Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis paru sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan
masyarakat dan secara global masih menjadi isu kesehatan di semua Negara (Sari et al,.
2017).Tuberkolosis (TB) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang ditandai dengan adanya pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis pada jaringan (Arikunto, 2014d). Berdasarkan data hasil survei
prevalensi tuberkulosis tahun 2013/2014, estimasi prevalensi tuberkulosis tahun 2015
sebesar 643 per 100.000 penduduk dan estimasi prevalensi tuberkulosis tahun 2016
sebesar 628 per 100.000 penduduk (Rusman and Basri K, 2019).
Asia Tenggara memiliki jumlah penderita TB sebesar 3,2 juta penderita TB baru per
tahun dan jumlah ini lebih dari sepertiga totalnya (World Health Organization, 2010).
Sedangkan jumlah penyakit TB di ASIA tertinggi yaitu india dan kedua china, penderita
Tb tersebut menjadikan Indonesia Negara penderita TB peringkat 3 di ASIA (Arikunto,
2014d). Menurut insiden tuberculosis di Indonesia pada tahun 2015 berjumlah 395
kasus/100.000 penduduk dan angka kematian sebesar 40/100.000 penduduk dan
10/100.000 penduduk pada penderita tuberkulosis (Rusman and Basri K, 2019). Salah
satu provinsi di Indonesia yang memiliki penderita tuberkulosis paru terbanyak yaitu
provinsi jawa bara menduduki rengking pertama kasus penderita tuberkulisis paru, pada
tahun 2018 sebesar 186.809 penduduk (Riskesdas, 2018).

Dapat di lihat bahwa pasien yang penderita penyakit Tuberkulosis Paru setiap
tahunnya terus meningkat sebagian penderita TB masih perlu pengobatan lanjut artinya
tingkat kesembuhan belum mencapai 100% . Penderita penyakit TB dikatakan bisa di
sembuhkan jika pasien patuh untuk melakukan pengobatan rutin dan minum Obat Anti
Turberkulosis. pemberantasan dan penanggulangan penyakit TB merupakan program
nasional, segala sesuatu mengenai keberhasilan dari pengobatan penderita Tuberkulosis
Paru mendapatkan dukungan dari pemerintah secara utuh. Salah satunya melalui
Puskesmas yaitu berupa pemberian makanan dan suplemen untuk menaikan gizi penderita
TB secara grstis (Rusman and Basri K, 2019) Pada dasarnya, penyakit ini bisa

1
disembuhkan, akan tetapi banyak dari penderita tuberkolosis melakukan penghentian
pengobatan karena merasa sudah sembuh dengan berkurang atau meredanya gejala-gejala
yang ditimbulkan. Kegagalan pengobatan ataupun terjadi pemberhentian pengobatan
sebelum waktunya oleh pasien dapat memicu munculnya penularan penyakit terus
menerus (Arikunto, 2014d)

Mengingat dampak merugikan yang dialami oleh masyarakat akibat penyakit TB bila
tidak teratur minum obat maka sangat penting untuk mengetahui perilaku masyarakat
terhadap pemberantasan penyakit menular TB, yang di maksud dari hal ini agar dapat
mengurangi dampak yang di timbulkan oleh penderita TB guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat (Ariani at al., 2015).
Alternatif tindakan pendampingan seperti dukungan keluarga, pengawas minum obat
dan jadwal kunjungan rutin kerumah tidak dapat mengoptimalkan program untuk
penanggulangan tuberkulosis (Arikunto, 2014a). Pengoptimalan dalam meningkatkan
kesehatan dari klien yang sakit memerlukan bantuan dan dukungan dari warga sekitar
baik keluarga atau petugas medis (Arikunto, 2014a).

Tingkat kepatuhan minum obat TB yaitu ada dua Faktor internal dan faktor eksternal,
internal internal yang mempengaruhi kepatuhan pengobatan TB paru adalah karakteristik
diri dan persepsi pasien TB terhadap kepatuhan pengobatan TB. Apabila keinginan pasien
untuk sembuh berkurang maka persepsi pasien tentang pengobatan TB akan berespon
negatif sehingga kepatuhan pasien TB menjadi tidak teratur dalam menyelesaikan
pengobatannya (Gunawan at al., 2017). Faktor eksternal yang mempengaruhi kepatuhan
pengobatan TB paru adalah dukungan dan informasi dari petugas kesehatan tentang
keteraturan minum obat. Petugas kesehatan yang ramah akan memotivasi pasien untuk
menyelesaikan pengobatan secara teratur, sementara dukungan keluarga yang minimal,
rejimen pengobatan yang salah dapat mengubah kepatuhan pengobatan (Gunawan at al.,
2017).
Haasil studi pendahuluan yang dilakukan di puskesmas bekasi jaya didapatkan hasil
pada tahun 2019 penderita TB paru sebanyak 96 orang dan di tahun 2020
Berdaarkan hasil tersebut diatas peneliti melakukan penelitian lebih lanjut
menggunakan study literature rivew : faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
minum obat tuberkulosis paru

2
1.2 Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas mengingat pentingnya kepatuhan minum obat tuberkulosis
paru dan mencegah terjadinya pengobatan kembali, maka peneliti merumuskan masalah
yaitu literarure rivew: faktor-faktor tang mempengaruhi kepatuhan minum obat
tuberkulosis paru

1.3 Tujuan
Literature rivew : faktor-faktor yangmempengaruhi kepatuhan minum obat tuberkulosis paru

1.3 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teorits


Sebagai salah satu sumber informasi keperawatan dalam mengetahui faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi kepatuhan minum obat pada penderita TB paru

1.4.2 Manfaat praktis


1.4.2.1 Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru bagi peneliti
mengenai tentang faktor-faktor yang mepengaruhi kepatuhan minum obat
penderita TB paru

1.4.2.2 bagi masyarakat

Dengan penelitian ini dapat sebagai acuan bagi masyarakat untuk motivasi
lebih untuk mematuhi minum obat TB paru, dan bagi penderita yang sudah
sembuh diharapkan dapat memotivasi penderita lainnya sehingga keinginan
sembuh.

1.4.2.3 bagi institusi pendidikan


Sebagai salah satu sumber informasi ilmu pengetahuan tentang faktor faktor
yang mempengaruhi kepatuhan minum oabat TB paru, dan sebagai masukan
data

3
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Tuberkulosis

2.1.1 Definisi
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari
kelompok mycobactrium yaitu mycobactrium tuberculosis (goleman at al., 2019).

Penyakit tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang


menyerang hamper semua organ tubuh manusia dan yang terbanyak adalah paru-
paru. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah urban pada tempat
tinggal/lingkungan yang padat penduduknya. TB sudah sangat lama dikenal oleh
manusia.(Setiati et al., 2014)

Tuberkulosis paru-paru adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim


paru-paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat
juga menyebar kebagian tubuh lainnya seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus
limfe. (Somantri, 2012)

2.1.2 Etiologi
Penyakit ini dosebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri
atau kuman ini terbentuk batang dengan ukuran panjan 1-4 µm dan tebal 0,3-0,6
µm. sebagian besar kuman berupa lemak/lipid, sehingga kuman tahan terhadap
asam dan lebih tahan terhadap kimia atau fisik. Sifat lain dri kuman ini adalah
aerob yang menyuai darah dengan banyak oksigen, dan di daerah yang memiliki
kandungan oksigen yang tinggi yaitu apikal/aprks paru. Daerah ini menjadi
predileksi pada penyakit tuberkulosis (Somantri, 2012).

Kuman ini tahan hidup di udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat
bertahan bertahun-tahun di dalam lemari es). Hal tersebut bisa terjadi karena
kuman berda dalam sifat dormant. Dri sifat dormant kuman ini dapat bangkit
kembali dan menjadikan tuberkulosis dapat aktif kembali.sigfat lain kuman ini

4
adalah aerob. Sifat ini menumjukan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya (wahid, 2013).

2.1.3 Patofisiologi
Seseorang yang dicurigai menghidap basil Mycobacterium tuberculosis akan
menjadi infeksi. Bakteri menyebar melalui jalan napas ke alveoli. Dimana pada
daerah tersebut bakteri bertumpuk dan berkembang biak. Penyebaran basal ini bisa
juga melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (gijal, tulang,
korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas) (Somantri, 2012)

Basil tuberkel yang mencapai kepermukaan alveolus biasanya di inhalasi


terdiri dari satu atau tiga gumpalan basi yang lebih besar cenderung tertahan
disaluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit.
Setelah berada dalam ruangan alveolus biasanya di bagian bawah lobus atau paru-
paru, atau dibagian atas lobus bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
peradangan (wahid, 2013)

2.1.4 Proses Penularan


Tuberkulosis tergolong aiborne disease yakni penularan melalui proplet nuclei
yang dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksidalam fase aktif. Setiap kali
penderita ini mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umunya dapat tinggal di
udara dalam waktu lebih lama. Di bawah sinar ,atahari langsung basil tuberkel mati
dengan cepata tetapi dalam ruang yang gelap, lembab bertahan hanya beberapa jam
saja. Dua faktor yang penentu keberhasilan pemaparan tuberkulosis pada individu
yang baru konsentrasi droplet nucleidalam udara dan panjang waktu individu
bernapas dalam udara yangb sudah terkontaminasi tersebut di samping daya tahan
tubuh yang bersangkutan (wahid, 2013)

2.1.5 Pencegahan Tuberkulosis


Menurut wahid, (2013) Cara pencegahan penyakit tuberkulosisi ini adalah

a. Hidup sehat (makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, olahraga
teratur, hindari rokok, alcohol, obat bius, dan juga hindari stress).
b. Bila batuk mulut ditutup
c. Jangan meludah di sembarang tempat
d. Lingkungan yang sehat

5
e. Vaksinisasi pada bayi

6
2.1.6 Obat-obatan
Menerut wahid, (2013) Jenis dan dosis OAT :

a. Isoniasid (H)

Dikenal dengan INH,

bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% Populasi kuman dalam beberapa


hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam
keadaan metabolic aktif, dan kuman yang sedang berkembang. Dosis hari
yang dianjurkan 5mg/kg, sedangkan untuk pengobatan intermitten 3 kali
seminggu diberikan sengan dosis 10mg/kg BB.

b. Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dormant (persisten) yang
tidak dapat dibunuh oleh Isoniasid. Dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk
pengobatan harian mampu intermitten 3 kali seminggu.
c. Pirasinamid (Z)
Bersifat bakterisid, dan dapat membunuh kuman yang berada sel dengan
suasana asam. Dan dosis yang dianjurkan 25mg/kg BB, sedangkan untuk
pengobatan intermitten 3
kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mh/kg BB.
d. Streptomisin
Bersifat bakterisid, dosis harian yang dianjurkan 15mg/kg BB sedangkan
untuk pengobatan intermitten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama.
Penderita berumur 60 tahun dosisnya 0,7gr /hari, sedangkan berumur 60
tahun lebih 0,50 gr/hari.
e. Etambutol
Bersifat sebagai bakteriostatik, dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB
sedangkan untuk pengobatan intermitten 3 kali seminggu dosis yang
digunakan 30 mg/kg BB

2.1.7 Panduan OAT


a. Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)
1. Penderita baru TBC paru BTA positif
2. Penderita TBC paru BTA negatif rongtent positif yang sakit berat

7
3. Penderita TBC ekstra paru berat
Tabel 2.1 Dosis Obat Isoniazid 300mg

Dosis per hari/kali


Tahapa Lamanya Table Kaplet Tablet Tablet Jumlah
pengobata pengobatan Isoniazid Rifampisin Pirasinamid Etambutol hari/kali
n 300 mg 400 mg 500 mg 250 mg menelan
obat
Tahap 2 bulan 1 1 3 3 60
intensip
(dosis
harian)
Tahap 2 1 - - 54
lanjut
(dosis 3x
seminggu)

8
Gambar 2.1 Obat Isoniazid 300 mg (Halodoc, 2020)

b. kategori II (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Obat ini .diberikan untuk :
1. penderita kambuh (relaps)
2. penderita gagl (Failure)

Tabel 2.2 Dosis Obat Rimfampicin 450 mg

Tahap Lama Tablet Kaplet Tablet Etambutol Strepto Jumlah


Awal Pengobat Isoniasi Rimfapis Pirasinam misin Hari/Menel
an d in id Injek an Obat
Tabl Tabl
300 450 Mg 500 Mg
et et
Mg
250 500
Mg Mg
Tahap Bulan 1 1 3 3 - 0,75 60
Itensif
(Dosis 1 Bulan 1 1 3 3 30
Harian)
Tahap 5 Bulan 2 1 ---- 1 2 ---- 66
Lanjut
(Dosis
3x
Semingg
u)

9
Gambar 2.2 Obat Rimfampicin 450 mg (Detikhealth, 2020)

c. Kategori III (2HRZ/4H3R3)


1. Penderita baru BTA negatif dan rongent positif sakit ringan.
2. Penderita ekstra paru ringan, yaitu TBC kelenjar limfe (limfadenitis).

Tabel 2.3 Dosis Obat Pyrazinamide 500 mg

TAHAP LAMANYA TABLET KAPET TABLET JUMLAH


PENGOBATA PENGOBATA ISONIAZ RIMFAMPISI PRASINAMI HARI
N N D N D MENELA
N OBAT
TAHAP 2 BULAN 1 1 3 60
INTENSIF

TAHAP 4 BULAN 2 1 --- 54


LANJUT
(DOSIS 3X
SEMINGGU)

Gambar 2.3 Obat Pyrazinamide 500 mg (Halodoc, 2020)

d. kategori IV : OAT sisipan (HRZE)

10
Bila pada akhirnya tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau pda penderita BTA positif pengobatan ulang dengan
kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat
sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan.

Tabel 2.4 Efek Samping Obat Tuberkulosis Paru

Nama obat Efek samping


Rifampisin Demam, malaise,muntah, mual, diare, kulit gatal
dan merah, SGOT/SGPT meningkat (gangguan
fungsi hati)
INH Nyeri syaraf, hepatitis (rdang hati), alergi,
demam, ruam kulit.
Pyrazinamide Mual, muntah, diare, kulit merah dan gatal,
kadar asam urat meningkat, gangguan fungsi
hati.
Sreptomisin Alergi, demam, ruam kulit, kerusakan
vestibular, vertigo (pusing)
Etambutol Gangguan syaraf mata.

2.2 Konsep Kepatuhan

2.2.1 Definisi kepatuhan


Kepatuhan minum obat merupakan faktor kunci keberhasilan pengobatan.
Sejumlah pasien di banyak negara menghentikan pengobatan sebelum tuntas karena
berbagai alasan. Besarnya angka ketidak patuhan pengobatan sulit dinilai, namun
diperkirakan lebih dari seperempat pasien tuberculosis gagal dalam menyelesaikan
pengobatan 6 bulan. Ketidakpatuhan pengobatan meningkatkan risiko kegagalan
pengobatan dan relaps, serta dianggap sebagai salah satu penyebab paling penting
munculnya drug-resistant tuberculosis (Dhyantari, 2014).

Kepatuhan merupakan kecenderungan penderita melakukan instruksi medikasi


yang dianjurkan. Kepatuhan diartikan sebagai riwayat pengobatan penderita
berdasarkan pengobatan yang sudah ditetapkan. Kepatuhan minum obat sendiri sudah
kembali pada kesesuaian penderita dengan rekomendasi pemberian pelayanan yang
berhubungan dengan waktu, dosis, dan frekuensi pengobatan jangka waktu yang
dianjurkan. Sebaiknya ketekunan mengacu pada tindakan untuk melanjutkan
pengobatan untuk jangka waktu yang ditentukan sehingga dapat didefinisikan sebagai

11
total panjang waktu penderita mengambil obat, dibatasi oleh waktu antara dosis
pertama dan terakhir. Kepatuhan pengobatan akan meningkat ketika penderita
mendapat bantuan dari keluarga. Disamping itu penderita yang tidak memiliki keluarga
akan mempengaruhi hasil pengobatan lebih awal dan hasilnya tidak memuaskan.
(Sitanggang, 2019)

2.2.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi kepatuhan


Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah suatu yang meningkatkan
atau menurunkan kepatuhan penderita terhadap pengobatan. Ada beberapa faktor yang
mendukung sikap patuh penderita diantranya: pendidikan, akomodsi, modifikasi faktor
lingkungan dan sosial, perubahan model terapi, interaksi profesional, faktor sosial dan
ekonomi, faktor sistem kesehatan, faktor kondisi, faktor terapi dan faktor klien juga
mempengaruhi kepatuhan. Selain ini juga ada beberapa orang tidak patuh dalam
pengobatan diantaranya: lupa untuk mengkonsumsi obat, biaya mahal, kemiskinan,
efek samping, dan durasi yang lama (Maulidia, 2014).

Yang dilakukan di Kawedanan Pedan menyatakan bahwa peran keluarga


dalam kategori baik meningkatkan kepatuhan pasien dalam berobat dengan persentase
52,3%. Namun, berdasarkan data yang didapatkan ditemukan fakta bahwa pasien
yang mengidap tuberkolosis dan bekerja lebih rendah tingkat kepatuhannya
dibandingkan dengan pasien yang bekerja. Menurut peneliti, hal ini disebebkan oleh
kesibukan, Penelitian Nurhidayati et al. (2016)

Terdapat hubungan pekerjaan dengan kepatuhan minum obat pada penderita


TB Paru. Pada dasarnya, pekerjaan menentukan penghasilan keluarga penderita TB
dan penderita TB lebih memilih untuk bekerja dibandingkan menyelesaikan
pengobatannya hingga selesai. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa ada pengaruh
nyata dari motivasi keluarga terhadap kepatuhan pasien, Menurut Eka (2009)

Menggunakan populasi pada lokasi berbeda yaitu Poli Paru Balai


Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Paru (BP4) Pamekasan. Faktor keluarga
menjadi faktor utama yang mempengaruhi kepatuhan pasien untuk berobat sebesar
20kali dibandingkan dengan pasien yang sangat minim mendapatkan motivasi dari
keluarga. Namun, pada penelitian ini terdapat faktor negatif yang mempengaruhi
tingkat kepatuhan pasien, yaitu budaya yang menganggap bahwa penyakit
tuberkolosis merupakan penyakit kutukan. Faktor ini dapat dihilangkan dengan

12
memberikan pengetahuan lebih mengenai penyakit yang diderita pasien, Penelitan
Muna dan Soleha (2014)

Menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa pengetahuan dan persepsi pasien


sangat mempengaruhi keberlanjutan pengobatan pasien. Dalam studi kasusnya di
Puskesmas Buleleng I, diketahui pengaruh dari pengetahuan dan persepsi pasien
terhadap kepatuhan sebesar 36,63 %. Dilihat dari data hasil penelitian, penderita TB
yang memiliki persepsi positif lebih banyak dibandingkan yang negatif, Pasek et al.
(2013)

Melakukan penelitian di Rumah Sakit Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci


dengan responden dari berbagai umur yang berbeda dan juga dibedakan berdasarkan
jenis kelamin. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat kepatuhan pasien yang diamati
adalah pasien yang patuh sebanyak 55,56 %, pasien yang cukup patuh 33,33 % dan
tidak patuh 11 %. Berdasarkan hasil observasi, keinginan untuk sembuh dari dalam
diri sendiri dan dukungan keluarga adalah alasan yang paling banyak diungkapkan
oleh pasie, Pameswari et al. (2016)

2.3 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
(Notoatmodjo, 2018). Selain itu pengetahuan juga didapat melalui sarana informasi
yang tersedia dirumah, seperti radio dan televisi, sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga sehingga penggunaan pancaindra
terhadap suatu informasi sangat penting. (Notoatmodjo, 2018)

13
BAB 3

METODE PROTOKOL REVIEW

3.1 Desain Penelitian


Literature rivew adalah istilah sesuatu yang sering dikerjakan oleh mahasiswa ketika
sedang mengerjakan skripsi, tesis atau disertasi. Dosen dan peneliti jugsa fasih
menggunakan istilah ini karena kehidupan akademisi sangat dekat prilaku literature
riview. Litterature rivew pasti akan dilakukan misalnya ketika mulai memahami suatu
topik penelitian baru, mengikuti trend penelitian baru dan memehami state-of-the-art dari
suatu topik penelitian. Sayangnya kiterature rivew dimaknai sederhana yaitu hanya
membaca literature ilmiah, padahal sebenernya proses ny tidak semudah yang di pikirkan
(Romi Satria Wahoni,2016).

Penelitian ini menggunakan desain literature rview dikarenakan pandemi corona virus
disesase -19 ( COVID-19). Pandemi penyakit ini menyebabkan diadakanya Peraturan
Sosial Bersekala Besar (PSBB) sehingga peneliti tidak dapat mengambil data di rumah
sakit, komunitas ataupun puskesmas. Riveuw artikel ini dapat memberikan gambaran
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat tuberkulosis paru.

P: Siapa populasi yang terpengaruh - pasien, keluarga, praktisi atau komunitas?


Apa saja gejala, kondisi, status kesehatan, usia, jenis kelamin, etnis mereka? apa
yang pengaturan mis. perawatan akut, komunitas, kesehatan mental?
E: Apakah populasi terpapar pada suatu kondisi atau penyakit (mis. Demensia), ke
faktor risiko (mis. merokok), untuk penyaringan, untuk rehabilitasi atau ke
layanan?
O: Apa hasil atau temanya? Pertimbangkan pengalaman, sikap, perasaan, perubahan
kondisi, mobilitas, respons terhadap pengobatan, kualitas hidup atau kehidupan
sehari-hari.
(Diadaptasi dari Bettany-Saltikov, 2016)
3.2 Kata Kunci Pencarian
Kata Kunci PEO Pencarian
P (population) Penderita tuberkulosis
E Faktor – faktor yang mempengaruhi
O Kepatuhan Minum obat

14
3.3 Kriteria Inklusi dan Eklusi
PICO Kriteria Inklusi Kriteria Eklusi
Population Penderita TB Penderita TB dengan CA

E Faktor : fisiologi dan psikologi

O Kepatuhan Minum obat Patuh minum obat dan sudah


selesai menjalankan
pengobatan

3.4 Sumber Pencarian


Sumber pencaarian data yang digunakan sebagai referensi pada review artikel ini adalah
sumber data primer berupa artikel ilmiah nasional. Dalam melakukan pencarian tersebut
menggunakan google scholar dan menggunakan kata kunci yaitu penderita tuberkulosis,
faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan, dan minum obat, sehingga membentuk
kata kunci penderita DAN faktor-faktor yang mempengaruhi DAN kepatuhan minum
obat.

3.5 Alur Pencarian Jurnal

Google Scholar

P : tuberkulosis paru = 12.600

E: Tuberkulosis Paru DAN Faktor-Faktor yang


mempengaruhi kepatuhan = 2.340

O : Tuberkulosis DAN Faktor-faktor yang


mempengaruhi kepatuhan DAN Minum
obat = 1.640

T: 2010-2020

peneliti melakukan15head reading yaitu


membaca judul, bebas biaya, dan full
text
dan didapatkan 10 artkel

16
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Hasil Pencarian PEO


P (Population) : Tuberkulosis Paru
E (Exsposure) : Faktor-faktor yang mempengaruhi
O (Outcome) : kepatuhan minum obat

Kata Kunci Hasil


P : Tuberkulosis Paru 12.600 artikel

E : Tuberkulosis Paru DAN Faktor-faktor yang mempengaruhi 2.340 artikel


kepatuhan
O : Tuberkulosis Paru DAN Faktor-faktor yang mempengaruhi 1.640 artikel
kepatuhan DAN Minum Obat

4.1.2 Tabel Screening Awal


No Judul Artikel Penulis Jumlah Keterangan
Cited by
1 Hubungan dukungan keluarga Asra. Septia 29 Google Scholar,
dengan kepatuhan minum sesuai kata kunci

obat pada penderita tb paru pencaharian

taqhun 2013

2 analisis faktor yang Firman 10 Google Scholar,


berhubungan dengan sesuai kata kunci

kepatuhan minum obat pasien pencaharian

tb paru berdasarkan health


belief model di wilayah kerja
puskesmas umbulsari,
kabupaten jember
3 Faktor-Faktor Yang Ni wayan 15 Google Scholar,
Berhubungan Dengan aryani sesuai kata kunci

17
Keteraturan Minum Obat pencaharian
Penderita Tuberkulosis Paru
Di Wilayah Kerja Puskesmas
Modayag, Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur
tahun 2015
4 faktor-faktor yang Adelis ratna 5 Google Scholar,
mempengaruhi tingkat sundari sesuai kata kunci

kepatuhan pasien terhadap gunawan pencaharian

pengobatan tuberkulosis paru


di lima puskesmas se-kota
pekanbaru/penulis tertarik
untuk meneliti serta
mengamati faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat
kepatuhan pasien terhadap
pengobatan tb paru di lima
puskesmas se-kota pekanbaru
yaitu puskesmas sidomulyo,
rejosari, payung sekaki,
simpang tiga dan garuda,
tahun 2017
5 kepatuhan pasien tb paru Rinto Susilo 2 Google Scholar,
terhadap penggunaan obat tb sesuai kata kunci

paru di rsud gunung jati kota pencaharian

cirebon tahun 2017, pada


tahun 2018
6 Faktor- faktor yang Basra Tidak ada Google Scholar,
berhubungan dengan sesuai kata kunci

kepatuhan minum obat pada pencaharian

penderita tb paru tahun 2018.

7 hubungan dukungan keluarga Arni Wianti Tidak ada Google Scholar,


dengan kepatuhan swsuai kata kunci

minum obat pada pasien pencaharian

18
tuberculosis paru di
puskesmas
kaladawa kabupaten tegal
tahun 2017, pada tahun 2018.

8 Faktor yang Mempengaruhi Rusman Tidak ada Google Scholar,


Penderita TB Paru Terhadap sesuai kata kunci

Kepatuhan Minum Obat Anti pencaharian

Tuberkulosis di Puskesmas
Jatisawit Indramayu tahun
2019.
9 faktor yang memengaruhi Poppy Indah 2 Google Scholar,
perilaku penderita Tristiyana sesuai kata kunci

tuberkulosis paru dalam pencaharian

mengonsumsi obat anti


tuberkulosis tahun 2020
10 gambaran kepatuhan minum Nazhipah Tidak ada Google Scholar,
obat pada penderita isnaini sesuai kata kunci

tuberkulosis di puskesmas pencaharian

pekauman kota Banjarmasin


tahun 2020

19
4.1.3 Tabel Analisis Unsur Artikel Ilmiah

No. Judul Artikel Tahu Penulis Desain Penelitian Subjek Penelitian Instrument Metode dan Analisis Hasil utama dan kesimpulan
n Pengumpulan Data Data

1. Hubungan 2013 Asra. Penelitian ini Populasi dalam Alat pengumpul data analisis Univariat dan Hasil penelitian menunjukan
dukungan Septia merupakan penelitian ini penelitian ini, yang Analisis Bivariat, bahwa karakteristik responden di
keluarga penelitian kuantitatif adalah semua terdiri dari kuesioner Untuk mengetahui Rumah Sakit Umum Daerah
dengan dengan desain pasien TB paru di hubungan antara Arifin Achmad mayoritas
kepatuhan penelitian survey Ruang Kenanga variabel digunakan uji beralamatkan adalah dalam kota
minum obat analitik dengan Rumah Sakit Chi-square Pekanbaru (60,34%), penderita
pada penderita rancangan survey Umum Daerah TB Paru adalah berada pada usia
tb paru cross sectional Arifin Achmad yang masih produktif yaitu mulai
yang menjalani dari kelompok umur 25-44 tahun,
pengobatan TB kelompok umur 45-59 dan ≥ 60
Paru berjumlah 138 tahun, jenis kelamin terbanyak
orang adalah laki-laki 43 orang
(74,14%), pendidikan penderita
TB Paru bervariasi yang
terbanyak adalah berjumlah 18
orang (31,03%) tidak sekolah

2. analisis faktor 2014 Firman Jenis penelitian ini Populasi dalam Data dikumpulkan Data yang diperoleh Dengan menggunakan tingkat
yang maulna adalah penelitian penelitian ini dengan menggunakan akan di analisis kepercayaan 95% maka yang
berhubungan safri deskriptif analitik adalah seluruh kuesioner. dengan uji Regresi dinyatakan ke empat variabel
dengan dengan pendekatan penderita TB paru Logistik Berganda tidak berbeda signifikan terhadap
kepatuhan cross sectional. yang sedang dengan signifikasi variabel kepatuhan. Jika dilihat
minum obat menjalani model (p) ≤0,1. dari koefisiennya (B) maka
pasien tb paru pengobatan fase tampak bahwa koefisien ke empat
berdasarkan intensif dan fase 83% 14%3% Rendah Sedang
health belief lanjutan di wilayah Tinggi 11% 61% 28% Rendah
model di kerja Puskesmas Sedang Tinggi 33% 67% Patuh
wilayah kerja Umbulsari yang Tidak Patuh 2 variabel yang

20
puskesmas berjumlah 66 meliputi kerentanan yang
umbulsari, orang. dirasakan (percieved
kabupaten susceptibility), keseriusan yang
jember dirasakan (perceived seriousness),
manfaat dan rintangan yang
dirasakan (perceived benefit and
barriers), dan faktor pendorong
(cues)adalah positif yang berarti
bahwa semakin tinggi nilai
keempat variabel berarti semakin
tinggi pula tingkat kepatuhan
pasien TB paru untuk minum
obat.
3. Faktor-Faktor 2015 Ni wayan Penelitian ini Populasi dalam Data dikumpulakn Uji statistik yang Berdasarkan hasil analisis uji Chi-
Yang ariyani merupakan penelitian ini dengan kenggunakan digunakan adalah uji Square didapatkan hasil dengan
Berhubungan penelitian adalah seluruh kuesioner dependen t-test nilai p = 0,015 < 0,05 yang
Dengan observasional penderita Tb paru menunjukkan terdapat hubungan
Keteraturan analitik dengan yang telah di yang bermakna antara jenis
Minum Obat desain yang diagnosis oleh kelamin dengan keteraturan
Penderita digunakan yaitu dokter berdasarkan minum obat, dengan nilai OR
Tuberkulosis cross sectional stud hasil pemeriksaan sebesar 6,667..
Paru Di sputum (BTA
Wilayah Kerja positif) dan yang
Puskesmas tercantum dalam
Modayag, data rekam medik
Kabupaten yang ada di
Bolaang wilayah kerja
Mongondow Puskesmas
Timur Modayag
Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur
yang berjumlah 41
responden.
4. aktor-faktor 2017 Adelia Desain penelitian ini pasien yang sedang Kuesioner Teknik pengambilan Hasil kepatuhan pasien TB paru
yang Ratna adalah penelitian menjalani sampel adalah teknik terhadap pengobatan TB paru
mempengaruhi Sundari deskriptif pengobatan TB Proportional sampling pada penelitian ini menunjukkan
tingkat Gunawan observasional paru rawat jalan di yang disertai dengan terdapat pasien patuh (90,7%) dan
kepatuhan (noneksperimental) lima puskesmas se- teknik random dan pasien tidak patuh (9,3%).

21
pasien dengan pendekatan Kota Pekanbaru. yang akan dijadikan
terhadap Cross sectional. Subjek penelitian sampel penelitian
pengobatan yang dipilih adalah adalah dengan metode
tuberkulosis pasien yang yang diperoleh dengan
paru di lima memenuhi kriteria teknik ini disebut
puskesmas se- inklusi, yaitu Proportional sampling.
kota pasien TB paru
pekanbaru/ yang terdata dan
penulis tertarik sedang menjalani
untuk meneliti pengobatan TB
serta paru serta bersedia
mengamati ikut penelitian dan
faktor-faktor menandatangani
yang surat Informed
mempengaruhi consent penelitian.
tingkat
kepatuhan
pasien
terhadap
pengobatan tb
paru di lima
puskesmas se-
kota
pekanbaru
yaitu
puskesmas
sidomulyo,
rejosari,
payung sekaki,
simpang tiga
dan garuda.
5. kepatuhan 2018 Rinto desain observasional Instrumen lembar informed Data yang diperoleh Hasil karakteristik pasien
pasien tb paru Susilo dan dirancang penelitian consent, lembar data diteliti kembali berdasarkan pada tabel I menurut
terhadap secara prospektif. menggunakan surat karakteristik pasien, kelengkapannya, jenis kelamin, jumlah terbanyak
penggunaan persetujuan pasien kuesioner kepatuhan kemudian dilakukan pasien berjenis kelamin
obat tb paru di (Informed MARS dan lembar analisis univariat dan perempuan yaitu sebesar 58
rsud gunung Concent), lembar pengumpulan data. bivariat dengan SPSS responden (56,31%). Responden
jati kota pengambilan data 16. perempuan cenderung lebih

22
cirebon tahun yang merupakan banyak dibandingkan responden
2017 data sekunder dan laki-laki.
data primer yang
diperoleh dengan
cara wawancara
langsung dari
pasien
menggunakan
kuisioner
kepatuhan minum
obat terstuktur
yaitu kuisioner
Medication
Adherence Report
Scale (MARS).
6 Faktor-aktor 2018Basra deskriptif analitik Jumlah populasi Teknik pengambilan Uji yang digunakan Disarankan kepada pihak
yang dengan pendekatan adalah semua sampel dalam dalam penelitian ini puskesmas agar adanya kerjasama
berhubungan Cross Sectional pasien TB Paru penelitian ini adalah adalah uji chi square antara pihak puskesmas dengan
dengan Study yang total sampling dengan dengan tingkat masyarakat melalui penyuluhan
kepatuhan berkunjung/berobat jumlah sampel kemaknaan α = 0,05. kesehatan tentang penyakit TB
minum obat di Puskesmas sebanyak 26 paru, sehingga dapat
pada penderita Maiwa Kabupaten responden meningkatkan pengetahuan, serta
tb paru Enrekang memberikan pemahaman khusus
kepada penderita TB dan
keluarga.

7 hubungan 2018Arni Wianti jenis penelitian Populasi pada menggunakan data Analisa univariat yang Hasil penelitian ini menunjukan
dukungan deskriptif korelatif penelitian ini ialah dari Puskesmas digunakan yaitu diketahui bahwa 36,8%) di
keluarga dengan pendekatan pasien tuberculosis Kaladawa semester chisquare. Puskesmas Kaladawa tahun 2017
dengankepatuh atau desain cross (TBC) di Wilayah pertama tahun 2017 tidak patuh minum obat, 45,6%
anminum obat sectional. Kerja Puskesmas sebanyak 162 orang kurang mendapat dukungan
pada pasien Kaladawa dengan dengan sampel keluarga sebanyak 54,4%, Tidak
tuberculosis menggunakan data sejumlah 62 ada hubungan antara dukungan
paru di dari Puskesmas responden. keluarga dengan kepatuhan
puskesmaskala Kaladawasemester minum obat pada pasien
dawa pertama tahun Tuberculosis (TBC) dengan p
kabupaten 2017 sebanyak 162 value = 0,069
tegal tahun orang

23
2017

8 Faktor yang 2019Rusman deskriptif analitik penelitian ini Kuesioner Analisis data yang Hasil penelitian ini menunjukan
Mempengaruhi dengan pendekatan menggunakan toal digunakan adalah maka dapat dilihat hubungan
Penderita TB cross sectional smpling dalam analisis unvariat dan sabagai berikut (1) Tidak ada
Paru Terhadap penentuan analisis bivariat hubungan antara pendidikan
Kepatuhan sampelnyan, dengan uji chisquare. dengan kepatuhan minum OAT
Minum Obat dengan sampel 43 (p-Value 0,082, p > 0,05); (2)
Anti orang responden Ada hubungan antara
Tuberkulosis yang diambil dari pengetahuan dengan kepatuhan
diPuskesmas seluruh populasi. minum OAT (p-Value 0,012, p <
Jatisawit Adapun lokasi 0,05) dan (3) ada hubungan antara
Indramayu dan waktu sikap dengan kepatuhan minum
penelitian ini OAT (p-Value 0,040, p < 0,05).
dilaksanakan di
Puskesmas
Jatisawit
Indramayu pada
bulan Agustus
2018.
9 faktor yang 2020Poppy Indah Penelitian ini Populasi penelitian menggunakan uji Chi Square untuk Berdasarkan analisa multivariat
memengaruhi Tristiyana merupakan kuantitatif adalah kuesioner analisis bivariat dan didapatkan variabel pengetahuan
perilaku penelitian kuantitaif seluruh pasien uji regresi logistik yang paling dominan dalam
penderita dengan rancangan Tuberkulosis Paru untuk analisis mempengaruhi ketidakpatuhan
tuberkulosis cross sectional. kategori I yang multivariat. mengonsumsi OAT dengan OR=
paru dalam berkunjung di 4,233 (95% CI = 1,069 – 16,771).
mengonsumsi Puskesmas Polonia Ada pengaruh pengetahuan, sikap,
obat anti Medan dari bulan persepsi dalam mengonsumsi
tuberkulosis Oktober hingga OAT dan variabel pengetahuan
November tahun adalah yang paling mempengaruhi
2019 yaitu ketidakpatuhan pasien dalam
berjumlah 48 orang mengonsumsi OAT di puskesmas
polonia medan 2019.
10gambaran 2020Nazhipah Penelitian ini pada penderita Jenis data dalam data dalam penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang
kepatuhan Isnani merupakan Tuberkulosisdi penelitian ini adalah ini adalah data primer dilakukan didapatkan hasil
minum obat penelitian dengan Puskesmas data primer dan data dan data sekunder, gambaran kepatuhan pasien dalam
pada penderita metode deskriptif Pekauman Kota sekunder, data primer data primer dari hasil minum obat pada fase intensif,
tuberkulosis di observasional Banjarmasin dari hasil pengisian pengisian kuesioner fase lanjutan serta pemeriksaan

24
puskesmas nonanalitik Kalimantan Selatan kuesioner untuk melihat dahak sebesar 100% dinyatakan
pekauman kota gambaran tingkat patuh.
Banjarmasin kepatuhan pasien
tuberkulosis
digunakan kuisioner
terstruktur, sedangkan
data sekunder
didapatkan dari data
rekam medis pasien
TB yang berisi tentang
identifikasi pasien,
obat yang diterima,
dan jadwal pengobatan
pasien TB, untuk
meneliti lamanya
pengobatan yang telah
diikuti pasien.

25
4.1.4 Tabel Resiko Bias

Ket:

Jika (ADA) = >5 : Resiko Rendah

Jika (ADA) = 3-4 :Resiko Sedang

Jika (ADA) = 1-2 Resiko Tinggi

No. Artikel dan tahun Desain Metode Metode pelaksanaan Drop Kriteria Tujuan, dan Keterangan
penelitian pengambilan intervensi dijelaskan responden inklusi dan manfaat serta
dijelaskan sampel dijelaskan dengan rinci dijelaskan ekslusi etika penelitian
dijelaskan dijelaskan

1. Hubungan dukungan keluarga Ada Ada Tidak Tidak Ada Ada Resiko sedang
dengan kepatuhan minum obat pada
penderita tb paru Tahun 2013

2. analisis faktor yang berhubungan Ada Ada Tidak Tidak Tidak Ada Resiko sedang
dengan kepatuhan minum obat
pasien tb paru berdasarkan health
belief model di wilayah kerja
puskesmas umbulsari, kabupaten
jember tahun 2014

3. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Ada Ada Tidak Tidak Tidak Ada Resiko sedang
Dengan Keteraturan Minum Obat
Penderita Tuberkulosis Paru Di
Wilayah Kerja Puskesmas Modayag,
Kabupaten Bolaang Mongondow
Timur tahun 2015

4. aktor-faktor yang mempengaruhi Ada Ada Tidak Tidak Ada Ada Resiko sedang
tingkat kepatuhan pasien terhadap
pengobatan tuberkulosis paru di
lima puskesmas se-kota pekanbaru/
penulis tertarik untuk meneliti serta

26
mengamati faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan
pasien terhadap pengobatan tb paru
di lima puskesmas se-kota
pekanbaru yaitu puskesmas
sidomulyo, rejosari, payung sekaki,
simpang tiga dan garuda.tahun 2017
5. kepatuhan pasien tb paru terhadap Ada Ada Tidak Tidak Ada Ada Resiko sedang
penggunaan obat tb paru di rsud
gunung jati kota cirebon tahun 2017,
tahun 2018

6. Faktor-aktor yang berhubungan Ada Ada Tidak Tidak Tidak Ada Resiko sedang
dengan kepatuhan minum obat pada
penderita tb par, tahun 2018

7. hubungan dukungan keluarga Ada Ada Tidak Tidak Tidak Ada Resiko sedang
dengan kepatuhan minum obat pada
pasien tuberculosis paru di
puskesmas kaladawa kabupaten
tegal tahun 2017, tahun 2018

8. Faktor yang Mempengaruhi Ada Ada Tidak Tidak Tidak Ada Resiko sedang
Penderita TB Paru Terhadap
Kepatuhan Minum Obat Anti
Tuberkulosis di Puskesmas Jatisawit
Indramayu, Tahun 2019

9. faktor yang memengaruhi perilaku Ada Ada Tidak Tidak Tidak Ada Resiko sedang
penderita tuberkulosis paru dalam
mengonsumsi obat anti tuberkulosis,
tahun 2020

27
10. gambaran kepatuhan minum obat Ada Ada Tidak Tidak Ada Ada Resiko sedang
pada penderita tuberkulosis di
puskesmas pekauman kota
Banjarmasin, tahun 2020

28
4.2 Pemabahasan

Berdasarkan analisa yang dilkukan karakteristik usia, pendidikan, jenis kelamin, dukungan
keluarga.dari artike pertama menggunakan metode non probability sampling, memiliki
kepatuhan baik 65%,dan tidak patuh meiliki persentasi 34,48%, dan karakteristik jenis
kelamin yang persentasinya tinggi adalah laki-laki 74,14%. di artikel kedua menggunakan
metode deskriktif analitik dengan 66 responden, memiliki karakteristik responden
berdasarkan keseriusan yang dirasakan, manfaat dan rintangan yang dirasakan, faktor
pendorong, dan kepatuhan minum obat dan artikel ini memiliki kepatuh 67% karena faktor
pendorong untuk patuh minum obat kurang. artikel ke tiga menggunakan metode
observasional analitik dengan pendekatan crossectional 41 responden karakteristiknya hampir
sama dengan artikel pertama.

Dan artikel nomor tiga ini memiliki pengetahuan rendah,artikel. keempat metode
desriktif observasional (non exsperimental) dengan pendekatan cross sectional penelitian ini
dilakukanya dirumah masing-masing di puskesmas pekanbaru yaitu puskesmas
sudomulyo,rotosari, paying sekaki, simpang 3, dan yang terakhir puskesmas garuda, Dan
memiliki persentasi kepatuhan 90,7% sangat baik, rata-rata usia >45tahun sebesar 36% dan
transportasi rata-rata 96,1%. Artikel ke lima sama metodenya dengan pendekatan cross
sectional pengambilan data nya di ruangan inhalsi rawat jalan, disini faktor rook sangat tinggi
dalam keberhasilan kepatuhan minum obat dan sembuh. Artikel selanjutnya ke enam sampai
ke sepuluh sama metode penelitianya dengan cross sectional dengan tingkat kepatuhan
minum obat berbeda beda dengan pesentasi 73,1%, 76%, > 60%, dan 100%

Berdasarkan analisa dari 10 artikel,instrument yang digunakan rata-rata mengunakan


kuesioner dan diolah menggunakan analisa data dengan Uji chi square, Analisa Univariat
Dan Bivariat. Sedangkan 1 artike peneitian menggunakan Analisa data dengan data primer
dan sekunder.

29
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisa literature riview didapatkan hasil rata-rata nilai persentasi tingkat
kepatuhan minum obat tuberkulosi paru sangat baik tingkat kepatuhanya yaitu di atas 60%,
didapatkan hasil kepatuhan minum obat dikarenakan faktor pendorong, dukungan keluarga,dan
pengetahuan

5.2. Saran
5.2.1 Peneliti

Hasil analisa artikel ini dapat membantu pengetahuan bagi peneliti walaupun
dengan cara analisa artikel literature riview dan ubtuk peneliti selanjutnya dapat
lebih baik lagi dari artikel ini.

5.2.2 Perawat

Hasil dari analisa lartikel literature rivew ini Dapat membantu bagi perawat untuk
memantau kondisi pasien patuh atau tidak patuh minum obat, dan perawat juga
harus mendorong atau mendukung

30
DAFTAR PUSTAKA

afandi. (2014) ( peer group support effectivity toward the quality of life among pul-,
nurseline journal. jakarta.

ariani (2014) 1.faktor faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat pada penderita
tuberkuolosis paru di puskesmas kamaki kota palu, journal of chemical information and
modeling. jakarta. doi: 10.1017/cbo9781107415324.004.

arikunto (2014c) faktor-faktor yang berhubungan dengan keteraturan minum obat penderita
tuberkulosis paru di wilayah kerja puskesmas modayag, kabupaten bolaang mongondow
timur, jikmu. jakarta.

arikunto (2014d) farmaka farmaka, farmaka. jakarta.

arikunto (2014e) hubungan pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan berobat pada pasien
tb paru yang rawat jalan di jakarta tahun 2014, media penelitian dan pengembangan
kesehatan. jakarta. doi: 10.22435/mpk.v26i4.4619.243-248.

detikhealth (2020) rimfampicin 450 mh.

evidence, f. and practice, b. (no date) ‘developing your search question using pico / pio / peo
example pico / pio questions and structures’, (i).

gunawan, a. r. s., simbolon, r. l ., $ fauziad, d.(2017). faktor-faktor yang mempengaruhi


tingkat kepatuhan pasien terhadap pengobatan tuberkulosis paru di lima puskesmas se-kota
pekanbaru (2014) jurnal online mahasiswa fakultas kedokteran universitas riau. jakarta.

halodoc (2020a) isoniazid 300 mg 10 tablet - kegunaan, efek samping, dosis dan aturan
pakai.

halodoc (2020b) pyrazunamide 500 mg 10 tablet - kegunaan, efek samping, dosis dan aturan.

31
notoatmodjo, s. (2018) ‘promosi kesehatan teori dan aplikasinya’, in. jakarta: rineka cipta.

riskesdas (2018) ‘hasil utama riskesdas 2018, kementerian kesehatan’, riset kesehatan dasar.

rusman, r. and basri k, s. (2019) ‘2.faktor yang mempengaruhi penderita tb paru terhadap
kepatuhan minum obat anti tuberkulosis di puskesmas jatisawit indramayu’, afiasi : jurnal
kesehatan masyarakat. universitas wiralodra, 4(1), pp. 33–40. doi: 10.31943/afiasi.v4i1.10.

setiati, s. et al. (2014) ilmu penyakit dalam. vi. jakarta: internapublishing.

sitanggang, a. s. (2019) ‘program studi analis kesehatan politeknik kesehatan kemenkes

somantri, i. (2012) asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pernapasan.
jakarta: salemba medika. doi: 978-602-8570-00-8.

wahid.abd (2013) asuhan keperawatan pada gangguan sistem respirasi. jakarta timur: cv.
trans info media.

ariani, n. w., rattu, a. j. m. and ratag, b. (2015) ‘faktor-faktor yang berhubungan dengan
keteraturan minum obat penderita tuberkulosis paru di wilayah kerja puskesmas modayag,
kabupaten bolaang mongondow timur’, jikmu, 5(2), pp. 157–168.

fauzia, d. (2017) ‘pasien terhadap pengobatan tuberkulosis paru di lima puskesmas se-kota
pekanbaru adelia ratna sundari gunawan rohani lasmaria simbolon’, 4(2), pp. 1–20.

firman maulana safri, tintinsukartini, e. u. (2014) ‘analisa faktor yang berhubunfan dengan
kepatuhan minum obat pasien tb paru berdasarkan health belief model di wilayah jerja
puskesmas umbulsari, kabupaten tember’.

isnani, n., soediono, j. b. and audina, r. (2020) ‘the description of medication adherence for
patients of tuberculosis in public health center pekauman of banjarmasin city’, 2(1), pp. 40–
44.

pada, o. et al. (2017) ‘minum obat pada pasien tuberculosis paru di puskesmas kaladawa
kabupaten tegal tahun 2017 oleh : arni wianti ( stikes ypib majalengka ) family support
relationship with drinking drug complete on patients of tuberculosis paru in puskesmas
kaladawa tegal regency in 2017’, vii(14), pp. 1–14.

septia, a., rahmalia, s. and sabrian, f. (2013) ‘hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan
minum obat pada penderita tb paru’, 1(2).

32
susilo, r., maftuhah, a. and hidayati, n. r. (2018) ‘kepatuhan pasien tb paru terhadap
penggunaan obat tb paru di rsud gunung jati kota cirebon tahun 2017 adherence of pulmonary
tuberculosis patients on use of tb drugs in gunung jati hospital of cirebon city in 2017’, 2(2),
pp. 83–88.

tristiyana, p. i. et al. (2020) ‘factors affecting behavior of lung tuberculosis patients in


consuming anti-’, 3(1), pp. 1–8.

LAMPIRAN

33

Anda mungkin juga menyukai