NAMA KELOMPOK
PUSPITA GIRI SUTANTI 2021 91 001
LUKI WELIN HAPSARI 2021 91 002
ETI ETIKA 2021 91 003
LISTARI 2021 91 004
DELL ANGGITA 2021 91 005
SANTI NUR PRATIWI 2021 91 006
RIZKI PANGESTI 2021 91 007
MAYANG NURUL SAKINAH 2021 91 008
FITRIANI 2021 91 009
SILVIA DESRINA SARI 2021 91 010
PUTRI 2021 91 011
NURA SAFI’I 2021 91 039
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis berniat membuat laporan kasus
tentang asuhan keperawatan pasien dengan TB Paru. Untuk itu penulis merumuskan
masalah sebagai berikut “ Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Klien dengan TB
Paru di ruang Interne Rumah Sakit H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2021? “
1.3 Tujuan Studi Kasus
1.3.1 Tujuan Umum
1. Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan TB Paru di ruang Interne
Rumah Sakit H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2021.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada klien dengan TB Paru di ruang Interne Rumah Sakit H.
Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2021.
2. Melakukan diagnose keperawatan pada klien dengan TB Paru di ruang Interne Rumah
Sakit H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2021.
3. Melakukan rencana keperawatan pada klien dengan TB paru di Ruang Interne Rumah
Sakit H. Abdul Manap Kota Jambi 2021.
4. Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan TB paru di Ruang Interne Rumah
Sakit H. Abdul Manap Kota Jambi 2021.
5. Melakukan dan mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien TB paru di Ruang
Interne Rumah Sakit H. Abdul Manap Kota Jambi 2021.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering
mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis.TB paru dapat menyebar ke setiap bagian tubuh, termasuk meningen,
ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer&Bare, 2015). Selain itu TB paru adalah
penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob
yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh lainnya yang
mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Tabrani Rab, 2010). Menurut
Robinson, dkk (2014),TB Paru merupakan infeksi akut atau kronis yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis di tandai dengan adanya infiltrat
paru, pembentukan granuloma dengan perkejuan, fibrosis serta pembentukan
kavitas.
2.2 Etiologi
Arif Mutaqqin (2012), menyatakan secara umum gejala klinik TB paru primer
dengan TB paru DO sama. Gejala klinik TB Paru dapat dibagi menjadi 2
golongan, yaitu gejala respiratorik (atau gejala organ yang terlibat ) dan gejala
sistematik.
1. Gejala respratorik
a. Batuk
b. Batuk darah
Keluhan batuk darah pada klien TB Paru selalu menjadi alasan utama
klien untuk meminta pertolongan kesehatan.
c. Sesak nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,
pneumothoraks, anemia, dan lain-lain.
d. Nyeri dada
2. Gejala sistematis
a. Demam
Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau
malam hari mirip demam atau influenza, hilang timbul, dan semakin
lama semakin panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan
semakin pendek.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Tuberkulosis dijuluki the great imitator, suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan
gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah pasien yang timbul
tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimptomatik
(Muttaqin, 2008). Keluhan yang sering menyebabkan pasien dengan TB
paru meminta pertolongan dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu (Muttaqin, 2008):
2. Keluhan Respiratori, meliputi :
a) Batuk
Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Perawat harus menanyakan apakah keluhan batuk
bersifat nonproduktif/produktif atau sputum bercampur darah (Muttaqin,
2008)
b) Batuk Darah
Keluhan batuk darah pada klien dengan TB paru selalu menjadi alasan
utama klien untuk meminta pertolongan kesehatan. Hal ini disebabkan
rasa takut klien pada darah yang keluar dari jalan napas. Perawat harus
menanyakan seberapa banyak darah yang keluar atau hanya berupa blood
streak, berupa garis, atau bercak-bercak darah.
c) Sesak Napas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks,
anemia, danlain-lain
d) Nyeri Dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri ringan. Gejala ini timbul
apabila sistem persarafan di pleura terkena TB.
3. Keluhan Sistemis, meliputi:
a) Demam
Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam
hari mirip demam influenza, hilang timbul, dan semakin lama semakin
panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin pendek.
b) Keluhan Sistemis lain
Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia, penurunan
berat badan, dan malaise. Timbulnya keluhan biasanya bersifat bersifat
gradual muncul dalam beberapa minggu bulan. Akan tetapi penanmpilan
akut dengan batuk, panas, dan sesak napas walaupun jarang dapat juga
timbul menyerupai gejala pneumonia
c) Riwayat Penyakit Saat Ini
Pengkajian ini dialkukan untuk mendukung keluhan utama. Pengkajian
yang ringkas dengan PQRST dapat memudahkan perawat untuk
melengkapi data pengkajian. Apabila, keluhan utama klien adalah sesak
napas, maka perawat perlu mengarahkan atau menegaskan pertanyaan
untuk membedakan antara sesak napas yang disebabkan oleh gangguan
pada sistem pernapasan dan kardiovaskular. Sesak napas yang
ditimbulkan oleh TB paru, biasanya akan ditemukan gejala jika tingkat
kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang
menyertainya seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia, dan lain- lain.
Pengkajian ringkas dengan menggunakan PQRST yaitu, Provoking
Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab sesak
napas, apakah sesak napas berkurang apabila istirahat. Quality of Pain:
seperti apa rasa sesak napas yang dirasakan atau digambarkan klien,
apakah rasa sesaknya seperti tercekik atau susah dalam melakukan
pernapasan. Region: dimana rasa berat dalam melakukan pernapasan.
Severity of Pain: seberapa jauh rasa sesak yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala sesak sesuai klasifikasi sesak napas dan klien
menerangkan seberapa jauh sesak napas memengaruhi aktivitas sehari-
hari. Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari atau siang hari, sifat mula timbulnya
(onset), tentukan apakah gejala timbul mendadak, perlahan-lahan atau
seketika itu juga, apakah gejala timbul secara terus menerus atau hilang
timbul (intermitten), apa yang sedang dilakukan klien pada saat gejala
timbul, lama timbulnya (durasi), kapan gejala tersebut pertama kali
muncul, dan apakah pasien pernah menderita penyakit yang sama
sebelumnya.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama pada
masa kecil, tuberkulosis dari organ lain, pembesaran getah bening, dan
penyakit lain yang memperberat TB paru seperti diabetes melitus.
Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa
yang lalu yang masih relevan, obat-obat ini meliputi obat OAT dan
antitusif. Catat adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu. Adanya
alergi obat juga harus ditanyakan serta reaksi alergi yang timbul. Sering
kali klien mengacaukan suatu alergi dengan efek samping obat. Kaji
lebih dalam tentang seberapa jauh penurunan berat badan (BB) dalam
enam bulan terakhir. Penurunan BB pada klien dengan TB paru
berhubungan erat dengan proses penyembuhan penyakit serta adanya
anoreksia dan mual yang disebabkan karena meminum OAT.
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat
menanykan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga
lainnya sebagai faktor predisposisi penularan didalam rumah.
f) Riwayat Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian psikologis pasien meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh presepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif dan perilaku pasien. Perawat mengumpulkan data
hasil pemeriksaan awal pasien tentang kapasitas fisik dan intelektual saat
ini. Data ini penting untuk menentukan tingkat perlunya pengkajian
psiko-sosio-spritual yang seksama. Pada kondisi klinis, pasien dengan
Tuberkulosis sering mengalami kecemasan bertingkat sesuai dengan
keluhan yang dialaminya. Perawat juga perlu menanyakan kondisi
pemukiman pasien bertempat tinggal. Hal ini penting, mengngat TB paru
sangat rentan dialami oleh mereka yang bertempat tinggal dipemukiman
padat dan kumuh karena populasi bakteri TB paru lebih mudah hidup
ditempat kumuh dengan ventilasi dan pencahayaan sinar matahari yang
kurang. TB paru merupakan penyakit yang pada umumnya menyerang
masyarakat miskin karena tidak sanggup meningkatkan daya tahan tubuh
nonspesifik dan mengonsumsi makanan yang kurang bergizi, dan juga
tidak mampu untuk membeli obat, ditambah lagi kemiskinan membuat
pasien diharuskan bekerja bekerja secara fisik sehingga mempersulit
penyembuhan penyakitnya. Pasien TB kebanyakan berpendidikan
rendah, akibatnya mereka sering kali tidak menyadari bahwa
penyembuhan penyakit dan kesehatan merupakan hal yang penting.
Padahal, taraf hidup yang baik amat dibutuhkan untuk penjagaan
kesehatan pada umumnya dan dalam menghadapi infeksi pada
khususnya.
g) Pola-pola Fungsi Kesehatan
1. Pola Persepsi dan Tatalaksana Hidup Sehat
Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum
alkohol dan penggunaan obat-obatan steroid bisa menjadi faktor
resiko timbulnya penyakit. Menurut Kemenkes RI (2013) tujuan
pemberian pengobatan adalah : menyembuhkan, mempertahankan
kualitas hidup dan produktivitas pasien, mencegah kamatian akibat
TBC, menurunkan tingkat penularan TBC kepada orang lain.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
Pasien dengan tuberkulosis paru biasanya kehilangan nafsu
makan, pada pola nutrisi, pasien TB paru akan mengalami mual,
muntah, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.
3. Pola Eliminasi
Dapat ditemukan adanya oliguria. Karena keadaan umum
pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan
menimbulkan konstipasi, bahwa pada saat BAK warna urine pasien
akan berwarna jingga pekat dan berbau yang menandakan fungsi
ginjal masih normal jika pasien TB sudah mendapatkan OAT.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pasien dapat mengalami kelemahan umum, napas pendek
karena kerja, takikaria, takipnea atau dispnea pada kerja, kelemahan
otot dan nyeri, bahwa gejala yang muncul antara lain kelemahan,
kelelahan, insomnia, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga yang
tidak teratur.
5. Pola sensori dan Kognitif
Dalam keadaan kronis perubahan mental (bingung) mungkin
dapat terjadi, bahwa Pasien dengan TB paru kebanyakan berpendidikan
rendah, akibatnya mereka sering kali tidak menyadari bahwa
penyembuhan penyakit dan kesehatan merupakan hal yang sangat
penting.
6. Pola Tidur dan Istirahat
Pasien yang mengalami TB paru harus banyak tirah baring dan
membatasi aktivitas .
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Perlu dikaji tentang persepsi pasien terhadap penyakitnya.
Persepsi yang salah dapat menghambat respon kooperatif pada diri
pasien. Cara memandang diri yang salah juga akan menjadi stressor
dalam kehidupan pasien.
8. Pola Hubungan dan Peran
Gangguan pada pernapasan sangat membatasi pasien untuk
menjalani kehidupan secra normal. Pasien perlu menyesuaikan
kondisinya dengan hubungan dan peran pasien, baik dilingkungan
rumah tangga, masyarakat ataupun lingkungan kerja serta perubahan
peran yang terjadi setelah pasien mengalami gangguan pernapasan.
Menurut DiGiulio (2014) menjelaskan bahwa pasien dengan TB Paru
akan mengalami perasaan isolasi karena menderita penyakit menular.
9. Pola Reproduksi Seksual
Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks
intercourse akan terganggu karena pasien mengalami
ketidakmampuan umum, bahwa pada penderita TB Paru akan
mengalami perubahan pola reproduksi dan seksual karena kelemahan
dan nyeri dada.
10. Pola Penanggulangan Stress
Pada pasien dapat ditemukan banyak stessor. Perlu dikaji
penyebab terjadinya stress, frekuensi dan pengaruh stress terhadap
kehidupan pasien serta cara penanggulangan terhadap stresso, bahwa
dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkan stress pada penderita penyakit TB Paru.
11. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Kedekatan pasien pada sesuatu yang diyakini di dunia di
percaya dapat meningkatkan kekuatan pasien. Keyakinan pasien
terhadap Tuhan dan mendekatkan diri Kepada-Nya merupakan
metode penanggulangan stress yang konstruktif. Karena mengalami
sesak nafas dan nyeri dada biasanya penderita TB Paru sering
terganggu ibadahnya.
h) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien TB paru meliputi pemeriksaan fisik
head to toe dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital,
serta pemeriksaan yang fokus dengan pemeriksaan menyeluruh sistem
pernapasan.
a) Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya penumpukan sekret
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual berlebihan
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Noc Nic Paraf
1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan Berikan O2l/mnt,
tidak efektif b/d keperawatan selama 3x24 jam pasien Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
penumpukan secret pada menunjukkan keefektifan jalan nafas Posisikan pasien untuk memaksimalkan
jalan napas dibuktikan dengan kriteria hasil : ventilasi
- mendemonstrasikan batuk Lakukan fisioterapi dada jika perlu
efektif dan suara nafas yang Keluarkan sekret dengan batuk
bersih, tidak ada sianosis dan
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
dyspneu (mampu mengeluarkan
tambahan
sputum, bernafas dengan mudah,
Monitor status hemodinamik
tidak ada pursed lips)
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
- Menunjukkan jalan nafas yang
Lembab
paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi Berikan antibiotik :
pernafasan dalam rentang Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
normal, tidak ada suara nafas keseimbangan.
abnormal) Monitor respirasi dan status O2
- Saturasi O2 dalam batas normal Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk
mengencerkan secret
Ajarkan bagaimana batuk efektif
2. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b/d penurunan ekspansi selama 3x24 jam pasien Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
paru menunjukkan keefektifan pola nafas, tambahan
dibuktikan dengan kriteria hasil: Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
- Mendemonstrasikan batuk Lembab
efektif dan suara nafas yang Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
bersih, tidak ada sianosis dan keseimbangan.
dyspneu (mampu mengeluarkan Monitor respirasi dan status O2
sputum, mampu bernafas dg
Pertahankan jalan nafas yang paten
mudah, tidakada pursed lips)
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
- Menunjukkan jalan nafas yang
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
paten (klien tidak merasa
oksigenasi
tercekik, irama nafas, frekuensi
Monitor vital sign
pernafasan dalam rentang
Informasikan pada pasien dan keluarga tentang
normal, tidak ada suara nafas
abnormal) tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
- Tanda Tanda vital dalam rentang Monitor pola nafas
normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
BAB III
LAPORAN KASUS
a. Kasus Terkait
pada bab ini diuraikan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Tn. M berusia 56 tahun, dengan diagnose medis Tuberculosis paru (TB patu)
di rungan interne Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi, dimulai sejak tanggal 19 oktober hingga 21 oktober 2021 pelaksanaan asuhan
keperawatan dilakukan secara bertahap diawali dengan pengkajian rumusan masalah keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan dan
evaluasi tindakan keperawatan yang disebut sebagai proses keperawatan, selanjutnya dijabarkan sebagaimana uraian-uraian yang dijelaskan
dibawah ini.
b. Pengkajian
Hari/Tanggal : Selasa/19 Oktober 2021
Jam : 11.00 WIB
Diagnosa Medis : TB Paru/dispneu ec efusi pleura
Ruang : Interne
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Tn. M
b. Jenis kelamin : laki-laki
c. Umur : 56 th
d. Agama : islam
e. Status perkawinan : cerai hidup
f. Pekerjaan : buruh harian
g. Pendidikan terakhir : SMP
h. Alamat : jln pool lelang
i. No. RM :16 29 99
j. Diagnostik Medik : tb paru/dispneu ec efusi pleyra
PENANGGUNG JAWAB
a. Nama : Nella
b. Umur : 25 th
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : IRT
e. Alamat : jln pool lelang
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan Utama : pasien datang ke IGD pukul 15.00 WIB hari Sabtu,16 Oktober 2021 dengan keluhan sesak napas
memberat sejak pagi, pasien tidak bisa berbaring, semakin sesak jika berbaring dan tidur dengan 3 bantal dalam 1 minggu, nyeri ulu
hati (+), mual (+), keringat dingin (+), muntah (-), kaki bengkak (-), demam (-), riwayat DM type 2 (+) tidak minum obat, riwayat
hipertensi (+) minum amlodipine 5mg tidak teratur, riwayat magh (+), riwayat vaksin (-), TD: 198/116 mmHg, N: 129x/I R: 26x/i S:
36 C SpO2: 84 %
b. Riwayat Kesehatan Pasien : pasien mengatakan sesak napas memberat jika berbaring dan hanya bisa tidur dengan posisi duduk
menunduk ke depan dengan bantal, pasien mengatakan batuk berdahak dengan warna secret putih keruh, pasien mengatakan tidak
nafsu makan, nyeri ulu hati dan mual, keringat dingin (+), SpO2: 90 % TD: 110/70 mmHg N : 90x/I R: 28x/I S: 36,6 C
c. Riwayat Penyakit Masa Lalu : pasien mengatakan punya riwayat hipertensi tetapi tidak minum obat amlodipine 5 mg teratur,
riwayat DM type 2 tidak minum obat, riwayat magh, tidak ada riwayat operasi
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : pasien mengatakan ada anggota keluarga yang sama mengalami riwayat sesak, tidak ada keluarga
riwayat hipertensi, tidak ada keluarga riwayat DM type 2
e. Genogram
Keterangan : : Pasien
: meninggal
: laki-laki
: perempuan
------- : tinggal serumah
3. PENGKAJIAN BIOLOGIS
a. Rasa Aman dan Nyaman
b. Aktivitas
Sebelum sakit Saat sakit
Tn. M mengatakan sering berolahraga Tn. M mengatakan badan terasa sesak
pagi walau hanya sekedar jalan santai dan merasa letih
c. Istirahat
d. Tidur
e. Cairan
f. Nutrisi
Sebelum sakit Saat sakit
Tn. M mengatakan makan 3x sehari Tn. M mengatakan tidak nafsu makan
dengan porsi besar dan aneka lauk yang dan merasakan mual dan hanya
tidak tentu menghabiskan ¼ porsi makan
h. Kebutuhan Oksigenasi
i. Kardiovaskuler
j. Personal Hygiene
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
1. Kesadaran : Composmentis GCS : 15 E: 4 M: 6 V: 5
2. Kondisi klien secara umum : Lemah
3. Tanda-tanda vital : TD: 100/70 mmHg S: 36,7 C HR: 89x/i RR: 28x/I SpO2: 90%
4. Pertumbuhan fisik : BB sebelum sakit: 70 kg BB saat sakit 67 kg
b. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : bentuk kepala mesochepal, rambut beruban, rambut lurus, tidak berketombe dan tidak ada benjolan
2. Mata : bentuk simetris kanan dan kiri, konjungtiva anemis, sclera ikterik, tidak terdapat oedema, bentuk pupil isokor
3. Telinga : bentuk simentris kiri dan kanan, tidak ada serument dan pendengaran baik, tidak ada nyeri
4. Hidung : bentuk simentris kiri dan kanan, bersih tidak ada secret, dan tidak ada nyeri
5. Mulut : mukosa bibir kering, mulut bersih kemampuan bicara baik, warna lidah merah muda, kondisi gigi baik dan lengkap, terdapat
secret pada jalan napas
6. Leher : tidak ada kesulitan menelan, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan pembesaran JVP
7. Dada : bentuk dada simentri kiri dan kanan, pergerakan dada simentris kiri dan kanan, tidak menggunakan otot bantu pernapasan,
vocal vernitus normal, teraba denyut jantung ictus cordis pada ICS 5 mid clavicula, bunyi pekak, S1>S2 reguler tidak ada bunyi suara
tambahan, terdapat ronchi
8. Abdomen : bentuk simentris kiri dan kanan, tidak ada benjolan, bising usus normal 20x/I, tidak ada nyeri tekan, bunyi timpani
9. Genetalia, anus dan rectum : tidak dikaji, warna urin kuning pekat, terpasang kateter, tidak teraba benjolan
10. Ekstrimitas :
- Atas : todak ada luka, tangan kanan dan kiri lengkap, kuku tampak bersih, kekuatan otot normal, terpasang IVFD asering 10
tetes/menit
- Bawah : tidak ada oedema, kaki kiri dan kanan lengkap, bentuk kaki normal, kekuatan notot normal
11. Pemeriksaan penunjang
a. Hasil pemeriksaan kimia klinik
- Albumin: 3,0 (3,5-5.0 mg/l)
- SPGT: 43 (<41 mg/l)
- Natrium: 123,39 (135-150 mmol/l)
- Clorida: 84,21 (95-110 mmol/l
b. Hasil swab
- Negative
12. Terapi yang diberikan
- IVFD asering 10 tpm
- Inj. Omeprazole 2x40mg
- Inj. Ceftriaxone 1x2 gr
- Antasida 3x1
- Amlodipine 5 mg 1x5mg
a. Analisa Data
b. Priotitas masalah
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d penumpukkan secret pada jalan napas
2. Pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual
c. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Noc Nic Paraf
1. Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan Berikan O2l/mnt,
efektif b/d penumpukan keperawatan selama 3x24 jam pasien Anjurkan pasien untuk istirahat dan
secret pada jalan napas menunjukkan keefektifan jalan nafas napas dalam
dibuktikan dengan kriteria hasil : Posisikan pasien untuk
- mendemonstrasikan batuk memaksimalkan ventilasi
efektif dan suara nafas yang Lakukan fisioterapi dada jika perlu
bersih, tidak ada sianosis dan Keluarkan sekret dengan batuk
dyspneu (mampu mengeluarkan
Auskultasi suara nafas, catat
sputum, bernafas dengan mudah,
adanya suara tambahan
tidak ada pursed lips)
Monitor status hemodinamik
- Menunjukkan jalan nafas yang
Berikan pelembab udara Kassa
paten (klien tidak merasa
basah NaCl Lembab
tercekik, irama nafas, frekuensi
Berikan antibiotik :
pernafasan dalam rentang
Atur intake untuk cairan
normal, tidak ada suara nafas
mengoptimalkan keseimbangan.
abnormal)
Monitor respirasi dan status O2
- Saturasi O2 dalam batas normal
Pertahankan hidrasi yang adekuat
untuk mengencerkan secret
Ajarkan bagaimana batuk efektif
2. Pola napas tidak efektif b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Posisikan pasien untuk
penurunan ekspansi paru selama 3x24 jam pasien memaksimalkan ventilasi
menunjukkan keefektifan pola nafas, Auskultasi suara nafas, catat
dibuktikan dengan kriteria hasil: adanya suara tambahan
- Mendemonstrasikan batuk Berikan pelembab udara Kassa
efektif dan suara nafas yang basah NaCl Lembab
bersih, tidak ada sianosis dan Atur intake untuk cairan
dyspneu (mampu mengeluarkan mengoptimalkan keseimbangan.
sputum, mampu bernafas dg Monitor respirasi dan status O2
mudah, tidakada pursed lips) Pertahankan jalan nafas yang paten
- Menunjukkan jalan nafas yang
Observasi adanya tanda tanda
paten (klien tidak merasa
hipoventilasi
tercekik, irama nafas, frekuensi
Monitor adanya kecemasan pasien
pernafasan dalam rentang
terhadap oksigenasi
normal, tidak ada suara nafas
Monitor vital sign
abnormal)
Informasikan pada pasien dan
- Tanda Tanda vital dalam rentang
keluarga tentang tehnik relaksasi
normal (tekanan darah, nadi,
untuk memperbaiki pola nafas.
pernafasan)
Monitor pola nafas
3. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan Kaji adanya alergi makanan
kurang dari kebutuhna keperawatan selama 3x24 jam nutrisi Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
tubuh b/d mual kurang teratasi dengan indikator: menentukan jumlah kalori dan
- Menghabiskan seluruh porsi nutrisi yang dibutuhkan pasien
makan yang disediakan Yakinkan diet yang dimakan
- BB pasien naik sebelum sakit mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan harian.
Monitor adanya penurunan BB dan
gula darah
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut
kusam, total protein, Hb dan kadar
Ht
Monitor mual dan muntah
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan
seperti NGT/ TPN sehingga intake
cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oval
d. Implementasi
No Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
.
1. Selasa/19 Oktober Bersihan jalan 11.15 WIB S : pasien mengatakan masih ada
2021 napas tidak efektif 1. Memberikan O2 10 L/mnt dahak saat batuk
Dinas Pagi b/d penumpukkan dengan NRM
08.00-14.00 WIB secret pada jalan 11.17 WIB O : pasien mengeluarkan dahak
napas 2. Menganjurkan pasien untuk putih keruh
istirahat dan napas dalam
11.20 WIB A: masalah belum teratasi
3. Memposisikan pasien untuk - Bersihan jalan napas tidak
memaksimalkan ventilasi efektif b/d penumpukkan
11.22 WIB secret pada jalan napas
4. Mengajarkan pasien batuk
efektif P: intervensi dilanjutkan
11.30 WIB
5. Menganjurkan pasien untuk
istirahat dan napas dalam
2. Selasa/19 Oktober Pola napas tidak 11.35 WIB S : pasien mengatakan masih
2021 efektif b/d 1. Monitoring respirasi dan sesak
Dinas Pagi penurunan ekspansi status O2
08.00-14.00 WIB paru 11.40 WIB O : pasien tampak sesak
2. Monitoring adanya RR : 26x/I SpO2 : 92 %
kecemasan pasien terhadap Osigen NRM 10 L/menit
oksigenasi
11.45 WIB A : masalah belum teratasi
3. Monitoring vital sign - Pola napas tidak efektif
11.50 WIB b/d penurunan ekspansi
4. Menginformasikan pada paru
pasien dan keluarga tentang
tehnik relaksasi untuk P :intervensi dilanjutkan
memperbaiki pola nafas.
4. Rabu/20 Oktober Bersihan jalan 11.15 WIB S : pasien mengatakan masih ada
2021 napas tidak efektif 1. Memberikan O2 10 L/mnt dahak saat batuk
Dinas pagi b/d penumpukkan dengan NRM
08.00-14.00 WIB secret pada jalan 11.17 WIB O : pasien mengeluarkan dahak
napas 2. Menganjurkan pasien untuk putih keruh
istirahat dan napas dalam
11.20 WIB A: masalah belum teratasi
3. Memposisikan pasien untuk - Bersihan jalan napas tidak
memaksimalkan ventilasi efektif b/d penumpukkan
11.22 WIB secret pada jalan napas
4. Mengajarkan pasien batuk
efektif P: intervensi dilanjutkan
11.30 WIB
5. Menganjurkan pasien untuk
istirahat dan napas dalam
5. Rabu/20 Oktober Pola napas tidak 11.35 WIB S : pasien mengatakan masih
2021 efektif b/d 1. Monitoring respirasi dan sesak
Dinas pagi penurunan ekspansi status O2
08.00-14.00 WIB paru 11.40 WIB O : pasien tampak sesak
2. Monitoring adanya RR : 25x/I SpO2 : 97 %
kecemasan pasien terhadap Osigen NRM 10 L/menit
oksigenasi
11.45 WIB A : masalah belum teratasi
3. Monitoring vital sign - Pola napas tidak efektif
11.50 WIB b/d penurunan ekspansi
4. Menginformasikan pada paru
pasien dan keluarga tentang
tehnik relaksasi untuk P : intervensi dilanjutkan
memperbaiki pola nafas.
11.22 WIB
P: intervensi dilanjutkan
4. Mengajarkan pasien batuk
efektif
11.30 WIB
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan kasus ini penulis akan menguraikan kesenjangan yang ditemukan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus
nyata yang dilaksanakan penulis dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada Tn. M di ruangan interne dengan diagnosa tuberkulosis
paru yang dimulai pada hari sabtu sampai selasa sampai 16 oktober sampai 26 oktober 2021 sehingga dapat diketahui sejauh mana
keberhasilan proes Asuhan Keperawatan yang telah dilaksanakan. Adapun pembahasan yang penulis pergunakan berdasarkan pendekatan
proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses Keperawatan, dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan
merupakan dasar pemikiran dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. Dari pengkajian pada tanggal
Selasa/19 Oktober 2021 didapatkan data dari pengkajian aspek bio : data subjektif meliputi yang ditemukan, yaitu : pasien mengatakan
sesak napas memberat jika berbaring dan hanya bisa tidur dengan posisi duduk menunduk ke depan dengan bantal, pasien mengatakan
batuk berdahak dengan warna secret putih keruh, pasien mengatakan tidak nafsu makan, nyeri ulu hati dan mual, keringat dingin (+), Data
objektif : Pasien terlihat lemas, SpO2: 90 % TD: 110/70 mmHg N : 90x/I R: 26x/I S: 36,6 C
Pada Tn. M dilakukan pemeriksaan BTA dan hasilnya positif serta data-data yang didapat sudah menunjukkan untuk
ditegakkannya diagnosa tuberkulosis paru. Data-data yang menunjukkan bahwa Tn. M menderita tuberkulosis paru yaitu : pas pasien
mengatakan sesak napas memberat jika berbaring dan hanya bisa tidur dengan posisi duduk menunduk ke depan dengan bantal, pasien
mengatakan batuk berdahak dengan warna secret putih keruh, pasien mengatakan tidak nafsu makan, nyeri ulu hati dan mual kesimpulan
dokter TB paru aktif. Pembahasan hasil pengkajian yang ditemukan penulis dalam melakukan pengkajian tanggal Selasa/19 Oktober 2021
sudah sesuai dengan apa yang ada di teori sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik..
Pemeriksaan fisik adalah mengukur tanda-tanda vital dan pengukuran lainnya. Pemeriksaan head to toe pada semua bagian tubuh.
Pemeriksaan fisik menggunakan teknik Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dana Auskultasi (Potter dan Perry, 2005).
Hasil pengkajian fisik pada klien didapatkan Pemeriksaan dada: bentuk dada simentri kiri dan kanan, pergerakan dada simentris kiri
dan kanan, tidak menggunakan otot bantu pernapasan, vocal vernitus normal, teraba denyut jantung ictus cordis pada ICS 5 mid clavicula,
bunyi pekak, S1>S2 reguler tidak ada bunyi suara tambahan, terdapat ronchi, TD: 100/70 mmHg S: 36,7 C HR: 89x/i RR: 26x/I SpO2:
90% Pertumbuhan fisik : BB sebelum sakit: 70 kg BB saat sakit 67 kg, Rhonky (+), Whezzing (-)
4.2 Diagnosa keperawatan
Berdasarkan buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2016) diagnosa keperawatan pada klien dengan TB paru adalah Bersihan jalan
napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukkan secret pada jalan napas, Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
Penulis menegakkan diagnosa Bersihan jalan napas tidak efektif b/d penumpukkan secret pada jalan napas ini karena saat
pengkajian didapatkan data subjektif : Batuk Berdahak sejak 1 bulan terakhir, Dahak susah untuk dikeluarkan. Data objektif : Ny. M
Tampak Batuk dan susah mengeluarkan dahaknya, TTV sebagai berikut TD: 100/80 mmhg, N: 90x/menit, RR: 26x/menit, S: 39,2o C.
Diagnosa kedua yang muncul yaitu Pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru karena saat pengkajian Klien
mengatakan sesak meberat saat berbaring, Klien tampak sesak, RR : 26x/i, Terpasang oksigen NRM 10 L/i
Diagnosa ketiga Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual Klien mengatakan tidak nafsu makan dan
mual, Klien tampak lemas, Klien hanya menghabiskan ¼ porsi makan yang disediakan, Klien tampak mual
saat pengkajian tampak bingung saat ditanyakan tentang penyakit dan cara perawatan penyakitnya.
Impementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus Tn. M ini mengacu pada intervensi yang telah disusun oleh penulis pada
asuhan keperawatan klien dengan penderita TB Paru mengacu pada pedoman Buku Nursing Intervention Classification (NIC).
Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan pasien. Perawat bertanggung jawab terhadap
asuhan keperawatan yang berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana
tindakan dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana yang sudah dibuat di atas.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Tn. M Di Rumah sakit M. Abdul Manap dengan diagnosa tb
paru/dispneu ec efusi pleyra yang dimulai pada hari Selasa s/d kamis tanggal 19 s/d 21 Oktober 2021, sehingga dapat diketahui sejauh
mana keberhasilan proes Asuhan Keperawatan yang telah dilaksanakan. Adapun pembahasan yang penulis pergunakan berdasarkan
pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. M selama 3 hari dan melakukan
pengkajian baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus didapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari pengkajian didapatkan data aspek bio : data subjektif meliputi yang ditemukan, yaitu : klien mengatakan mengeluh batuk
berdahak, sesak napas, mual, napsu makan menurun, Berat badan sebelum sakit 70 Kg, Berat badan selama sakit 67 Kg, bibir
kering, suhu tubuh naik turun. Data objektif : Pasien terlihat lemas, Tekanan darah : TD: 100/70 mmHg S: 36,7 C HR: 89x/i RR:
26x/I SpO2: 90%
2. Diagnosa Keperawatan utama yang muncul pada pasien yaitu
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d penumpukkan secret pada jalan napas
b. Pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual
3. Perencanaan keperawatan pada kasus Tn.M ini sesuai dengan teori yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Penulis menetapkan
perencanaan sesuai dengan kondisi dan keluhan yang dirasakan oleh klien baik saat pengkajian pertama maupun kelanjutannya.
Perencanana keperawatan merupakan proses perawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan yang telah
direncanakan dalam intervensi keperawatan.
4. Impementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus Tn.M ini mengacu pada intervensi yang telah disusun oleh penulis pada
asuhan keperawatan klien dengan penderita TB Paru mengacu pada pedoman Buku NIC NOC Implementasi Keperawatan adalah
pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan pasien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang
berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana tindakan
dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana yang sudah dibuat di atas.
5. Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan pada evaluasi yang peneliti
lakukan selama 3 hari pada pasien dengan diagnosa keperawatan ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan adanya
penumpukan secret, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual.
5.2 Saran
Berdasarkan analisa data kesimpulan maka dalam sub bab ini akan disampaikan beberapa saran diantaranya :
Dapat meningkatkan mutu pendidikan yng lebih berkualitas dan professional agar tercipta perawat yng professional,
terampil, inovatif, aktif, dan bermutu yang mampu memberikan asuhan keperwatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik
keperawatan
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengetahuan. Sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman penulis dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Tuberculosis Paru.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Mutaqqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan.Jakarta: Salemba Medika
NANDA International.(2015). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015- 2017, edisi 10. Jakarta: EGC
Rab, Tabrani. 2016. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Medika
Smeltzer, S.C., and Bare, B.G. (2015).Medical Surgical Nursing (Vol 1). LWW
Somantri Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan.Jakarta: Salemba Medika.
Wahid & Imam, 2013.Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: CV Trans Info Media