TUBERKOLOSIS PARU
RUANG BOUGENVILE RSUD UNDATA PALU
Di susun oleh :
I Kadek Ferly Ediana
(PK 115018011)
Semester 7
Di setujui oleh :
Mengetahui Mengetahui
Kepala Ruangan/CI Dosen pembimbing
A. Definisi
Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai
parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.TB paru dapat menyebar
ke setiap bagian tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer&Bare,
2015).Selain itu TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh lainnya yang
mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Tabrani Rab, 2010). Pada manusia TB paru
ditemukan dalam dua bentuk yaitu: (1) tuberkulosis primer: jika terjadi pada infeksi yang pertama
kali, (2) tuberkulosis sekunder: kuman yang dorman pada tuberkulosis primer akan aktif setelah
bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (Somantri, 2009).
Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif melalui percik
renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan yang kecil (kemenkes RI,2015).
B. Etiologi
TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat ditularkan ketika
seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan organisme.Individu yang rentan menghirup
droplet dan menjadi terinfeksi.Bakteria di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak diri.Reaksi
inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma, dan jaringan
fibrosa (Smeltzer&Bare, 2015).Ketika seseorang penderita TB paru batuk, bersin, atau berbicara,
maka secara tak sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.
Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet atau nuklei tadi menguap.
Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri
tuberkulosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup
oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena bakteri tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012).
C. Klarifikasi TB Paru
Sesuai dengan program Gerdunas-TB (Gerakan Terpadu Nasional Penanggulan
Tuberkulosis) klasifikasi TB paru dibagi sebagai berikut:
a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
1) Dengan atau tanpa gejala klinik
2) BTA positif:
mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan positif satu kali atau
disokong radiologik positif 1 kali.
3) Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
1) Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif.
2) BTA negatif, biakan negatif tapi radiologik positif.
c. Bekas TB Paru dengan kriteria:
1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak
berubah.
4) Ada riwayat pengobatan OAT yang lebih adekuat (lebih mendukung).
E. Patofisiologi
Port de entry kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara, (air bone),
yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan diinhalasi biasanya terdiri atas satu sampai tiga
gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan cabang besar
bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, kuman
akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak memfagosit bakteri di
tempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat sembuh
dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus dan
bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah
bening menuju getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel epitoloit yang dikelilingi oleh
foist. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam (Ardiansyah, 2012).
F. Pathway
Mycobacterium TB
Alveoli
tuberkel
J. Komplikasi
Menurut Wahid&Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada TB paru adalah:
1) Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
3) Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4) Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
5) Penyebaran infeksi keorgan lain seperti otak, tulang, persendian,
ginjal, dan sebagainya.
6) Insufisiensi kardiopulmonar (Chardio Pulmonary Insuffciency)
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
TB PARU
1. Pengkajian
Konsep pengkajian keperawatan tuberkolosis paru meliputi:
A. Anamesis
1. Identitas Diri Pasien
Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama dan lain-lain
2. Keluhan Utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB Paru meminta pertolongan pada
tenaga medis dibagi menjadi 4 keluhan, yaitu :
a. Batuk
Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering dikeluhkan, apakah betuk
bersifat produktif/nonproduktif, sputum bercampur darah
b. Batuk Berdahak
Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya blood streak, berupa garis atau
bercak-bercak darah
c. Sesak Nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-
hal menyertai seperti efusi pleura, pneumotoraks, anemia, dll.
d. Nyeri Dada
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleural terkena TB
3. Keluhan sistematis
a. Demam
keluhan ini sering dijumpai yang biasanya timbul pada sore hari atau pada malam
hari mirip dengan influenza
b. Keluhan Sistematis Lain
keluhan yang timbul antara lain : keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan
dan malaise
B. Riwayat kesehatan sekarang
1. Riwayat kesehatan sekarang:
a. keadaan pernafasan (nafas pendek)
b. nyeri dada
c. batuk
d. sputum
2. Riwayat kesehatan dahulu
Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera dan pembedahan
3. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma, alergi dan TB
C. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital klien biasanya didapatkan peningkatan suhu
tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat disertai sesak napas, denyut nadi
meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan dan
tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi.
2) Breathing
Inspeksi:
a. Bentuk dada dan gerakan pernapasan klien dengan TB Paru biasanya terlihat kurus
sehingga pada bentuk dada terlihat adanya penurunan proporsi anterior-posterior
bading proporsi diameter lateral
b. Batuk dan sputum Batuk produktif disertai adanya peningkatan produksi sekret dan
sekresi sputum yang purulen
Palpasi:
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. TB Paru tanpa komplikasi
pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada biasanya normal dan seimbang bagian kiri
dan kanan. Adanya penurunan gerakan dinding pernapasan biasanya ditemukan pada
klien TB Paru dengan kerusakan parenkim paru yang luas.
Perkusi :
Pada klien TB Paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan resonan atau sonor pada
seluruh lapang paru. pada klien dengan komplikasi efusi pleura didapatkan bunyi redup
sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai dengan akumulasi cairan
Aukultasi :
Pada klien TB Paru bunyi napas tambahan ronki pada sisi yang sakit
3) Brain
Kesadaran biasanya komposmentis, ditemukan adanya sianosis perifer apabila
gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif, klien tampak wajah meringis,
menangis, merintih. Pada saat dilakukan pengkajian pada mata, biasanya didapatkan
konjungtiva anemis pada TB Paru yang hemaptu, dan ikterik pada pasien TB Paru
dengan gangguan fungsi hati.
4) Bladder
Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake cairan. Memonitor adanya
oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal syok.
5) Bowel
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan dan penurunan berat
badan
6) Bone
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien TB Paru. gejala yang muncul antara
lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap
7) Riwayat Sosial Ekonomi
1) Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu, dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.
2) Aspek psikososial.
Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri, biasanya
pada keluarga yang kurang mampu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi,
untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa
depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.
8) Faktor pendukung
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur,
kebersihan diri.
3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan,
pengobatan dan perawatannya
9) Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampakmeringis, konjungtiva
anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis, mukosa bibir kering, biasanya
adanya pergeseran trakea.
2) Dada
Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding dada, biasanya
pasien kesulitan saat inspirasi
Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah
Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak
Auskultasi : Biasanya terdapat bronki
3) Abdomen
Inspeksi : biasanya tampak simetris
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar
4) Ekstermitas atas
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema
5) Ekstermitas bawah
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema
10) Pemeriksaan diagnostik
1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72
jam).
3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini tampak
gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada kavitas
bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat
dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru karena TB
paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.
11) Pola kehidupan sehari-hari
1) Pola aktivitas dan istirahat
Subyektif: rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafaspendek), sulit
tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Obyektif: Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak(tahap, lanjut;
infiltrasi radang sampai setengah paru), demamsubfebris (40-41oC) hilang timbul.
2) Pola Nutrisi
Subyektif: anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Obyektif: turgor kulit jelek, kulit kering/berisik, kehilangan lemak subkutan.
3) Respirasi
Subyektif: batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit dada
Obyektif: mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid
kuning atau bercak darah, pembengkakankelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi
basah, kasar didaerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim
paru dan pleural), sesak nafas, pengembangan pernafasan tidak simetris (effusi
pleura), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal
(penyebaran bronkogenik).
4) Rasa nyaman/nyeri
Subyektif: nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Obyektif: berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa
timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
5) Integritas Ego
Subyektif: faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada
harapan.
Obyektif: menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.
2. Diagnosa keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan
2) Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
3) Nyeri akut b/d agen cedera fisiologis proses inflamasi
4) Hipertemi b/d proses peradangan
5) Resiko defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan
3. Intervensi keperawatan
Alsagaff, Hood & Abdul Mukty. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga
University Press.
Andra F.S & Yessie M.P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta. Nuha Medika
Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: Diva Press
Depkes RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberculosis Klinis. Jakarta. Widya
Medika
Depkes RI. 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Gerdunas TB.
Dinkes Kampar. 2018. Profil Kesehatan Kesehatan Kampar.
Diagnosa Nanda Nic Noc. 2007-2008. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:
EGC
Djojodibroto, R. Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Edisi 1. Jakarta:EGC
pp.136-143.
Doenges, Marilynn E.dkk.2000. Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Alih Bahasa : I Made
Kriasa.EGC.Jakarta
Hariadi, Slamet, dkk.2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Departemen Ilmu
Penyakit Paru FK Unair – RSUD Dr. Soetomo. Hasan, Helmia, Wibisono M, Winariani,
Hariadi S, editors. 2010. Tuberkolosis Paru.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR – RSUD
Dr. Soetomo.
Hidayat, A.A. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Junaidi, Iskandar. 2010. Penyakit Paru dan Saluran Napas. Jakarta : Buana Ilmu Populer