Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lansia merupakan kelompok umur yang telah memasuki tahap akhir
perkembangan pada daur kehidupan manusia yang memasuki usia 60 tahun hingga
mencapai usia 90 tahun ,yakni usia dimana dalam hal kesehatannya sudah sangat
rentan (WHO).Lansia juga mengalami terjadinya aging process atau proses
penuaan yang akan berdampak terhadap kemampuan merespon stress, system
imunitas dengan begitu produktivitas mulai menurun, kekuatan menurun, dan
terjadi perubahan fisk dengan demikian Lansia rentang terhadap berbagai penyakit
infeksi yang salah satunya adalah Tuberculosis (Perry dan
Potter,2005).Tuberculosis paru (TB) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Bakteri Mycobacterium yang menyerang paru-paru dan dapat menginfeksi
organ lain.Tuberculosis dapat di tularkan melalui udara ,batuk atau bersin (Abbas
2017) dan sampai saat ini TB masih menjadi pembunuh terbanyak diangkatan
penyakit menular. Bakteri mycobacterium in masuk kedalam tubuh manusia
melalui saluran pernapasan dan bisa menyebar kedalam tubuh manusia melalui
saluran peredaran darah, pembuluh limfe sehingga mengakibatkan batuk berdahak
lebih dari tiga minggu, batuk berdarah, sesak napas dan nyeri dada sehingga dapat
menyebabkan pola napas tidak efektif dan berdampak pada kematian. (Andayani
2013)
Berdasarkan Laporan (WHO) tahun 2017 dalam, tingkat Global angka
kelompok Lansia TB Paru sebanyak 425.089 kasus. Berdasarkan laporan Provinsi
Nusa Tenggara Timur Riskedas 2018 Di Kabupaten Belu sebanyak 1.808 jiwa
penduduk .Berdasarkan data dari (RSUD MGR Gabriel Manek SVD Atambua Di
Ruang Flamboyan) hasil studi pendahuluan dinas Kesehatan kabupaten Belu
menunjukkan bahwa data jumlah angka kelompok Lansia TB pada tahun 2019
berjumlah 155jiwa, tahun 2020 berjumlah 79 jiwa, pada tahun 2021 berjumlah 82
jiwa dan pada tahun 2022 berjumlah 120 jiwa.
Dampak dari pasien dengan TB Paru akan terjadi kerusakan parenkim paru,
sehingga paru-paru tersebut tidak berfungsi dengan baik dan mengakibatkan pasien
tersebut mengalami gangguan pada pernapasan, syok dan akan sampai pada
kematian. Dampak pada pola napas tidak efektif yang terjadi pada lansia dengan
tuberculosis paru ini dapat menyebabkan kekurangan oksigen, sesak napas dan
dapat menyebabkan kematian. Adapun beberapa factor yang mempengaruhi
terjadinya penyakit Tuberculosis ini meningkat seperti status ekonomi yang rendah,
status gizi yang kurang, lingkungan tempat tinggal yang padat dan lembab serta
kotor dan tidak memadainya Pendidikan mengenai TB (Somantri, Irman).
Upaya yang dapat dilakukan pada lansia dengan TB Paru adalah memberikan
Asuhan keperawatan sesuai tanda dan gejala yang timbul selain itu dapat di berikan
asuhan keperawatan lain seperti Teknik relaksasi napas dalam.Upaya
penanggulangan TBC secara nasional mengucap pada strategi DOTS (Directly
observed Treament Short course) yang di rekomendasikan oleh (WHO) dan
terbukti dapat memutus Rantai penularan TBC dibagi menjadi dua program yaitu
Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskopik BTA dalam dahak, dalam
asuhan keperawatan terjaminnya persediaan obat anti Tuberculosis (OAT).
Berdasrkan uraian data diatas, penulis tertarik mengambil judul asuhan
keperawatan pada Lansia dengan maslah TB paru di Ruang Flamboyan RSUD
MGR Gabriel Manek SVD Atambua.

1.2 Batasan Masalah


Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan keperawatan pada Lansia
dengan masalah TB paru di Ruang Flamboyan RSUD MGR Gabriel Manek SVD Atambua.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian rumusan masalah pada studi kasus ini yaitu bagaimanakah asuhan
keperawatan pada Lansia dengan Tuberculosis paru di ruang Flamboyan RSUD MGR
Gabriel Manek SVD Atambua.

1.4 Tujuan Penulisam


1.4.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada Lansia yang mengalami


Tuberculosis paru di RSUD MGR Gabriel Manek SVD Atambua.

1.4.2 Tujuan khusus


1 Melakukan pengkajian keperawatan pada pada Lansia yang mengalami Tuberculosis Paru
dengan masalah pola napas tidak efektif di RSUD MGR Gabriel Manek SVD Atambua.
2 Menentukan Diagnosa keperawatan pada Lansia yang mengalami Tuberculosis paru dengan
masalah Pola napas tidak efektif di RSUD MGR Gabriel Manek SVD Atambua.
3 Menyusun perencanaan keperawatan pada Lansia yang mengalami Tuberculosis paru
dengan masalah pola napas tidak efektif di RSUD MGR Gabriel Manek SVD Atambua.
4 Melaksanakan Tindalkan keperawatan pada lansia yang mengalami Tuberculosis dengan
masalah pola napas tidak efektif di RSUD MGR Gabriel Manek SVD Atambua
5 Melakukan evaluasi keperawatan pada Lansia yang mengalami Tuberculosis paru dengan
masalah pola napas tidak efektif.

1.4 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis
Mengembangkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada Lansia yang
mengalami Tuberculosis paru melalui pengkajian Diagnosa keperawatan, pelaksanaan dan
evaluasi dalam merawat pasien Tuberculosis paru dengan masalah pola napas tidak efektif di
RSUD MGR GabrielManek SVD Atambua.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Perawat
Mmeberikan masukan tentang bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada
klien yang mengalami Tuberculosis paru dengan masalah pola napas tidak efektif di
RSUD MGR Gabriel Manek SVD Atambua.

2. Rumah Sakit
Mempermudah akses masyarakatn untuk mendapatkan pelayanan Kesehatan, dan
memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkunhgan
rumah sakit dan sumber daya manusia dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien yang mengalami Tuberculosis paru dengan masalah pola napas tidak
efektif di RSUD MGR Gabriel Manek SVD Atambua.

3 Institusi Pendidikan
Memberi gambaran tentangkemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu
yang di peroleh dalam memeberikan melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien yang mengalami Tuberculosis paru dengan masalah pola napas tidak efektif
di RSUD MGR Gabriel Manek SVD Atambua.

4 Klien dan Keluarga


Dalam memberikan masukan berharga bagi klien dan keluarga dalam
meningkatkan pengetahuanTuberculosis paru sehingga dapat termotivsi dalam
melakukan pemeriksaan selama sakit maupun sehat.

BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Definisi
Lanjut usia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia, sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU no 13 tahun
1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai umur 60 tahun. Menurut WHO (World Health Organization) Lansia
adalah seseorang memasuki usia 45 tahun keatas. Klasifikasi Lansia menurut
WHO antara lain: Middle range(usia pertengahan) memiliki rentang usia 45-49
tahun, Elderly (Lanjut usia awal) memiliki rentang usia 60-74 tahun, Old (Lanjut
usia tua) memiliki rentang usia 75-90 tahun, Very Old (usia sangat tua) memiliki
rentang usia diatas 90 tahun.

Tuberculosis Paru (TB) merupakan penyakit infeksi yang menyerang


parenkim paru-paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis.
Bakteri Mycobacterium ini dapat menyebabkan pola napas tidak efektif yang
ditandai dengan batuk berdahak lebih dari tiga minggu, sesak napas, nyeri dada,
dan berdampak pada kematian. Penyakit ini dapat juga menyebar ke bagian tubuh
lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe.
Tuberkulosis pada manusia ditemukan dalam dua bentuk yaitu:
a. Tuberkulosis Primer, jika terjadi pada infeksi yang pertama kali
b. Tuberkulosis Sekunder, kuman yang dorman pada tuberculosis primer akan
aktif setelah bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi
tuberculosis dewasa. Mayoritas terjadi karena adanya penurunan imunitas,
misalnya karena malnutrisi, penggunaan alcohol, penyakit maligna,
diabetes,AIDS,dan gagal ginjal, ( Somantri Irman ).
Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada membrane selnya
sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan
dari kumannya langsung dengan lambat. Pada hampir semua kasus, infeksi
tuberculosis dapat melalui inhalasi partikel kuman yang cukup kecil (sekitar 1-5
um). Droplet dikeluarkan selama batuk, tertawa, atau bersin, Nukleus yang
terinfeksi kemudian terhirup oleh individu yang rentan (hospes), (Asih , Effendy,
2004)

2.2.2 ETIOLOGI
Penyakit ini desebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri
atau kuman ini berbentuk batang, dengan ukuran Panjang 1-4 um dan tebal 0,3-
0,6 um. Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid, sehingga kuman tahan
terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia atau fisik. Sifat lain dari kuman ini
adalah aerob yang menyukai daerah dengan banyak oksigen, dan daerah yang
memiliki kandungan oksigen tinggi yaitu apikal/apeks paru. Daerah ini menjadi
predileksi pada penyakit Tuberculosis. (Somantri Irman)
Pada dinding sel micobacteria, terdapat lemak yang berhubungan dengan
arabinogalaktandan peptidoglikan dibawahnya. Struktur ini menurunkan
permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektifitas dari
antibiotic.Lipoarabinomannan adalah suatu molekul lain dalam dinding sel
mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen menjadikan M
tuberculosis dapat bertahan hidup dalam makrofag dalam beberapa
tahun.Mycobacterium Tuberculosis adalah aerob obligat dimana merupakan suatu
bakteri yang sangat membutuhkan oksigen dalam hidupnya untuk melakukan
respirasi aerobic (Zulkoni,2010).

2.2.3 KLASIFIKASI
Klasifikasi Tuberkulosis dari sistem lama:
1. Pembagian secara patologis:
a. Tuberkulosis Primer (childhood tuberculosis)
b. Tuberkulosis Post-Primer (adult tuberculosis)
2. Pembagian secara aktifitas radiologis tuberculosis paru (Koch pulmonum)
aktif, non aktif dan quiescent (bentuk aktif yang menyembuh).
3. Pembagian secara radiologis (luas lesi).
a. Tuberkulosis minimal.
b. Moderately advanced tuberculosis
c. Far advanced tuberculosis
Klasifikasi menurut American Thoracic Society:
1.Kategori 0: tidak pernah terpajan, tidak terinfeksi, Riwayat kontak negative, tes
tubekculin negatif.
2. Kategori 1: terpajan tuberkulosis, tapi tidak terbukti ada infeksi.disini Riwayat
kontak positif, tes tuberkulin negative
3. Kategori 2: terinfeksi tuberculosis, tetapi tidak sakit. Tes tuberkulin positif,
radiologis dan sputum negatif.
4. Kategori 3 : terinfeksi tuberculosis dan sakit.
Klasifikasi di Indonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis, radiologis, dan
makrobiologis:
1.Tuberkulosis Paru
2.Bekas Tuberculosis paru
3.Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam:
a. Tuberculosis tersangka yang diobati: sputum BTA, negatif negatif, tetapi
tanda-tanda lain positif.
b. Tuberculosis tersangka yang tidak diobati: sputum BTA negatif, tetapi
tanda-tanda lain positif.
Klasifikasi menurut WHO, TB dibagi menjadi 4 kategori yaitu:
1. Kategori 1, ditujukan terhadap:
a. Kasus batuk dengan sputum positif
b. Kasus baru dengan bentuk TB berat
2. Kategori 2, ditujukan terhadap:
a. Kasus kambuh
b. Kasus gagal dengan sputum BTA positif
3. Kategori 3, ditujukan terhadap:
a. Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang luas
b. Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori 1
4. Kategori 4, ditujukan terhadap : TB kronik
( Sudoyo Aru dkk, 2009: NANDA Nic Noc, 2013)

2.2.4 PATOFISIOLOGI
Seseorang yang dicurigai menghirup basil mycobacterium tuberculosis
akan menjadi terinfeksi. Bakteri menyebar melalui jalan napas ke alveoli, dimana
pada daerah tersebut bakteri bertumpuk dan berkembang biak. Penyebaran basil
ini bisa juga melalui system limfe dan aliran darah kebagian tubuh lain (ginjal,
tulang korteks serebri) dan area lain dari paru-paru ( lobus atas).selanjutnya
system kekebalan tubuh memberikan respon dengan melakukan reaksi inflamasi.
Netrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara
limfosit spesifik Tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan
normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang
menyebabkan Bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu
setelah terpapar bakteri.
Interaksi antara M tuberculosis dan system kekebalan tubuh pada masa awal infeksi
membentuk sebuah masa jaringan baru yang disebut Granumola. Granumola terdiri atas
gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding.Granumola
selanjutnya berubah bentuk menjadi masa jaringan tibrosa, dan akhirnya membentuk jaringan
kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif.
Setelah infeksi awal, jika respons system imun tidak adekuat maka penyakit akan
menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri
yang sebelumnya tidak aktif Kembali menjadi aktif. paru-paru yang terinfeksi kemudian
meradang, mengakibatkan timbulnya Bronkopneumonia, membentuk tuberkel,dan
seterusnya.

2.2.5 PATHWAY

Anda mungkin juga menyukai