Anda di halaman 1dari 17

“PROPOSAL PENELITIAN”

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP


PENCEGAHAN TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DOSAY

Disusun Oleh :

Nama : Lenora Yaroseray

N.I.M : PO.71.20.1.17.027

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI NERS

T.A. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Syallom assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh, salam sejahtera bagi kita


semua. Puji & syukur kami sekelompok panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena oleh kasih dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP
PENCEGAHAN TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DOSAY ” ini tepat pada
waktunya.

Ucapan terimakasih juga kepada Bapak Muhamad Sahiddin, SKM.,M. Kes. Selaku dosen
pengampuh pada mata kuliah Metode Pnenelitian yang telah memberikan UAS kepada kami.

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi disebabkan oleh kuman


Mycobacterium tubercullosis yang merupakan penyakit menular dan mengancam
kesehatan masyarakat di seluruh dunia, terutama di negara - negara yang sedang
berkembang (Noviani, 2018). Sedangkan menurut Kemenkes tahun 2017Tuberkulosis
(TB) merupakan salah satu penyakit infeksi menular, yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis saat ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat dunia yang menjadi tantangan global .Pengertian diatas sejalan data yang
didapatkan oleh Global Tuberculosis Report WHO (2017) yaitu Angka insiden
Tuberkulosis di Indonesia 391 per 100.000 penduduk dan angka kematian 42 per 100.000
penduduk sedangkan menurut pemodelan yang berdasarkan data hasil survei prevalensi
Tuberkulosis pada tahun 2017 sebesar 619 per 100.000 sedangkan pada tahun 2016
sebesar 628 per 100.000 (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Petunjuk
Penyehatan Lingkungan, 2017). Menurut setiawan (2019), ada 800.000 kasus baru TB
paru di kalangan remaja kelompok usia 10-14 tahun dan sekitar 617.000 pada remaja
berusia 15-19 tahun. Meskipun resiko TB Paru lebih rendah pada remaja dewasa, dalam
endemik TB Paru meningkat secara nyata antara usia remaja awal dan dewasa.Data Dinas
Kesehatan Kabupaten Jayapura tahun 2019 jumlah penderita TB Paru sebanyak 313
kasus baru dari total 751 kasus TB Paru (Dinkes Kabupaten Jayapura, 2018).Puskesmas
Dosay merupakan Pusat Pelayanan Kesehatan yang berada di Wilayah Kerja Dinas
Kesehatan Kabupaten Jayapura di tahun 2015 TB Paru BTA (+) sebanyak 15 kasus dan
TB Paru BTA (-) sebanyak 17 kasus. Sedangkan di tahun 2016 TB Paru BTA (+)
sebanyak 16 kasus dan TB Paru (-) sebanyak 23 kasus. (Puskesmas Dosay, 2015 -
2016).Penyakit in dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya pengetahuan
masyarakat dalam upaya pencegahan penularan penyakit Tuberculosis , kurangnya
informasi serta edukasi dari tenaga kesehatan atau kader-kader posyandu tentang
Tuberculosis sehingga menyebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai
penyakit Tuberculosis, Serta rendahnya kunjungan masyarakat ke Posyandu dan
Puskesmas untuk memeriksakan diri atau deteksi dini terkait penyakit Tuberculosis.
( Yuni Anjelina ,2022). Dalam penelitian ini penulis berfokus pada tingkat pengetahuan
dan sikap masyarakat terhadap pencegahan Tbc karena hal ini merupakan permasalahan
yang tidak bisa di biarkan begitu saja , berdasarkan data yang ditemukan penulis bahwa
angka bertambah di kabupaten Jayapura dan langkah awal untuk mencegah hal tersebut
yaitu dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit tersebut karena
dari pengtahuan yang baik akan muncul sebuah kesadaran dan dari kesadaran akan

iii
memotivasi masyarakat untuk melakukan langkah pencegahan untuk mengatasi masalah
tbc di daerah tersebut . saat mengunjungi daerah penelitian penulis menemukan ada 5
warga yang terkena tbc dan sudah rutin melakukan pengobatan di puskesmas , dan selain
itu faktor pengetahuan dan sikap mempunyai pengaruh besar terhadap status kesehatan
individu maupun masyarakat dan berperan penting dalam menentukan keberhasilan suatu
program penanggulangan penyakit dan pencegahan penularannya termasuk penyakit
Tuberkulosis.
Dalam hal ini Pengetahuan masyarakat mengenai gejala penyakit Tuberkulosis relatif
cukup baik akan tetapi sikap masyarakat masih kurang peduli terhadap akibat yang dapat
ditimbulkan oleh penyakit Tuberkulosis.
Sikap masyarakat yang tidak peduli dengan akibat yang ditimbulkan oleh
penularan penyakit Tuberculosis seperti belum membudayakan perilaku hidup bersih dan
sehat (mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun), masyarakat belum
menerapkan pengobatan secara taratur/rutin, tidak rutin minum obat sesuai dengan yang
di anjurkan oleh tenaga kesehatan serta belum menerapkan etika pola batuk yang benar
dan tidak mau memeriksakan dahak dengan alasan mereka malu dan takut divonis
menderita Tuberculosis sehingga sikap masyarakat yang seperti ini lah yang
mempengaruhi status derajat kesehatan dimasyarakat tersebut.

B. Rumusan masalah
Apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pencegahan TBC di
wilayah kerja Puskesmas Dosay.

C. Tujuan

1. tujuan umum
untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pencegahan
TBC di wilayah kerja puskesmas dosay.

2. tujuan khusus
1. untuk mengetahui hubungan pengetahuan masyarakat tentang TBC di wilayah
kerja puskesmas dosay
2. untuk mengetahui sikap masyarakat tentang TBC di wilayah kerja puskesmas
dosay
3. untuk mengetahui pencegahan TBC di wilayah kerja puskesmas dosay
4. untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
pencegahan TBC di wilayah kerja puskesmas dosay.

iv
D. Manfaat

1.4.1 manfaat bagi peneliti dapat menerapkan ilmu yang sudah didapatkan selama
perkuliahan di fakultas kedokteran universitas hasanuddin dan menambah pengetahuan
mengenai hubungan hasil pemeriksaan sputum bta terhadap gambaran luas lesi pada foto
radiologi pada pasien tb paru di rsud serui-papua.

1.4.2 manfaat bagi instansi terkait dapat memberikan informasi mengenai hubungan hasil
pemeriksaan sputum bta terhadap gambaran luas lesi pada foto radiologi pada pasien tb paru
di rsud serui-papua. sehingga pihak terkait dapat mencegah penularan tuberkulosis.

1.4.3 manfaat bagi masyarakat dapat memberikan informasi mengenai hubungan hasil
pemeriksaan sputum bta terhadap gambaran luas lesi pada foto radiologi pada pasien tb paru .

1.4.4 manfaat bagi penelitian selanjutnya dapat menjadi suatu acuan dan sumber informasi
untuk meneliti lebih lanjut mengenai hasil pemeriksaan sputum bta terhadap gambaran luas
lesi pada foto radiologi pada pasien tb paru.

v
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Tbc

1. Definisi :

Tuberkulosis merupakan penyakit meluas yang diakibatkan oleh bakteri TB( Mycobacterium
Tuberculosis) sebagian besar melanda paru namun pula bisa melanda organ badan yang lain
(Kementrian RI, 2018)

2. Etiologi :
Pemicu penyakit tuberkulosis( TB) merupakan Mycobacterium Tuberculosis yang ialah
sejenis kuman tahan asam yang berupa batang dengan dimensi panjang 1- 4µm serta tebal 0,
3- 0, 6µm. Sebagian besar bilik kuman terdiri atas asam lemak( lipid), setelah itu
peptidoglikan serta arabinomanan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan hidup pada
hawa kering maupun dalam kondisi dingin, yang terjalin kala kuman terletak dalam sifat
dormant.Dari watak dormant ini kuman dapat hadapi reaktivasi serta menjadikan penyakit
TB aktif kembali. Proses terbentuknya peradangan oleh Mycobacterium Tuberculosis
sebagian besar lewat inhalasi basil yang memiliki droplet nuclei, khususnya yang didapat
dari penderita TB paru dengan batuk berdarah atau berlendir yang memiliki kuman tahan
asam( BTA). Metode lain merupakan lewat saluran respirasi, saluran pencernaan, serta
cedera terbuka pada kulit. (Imanuela, 2017)

3. Gejala Klinis Tbc :

Pada TBC laten, penderita umumnya tidak mengalami gejala. Umumnya, penderita baru
menyadari dirinya menderita tuberkulosis setelah menjalani pemeriksaan untuk penyakit lain.
Sementara bagi penderita TBC aktif, gejala yang muncul dapat berupa:
 Batuk yang berlangsung lama (3 minggu atau lebih)
 Batuk biasanya disertai dengan dahak atau batuk darah
 Nyeri dada saat bernapas atau batuk
 Berkeringat di malam hari
 Hilang nafsu makan
 Penurunan berat badan
 Demam dan menggigil

vi
 Kelelahan

Selain menyerang paru-paru, TBC juga dapat menyerang selain paru-paru. Kondisi ini sering
terjadi pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah, misalnya penderita AIDS. Organ selain
paru-paru yang dapat diserang TBC adalah ginjal, usus, otak, atau kelenjar.
Berikut ini adalah contoh gejala yang muncul akibat penyakit TBC di luar paru-paru,
menurut organ yang terkena:
 Pembengkakan kelenjar getah beningbila terkena TBC kelenjar
 Kencing berdarah pada TBC ginjal
 Nyeri punggung pada TBC tulang belakang
 Sakit kepala dan kejang bila terkena TBC di otak
 Sakit perut hebat jika mengalami TBC usus
Gejala Tuberkulosis pada Anak
Sementara itu, gejala TBC pada anak cenderung lebih sulit dikenali. Hal ini karena gejalanya
tidak khas sehingga sering dianggap sebagai gejala penyakit lain.
Berikut adalah gejala yang mungkin ditemukan pada penderita TBC anak, yakni:
 Batuk persisten selama lebih dari 2 minggu
 Berat badan menurun dalam 2 bulan atau gagal tumbuh
 Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati)
 Demam terus-menerus selama lebih dari 2 minggu
 Anak tampak lemas (malaise) dan kurang aktif
 Gejala tidak membaik meski telah diberikan antibiotik dan nutrisi

4. PencegahanTbc :

TBC juga dapat dicegah dengan mengenakan masker saat berada di tempat ramai, atau ketika
berinteraksi dengan penderita TBC.Perlu diingat, hindari kontak dengan penderita TBC di
ruangan tertutup yang bersirkulasi buruk.
Bagi penderita TBC yang sedang diterapi, TBC masih dapat menular selama sekitar 2 bulan
pertama pengobatan.Oleh karena itu, diperlukan langkah pencegahan guna menghindari
penularan pada orangyang tinggal di lingkungan penderita. Langkah pencegahan tersebut
berupa:
 Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa.
 Jika menggunakan tisu untuk menutup mulut, buang tisu segera setelah digunakan.
 Jangan membuang dahak atau meludah sembarangan.
 Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya dengan sering membuka
pintu dan jendela.
 Jangan tidur sekamar dengan orang lain sampai dokter menyatakan TBC yang diderita
telah sampai pada tahap tidak menular.

vii
B. Tinjauan tentang pengetahuan :

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah seseorang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu.Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2010).

1. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan


Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai integritas atau tingkatan yang berbeda-
beda. Notoatmodjo (2010) membagi tingkat pengetahuan secara garis besar menjad 6 bagian,
yaitu : 1) Tahu (Know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa buah tomat banyak
mengandung vitamin C, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes
Agepti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat
menggunakan pertanyaan-pertanyaan, misalnya : apa tanda-tanda anak yang kurang gizi, apa
penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk),
dan sebagainya. 12 2) Memahami (Comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar
tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya, orang
memahami cara pemberantasan demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M
(Mengubur, Menguras, dan Menutup), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus
menutup, menguras, dan sebagainya tempat-tempat penampungan air tersebut. 3) Aplikasi
(Application) Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek yang telah dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang
lain. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat
membuat perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja. Orang yang
telah paham metodologi penelitian, ia akan mudah membuat proposal penelitian dimana saja,
dan seterusnya. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk
menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah smpai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut
telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan)
terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk
Aedes Agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow chart) siklus cacing
kremi, dan sebagainya. 13 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan
seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu

viii
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
Misalnnya, dapat membuat atau merangkai dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-
hal yang telah dibaca atau didengar, dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah
dibaca. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan
sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang
berlaku di masyarakat.Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak
menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana,
dan sebagainya.

2. Pengetahuan Cara-Cara Memelihara Kesehatan


Pengetahuan kesehatan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh
seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Pengetahuan tentang cara-cara
mememilihara kesehatan menurut Notoatmodjo (2010) ini meliputi: 1) Pengetahuan tentang
penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit dan tanda-tandanya atau gejala,
penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, cara mengatasi atau mengangani
sementara). 14 2) Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan/atau mempengaruhi
kesehatan antara lain : gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan
kotoran manusia, pembuangan sampah, perumahan sehat, polusi udara, dan sebagainya. 3)
Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional maupun tradisional. 4)
Pengetahuan untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah tangga, maupun
kecelakaan lalu lintas, dan tempat-tempat umum, dan seterusnya.

3. Indikator Pengetahuan Terhadap Kesehatan


Untuk mengukur pengetahuan kesehatan seperti cara memelihara kesehatan, adalah dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-
pertanyaan tertulis atau angket. Indikator pengetahuan kesehatan adalah “tingginya
pengetahuan” responden tentang kesehatan, atau besarnya persentase kelompok responden
atau masyarakat tentang variabel-variabel atau komponen-komponen kesehatan.Misalnya,
berapa % responden atau masyarakat yang tahu tentang cara-cara mencegah penyakit demam
berdarah, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

C. Tinjauan tentang sikap


seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor
pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak
baik, dan sebagainya). Campbell 15 (1950, dalam Notoatmodjo, 2010) mendefinisikan
sangat sederhana, yakni: “An individual’s attitude is syndrome of response consistency with

ix
regard to object”. Jadi jelas, disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan
gejala dalam merespons stimulus atau objek, shingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,
perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.
Newcomb (n.d, dalam Notoatmodjo, 2010) salah seorang ahli psikologi sosial
menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan
tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku
(tindakan) atau reaksi tetutup.

A. Ciri-Ciri Sikap
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkatan berdasarkan intensitasnya,
terdapatn 4 ciri sikap menurut Notoatmodjo (2010) sebagai berikut:
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan
(objek).Misalnya, sikap seseorang terhadap periksa hamil (antenatal care), dapat
diketahui atau diukur dari kehadiran si ibu untuk mendengarkan penyuluhan tentang
antenatal care dilingkungannya.
2) Menanggapi (responding)
Menganggapi disni diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan
atau objek yang dihadapi. Misalnya, seorang ibu yang mengikuti penyuluhan antenatal
care tersebut ditanya atau diminta menanggapi oleh penyuluh, kemudian ia menjawab
atau menanggapinya.
3) Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap
objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak
atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons. Contoh butir 1 diatas, ibu
itu mendiskusikan antenatal care dengan suaminya, atau bahkan mengajak tetangganya
untuk mendengarkan penyuluhan antenatal care.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Sikap paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah
diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia
harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang menemoohkan atau adanya resiko
lain. Contoh tersebut di atas, ibu yang sudah mau mengikuti penyuluhan antenatal care, ia
harus berani untuk mengorbankan waktunya, atau mungkin kehilangan penghasilannya, atau
diomeli oleh mertuannya karena meninggalkan rumah, dan sebagianya.

B. Aspek Sikap
Menurut Allport (1954, dalam Notoatmodjo, 2010) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok,
yaitu:

x
1) Keperacayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaimana
keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.Sikap orang terhadap
penyakit kusta misalnya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang tersebut terhadap
penyakit kusta.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian
(terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. Seperti contoh butir 1
tersebut, berarti bagaimana orang menilai terhadap penyakit kusta, apakah penyakit biasa saa
atau penyakit membahayakan.
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan
komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancangancang
untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Misalnya, tentang contoh sikap terhadap
penyakit kusta diatas, adalah apa yang dilakukan seseorang bila ia menderita penyakit kusta.
sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh
ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Contoh:
seorang ibu mendengar (tahu) penyakit demam berdarah (penyebabnya, cara penularannya,
cara pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir
dan berusaha supaya keluarganya, terutama anaknya tidak kena penyakit demam berdarah.
Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut berkerja sehingga ibu tersebut
berniat (kecenderungan bertindak) untuk melakukan 3 M agar anakya tidak terserang demam
berdarah.Ibu ini mempunyaki sikap tertentu (berniat melakukan 3 M) terhadap objek tertentu
yakni penyakit demam berdarah.

C. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap


Faktor yang mampengaruhi sikap yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, yang
mencakup sekurang-kurangnya 4 variabel (Notoatmodjo, 2010), yaitu:
1) Sikap terhadap penyakit menular atau tidak menular (jenis penyakit dan tandatandanya
atau gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, cara mengatasinya, atau menanganinya
sementara).
2) Sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan/atau mempengaruhi kesehatan, antara lain:
gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan kotoran manusia,
pembuangan sampah, perumahan sehat, polusi udara, dan sebagainya.
3) Sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional maupun tradisional
4) Sikap untuk menghindari kecelakaan, baik kecelakaan rumah tangga, maupun kecelakaan
lalu lintas, dan kecelakaan di tempat-tempat umum.

D. Indikator Sikap
Indicator sikap terhadap Kesehatan Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau
tidak langsung.Pengukuran sikap secara langsung tentang stimulus atau objek yang
bersangkutan.Misalnya, bagaimana pendapat responden tentang imunisasi pada anak balita,

xi
bagaimana pendapat responden tentang keluarga berencana, dan sebagainya. Pertanyaan
secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan
menggunakan kata “setuju” atau “tidak setuju” terhadap pertanyaanpertanyaan terhadap
objek tertentu, dengan menggunakan skala Likert. Misalnya: Beri pendapat anda tentang
pernyataan—pernyataan dibawah ini dengan memberikan penilaian sebagai berikut: 5 : bila
sangat setuju; 4 : bil setuju; 3 : bila biasa saja; 2 : bila tidak setuju; 1 : bila sangat tidak setuju
(Notoatmodjo, 2010).

VARIABEL INDEPENNDEN VARIABEL DEPENDEN

Pengetahuan
Upaya
Pencegahan
penyaki Tbc
sikap

A. Hipotesis
H0 = Tidak ada hubungan
H1 = Ada hubungan pengetahuan masyarakat dengan kasus Tbc

xii
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan rancangan penelitian


Desain penelitian yang digunakan adalah Analitik Observasional dengan
menggunakan pendekatan Case Control Study. Dimana pengukuran
PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN
TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DOSAY dilakukan pada waktu yang
bersamaan.

B. Tempat dan Waktu Penelitia


Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Harapan pada bulan
Agustus 2022.

C. Populasi dan sampel penelitian

1. Populasi
Populasi berjumlah 16 orang. Teknik Pengambilan sampel yang digunakan adalah
Sampling Jenuh karena jumlah populasi relatif kecil. Populasi perbandingan 1
kasus : 2 kontrol = 1:2, Dimana sampel terdiri dari 16 responden kelompok kasus
dan 32 responden kelompok kontrol sehingga jumlah sampel secara keseluruhan
adalah 48 responden.

2. Sampel
a. Besar Sampel
Penentuan besar sampel menggunakan rumus Lemeshow, Jr, Klar, and
Lwanga (1990) sebagai berikut:

N .Z ².P.Q
n=
( d ) . ( N −1 )+ Z ² . P . Q
2

Keterangan :
n : besar sampel
N : besar populasi
Z : tingkat kemaknaan
P : proporsi variable

xiii
Q : 1-5 = 0,5
d : derajat ketepatan yang diinginkan (ditetapkan = 0,05)
perhitungan jumlah sampel penelitian ini adalah sebagai berikut :

N .Z ².P.Q
n=
( d ) . ( N −1 )+ Z ² . P . Q
2

80.1,96 ² .0,5 .0,5


n= 2
( 0,05 ) .80−1+1,96 ² .0,5.0,5

80.3,84 .0,25
n=
( 0,0025.79 ) + ( 3,84.0,25 )

66,8
n=
0,1975+0,96

66,8
n=
1.0975
n = 60,86560= 60,87=61

sehingga sampel penelitian berjumlah 61 orang

b. Teknik penarikan sampel


Penarikan sampel penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling
c. Kriteria sampel

D. Definisi operasional dan kriteria objektif

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Kriteria


. Pengukuran Objektif
1. Pengetahuan Hasil wawancara mendalam Kuesioner, Case
dengan informan dan Fokus Dengan Control
Grup Diskusi (FGD) dengan Kategori:
kelompok tokoh masyarakat - Kurang
dan kader kesehatan diketahui - Cukup
bahwa ada perbedaan konsep - Baik
sehat dan sakit di masyarakat,
dimana pengertian sehat
menurut sebagian besar
masyarakat adalah jika kondisi
fisik seseorang tidak

xiv
terganggu/stabil dan bisa
melaksanakan pekerjaaannya
sehari-hari. Pengertian sakit
menurut sebagian besar
informan adalah di mana
kondisi fisik seseorang sudah
parah dan tidak bisa lagi
melakukan aktifitas seharihari.
Dengan kata lain bahwa selagi
mereka bisa melaksanakan
pekerjaannya sehari-hari,
maka tidak dikatakan sakit.
2. Sikap Sebagian masyarakat kurang Kuesioner, Case
peduli dengan gejala yang Dengan Control
dialaminya dengan Kategori :
membiarkan batuk yang lebih - kurang
dari tiga minggu dan tidak - cukup
menganggap hal tersebut - baik
sebagai penyakit yang serius,
sehingga tidak segera mencari
upaya pengobatan. Dalam hal
ini biasanya mereka hanya
dengan meminum obat yang
dibeli di warung, dan jika
tidak sembuh dan cukup parah
barulah mereka akan mencari
pengobatan ke pelayanan
kesehatan atau pengobat
tradisional.
3. Pencegahan Upaya yang dapat Kuesioner, Case
TBC dilakukan untuk Dengan Control
mencegah dan Kategori:
menghindari penularan - kurang
TBC antara lain: - cukup
Vaksinasi BCG - baik
Di Indonesia, vaksin
BCG (Bacillus
Calmette-Guerin)
termasuk dalam
daftar imunisasi wajib
dan diberikan sebelum
bayi usia 2 bulan. Bagi
yang belum pernah
menerima vaksin BCG,
dianjurkan untuk
menjalani vaksinasi

xv
bila ada salah satu
anggota keluarga yang
menderita TBC.
Penggunaan Masker
TBC juga dapat
dicegah dengan
mengenakan masker sa
at berada di tempat
ramai, atau ketika
berinteraksi dengan
penderita TBC. Perlu
diingat, hindari kontak
dengan penderita TBC
di ruangan tertutup
yang bersirkulasi
buruk.
Bagi penderita TBC
yang sedang diterapi,
TBC masih dapat
menular selama sekitar
2 minggu pertama
pengobatan. Oleh
karena itu, diperlukan
langkah pencegahan
guna menghindari
penularan pada orang
yang tinggal di
lingkungan penderita.
Langkah pencegahan
tersebut berupa:
 Tutupi mulut saat
bersin, batuk, dan
tertawa.
 Jika menggunakan tisu
untuk menutup mulut,
buang tisu segera
setelah digunakan.
 Jangan membuang
dahak atau meludah
sembarangan.
 Pastikan rumah
memiliki sirkulasi
udara yang baik,
misalnya dengan sering
membuka pintu dan
jendela.

xvi
 Jangan tidur sekamar
dengan orang lain
sampai dokter
menyatakan TBC yang
diderita telah sampai
pada tahap tidak
menular.

E. Cara pengumpulan data


Penelitian ini mengumpulkan data dengan Observasi (Pengamatan) Tekni Observasi dan
pembagian kuisiooner kepada penduduk sekitar di Wilayah Kerja Puskesmas Dosay.
Pengumpulan data Primer dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang berisi pertanyaan-
pertanyaan tertutup dan juga dilakukan dengan observasi secara langsung untuk melihat
kondisisi lingkungan Responden. Untuk mendapatkan data primer ini, peneliti mengunjungi
responden yang dilacak melalui kartu berobat pasien. Data sekunder di peroleh melalui system
pencatatan yang ada di berdasarkan simple random sampling. Jenis pemeriksaan untuk
menegakkan diagnosis TBC positif adalah pemeriksaan miskropskop.

xvii

Anda mungkin juga menyukai