/antihiper
preksia dan analgetik
- RHZE sebagai terapi
TB paru
- Alprazolam untuk
mengatasi gangguan
tidur karena batuk
kering yang terjadi
juga pada malam hari
- Vit B Comp
digunakan sebagai
vitamin dan
memperbaiki stamina
tubuh
04-08-2022 Sesak nafas - KU : sedang - Tuberculosis Terapi - Pemberian infus RL - Monitering ESO
berkurang - TD : 142/80 paru - IVFD RL 12j/k untuk mengganti dan efek terapi
mmHg - Pneumonia - Inj Ceftriaxon kehilangan cairan obat
- Suhu : 37,5 0C - GK 2x1gr IV ekstrasel yang hilang - Edukasi pasien
- Nafas : 22x - Hipoalbumin - Inj Dexametason dan mengatasi terkait
- Nadi : 95 x 3x5 mg IV dehidrasi isotonik penggunaan
- Sat : 99% - Nebules ventolin - Injeksi Ceftriaxon obat
6x2,5 mg sebagai Antibiotik
- Asetilsistein 3x untuk mengatasi
200mg PO infeksi yang ditandai
- Domperidone 3x dengan BAB
10mg PO kehitaman dan BAK
- Paracetamol 3x yang nyeri.
650 mg PO - Injeksi dexametason
sebagai antiinflamasi
- RHZE untuk nyeri pada saat
450/300/500/500 BAK
mg 1x1 PO - Nebules ventolin
- Alprazolam 1x 0,5 untuk mengobati
mg PO penyakit pada
- Vit B comp 1x1 saluran pernafasan
PO dan penyakit paru
- Lansoprazol 1x30 - Lansoprazole sebagai
mg PO PPI untuk mengatasi
asam lambung
- Asetilsistein untuk
pengencer dahak
pada kondisi TB paru
- Domperidone untuk
meredakan mual dan
muntah
- Paracetamol sebagai
Antipiretik/antihiper
preksia dan analgetik
- RHZE sebagai terapi
TB Paru
- Alprazolam untuk
mengatasi gangguan
tidur karena batuk
kering yang terjadi
juga pada malam hari
- Vit B Comp
digunakan sebagai
vitamin dan
memperbaiki stamina
tubuh
05-08-2022 Pasien - KU : sedang - TB paru Terapi - Pemberian infus RL - Monitering ESO
mengatakan - TD : 143/87 - Pneumonia - IVFD RL 12j/k untuk mengganti dan efek terapi
sesak nafas dan mmHg - Hipoalbumin - Inj Ceftriaxon kehilangan cairan obat
batuk - Suhu : 36,8 0C - Hipertensi 2x1gr IV ekstrasel yang hilang - Edukasi pasien
- Nafas : 22x - Inj Dexametason dan mengatasi terkait
- Nadi : 87 x 2x 5 mg IV dehidrasi isotonik penggunaan
- Sat : 98% - Nebu ventolin - Injeksi Ceftriaxon obat
3x2,5 mg sebagai Antibiotik
- Inj levofloxacin 1 untuk mengatasi
x500 mg IV infeksi yang ditandai
dengan BAB
- Asetilsistein 3x kehitaman dan BAK
200 mg PO yang nyeri.
- Domperidone 3x - Injeksi dexametason
10 mg PO sebagai antiinflamasi
- Paracetamol 3x untuk nyeri pada saat
650 mg PO BAK
- RHZE - Nebules ventolin
450/300/500/500 untuk mengobati
mg 1x1 PO penyakit pada
- Alprazolam 1x 0,5 saluran pernafasan
mg PO dan penyakit paru
- Vit B comp 1x1 - Injeksi levofloxacin
PO sebagai antibiotik
- Lansoprazol 1x 30 untuk mengobati
mg PO infeksi akibat bakteri
- Candesartan pada BAB kehitaman
1x8mg PO - Lansoprazole sebagai
PPI untuk mengatasi
asam lambung
- Asetilsistein untuk
pengencer dahak
pada kondisi TB paru
- Domperidone untuk
meredakan mual dan
muntah
- Paracetamol sebagai
Antipiretik/antihiper
preksia dan analgetik
- RHZE sebagai terapi
TB Paru
- Alprazolam untuk
mengatasi gangguan
tidur karena batuk
kering yang terjadi
pada malam hari
- Vit B Comp
digunakan sebagai
vitamin dan
memperbaiki stamina
tubuh
- Candesartan untuk
menangani hipertensi
06-08-2022 Pasien - KU : sedang - TB paru Terapi - Pemberian infus RL - Monitering ESO
mengatakan - TD : 140/80 - Pneumonia - IVFD RL 12j/k untuk mengganti dan efek terapi
sesak nafas dan mmHg - GK - Inj Ceftriaxon 2x1 kehilangan cairan obat
batuk - Suhu : 36,5 0C - Hipoalbumin IV ekstrasel yang hilang - Edukasi pasien
- Nafas : 22x - Hipertensi - Inj Dexametason dan mengatasi terkait
- Nadi : 85 x 1x 5 mg IV dehidrasi isotonik penggunaan
- Sat : 99% - Nebules ventolin - Injeksi Ceftriaxon obat
2x 2,5 mg sebagai Antibiotik
- Asetilsistein 3x untuk mengatasi
200mg PO infeksi yang ditandai
- Domperidone 3x dengan BAB
10 mg PO kehitaman dan BAK
- Paracetamol 3x yang nyeri.
650 mg PO - Injeksi dexametason
- RHZE sebagai antiinflamasi
450/300/500/500 untuk nyeri pada saat
mg 1x1 PO BAK
- Alprazolam 1x 0,5 - Nebules ventolin
mg PO untuk mengobati
- Vit B comp 1x1 penyakit pada
PO saluran pernafasan
- Lansoprazol 1x 30 dan penyakit paru
mg PO - Levofloxacin sebagai
- Candesartan antibiotik untuk
1x8mg PO mengobati infeksi
- Levofloxacin akibat bakteri pada
1x500mg PO BAB hitam
- Lansoprazole sebagai
PPI untuk mengatasi
asam lambung
- Asetilsistein untuk
pengencer dahak
pada kondisi TB paru
- Domperidone untuk
meredakan mual dan
muntah
- Paracetamol sebagai
Antipiretik/antihiper
preksia dan analgetik
- RHZE sebagai terapi
TB Paru
- Alprazolam untuk
mengatasi gangguan
tidur karena batuk
kering pada malam
hari
- Vit B Comp
digunakan sebagai
vitamin dan
memperbaiki stamina
tubuh
- Candesartan untuk
menangani hipertensi
07-08-2022 Sesak nafas - KU : sedang - TB paru Terapi - Pemberian infus - Monitering ESO
berkurang - TD : 128/84 - Pneumonia - IVFD Ringer Ringer Laktat untuk dan efek terapi
mmHg - GK Laktat 12j/k mengganti obat
- Suhu : 36,5 0C - Hipoalbumin - IVFD paracetamol kehilangan cairan - Edukasi pasien
- Nafas : 24x - Hipertensi 12j/k ekstrasel yang hilang terkait
- Nadi : 74x - Inj Levofloxacin dan mengatasi penggunaan
- Sat : 98% 1x500mg IV dehidrasi isotonik obat
- Inj Dexametason - Injeksi Ceftriaxon
1x 5 mg IV sebagai Antibiotik
- Nebules ventolin untuk mengatasi
2x 2,5 mg infeksi yang ditandai
- Asetilsistein 3x dengan BAB
200mg PO kehitaman dan BAK
- Domperidone 3x yang nyeri.
10 mg PO - Injeksi dexametason
- Paracetamol 3x sebagai antiinflamasi
650 mg PO untuk nyeri pada saat
- RHZE BAK
450/300/500/500 - Nebules ventolin
mg 1x1 PO untuk mengobati
- Alprazolam 1x 0,5 penyakit pada
mg PO saluran pernafasan
- Vit B comp 1x1 dan penyakit paru
PO - Levofloxacin sebagai
- Lansoprazol 1x 30 antibiotik untuk
mg PO mengobati infeksi
- Candesartan akibat bakteri pada
1x8mg PO BAB hitam
- Lansoprazole sebagai
PPI untuk mengatasi
asam lambung
- Asetilsistein untuk
pengencer dahak
pada kondisi TB paru
- Domperidone untuk
meredakan mual dan
muntah
- Paracetamol PO dan
pct infus sebagai
Antipiretik/antihiper
preksia dan analgetik
- RHZE sebagai terapi
TB Paru
- Alprazolam untuk
mengatasi gangguan
tidur karena batuk
kering yang terjadi
pada malam hari
- Vit B Comp
digunakan sebagai
vitamin dan
memperbaiki stamina
tubuh
- Candesartan untuk
menangani hipertensi
08-08-2022 Sesak nafas - KU : sedang - TB paru Terapi pulang - RHZE sebagai terapi - Monitering ESO
berkurang - TD : 130/70 - Pneumonia - RHZE TB Paru dan efek terapi
mmHg - GK 450/300/500/500 - Levofloxacin sebagai obat
- Suhu : 36,4 0C - Hipoalbumin mg 1x1 PO antibiotik untuk - Edukasi pasien
- Nafas : 22x - Hipertensi - Levofloxacin 1 x mengobati infeksi terkait
- Nadi : 98x 500 mg PO akibat bakteri pada penggunaan
- Sat : 98% - Asetilsistein 3x BAB kehitaman obat
200mg PO - Asetilsistein untuk
- Domperidone 3x pengencer dahak
10 mg PO pada kondisi TB paru
- Vit B comp 1x1 - Domperidone untuk
PO meredakan mual dan
- Lansoprazol 1x 30 muntah
mg PO
- Candesartan - Vit B Comp
1x8mg PO digunakan sebagai
vitamin dan
memperbaiki stamina
tubuh
- Lansoprazole sebagai
PPI untuk mengatasi
asam lambung
- Candesartan untuk
menangani hipertensi
3.8 Analisa Terapi
3.8.1 Lembar Pengobatan Pasien di Bangsal Paru
Nama Obat Dosis Waktu Rute Tanggal Pemberian
Pemberian 31/07 01/08 02/08 03/08 04/08 05/08 06/08 07/08 08/08
Nacl 3% 12j/k Per 12 jam IVFD √ √ - - - - - - -
Nacl 0,9% 12j/k Per 12 jam IVFD - √ √ - - - - - -
Ringer laktat 12j/k Per 12 jam IVFD - - - √ √ √ √ √ -
Albumin 4j/k 4 jam IVFD - - √ - - - - - -
Amiparen 12j/k 12 jam IVFD - - √ - - - - - -
Pct infus 500 mg 1x1 IVFD - - - - - - - √ -
Inj ceftriaxon 1 gr 2x1 IV √ √ √ √ √ √ √ - -
Inj dexametason 5 mg 2x1 IV √ √ √ 1x1 √ 3x1 √ 2x1 √ 1x1√ √ -
Inj Lansoprazole 30 mg 1x1 IV √ √ √ - - - - - -
Inj ventolin 2,5 mg 6x1 Nebu - - - - √ 3x1 √ 2x1√ √ -
Inj levofloxacin 500 mg 1x1 IV - - - - - √ √ √ -
Asetilsistein 200 mg 3x1 PO √ √ √ √ √ √ √ √ √
Domperidone 10 mg 3x1 PO √ √ √ √ √ √ √ √ √
RHZE 450/300/ 1x1 PO - √ √ √ √ √ √ √ √
(Rimfampisin, 500/500mg
Isoniazid,
Pirazinamid,
Etambutol)
Vit B Comp 1 tablet 1x1 PO - - √ √ √ √ √ √ √
Alprazolam 0,5mg 1x1 PO - - √ √ √ √ √ √ -
Lansoprazole 30 mg 1x 1 PO - - - √ √ √ √ √ √
Candesartan 8mg 1x1 PO - - - - - √ √ √ √
Levofloxacin 500mg 1x1 PO - - - - - - - - √
3.9 Analisa Drug Related Problem (DRP)
Check
No Drug Therapy Problem Rekomendasi
List
1. Terapi obat yang tidak diperlukan
Terdapat terapi tanpa indikasi medis Pasien telah mendapat terapi sesuai dengan indikasi medis :
Pasien masih memungkinkan menjalani terapi non Pasien diobati dengan terapi farmakologi karena kondisi pasien harus
farmakologi - mendapat perawatan farmakologi untuk tuberculosis paru, pneumonia,
hipertensi, GK, hiponatrium dan hipoalbumin.
Terdapat duplikasi terapi - Tidak terdapat duplikasi terapi
Pasien mendapat penanganan terhadap efek samping Pasien tidak mendapatkan penanganan terhadap efek samping yang
yang seharusnya dapat dicegah. - seharusnya dapat dicegah, karena pasien tidak mengalami efek samping
yang signifikan.
2. Kesalahan obat
Bentuk sediaan tidak tepat Bentuk sediaan yang diberikan pada saat rawatan sudah tepat dan sesuai
dengan kondisi pasien :
Kondisi pasien tidak dapat disembuhkan oleh obat Kondisi pasien masih bisa disembuhkan dengan obat dengan syarat pasien
rajin untuk kontrol kondisinya secara berkala, teratur dan disiplin
-
mengkonsumsi obat, dan menghindari faktor-faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan pasien.
Obat tidak diindikasikan untuk kondisi pasien Setiap obat yang diberikan sudah sesuai dengan indikasi suatu penyakit
-
yang diderita pasien dan tidak kontraindikasi dengan kondisi pasien
Terdapat obat lain yang lebih efektif Terapi obat yang diberikan telah efektif dalam proses penyembuhan
- dimana terapi obat yang diberikan telah sesuai dengan literatur pada terapi
sesuai dengan kondisi medis pasien
Dosis terlalu rendah Dosis yang diberikan sudah tepat sesuai dengan kondisi medis pasien :
-
- IVFD Nacl 0,9 dan 3% 12j/k
Dosis terapi : 1000ml/hari (sesuai)
Dosis literatur : 120-180 tetes/menit (1000 ml/hari)
- IVFD Ringer Laktat 12j/k
Dosis terapi : 1000ml/hari (sesuai)
Dosis literatur : 1000 ml/hari
- IVFD albumin 4j/k (1x pemberian)
Dosis terapi : 500ml (sesuai)
Dosis literatur : 5 ml/menit = 5 ml x 60mnt = 300 ml/jam
- IVFD amiparen 12j/k (1x pemberian)
Dosis terapi : 500ml
Dosis literatur : 1000ml/hari
- IVFD paracetamol 12j/k (1x pemberian)
Dosis terapi : 500ml
Dosis literatur : DM 60 ml/kgBB
Kesesuaian : 60ml x 50 kg = 3000ml/hari.
- Injeksi Ceftriaxon 2x1 gram IV
Dosis terapi : 1gram/hari (sesuai)
Dosis literatur : 1-2gr/hari
- Injeksi Dexametason 2x 5 mg IV
Dosis terapi : 10 mg/hari (sesuai)
Dosis literatur : 0,5-24mg/hari
- Injeksi Lansoprazol 1x 30mg IV
Dosis terapi : 1x 30mg
Dosis literatur : 15-30 mg/ hari
Keseuaian : 1x 30 mg = 30 mg/ hari (sesuai)
- Nebu Ventolin 6x 2,5 mg IV
Dosis terapi : 6x 2,5 mg = 15mg/hari (sesuai)
Dosis literatur : 10-20mg/hari
- Asetilsistein 3x 200mg PO
Dosis terapi : 3x200mg = 600mg/hari (sesuai)
Dosis literatur : 200 mg 3 kali pemberian
- Domperidone 3x 10 mg PO
Dosis terapi : 3x10mg = 30 mg/hari (sesuai)
Dosis literatur : 10-20mg 3x pemberian
Kesesuaian : 30-60mg/hari
- Paracetamol 3x 650 mg PO
Dosis terapi : 3x 650 mg = 1.950 mg/hari (sesuai)
Dosis literatur : 500-1000mg tiap 4-6 jam
Kesesuaian dosis : 2000-4000mg/hari
- RHZE 450/300/500/500 mg 1x1 PO
Dosis literatur :
R : 8-12 mg/kgBB, DM 600mg (sesuai)
H : 4-6mg/kgBB, DM 300mg (sesuai)
Z : 2,5 gram 3x seminggu (sesuai)
E : 15-20 mg/kgBB (sesuai)
- Alprazolam 1x 0,5 mg PO
Dosis terapi : 0,5 mg (sesuai)
Dosis literatur : 3x0,25-0,5 mg/hari : 0,75-1,5mg/hari
- Vit B comp 1x1 PO
- Lansoprazol 1x 30mg PO
Dosis terapi : 30mg (sesuai)
Dosis literatur : 15-30mg/hari
- Candesartan 1x8 mg PO
Dosis terapi : 8 mg (sesuai)
Dosis literatur : 1x8mg/hari
- Levofloxacin 1x500mg PO
Dosis terapi : 500 mg (sesuai)
Dosis literatur : 250-500mg / hari
Dosis terlalu tinggi Dosis yang diberikan sudah tepat :
-
Lihat pada tabel dosis terlalu rendah
Frekuensi penggunaan tidak tepat Frekuensi penggunaan sudah tepat sesuai dengan kondisi medis pasien :
-
- IVFD Nacl 0,9 dan 3% selama 12 jam/ kolf
- IVFD Ringer Laktat 12j/k
- IVFD albumin 4 jam/ kolf
- IVFD amiparen 12j/ kolf
- IVFD paracetamol 12j/k
- Inj Ceftriaxon 2x1 IV
- Inj Dexametason 2x1 IV
- Inj Lansoprazol 1x1 IV
- Nebu Ventolin 3x1 IV
- Asetilsistein 3x1 PO
- Domperidone 3x 10 mg PO
- Paracetamol 3x 650 mg PO
- RHZE 450/300/500/500 mg 1x1 PO
- Alprazolam 1x 0,5 mg PO
- Vit B comp 1x1 PO
- Lansoprazol 1x1 PO
- Candesartan 1x8 mg PO
- Levofloxacin 1x500 mg PO
Penyimpanan tidak tepat Penyimpanan obat sudah tepat karena telah disimpan pada suhu ruangan,
- kering dan terhindar dari matahari. Obat yang diserahkan disertai dengan
informasi penggunaan obat.
Obat tidak aman untuk pasien Pemberian terapi pada pasien telah disesuaikan dengan dosis yang tepat
untuk pasien. Obat yang diberikan telah aman digunakan pada pasien.
-
Pemberian terapi pada pasien telah disesuaikan dengan dosis yang tepat
untuk pasien.
Obat tidak tersedia Tidak ada masalah untuk penyediaan obat pasien. Semua obat yang
-
dibutuhkan pasien telah tersedia di apotek rumah sakit.
Pasien tidak mampu menyediakan Obat Pasien tidak mampu menyediakan obat. Karena itu dibantu dengan
-
apoteker dan perawat.
Pasien tidak bisa menelan atau menggunakan obat - Pasien bisa meminum obat
Pasien tidak mengerti intruksi penggunaan obat - Keluarga pasien mengerti instruksi penggunaan obat.
Terdapat kondisi yang tidak diterapi Pasien telah mendapatkan terapi sesuai indikasi, karena obat yang
-
digunakan telah tepat untuk terapi penyakit
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada tanggal 31 Juli 2022 Pukul 15.00 WIB, pasien baru masuk via IGD di
RSUD Dr. M Zein Painan dengan keluhan pasien mengatakan demam sejak 1
minggu yang lalu, BAB hitam kecoklatan, sesak nafas, batuk kering sejak 2 hari
dan BAK nyeri dengan riwayat penyakit terdahulu adalah hipertensi. Dilakukan
pemeriksaan lalu diberikan terapi IGD yaitu IVFD Nacl 3% 12 jam/ kolf , injeksi
ceftriakson 2 x 1gr secara IV, metilprednisolon 2x 1gr jika sudah habis digantikan
dengan dexamethason 2x5mg IV, farmavon injeksi 3x1 ampul jika habis diganti
Pada hari senin , tanggal 1 Agustus pasien tetap diberikan infus Nacl 0,9 %
pada pagi sampai sore dan Nacl 3% pada malam hari untuk mengatasi hiponatrium,
terapi yang diberikan di bangsal paru tetap sama yaitu injeksi ceftriakson sebagai
antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri yang ditandai dengan ada nya BAB
kehitaman dan nyeri pada saat BAK, injeksi dexametason sebagai antiinflamasi
pada nyeri yang di alami pasien saat BAK, injeksi lansoprazol sebagai PPI untuk
infus albumin pada sore hari untuk mengatasi hipoalbumin dan infus amiparen pada
malam hari untuk mensuplai asam amino sebagai terapi kekurangan gisi (GK) atau
malnutrisi. Tambahan lain seperti vitamin B complek sebagai vitamin dan untuk
gangguan tidur karena pasien sulit tidur pada malam hari akibat dari batuk kering
yang di alami pasien. Lalu pada tanggal 3 Agustus 22, terapi injeksi Lansoprazol
naikkan menjadi 3x5 mg dan juga mendapat terapi tambahan yaitu injeksi ventolin
6x1 untuk mengatasi penyakit pada saluran pernafasan seperti asma dan penyakit
pulang karena mengalami wheezing dan juga pada hasil labor pasien masih
hiponatrium dan juga tekanan darah yang tinggi sehingga perawatan dilanjutkan
menjadi 2x1 dan juga injeksi ventolin diturunkan dari 6x1 menjadi 3x 1 lalu pada
injeksi di turunkan menjadi 1x1 dan ventolin menjadi 2x1 sedangkan terapi injeksi
ceftriakson dihentikan, lalu pasien menadapat terapi paracetamol infus pada pagi
hari nya untuk analgesik. Untuk terapi pulang yang diberikan pada tanggal 8 adalah
I-nya gagal atau pasien yang kambuh). Kategori III (2 HRZ/4 H3R3) untuk pasien
baru dengan BTA (-), Ro (+). Sisipan (HRZE) digunakan sebagai tambahan bila
pada pemeriksaan akhir tahap intensif dari pengobatan dengan kategori I atau
kategori II ditemukan BTA (+). Penatalaksanaan ini sesuai dengan terapi yang
diberikan pada pasien sesuai dengan kondisi medis pasien, dan beberapa obat
tambahan lainnya untuk mengatasi kondisi lain pasien seperti keadaan GK,
namun tidak dilakukan pemeriksaan lagi pada hari selanjut nya. Sehingga dalam
kasus ini disarankan seharus nya dilakukan test lagi untuk mengetahui kondisi nilai
albumin pasien.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
bronkus. TBC paru tergolong penyakit air borne infection, yang masuk ke
monitoring.
5.2 Saran
2. Kepada pasien di edukasi untuk minum obat secara rutin terutama obat
DiPiro, Joseph T., Hamilton, Cindy W., Schwinghammer, Terry L., Wells,
Barbara G., 2005. Pharmacotheraphy Handbook. 6th ed. Singapore : The McGraw-
Hill Companies, Inc. P.425-430.
Zul, Dahlan. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Ed ke-VI. Jakarta:
EGC