Anda di halaman 1dari 16

MATERI

 
ATTENTION DEFICIT HYPERAKTIVITY DISORDER (ADHD)

Oleh
Kelompok 4 :

Kelvin Pratama Puragam


Mariana Regina Ortumilena
Matera Halerohon
Paskalina Pigai
Domis Wanimbo
Yordelina R. Halitopo
Elizabet Pigome
Lenora Yaroseray
Riescha A. Fainsenem
Pransina Kerebea
Chistina Wally
Riswanti Ria Matarru
PEMBAHASAN
MATERI
A. Konsep Pertumbuhan dan Perkembagan Anak

1. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak

Menurut Soetjiningsih (2012 dalam Arnis & Yuliastanti, 2016), pertumbuhan (growth)
adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) ukuran panjang (cm,
meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
1. Ciri-Ciri Pertumbuhan
Menurut Soetjiningsih (2012 dalam Arnis & Yuliastanti, 2016), pertumbuhan
mempunyai ciri-ciri :
a. Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan dewasa.
b. Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru
c. Kecepatan pertumbuhan tidak teratur. Hal ini ditandai dengan adanya masa-masa
tertentu dimana pertumbuhan berlangsung cepat yang terjadi pada masa perenatal,
bayi, dan remaja (aldostero). Pertumbuhan berlangsung lambat pada masa prasekolah
dan masa sekolah.
2. Ciri-Ciri Perkembagan
Menurut Soetjiningsih (2012 dalam Arnis & Yuliastanti, 2016), proses pertumbuhan
dan perkembangan anakbersifat individual. Namun demikian pola kerkembangan setiap
anak mempunyai ciri-ciri, yaitu :
a. Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi bersamaan dengan
pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya. Seorang anak tidak bias berdiri dan ia tidak bias berdiri jika pertumbuhan kaki
dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi anak terhambat.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan berbeda. Sebagaimana
pertumbuhan, perkembangan juga mempunyai kecepatan yang berbeda-beda baik dalam
pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ

d. Pertumbuhan berkolerasi dengan perkembangan. Pada saat pertumbuhan berlangsung,


maka perkembangan pun mengikuti. Terjadi peningkatan kemampuan mental, memori, daya
nalar, asosiasi dan lain-lain pada anak

e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi
menurut hukum yang tetap, yaitu :
1. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju kearah
kaudal/anggota tubuh (pola sefalo kaudal).
Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu
berkembang kebagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemamp ruang gerak
halus (pola proksimo distal).
f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan seorang anak
mengikuti pola yang teratur dan berurutan.Tahap-tahap tersebut tidak bias terjadi terbalik.
Misalnya anak mampu berjalan dahulu sebelum bias berdiri.
4. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia 6-12 Tahun
Menurut Soetjiningsih (2012 dalam Arnis & Yuliastanti, 2016), tahap pertumbuhan dan
perkembangan, yaitu sebagai berikut:

a. Perkembangan kognitif menurut Piaget


Tahap kongkret (7-11 tahun).
Anak sudah dapat memandang realistis dan mempunyai anggapan sama dengan orang lain.
b. Perkembangan psikoseksual menurut Sigmud Freud
Tahap laten (5-12 tahun).
Kepuasan anak mulai terintegrasi. Anak masuk dalam masa pubertas dan berhadapan
langsung dengan tuntutan sosial seperti menyukai hubungan dengan kelompoknya atau
sebaya. Dorongan libido mulai mereda.
c. Perkembangan psikososial menurut Erikson
Tahap rajin vs rendah diri (6-12 tahun/sekolah) Anak selalu berusaha mencapai segala
sesuatu yang diinginkan dan berusaha mencapai prestasinya sehingga pada usia ini anak
rajin melakukan sesuatu.
B. Konsep Penyakit Anak ADHD

1. Definisi ADHD
Sesuai dengan edisi keempat dari American Psychiatric Association’s Diagnostic andStatistical
Manual (DSM-IV), ADHD adalah suatu keadaan yang menetap dari inatensi dan/atau
hiperaktifitas-impulsivitas yang lebih sering frekuensinya dan lebih berat dibandingkan dengan
individu lain yang secara tipikal diamati pada tingkat perkembangan yang sebanding (Tayono,
2013). Gambaran penting ADHD yaitu pola persisten tidak perhatian dan/atau hiperaktivitas serta
impulsivitas yang lebih sering daripada pada anak dengan usia yang sama (Ballard, Kennedy, &
O’Brien, 2014).
2. Etiologi ADHD
Menurut Susanto & Fengkey, (2016) faktor-faktor yang mungkin berperan dalam terjadinya
ADHD, yaitu:
a. Cedera otak : telah lama diperkiraan bahwa anak yang terkena ADHD mendapat cedera otak
yang minimal dan samar-samar pada sistem safar pusatnya selama periode janin dan perinatalnya
b. Faktor neurokimiawi : Neurotransmitter dopamin (DA) dan norepinefrin (NE) terlibat dalam
patofisiologi ADHD; dopamin adalah neurotransmitter yang terlibat dalam penghargaan,
pengambilan risiko, impulsif, dan suasana hati
c. Struktur anatomi : pemeriksaan brain imaging yang dilakukan pada anak dengan ADHD
menunjukkan pengecilan volume otak yang bermakna pada korteks prefrontal dorsolateral,
kaudatus, palidum, korpus kalosum, dan serebelum.
  d. Faktor psikososial : Anak-anak dalam institusi seringkali hiperaktif dan memiliki rentan
atensi rendah. Tanda tersebut terjadi akibat adanya pemutusan hubungan emosional yang lama

a. Dimensi Genetik
b. Volume otak
c. Kehamilan
d. Dimensi psikologis dan sosial
3. Tipe ADHD dan Manifestasi Klinis

Menurut DSM-IV dalam Susanto & Fengkey, (2016) tipe dan manifestasi klinik ADHD,
yaitu :
a. Gangguan pemusatan perhatian (inatensi) : terdapat lebih dari 6 gejala berikut telah
menetap selama sekurang-kurangnya 6 bulan bahkan sampai tingkat yang maladaptif dan
tidak konsisten dengan tingkat perkembangan.
b. Hiperaktivitas-impulsivitas : terdapat lebih dari 6 gejala hiperaktivitas-impulsivitas berikut
ini telah menetap selama sekurang-kurangnya enam bulan sampai
tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan. Gejala Hiperaktivitas
c. Tipe Campuran
Gejalanya campuran dari gangguan pemusatan perhatian (inatensi), hiperaktivitas, dan
impulsivitas
4. Komplikasi ADHD

Menurut Ballard, Kennedy, & O’Brien, (2014), komplikasi yang dapat terjadi pada anak
ADHD adalah :
a. Intelegensi dan kemampuan anak tidak sesuai dengan performa akademik
b. Dapat memiliki perilaku ingkar atau membangkang atau memiliki gangguan perilaku/
psikiatrik lain (gangguan ansietas, gangguan alam perasaan seperti depresi dan bipolar, gangguan
belajar, gangguan komunikasi).
c. Komplikasi sekunder ADHD, seperti harga diri rendah dan penolakan oleh teman sebaya,
terus menimbulkan masalah yang serius bagi remaja. Diperkirakan bahwa sedikitnya pada
sepertiga anak, gejala akan berlangsung hingga usia dewasa (Glod, 1997 dalamVidebeck, 2008
5. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Tanoyo, (2013), pemeriksaan penuujang yang dilakukan pada anak ADHD, yaitu
sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Laboratorium
a. Liver Function Test
b. Complete blood cell counts
b. Pemeriksaan Imaging
a. MRI
b. PET (Positron Emission Tomography)
6. Penetapan Medis ADHD
Menurut Belleza (2017), penatalaksanaan medis ADHD sebagai
beriku:

a. Stimulan. Obat stimulan, seperti methylphenidate (Ritalin, Concerta) dan


dextroamphetamine (Dexedrine), telah sering digunakan; ketika diberikan dalam jumlah besar,
obat-obatan ini dapat menekan nafsu makan dan mempengaruhi pertumbuhan anak.
b. Atomoxetine. Atomoxetine (Strattera) telah menjadi lini kedua dan, dalam beberapa kasus,
pengobatan lini pertama pada anak-anak dan orang dewasa dengan ADHD karena kemanjuran
dan klasifikasi sebagai nonstimulan.
c. Antidepresan trisiklik. Antidepresan trisiklik (imipramine, desipramine, nortriptyline) telah
ditemukan efektif dalam berbagai penelitian pada anak-anak dengan ADHD. Namun, karena
efek samping potensial, mereka jarang digunakan untuk tujuan ini.
d. Modafinil. Modafinil (Provigil) memiliki data terkontrol placebo yang mendukung
kemanjurannya pada anak-anak dengan ADHD; obat ini dapat digunakan sebagai pengobatan
lini ketiga atau keempat.
A. Konsep Asuhan Keperawatan Anak dengan ADHD

1. Pengkajian
Menurut Menurut Tanoyo, (2013)
a. Riwayat penyakit dahulu.
Ditemukan adanya riwayat pemakaian obat-obatan yang memiliki interaksi negatif dengan
ADHD atau pengobatannya
b. Riwayat keluarga
Temukan adanya anggota keluarga lain yang menderita ADHD
c. Riwayat sosial
Meliputi interaksi antar anggota keluarga, masalah dengan hukum, keadaan di sekolah,
dan disfungsi keluarga.
2. Pemeriksaan Fisik
Menurut Tanoyo, (2013), pemeriksaan penuujang yang dilakukan pada anak ADHD, yaitu
sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Seluruh sistem tubuh
Perlu observasi yang baik terhadap perilaku penderita ADHD karena pada penderita ADHD
menunjukkan gejala yang sedikit pada pemeriksaan fisik.
a. Pemeriksaan Psikologis (mental)
Terdiri dari pemeriksaan terhadap kesan umum berupa refleksi menghisap, kontrol impuls, dan
state of arousal.
1. Diagnosa Keperawatan
Menurut Townsend & Morgan, (2018) diagnosa keperawatan yang dapat diangkat pada
anak ADHD, sebagai berikut :
a. Dimensi emosi
b. dimensi intelektual
c. dimensi sosial
d. dimensi spiritual
d. dimensi fisik
2. Rencana Keperawatan
rencana keperawatan yang dapat diangkat pada anak ADHD, sebagai berikut :
3. Kecemasan berhubungan dengan hiperaktif
4. Perubahan pola asuh behubungan dengan hiperaktivitas.
5. Tekanan spiritual: keputusasaan berhubungan dengan hiperaktif
6. Resiko cedera berhubungan dengan hiperaktif.
5. Evaluasi

Kecemasan teratasi. Dengan kriteria


Perubahan pola belajar teratasi. Dengan kriteria
Perubahan pola asuh keluarga teratasi. Dengan kriteria
Tekanan spiritual: keputusasaan teratasi. Dengan kriteria
Cedera tidak terjadi. Dengan kriteria
SEKIAN & TERIMAKASIH.

Anda mungkin juga menyukai