BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberculosis (TBC) merupakan yang menjadi masalah kesehatan serius di
morbiditas maupun mortalitas. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang
telah lama dikenal dan sampai saat ini, belum ada negara yang bebas TBC.
mengalami perubahan bentuk fisik menjadi lebih kurus dan pucat, batuk, badan
Tuberculosis (TBC) sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah
dilaksanakan di banyak negara sejak tahun 1995. Menurut laporan WHO tahun
karena TBC. Dari kasus TBC tersebut ditemukan 1,030.000 (10%) HIV positif
dengan kematian 374.000 orang, TBC resisten obat (TB-RO) dengan kematian
240.000 orang. 1.040.000 kasus TBC anak ( dibawah usia 15 tahun) dan
140.000 kematian/tahun.
perkirakan ada 1.020.000 kasus TBC baru per tahun ( 391 per 100.000
Berdasarkan data dari dinas kesehatan Provinsi Kalimantan Barat dari tahun
2018 sd 2019 sebanyak 17034 orang penderita TBC. Data di Rumah Sakit RSUD
Soedarso penderita TBC dari tahun 2018 sampai tahun 2020 sebanyak 557 orang.
obat sampai tuntas. Gejala gejala TBC pada orang dewasa yaitu batuk
berdahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam hari tanpa kegiatan
fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala TBC pada anak adalah
batuk lama lebih dari 2 minggu, berat badan turun, demam lama sampai 2
nafas tidak efektif dengan cara memonitor pola nafas, memonitor bunyi nafas,
bersihan jalan nafas tidak efektif diruang paru - paru RSUD Soedarso.
B. Tujuan Penulisan
3
1. Tujuan Umum
paru dengan bersihan jalan tidak efektif nafas diruang paru-paru RSUD
Soedarso.
2. Tujuan Khusus
RSUD Soedarso.
RSUD Soedarso.
yang menderita TBC paru dengan bersihan jalan nafas tidak efektif
paru dengan bersihan jalan nafas tidak efektif diruang paru paru
RSUD Soedarso.
Soedarso.
C. Sistematika Penulisan
4
Pada bagian ini diuraikan sistematika penulisan yang terdiri bab I sampai
Bab I : Pada bab ini berisi pendahuluan, latar belakang, tujuan penulisan dan
sistematika penulisan.
Bab II : Pada bab ini berisi landasan teoritis yang mencakup defenisi dan
Bab III : Pada bab ini menggambarkan Asuhan keperawatan yang diberikan
Bab V : Pada bab ini tentang pembahasan yang memberikan ulasan dan
BAB II
5
LANDASAN TEORITIS
1. Defenisi
ketidak mampuan untuk batuk secara efektif ( Carpenito & Moyet, 2013 )
untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten. ( Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016 )
2. Batasan karakteristik
4. Kriteria hasil
c. Mengi meningkat
d. Wheejing menurun
e. Mekonium menurun
B. Tuberkulosis Paru
1. Defenisi
parenkim paru. Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebkan
saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberculosis masuk
proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon ( Hood Alsagaff, 1995 :
73 ).
dibatukkan berasal dari saluran pernafasan bagian bawah yaitu mulai dari
glottis kearah distal, batuk darah akan berhenti sendiri jika asal robekan
pembuluh darah tidak luas, sehingga penutupan luka dengan cepat terjadi
2. Etiologi
7
3. Klasifikasi
sebagai berikut :
2. Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru
4. Patofisiologi
sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan
yang lebih besar cenderung bertahan dirongga hidung dan tidak menyebabkan
penyakit ( Dannerberg, 1981 dikutip dari Price, 1995 ). Setelah berada dalam
ruang alveolus ( biasanya dibagian bawah lobus atas atau dibagian atas lobus
konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pnemonia seluler ini dapat
proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak
didalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar limferegional. Reaksi ini
memberikan gambaran yang relative padat seperti keju, lesia nekrosis ini
jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast
9
mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru paru disebut focus Ghon dan gabungan terserangnya
kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon lain
yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas
kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuber kular yang dilepaskan
dari dinding kavitas akan masuk kepercabangan trakeo bronkial. Proses ini
dapat terulang kembali pada bagian lain dari paru atau basil dapat terbawa ke
laring, telinga tengah atau usus. Bila peradangan meredah lumen bronkus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan
mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang
tidak telepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama
pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar limfe akan mencapai
aliran darah dalam jumlah yang lebih kecil yang kadang kadang dapat
5. Pathway
M. Tuberkulosis M. Bovis
6. Manifestasi klinis
1). Batuk : Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan
kerusakan jaringan.
3). Sesak nafas : Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru
sudah luas atau karena ada hal hal yang menyertai seperti efusi
4). Nyeri dada : Nyeri dada pada TB paru temasuk nyeri pleuritik yang
pneumonia.
12
7. Komplikasi TB Paru
a. Pleuritis tuberkulosa
c. Tuberkulosa milier
d. Meningitis tuberkulosa
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan diagnostic
b. Pemeriksaan sputum
5). Reaksi timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen intrakutan berupa
e. Rontgen dada
mikobakterium tuberculosis.
h. Pemeriksaan elektrolit
9. Penatalaksanaan TB Paru
(pengobatan 2- 3 bulan ).
14
macam obat per hari. (pengobatan 4-7 bulan) Paduan obat yang
digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis OAT
1. Pengkajian
a. Identitas klien
diagnosa medis.
b. Riwayat keperawatan
yaitu :
1). Pernah mengalami batuk dalam kurun waktu yang lama dan
tidak sembuh
4). Memiliki riwayat vaksinasi BCG yang tidak teratur ( Wahid &
Suprapto, 2013 )
d. Riwayat keluarga
riwayat sesak nafas, batuk dalam waktu yang lama, batuk disertai
e. Faktor pendukung
seimbang.
2013 ).
f. Pemeriksaan Fisik
1). Inspeksi
2). Palpasi
Hidayat, 2009 )
3). Perkusi
dinding dada dan organ paru paru yang ada dibawahnya, akan
( Muttaqin, 2010 ).
4). Auskultasi
).
2. Diagnosa keperawatan
yang sering muncul pada pasien TB yaitu bersihan jalan nafas tidak
bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekret darah yang dibuktikan
3. Intervensi keperawatan
a. Dampingi pasien untuk duduk pada posisi kepala sedikit lurus, bahu
kebutuhan
Rasional :
sputum.
4. Implementasi keperawatan
5. Evaluasi keperawatan
d. Pasien mampu untuk bernafas dengan normal tanpa ada suara nafas
tambahan.
e. Pasien tidak merasa sesak nafas saat istirahat dan saat melakukan
aktifitas ringan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Bab ini menggambarkan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien Ny.
A. Pengkajian
Klien bernama Ny. S, umur 61 tahun, dirawat sejak tanggal 7 Nopember 2019
Madura, agama Islam, Pendidikan tidak sekolah, pekerjaan ibu romah tangga,
Keluhan utama saat dikaji Ny. S mengatakan batuk sudah lama, banyak
lender, susah makan dan susah tidur. Se belum masuk rumah sakit Ny. S
malam hari tanpa ada aktifitas. Untuk keluhan ini Ny. S sudah berobat tetapi
mentis.
22
Pada system pernafasan ada keluhan sesak, batuk produktif, sekret susah
keluar, warna kuning kehijauan, irama nafas teratur, suara nafas ada wheezing,
Pada system kardiovaskular tidak ada keluhan nyeri dada, irama jantung
regular S1/S2 tunggal, suara jantung normal, CRT > 2 detik, akral hangat, dan
JVP normal.
patologis babinsky budzinsky kernig, tidak ada keluhan pusing, pupil isokor,
sclera tidak anemis, dan tidak ada gangguan pandangan serta gangguan
produksi urine 500 ml/hari warna kuning bau amoniak, tidak ada pembesaran
kandung kemih dan tidak ada nyeri tekan, intake cairan oral 4500 cc/hari dan
Pada system pencernaan mulut tampak bersih, mukosa bibir kering tidak
ada pembesaran tonsil, abdomen kembung, tidak ada nyeri tekian dan tidak
ada luka operasi, peristaltic 12 x/mt, BAB 2 hari sekali konsistensi keras, diet
lunak, nafsu makan menurun frekwensi 1 x/hari, forsi makan tidak habis hanya
1 x/hari.
ada kelainan extremitas, tidak ada kelaianan tulang belakang, tidak ada fraktur,
tidak ada pemasangan gips, kulit tampak kemerahan, turgor kulit baik.
23
Pada system endokrin tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan getah
bening, tidak ada tanda tanda hipoglikemia dan hiperglikemia serta tidak ada
luka gangrene.
Personal Hygiene dan kebiasaan pada pasien Ny. S mandi hanya diseka
seka saja, tidak ada keramas dalam sehari, tidak ada memotong kuku dan
Pemeriksaan penunjang
1. Infus RL 20 tpm
5. Ambroxol tab 3 x 1
Evaluasi
1. Diagnosis keperawatan
1). Perencanaan
selama 3 hari klien mengatakan bersihan jalan yang efektif dengan kriteria hasil,
klien dapat mengeluarkan lendir melalui batuk efektif, suara nafas bersih dan
nafas setiap 8 jam, pukul 05.00, pukul 12.00, pukul 21.00 dengan rasional
bersihan jalan nafas efektif, lakukan fisio terafi dada pukul 09.00 dengan rasional
suara nafas bersih, ajarkan latihan nafas dan batuk efektif dengan rasional
produksi sputum menurun, berikan terafi ambroxol tab 3 x 1, pukul 08.00, pukul
2). Implementasi
klien Ny. S, pada pukul 08.00 memberikan obat ambroxol 1 tab, mengkaji suara
nafas setiap 8 jam, mengajarkan latihan tarik nafas dalam dan melatih batuk
efektif pukul 09.00 yaitu dengan cara menganjurkan tarik nafas dalam melalui
hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu selama 8 detik dan menganjurkan batuk dengan kuat
klien Ny. S, pada pukul 08,00 memberikan obat ambroxol 1tab, mengajarkan
latihan tarik nafas dalam dan melatih batuk efektif pada pukul 09.30.
klien Ny. S, pada pukul 08,00 memberikan obat ambroxol 1tab, mengajarkan
latihan tarik nafas dalam dan melatih batuk efektif pada pukul 09.00.
3). Evaluasi
P : Lanjutkan intervensi : berikan ambroxol tab 3x1, ajarkan latihan Tarik nafas
P : Lanjutkan intervensi : berikan ambroxol tab 3x1, ajarkan latihan Tarik nafas
1). Perencanaan
selama 3 hari maka keseimbangan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil,
berat badan meningkat, frekwensi makan membaik, nafsu makan membaik dan
makanan, monitor berat badan, berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstifase, ajarkan diet yang diprogramkan dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk
2). Implementasi
Pada tanggal 11 Nopember 2019 tindakan yang diberikan kepada klien Ny. S,
berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan.
Pada tanggal 12 Nopember 2019 tindakan yang diberikan kepada klien Ny. S,
diet yang diprogramkan dan berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Pada tanggal 13 Nopember 2019 tindakan yang diberikan kepada klien Ny. S,
3). Evaluasi
makanan tinggi serat, dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
S : Pasien mengatakan sudah mulai ada nafsu makan dan selera makan
makanan tinggi serat, dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
A. Masalah teratasi
1). Perencanaan
selama 3 hari maka gangguan pola tidur klien membaik dengan kriteria hasil,
keluhan sulit tidur membaik, keluhan pola tidur dapat diatasi, istirahat terpenuhi.
aktifitas dan tidur, identifikasi makan dan minuman yang mengganggu tidur,
batasi waktu tidur siang, jelaskan pentingnya tidur selama sakit, ajrkan faktor
2). Implementasi
Pada tanggal 11 Nopember 2019 tindakan yang diberikan kepada klien Ny. S,
yang mengganggu tidur ( mis. kopi, teh ), membatasi waktu tidur siang,
menjelaskan pentingnya tidur selama sakit dan mengajarkan faktor faktor yang
Pada tanggal 12 Nopember 2019 tindakan yang diberikan kepada klien Ny. S,
yang mengganggu tidur ( mis. kopi, teh ), membatasi waktu tidur siang,
menjelaskan pentingnya tidur selama sakit dan mengajarkan faktor faktor yang
Pada tanggal 13 Nopember 2019 tindakan yang diberikan kepada klien Ny. S,
yang mengganggu tidur ( mis. kopi, teh ), membatasi waktu tidur siang,
3). Evaluasi
31
O : - Tampak gelisah
dan minuman yang mengganggu tidur, batasi waktu tidur siang, jelaskan
pentingnya tidur selama sakit dan ajarkan faktor faktor yang berkontribusi
O : - Tampak gelisah
O : - Tampak tenang
- Istirahat cukup
A. Masalah teratasi
32