PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
aerob.Penyakit ini biasanya menyerang organ paru, tetapi dapat menyebar hampir
seluruh bagian tubuh, seperti otak, ginjal, tulang, dan kelenjar getah bening.
data WHO diperkirakan telah terjadi 8,8 juta kasus baru pada tahun 2010 (berkisar
antara 8,5–9,9 juta) dengan rasio 128 kasus tiap 100.000 penduduk. Angka
Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan
jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB di dunia. Depkes RI
menyatakan bahwa hasil survey dari seluruh rumah sakit terdapat 220.000 pasien
penderita TB pertahun atau 500 penderita perhari dan setiap tahunnya terdapat
secara global ada 9,6 juta kasus TB baru, diantaranya 3,2 juta wanita dan 1,5 juta
diantaranya meninggal disebabkan oleh TB. Pada tahun 2011, sekitar 60% kasus
per 100 ribu penduduk. Pengobatan anti-tuberkulosis yang cepat dan tepat
1
2
juta kasus TB baru pertahunnya dan menyebabkan kematian 100 ribu pasien.
untuk melakukan pengobatan secara teratur. Sedang pengobatan yang tidak teratur
dan kombinasi obat yang tidak lengkap diduga dapat menimbulkan kekebalan
potensi tidak patuh untuk berobat dan minum obat. Penggunaan obat yang benar
TB paru yang resisten terutama pada fase lanjutan setelah penderita merasa
ekonomi, sedangkan berbagai jenis penyakit yang timbul dalam keluarga sering
Nasry, 2008).
berisiko 8,125 kali lebih besar tertular TB paru dibandingkan rumah responden
yang memiliki pencahayaan yang baik . Selain itu kepadatan penduduk, luas
ventilasi, kelembapan dan suhu juga menjadi salah satu faktor lingkungan yang
resiko sebesar 13,5 kali dibandingkan rumah yang mempunyai kepadatan hunian
yang baik, luas ventilasi yang kurang baik memiliki resiko sebesar 30,5 kali
dibandingkan rumah yang mempunyai luas ventilasi yang baik, suhu ruangan
yang tidak baik memiliki resiko sebesar 27,5 kali dibandingkan rumah yang
mempunyai suhu ruangan yang baik dan kelembapan yang kurang baik memiliki
resiko 84,3 kali dibandingkan rumah yang mempunyai kelembapan yang baik
2022 terdapat 10 orang yang menderita TB Paru. Dari 10 pasien tersebut belum
terhadap gambaran dari pekerjaan, sosial ekonomi dan lingkungan. Oleh karena
4
itu, penulis tertarik untuk mengetahui gambaran kejadian dari pekerjaan, sosial
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum.
Februari 2022.
2. Tujuan Khusus
pekerjaan
sosial ekonomi
lingkungan
5
D. Tujuan Penulisan
2022.
E. Manfaat Penulisan
1. Teoritis.
atau teori dalam praktik Ilmu Paru yang telah ada. terutama tentang gambaran
2. Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi petugas kesehatan yang
c. Bagi Masyarakat
paru.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
juga dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh.Hal ini menyebar melalui
udara, ketika orang yang memiliki penyakit batuk, bersin, atau meludah.
Kebanyakan infeksi pada manusia dalam hasil infeksi, asimtomatik laten, dan
sekitar satu dari sepuluh infeksi laten pada akhirnya berkembang menjadi
penyakit aktif, yang jika dibiarkan tidak diobati membunuh lebih dari
sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu
disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan
sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat
yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant,
tertidur lama selama beberapa tahun. Basil tuberkel ini berukuran 0,3x2
sampai 4mm, ukurannya lebih kecil dari pada sel darah merah.
7
8
2. Epidemiologi
penderita menular (BTA positif). Pada tahun 1995 diperkirakan setiap tahun
b. Wilayah Jawa dan Bali angka prevalensi TB adalah 110 per 100.000
penduduk
penduduk
India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB
didunia. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru
dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per
100.000 penduduk.
3. Etiologi
berspora dan tidak berkapsul. Ukuran panjang sekitar 1–4 µm dan lebar 0,3–
0,6 µm. Mycobacterium terdiri dari lapisan lemak yang cukup tinggi (60%).
Penyusun utama dinding sel bakteri adalah asam mikolat, kompleks waxes,
10
virulensi. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah
4. Patogenesis
a. Tuberkulosis Primer
primer ini mungkin akan timbul dibagian mana saja dalam paru, berbeda
terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus inferior. Sarang ini
5. Klasifikasi
1) Tuberkulosis paru
pada hilus.
dan lain–lain.
positif
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
TB positif
13
1 atau lebih spesimen dahak hasilnya BTA negatif dan tidak ada
pengobatan.
1) Kasus baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT
atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
pengobatannya.
14
diatas. Dalam kasus ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan
ulangan.
6. Diagnosis
a. Gambaran klinis
b) Sesak napas
c) Nyeri dada
a) Demam
b. Pemeriksaan Fisik
redup.
ronkhi basah
c. Pemeriksaan Laboratorium
petugas di UPK.
d. Pemeriksaan Radiologi
1) Hanya satu dari tiga spesimen dahak SPShasilnya BTA positif. Pada
atau aspergiloma.
bayangan berawan di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan
1) Minimal lesion
iga).
Dapat mengenai sebelah paru atau kedua paru tetapi tidak melebihi
7. Penatalaksanaan
a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah yang cukup, dan dosis yang tepat sesuai dengan kategori
sangat dianjurkan.
lanjutan.
Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
2) Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
kekambuhan.
22
Tabel 2
Tabel 3
23
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:
Pasien kambuh.
Tabel 4.
8. Evaluasi Pengobatan
a. Evaluasi Klinis
b. Evaluasi Bakteriologi
pada :
kepekaan.
c. Evaluasi radiologi
Sebelum pengobatan.
9. Pekerjaan
penderita TB Paru BTA + 31,6% tidak bekerja dan proporsi jenis pekerjaan
paling banyak 36,8% adalah buruh (buruh tani, buruh kayu pembuat kusen,
pintu, jendela rumah dan buruh pabrik). Jenis pekerjaan menentukan faktor
risiko apa yang harus dihadapi setiap individu. Bila pekerja bekerja di
terbesar dari seluruh pengeluaran Rumah tangga. Akan tetapi untuk negara
yang sudah maju pengeluaran terbesar bukan untuk makan, melainkan untuk
biaya kesehatan, pendidikan, olah raga, pajak dan jasa-jasa atau pengeluaran
penyakit TB Paru. Hal ini disebabkan daya tahan tubuh yang rendah, begitu
juga kebutuhan akan rumah yang layak huni tidak di dapatkan, ditambah
dengan penghuni yang ramai dan sesak. Keadaan ini akan mempermudah
Paru.
yaitu :
a. Kelembaban Udara
Kelembaban Nisbi (Relatif). Kelembaban absolut adalah berat uap air per
air dalam udara pada suatu temperatur terhadap banyaknya uap air pada
saat udara jenuh denga uap air pada temperatur tersebut. Secara umum
dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara. Selain itu kelembaban yang
membentuk lebih dari 80 % volume sel bakteri dan merupakan hal yang
b. Ventilasi Rumah
daya difusi dari gas-gas, gerakan angin dan gerakan massa di udara
b) Udara yang masuk harus bersih, tidak dicemari asap dari sampah
10% luas lantai rumah (Depkes RI, 2001). Rumah dengan luas
rumah yang < 10% dari luas lantai (tidak memenuhi syarat
(Notoatmodjo, 2003).
c. Pencahayaan Alami
buatan.
TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk
kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai yang terdapat di dalam
dengan genteng kaca. Genteng kaca pun dapat dibuat secara sederhana,
per orang. Luas minimum per orang sangat relatif, tergantung dari
3 m²/orang. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni > 2 orang, kecuali untuk
suami istri dan anak dibawah dua tahun. Apabila ada anggota keluarga
32
syarat kesehatan diperoleh dari hasil bagi antara luas lantai dengan
syarat kesehatan bila diperoleh hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah
oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi,
tidur terpisah.
12. Komplikasi
a. Batuk darah.
b. Pneumotoraks.
c. Gagal nafas.
d. Efusi pleura.
1. Administrasi Pemerintahan
yang secara geografis terletak pada jalur yang strategis karena terletak dalam
dengan kantor camat Kampa dan lintas sektoral lainnya seperti Polsek, Dinas
puskesmas juga menjalin kerja sama yang baik dengan fasilitas rujukan dan
seorang Kepala Puskesmas dan dibantu 1 orang Kepala Tata Usaha dan 93
staff .
2. Keadaan Geografis
Kampar, Pulau Rambai, Koto Perambahan, Pulau Birandang, Sei Putih, Deli
3. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk yang besar bukan hanya merupakan modal tetapi juga
b. Sarana kesehatan
sebagai berikut :
3) Posbindu : 9 Unit
4) Posyandu : 20 posyandu
7) Listrik : Baik
a) Sumber : PLN
c. Fungsi Puskesmas
kesehatan
kerjanya.
termasuk pembiayaan.
mencakup :
38
d. Tujuan Puskesmas
5. Program Puskesmas
program, yang biasa disebut dengan istilah program basic six. Program
dan lingkungannya.
lingkungan.
kesehatan lingkungan.
(KB)
dan anak sejaka dalam kandungan. Sasaran program ini adalah ibu
hamil, ibu melahirkan dan bayinya serta ibu menyusui dan wanita
usia subur.
40
menular
masyarakat.
empat.
41
resiko berupa deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini faktor
puskesmas.
Kampar kiri.
pasien.
indra (mata dan telinga) ikut menjadi salah satu skala prioritas
lingkungan sekolahnya.
43
C. KERANGKA TEORI
Kerangka teori adalah rangkuman dari penjabaran teori yang sudah diuraikan
sebelumnya dalam bentuk naratif, untuk memberikan batasan tentang teori yang
Faktor Predisposisi
.
Pejamu (Manusia)
1. Kebiasaan merokok
2. Karakteristik Pasien TB Paru:
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan Keluarga/ Kejadian TB Paru di UPT
Ekonomi
Puskesmas Kampa
Faktor Pendukung
Lingkungan
Kepadatan Hunian
Luas Ventilasi
Pencahayaan
Kelembaban
Suhu
Skema 2.1 Kerangka Teori
D. KERANGKA KONSEP
yang kuat serta ditunjang oleh informasi yang bersumber pada berbagai laporan
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pekerjaan
Pendapatan/ Ekonomi Kejadian TB Paru di UPT
Lingkungan (Kepadatan
Puskesmas Kampa
Hunian dan Luas Ventilasi)
44
E. HIPOTESIS
2010).
Kampa
Puskesmas Kampa
Puskesmas Kampa
Kampa.
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Rancangan Penelitian
Penelitian Dimulai
45
46
a. Lokasi Penelitian
b. Waktu Penelitian
a. Populasi
b. Sampel
yang dipilih dengan cara tertentu agar mewakili populasi (Supardi, 2013).
4. Definisi Operasional
pemikiran tentang ide, kata-kata yang digunakan agar orang lain memahami
a. Pekerjaan
b. Ekonomi/ Pendapatan
c. Lingkungan
b. Pengkodean (Coding)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
pada jalur yang strategis karena terletak dalam jalur perdagangan antara Riau
puskesmas juga berkoordinasi dengan kantor camat Kampa dan lintas sektoral
lainnya seperti Polsek, Dinas P&K, Poskeswan, pertanian dan Kantor Urusan
Agama. Selain itu, puskesmas juga menjalin kerja sama yang baik dengan fasilitas
rujukan dan bermitra dengan sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya
yang ada di wilayah kerja UPT Puskesmas Kampa secara struktur pemerintahan
Organisasi kerja Puskesmas Kampa dipimpin oleh seorang Kepala Puskesmas dan
dibantu 1 orang Kepala Tata Usaha dan 93 staff. Wilayah kerja UPT Puskesmas
Kampa meliputi 9 desa yaitu, desa Kampar, Pulau Rambai, Koto Perambahan,
Pulau Birandang, Sei Putih, Deli Makmur, Sawah baru, Sei Tarap dan Tanjung
Bungo. Batas wilayah UPT Puskesmas Kampa sebelah Utara berbatasan dengan
Hilir, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kampar dan Rumbio Jaya, dan
Kampa berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2020 berjumlah 23. 810 jiwa.
49
50
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Karakteristik Responden TB Paru di UPT Puskesmas
Kampa Periode November 2021-Februari 2022
tamatan SMP.
2. Analisis Univariat
paru di UPT Puskesmas Kampa periode November 2021- Februari 2022 dapat
Persentase
No Variabel Independen Frekuensi (n)
(%)
1 Pekerjaan
a. Tidak Bekerja 2 20
b. Bekerja (PNS/ TNI/ POLRI/ Swasta/ 8 80
Wiraswasta/ Buruh)
Total 10 100
yaitu 8 responden (80%) bekerja, dan sebagian kecil yaitu 2 responden (20%)
tidak bekerja.
Persentase
No Variabel Independen Frekuensi (n)
(%)
1 Status Sosial Ekonomi (Pendapatan)
a. Ekonomi Kelas Kebawah 6 60
b. Ekonomi Kelas Menengah 3 30
c. Ekonomi Kelas Atas 1 10
Total 10 100
Persentase
No Variabel Independen Frekuensi (n)
(%)
1 Lingkungan Kepadatan Hunian
a. Tidak Memenuhi Syarat ( < 9 m 2/ orang) 7 70
b. 2
Memenuhi Syarat ( ≥ 9 m / orang) 3 30
Total 10 100
Persentase
No Variabel Independen Frekuensi (n)
(%)
1 Lingkungan Kepadatan Hunian
a. Tidak Memenuhi Syarat ( < 9 m 2/ orang) 7 70
b. Memenuhi Syarat ( ≥ 9 m 2/ orang) 3 30
Total 10 100
BAB V
PEMBAHASAN
responden (80 %) bekerja dan hanya sebagian kecil yaitu 2 responden (20 %)
disebabkan adanya risiko pekerjaan, orang yang bekerja disuatu tempat akan
paparan polusi tinggi dan tingkat kelelahan yang besar. Tingkat kelelahan
mengalami penurunan imun tubuh ditambah lagi dengan asupan energi yang
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa jenis
(Notoatmodjo,2011).
bekerja akan mudah terpapar dengan orang disekitarnya dan status pekerjaan
53
54
memperhatikan alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan ketika
Puskesmas Kampa
pokoknya. Keadaan status gizi dan penyakit infeksi merupakan pasangan yang
berlebih, penurunan gizi atau gizi kurang akan memiliki daya tahan tubuh
yang rendah dan sangat peka terhadap penularan penyakit. Pada keadaan gizi
55
yang buruk, maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun sehingga kemampuan
gizi seimbang juga tidak selalu dengan harga yang mahal, sehingga peran
fortifikasi makanan dengan yang lebih sederhana dan terjangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat dalam pemenuhan kalori dan protein serta kekurangan zat
Puskesmas Kampa
risiko TB paru. Dimana Akamal (2013) juga menyatakan hal yang sama
droplet, sehingga jika ada salah satu penghuni positif tuberkulosis maka
dari 2 orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak yang berusia
kurang dari 5 tahun. Jumlah penghuni rumah yang banyak akan semakin
orang sangat relatif tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang
tersedia .
infeksi.
Puskesmas Kampa
fungsi, fungsi utama adalah untuk menjaga aliran udara dalam rumah
(Whardana, 2006).
keluar dan ikut terhisap bersama udara pernafasan. Selain itu ventilasi
orang lain. Ventilasi rumah yang tidak cukup menyebabkan aliran udara
59
diperlukan minimum luas lubang ventilasi tetap 10% dari luas lantai
(Simbolon, 2007).
konsentrasi kuman.
B. Keterbatasan Penelitian
ada beberapa keterbatasan yang dialami dan dapat menjadi beberapa faktor yang
agar dapat untuk lebih diperhatikan bagi peneliti-peneliti yang akan datang dalam
60
1. Pada faktor lingkungan variable yang peneliti teliti hanya 2 variabel yaitu
pencahayaan rumah, kelembaban udara dan suhu dalam ruangan tidak peneliti
teliti dikarenakan keterbatasan alat dan waktu persiapan dalam penelitian ini.
hal ini terjadi karena kadang perbedaan pemikiran, anggapan, dan pemahaman
yang berbeda tiap responden, juga faktor lain seperti faktor kejujuran dalam
BAB VI
A. Kesimpulan
(80%) bekerja dan hanya sebagian kecil yaitu 2 responden (20%) tidak
masker dan sarung tangan ketika bekerja diluar ruang yang terpapar
61
langsung dengan sumber-sumber penyebab TB paru seperti polusi dan
sampah.
harga yang mahal, sehingga peran tenaga kesehatan dan pemerintah untuk
pemenuhan kalori dan protein serta kekurangan zat besi karena dapat
responden.
luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat. Rata-rata luas ventilasi 4 m2.
orang yang bekerja dan 2 orang yang tidak bekerja ( 8 : 2). Sementara dari
B. Saran
memperhatikan alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan ketika
rendah erat kaitannya dengan kemampuan seseorang untuk peningkatan gizi baik.
tidak selalu dengan harga yang mahal, dan peran tenaga kesehatan dan
dengan yang lebih sederhana dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
dalam pemenuhan kalori dan protein serta kekurangan zat besi karena dapat
bagi masyarakat tidak mampu serta bantuan perumahan dari pemerintah agar
3. Masyarakat yang memiliki anggota keluarga dalam satu rumah yang menderita
DAFTAR PUSTAKA
Fredric, L.C dan Barry, M.B. (2014). Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Gagal
Ginjal Kronik Volume 3 (Edisi 13). Jakarta: EGC.
Romanowski, K., Clark, E.G., Levin, A., Cook, V.J., Johnston, J.C. (2016).
Tuberculosis and Chronic Kidney Disease: An Emerging Global Syndemic.
Available From: http://www.kidney-international.com/article/S0085-
432538(16)300539/pdf#article//S0085-2538(16)30053-9/fulltext?
mobileUi=1.
Bahar, A., 2000. Tuberkulosis Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Editor
Soeparman . jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI hal. 715–727.
Gitawati, R., & Nani S., 2002. Study Kasus Hasil Pengobatan Tuberkulosis Paru
di Sepuluh Puskesmas di DKI Jakarta 1996 – 1999. Cermin Dunia
Kedokteran. 137 : 1-20.
65
66
Intang, B., 2004. Evaluasi Faktor Penentu Kepatuhan Minum Obat Anti
Tuberkulosis di Puskesmas Kabupaten Maluku Tenggara. Tesis.
Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.