Disusun Oleh :
N.I.M : PO.71.20.1.17.027
T.A. 2022/2023
KATA PENGANTAR
Ucapan terimakasih juga kepada Bapak Muhamad Sahiddin, SKM.,M. Kes. Selaku dosen
pengampuh pada mata kuliah Metode Pnenelitian yang telah memberikan UAS kepada kami.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
iii
memotivasi masyarakat untuk melakukan langkah pencegahan untuk mengatasi masalah
tbc di daerah tersebut . saat mengunjungi daerah penelitian penulis menemukan ada 5
warga yang terkena tbc dan sudah rutin melakukan pengobatan di puskesmas , dan selain
itu faktor pengetahuan dan sikap mempunyai pengaruh besar terhadap status kesehatan
individu maupun masyarakat dan berperan penting dalam menentukan keberhasilan suatu
program penanggulangan penyakit dan pencegahan penularannya termasuk penyakit
Tuberkulosis.
Dalam hal ini Pengetahuan masyarakat mengenai gejala penyakit Tuberkulosis relatif
cukup baik akan tetapi sikap masyarakat masih kurang peduli terhadap akibat yang dapat
ditimbulkan oleh penyakit Tuberkulosis.
Sikap masyarakat yang tidak peduli dengan akibat yang ditimbulkan oleh
penularan penyakit Tuberculosis seperti belum membudayakan perilaku hidup bersih dan
sehat (mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun), masyarakat belum
menerapkan pengobatan secara taratur/rutin, tidak rutin minum obat sesuai dengan yang
di anjurkan oleh tenaga kesehatan serta belum menerapkan etika pola batuk yang benar
dan tidak mau memeriksakan dahak dengan alasan mereka malu dan takut divonis
menderita Tuberculosis sehingga sikap masyarakat yang seperti ini lah yang
mempengaruhi status derajat kesehatan dimasyarakat tersebut.
B. Rumusan masalah
Apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pencegahan TBC di
wilayah kerja Puskesmas Dosay.
C. Tujuan
1. tujuan umum
untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pencegahan
TBC di wilayah kerja puskesmas dosay.
2. tujuan khusus
1. untuk mengetahui hubungan pengetahuan masyarakat tentang TBC di wilayah
kerja puskesmas dosay
2. untuk mengetahui sikap masyarakat tentang TBC di wilayah kerja puskesmas
dosay
3. untuk mengetahui pencegahan TBC di wilayah kerja puskesmas dosay
4. untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
pencegahan TBC di wilayah kerja puskesmas dosay.
iv
D. Manfaat
1.4.1 manfaat bagi peneliti dapat menerapkan ilmu yang sudah didapatkan selama
perkuliahan di fakultas kedokteran universitas hasanuddin dan menambah pengetahuan
mengenai hubungan hasil pemeriksaan sputum bta terhadap gambaran luas lesi pada foto
radiologi pada pasien tb paru di rsud serui-papua.
1.4.2 manfaat bagi instansi terkait dapat memberikan informasi mengenai hubungan hasil
pemeriksaan sputum bta terhadap gambaran luas lesi pada foto radiologi pada pasien tb paru
di rsud serui-papua. sehingga pihak terkait dapat mencegah penularan tuberkulosis.
1.4.3 manfaat bagi masyarakat dapat memberikan informasi mengenai hubungan hasil
pemeriksaan sputum bta terhadap gambaran luas lesi pada foto radiologi pada pasien tb paru .
1.4.4 manfaat bagi penelitian selanjutnya dapat menjadi suatu acuan dan sumber informasi
untuk meneliti lebih lanjut mengenai hasil pemeriksaan sputum bta terhadap gambaran luas
lesi pada foto radiologi pada pasien tb paru.
v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi :
Tuberkulosis merupakan penyakit meluas yang diakibatkan oleh bakteri TB( Mycobacterium
Tuberculosis) sebagian besar melanda paru namun pula bisa melanda organ badan yang lain
(Kementrian RI, 2018)
2. Etiologi :
Pemicu penyakit tuberkulosis( TB) merupakan Mycobacterium Tuberculosis yang ialah
sejenis kuman tahan asam yang berupa batang dengan dimensi panjang 1- 4µm serta tebal 0,
3- 0, 6µm. Sebagian besar bilik kuman terdiri atas asam lemak( lipid), setelah itu
peptidoglikan serta arabinomanan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan hidup pada
hawa kering maupun dalam kondisi dingin, yang terjalin kala kuman terletak dalam sifat
dormant.Dari watak dormant ini kuman dapat hadapi reaktivasi serta menjadikan penyakit
TB aktif kembali. Proses terbentuknya peradangan oleh Mycobacterium Tuberculosis
sebagian besar lewat inhalasi basil yang memiliki droplet nuclei, khususnya yang didapat
dari penderita TB paru dengan batuk berdarah atau berlendir yang memiliki kuman tahan
asam( BTA). Metode lain merupakan lewat saluran respirasi, saluran pencernaan, serta
cedera terbuka pada kulit. (Imanuela, 2017)
Pada TBC laten, penderita umumnya tidak mengalami gejala. Umumnya, penderita baru
menyadari dirinya menderita tuberkulosis setelah menjalani pemeriksaan untuk penyakit lain.
Sementara bagi penderita TBC aktif, gejala yang muncul dapat berupa:
Batuk yang berlangsung lama (3 minggu atau lebih)
Batuk biasanya disertai dengan dahak atau batuk darah
Nyeri dada saat bernapas atau batuk
Berkeringat di malam hari
Hilang nafsu makan
Penurunan berat badan
Demam dan menggigil
vi
Kelelahan
Selain menyerang paru-paru, TBC juga dapat menyerang selain paru-paru. Kondisi ini sering
terjadi pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah, misalnya penderita AIDS. Organ selain
paru-paru yang dapat diserang TBC adalah ginjal, usus, otak, atau kelenjar.
Berikut ini adalah contoh gejala yang muncul akibat penyakit TBC di luar paru-paru,
menurut organ yang terkena:
Pembengkakan kelenjar getah beningbila terkena TBC kelenjar
Kencing berdarah pada TBC ginjal
Nyeri punggung pada TBC tulang belakang
Sakit kepala dan kejang bila terkena TBC di otak
Sakit perut hebat jika mengalami TBC usus
Gejala Tuberkulosis pada Anak
Sementara itu, gejala TBC pada anak cenderung lebih sulit dikenali. Hal ini karena gejalanya
tidak khas sehingga sering dianggap sebagai gejala penyakit lain.
Berikut adalah gejala yang mungkin ditemukan pada penderita TBC anak, yakni:
Batuk persisten selama lebih dari 2 minggu
Berat badan menurun dalam 2 bulan atau gagal tumbuh
Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati)
Demam terus-menerus selama lebih dari 2 minggu
Anak tampak lemas (malaise) dan kurang aktif
Gejala tidak membaik meski telah diberikan antibiotik dan nutrisi
4. PencegahanTbc :
TBC juga dapat dicegah dengan mengenakan masker saat berada di tempat ramai, atau ketika
berinteraksi dengan penderita TBC.Perlu diingat, hindari kontak dengan penderita TBC di
ruangan tertutup yang bersirkulasi buruk.
Bagi penderita TBC yang sedang diterapi, TBC masih dapat menular selama sekitar 2 bulan
pertama pengobatan.Oleh karena itu, diperlukan langkah pencegahan guna menghindari
penularan pada orangyang tinggal di lingkungan penderita. Langkah pencegahan tersebut
berupa:
Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa.
Jika menggunakan tisu untuk menutup mulut, buang tisu segera setelah digunakan.
Jangan membuang dahak atau meludah sembarangan.
Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya dengan sering membuka
pintu dan jendela.
Jangan tidur sekamar dengan orang lain sampai dokter menyatakan TBC yang diderita
telah sampai pada tahap tidak menular.
vii
B. Tinjauan tentang pengetahuan :
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah seseorang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu.Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2010).
viii
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
Misalnnya, dapat membuat atau merangkai dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-
hal yang telah dibaca atau didengar, dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah
dibaca. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan
sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang
berlaku di masyarakat.Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak
menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana,
dan sebagainya.
ix
regard to object”. Jadi jelas, disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan
gejala dalam merespons stimulus atau objek, shingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,
perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.
Newcomb (n.d, dalam Notoatmodjo, 2010) salah seorang ahli psikologi sosial
menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan
tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku
(tindakan) atau reaksi tetutup.
A. Ciri-Ciri Sikap
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkatan berdasarkan intensitasnya,
terdapatn 4 ciri sikap menurut Notoatmodjo (2010) sebagai berikut:
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan
(objek).Misalnya, sikap seseorang terhadap periksa hamil (antenatal care), dapat
diketahui atau diukur dari kehadiran si ibu untuk mendengarkan penyuluhan tentang
antenatal care dilingkungannya.
2) Menanggapi (responding)
Menganggapi disni diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan
atau objek yang dihadapi. Misalnya, seorang ibu yang mengikuti penyuluhan antenatal
care tersebut ditanya atau diminta menanggapi oleh penyuluh, kemudian ia menjawab
atau menanggapinya.
3) Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap
objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak
atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons. Contoh butir 1 diatas, ibu
itu mendiskusikan antenatal care dengan suaminya, atau bahkan mengajak tetangganya
untuk mendengarkan penyuluhan antenatal care.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Sikap paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah
diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia
harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang menemoohkan atau adanya resiko
lain. Contoh tersebut di atas, ibu yang sudah mau mengikuti penyuluhan antenatal care, ia
harus berani untuk mengorbankan waktunya, atau mungkin kehilangan penghasilannya, atau
diomeli oleh mertuannya karena meninggalkan rumah, dan sebagianya.
B. Aspek Sikap
Menurut Allport (1954, dalam Notoatmodjo, 2010) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok,
yaitu:
x
1) Keperacayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaimana
keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.Sikap orang terhadap
penyakit kusta misalnya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang tersebut terhadap
penyakit kusta.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian
(terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. Seperti contoh butir 1
tersebut, berarti bagaimana orang menilai terhadap penyakit kusta, apakah penyakit biasa saa
atau penyakit membahayakan.
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan
komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancangancang
untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Misalnya, tentang contoh sikap terhadap
penyakit kusta diatas, adalah apa yang dilakukan seseorang bila ia menderita penyakit kusta.
sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh
ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Contoh:
seorang ibu mendengar (tahu) penyakit demam berdarah (penyebabnya, cara penularannya,
cara pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir
dan berusaha supaya keluarganya, terutama anaknya tidak kena penyakit demam berdarah.
Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut berkerja sehingga ibu tersebut
berniat (kecenderungan bertindak) untuk melakukan 3 M agar anakya tidak terserang demam
berdarah.Ibu ini mempunyaki sikap tertentu (berniat melakukan 3 M) terhadap objek tertentu
yakni penyakit demam berdarah.
D. Indikator Sikap
Indicator sikap terhadap Kesehatan Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau
tidak langsung.Pengukuran sikap secara langsung tentang stimulus atau objek yang
bersangkutan.Misalnya, bagaimana pendapat responden tentang imunisasi pada anak balita,
xi
bagaimana pendapat responden tentang keluarga berencana, dan sebagainya. Pertanyaan
secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan
menggunakan kata “setuju” atau “tidak setuju” terhadap pertanyaanpertanyaan terhadap
objek tertentu, dengan menggunakan skala Likert. Misalnya: Beri pendapat anda tentang
pernyataan—pernyataan dibawah ini dengan memberikan penilaian sebagai berikut: 5 : bila
sangat setuju; 4 : bil setuju; 3 : bila biasa saja; 2 : bila tidak setuju; 1 : bila sangat tidak setuju
(Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan
Upaya
Pencegahan
penyaki Tbc
sikap
A. Hipotesis
H0 = Tidak ada hubungan
H1 = Ada hubungan pengetahuan masyarakat dengan kasus Tbc
xii
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Populasi
Populasi berjumlah 16 orang. Teknik Pengambilan sampel yang digunakan adalah
Sampling Jenuh karena jumlah populasi relatif kecil. Populasi perbandingan 1
kasus : 2 kontrol = 1:2, Dimana sampel terdiri dari 16 responden kelompok kasus
dan 32 responden kelompok kontrol sehingga jumlah sampel secara keseluruhan
adalah 48 responden.
2. Sampel
a. Besar Sampel
Penentuan besar sampel menggunakan rumus Lemeshow, Jr, Klar, and
Lwanga (1990) sebagai berikut:
N .Z ².P.Q
n=
( d ) . ( N −1 )+ Z ² . P . Q
2
Keterangan :
n : besar sampel
N : besar populasi
Z : tingkat kemaknaan
P : proporsi variable
xiii
Q : 1-5 = 0,5
d : derajat ketepatan yang diinginkan (ditetapkan = 0,05)
perhitungan jumlah sampel penelitian ini adalah sebagai berikut :
N .Z ².P.Q
n=
( d ) . ( N −1 )+ Z ² . P . Q
2
80.3,84 .0,25
n=
( 0,0025.79 ) + ( 3,84.0,25 )
66,8
n=
0,1975+0,96
66,8
n=
1.0975
n = 60,86560= 60,87=61
xiv
terganggu/stabil dan bisa
melaksanakan pekerjaaannya
sehari-hari. Pengertian sakit
menurut sebagian besar
informan adalah di mana
kondisi fisik seseorang sudah
parah dan tidak bisa lagi
melakukan aktifitas seharihari.
Dengan kata lain bahwa selagi
mereka bisa melaksanakan
pekerjaannya sehari-hari,
maka tidak dikatakan sakit.
2. Sikap Sebagian masyarakat kurang Kuesioner, Case
peduli dengan gejala yang Dengan Control
dialaminya dengan Kategori :
membiarkan batuk yang lebih - kurang
dari tiga minggu dan tidak - cukup
menganggap hal tersebut - baik
sebagai penyakit yang serius,
sehingga tidak segera mencari
upaya pengobatan. Dalam hal
ini biasanya mereka hanya
dengan meminum obat yang
dibeli di warung, dan jika
tidak sembuh dan cukup parah
barulah mereka akan mencari
pengobatan ke pelayanan
kesehatan atau pengobat
tradisional.
3. Pencegahan Upaya yang dapat Kuesioner, Case
TBC dilakukan untuk Dengan Control
mencegah dan Kategori:
menghindari penularan - kurang
TBC antara lain: - cukup
Vaksinasi BCG - baik
Di Indonesia, vaksin
BCG (Bacillus
Calmette-Guerin)
termasuk dalam
daftar imunisasi wajib
dan diberikan sebelum
bayi usia 2 bulan. Bagi
yang belum pernah
menerima vaksin BCG,
dianjurkan untuk
menjalani vaksinasi
xv
bila ada salah satu
anggota keluarga yang
menderita TBC.
Penggunaan Masker
TBC juga dapat
dicegah dengan
mengenakan masker sa
at berada di tempat
ramai, atau ketika
berinteraksi dengan
penderita TBC. Perlu
diingat, hindari kontak
dengan penderita TBC
di ruangan tertutup
yang bersirkulasi
buruk.
Bagi penderita TBC
yang sedang diterapi,
TBC masih dapat
menular selama sekitar
2 minggu pertama
pengobatan. Oleh
karena itu, diperlukan
langkah pencegahan
guna menghindari
penularan pada orang
yang tinggal di
lingkungan penderita.
Langkah pencegahan
tersebut berupa:
Tutupi mulut saat
bersin, batuk, dan
tertawa.
Jika menggunakan tisu
untuk menutup mulut,
buang tisu segera
setelah digunakan.
Jangan membuang
dahak atau meludah
sembarangan.
Pastikan rumah
memiliki sirkulasi
udara yang baik,
misalnya dengan sering
membuka pintu dan
jendela.
xvi
Jangan tidur sekamar
dengan orang lain
sampai dokter
menyatakan TBC yang
diderita telah sampai
pada tahap tidak
menular.
xvii