Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERKOLOSIS PARU
RUANG BOUGENVILE RSUD UNDATA PALU

Di susun oleh :
I Kadek Ferly Ediana
(PK 115018011)
Semester 7

Di setujui oleh :

Mengetahui Mengetahui
Kepala Ruangan/CI Dosen pembimbing

( Andi Mulianah, S.Kep, Ns ) ( Ns, Jumain, M.Kep )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INDONESIA JAYA PALU
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERKOLOSIS PARU

A. Definisi
Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai
parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.TB paru dapat menyebar
ke setiap bagian tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer&Bare,
2015).Selain itu TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh lainnya yang
mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Tabrani Rab, 2010). Pada manusia TB paru
ditemukan dalam dua bentuk yaitu: (1) tuberkulosis primer: jika terjadi pada infeksi yang pertama
kali, (2) tuberkulosis sekunder: kuman yang dorman pada tuberkulosis primer akan aktif setelah
bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (Somantri, 2009).
Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif melalui percik
renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan yang kecil (kemenkes RI,2015).

B. Etiologi
TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat ditularkan ketika
seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan organisme.Individu yang rentan menghirup
droplet dan menjadi terinfeksi.Bakteria di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak diri.Reaksi
inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma, dan jaringan
fibrosa (Smeltzer&Bare, 2015).Ketika seseorang penderita TB paru batuk, bersin, atau berbicara,
maka secara tak sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.
Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet atau nuklei tadi menguap.
Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri
tuberkulosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup
oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena bakteri tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012).
C. Klarifikasi TB Paru
Sesuai dengan program Gerdunas-TB (Gerakan Terpadu Nasional Penanggulan
Tuberkulosis) klasifikasi TB paru dibagi sebagai berikut:
a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
1) Dengan atau tanpa gejala klinik
2) BTA positif:
mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan positif satu kali atau
disokong radiologik positif 1 kali.
3) Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
1) Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif.
2) BTA negatif, biakan negatif tapi radiologik positif.
c. Bekas TB Paru dengan kriteria:
1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak
berubah.
4) Ada riwayat pengobatan OAT yang lebih adekuat (lebih mendukung).

D. Tanda dan gejala


a. Batuk lama lebih dari 3 minggu
b. Demam
c. Berat badan menurun
d. Keringat malam
e. Mudah lelah
f. Nafsu makan hilang
g. Nyeri dada
h. Batuk darah

E. Patofisiologi
Port de entry kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara, (air bone),
yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan diinhalasi biasanya terdiri atas satu sampai tiga
gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan cabang besar
bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, kuman
akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak memfagosit bakteri di
tempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat sembuh
dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus dan
bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah
bening menuju getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel epitoloit yang dikelilingi oleh
foist. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam (Ardiansyah, 2012).
F. Pathway

Mycobacterium TB

masuk lewat jalan nafas


masuk ke paru-paru

Alveoli

tuberkel tuberkel tuberkel


proses peradangan

tuberkel

infeksi primer pada alveoli


G. Manifestasi klinis
Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar (2009), keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis
dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan pasien TB Paru tanpa keluhan sama sekali
dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah :
1) Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi kadang- kadang panas badan
dapat mencapai 40-41oC. serangan demam pertama dapat sembuh sebentar tetapi kemudian
dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga
pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi tuberkulosis yang
masuk.
2) Batuk/batuk berdahak
Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar, karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama.
Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah
berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk ini dimulai dari
batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbulnya peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum). keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat
pembuluh darah yang pecah. kebanyakan batuk darah tuberkulosis pada kavitas, tetapi dapat
juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3) Sesak Napas
Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah meliputi sebagian paru-
paru
4) Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai
ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik melepaskan nafasnya.
5) Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit
kepala, meriang, nyeri otot, keluar keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin lama makin
berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
H. Penatalaksanaan medis
Tujuan pengobatan Tuberculosis ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan cepat dan
mencegah kambuh. Obat yang digunakan untuk Tuberculosis digolongkan atas dua kelompok
yaitu :
a. Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir,
sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
b. Obat sekunder : Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan
Kanamisin (Depkes RI, 2011).
I. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan fisik :
 Pada tahap dini sulit diketahui.
 Ronchi basah, kasar dan nyaring.
 Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada
 auskultasi memberi suara umforik.
 Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
 Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
b. Pemeriksaan Radiologi :
 Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas.
 Pada kavitas bayangan berupa cincin.
 Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
c. Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau
kerusakan paru karena TB.
d. Laboratorium :
 Darah : leukosit meninggi, LED meningkat
 Sputum : pada kultur ditemukan BTA
e. Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm

J. Komplikasi
Menurut Wahid&Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada TB paru adalah:
1) Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
3) Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4) Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
5) Penyebaran infeksi keorgan lain seperti otak, tulang, persendian,
ginjal, dan sebagainya.
6) Insufisiensi kardiopulmonar (Chardio Pulmonary Insuffciency)
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
TB PARU

1. Pengkajian
Konsep pengkajian keperawatan tuberkolosis paru meliputi:
A. Anamesis
1. Identitas Diri Pasien
Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama dan lain-lain
2. Keluhan Utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB Paru meminta pertolongan pada
tenaga medis dibagi menjadi 4 keluhan, yaitu :
a. Batuk
Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering dikeluhkan, apakah betuk
bersifat produktif/nonproduktif, sputum bercampur darah
b. Batuk Berdahak
Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya blood streak, berupa garis atau
bercak-bercak darah
c. Sesak Nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-
hal menyertai seperti efusi pleura, pneumotoraks, anemia, dll.
d. Nyeri Dada
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleural terkena TB
3. Keluhan sistematis
a. Demam
keluhan ini sering dijumpai yang biasanya timbul pada sore hari atau pada malam
hari mirip dengan influenza
b. Keluhan Sistematis Lain
keluhan yang timbul antara lain : keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan
dan malaise
B. Riwayat kesehatan sekarang
1. Riwayat kesehatan sekarang:
a. keadaan pernafasan (nafas pendek)
b. nyeri dada
c. batuk
d. sputum
2. Riwayat kesehatan dahulu
Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera dan pembedahan
3. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma, alergi dan TB
C. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital klien biasanya didapatkan peningkatan suhu
tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat disertai sesak napas, denyut nadi
meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan dan
tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi.
2) Breathing
Inspeksi:
a. Bentuk dada dan gerakan pernapasan klien dengan TB Paru biasanya terlihat kurus
sehingga pada bentuk dada terlihat adanya penurunan proporsi anterior-posterior
bading proporsi diameter lateral
b. Batuk dan sputum Batuk produktif disertai adanya peningkatan produksi sekret dan
sekresi sputum yang purulen
Palpasi:
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. TB Paru tanpa komplikasi
pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada biasanya normal dan seimbang bagian kiri
dan kanan. Adanya penurunan gerakan dinding pernapasan biasanya ditemukan pada
klien TB Paru dengan kerusakan parenkim paru yang luas.
Perkusi :
Pada klien TB Paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan resonan atau sonor pada
seluruh lapang paru. pada klien dengan komplikasi efusi pleura didapatkan bunyi redup
sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai dengan akumulasi cairan
Aukultasi :
Pada klien TB Paru bunyi napas tambahan ronki pada sisi yang sakit
3) Brain
Kesadaran biasanya komposmentis, ditemukan adanya sianosis perifer apabila
gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif, klien tampak wajah meringis,
menangis, merintih. Pada saat dilakukan pengkajian pada mata, biasanya didapatkan
konjungtiva anemis pada TB Paru yang hemaptu, dan ikterik pada pasien TB Paru
dengan gangguan fungsi hati.
4) Bladder
Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake cairan. Memonitor adanya
oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal syok.
5) Bowel
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan dan penurunan berat
badan
6) Bone
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien TB Paru. gejala yang muncul antara
lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap
7) Riwayat Sosial Ekonomi
1) Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu, dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.
2) Aspek psikososial.
Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri, biasanya
pada keluarga yang kurang mampu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi,
untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa
depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.
8) Faktor pendukung
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur,
kebersihan diri.
3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan,
pengobatan dan perawatannya
9) Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampakmeringis, konjungtiva
anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis, mukosa bibir kering, biasanya
adanya pergeseran trakea.
2) Dada
Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding dada, biasanya
pasien kesulitan saat inspirasi
Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah
Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak
Auskultasi : Biasanya terdapat bronki
3) Abdomen
Inspeksi : biasanya tampak simetris
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar
4) Ekstermitas atas
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema
5) Ekstermitas bawah
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema
10) Pemeriksaan diagnostik
1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72
jam).
3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini tampak
gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada kavitas
bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat
dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru karena TB
paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.
11) Pola kehidupan sehari-hari
1) Pola aktivitas dan istirahat
Subyektif: rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafaspendek), sulit
tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Obyektif: Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak(tahap, lanjut;
infiltrasi radang sampai setengah paru), demamsubfebris (40-41oC) hilang timbul.
2) Pola Nutrisi
Subyektif: anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Obyektif: turgor kulit jelek, kulit kering/berisik, kehilangan lemak subkutan.
3) Respirasi
Subyektif: batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit dada
Obyektif: mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid
kuning atau bercak darah, pembengkakankelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi
basah, kasar didaerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim
paru dan pleural), sesak nafas, pengembangan pernafasan tidak simetris (effusi
pleura), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal
(penyebaran bronkogenik).
4) Rasa nyaman/nyeri
Subyektif: nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Obyektif: berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa
timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
5) Integritas Ego
Subyektif: faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada
harapan.
Obyektif: menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.

2. Diagnosa keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan
2) Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
3) Nyeri akut b/d agen cedera fisiologis proses inflamasi
4) Hipertemi b/d proses peradangan
5) Resiko defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan

3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Kriteria hasil Intervensi


1 Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. monitor pola nafas (frekuensi,
nafas tidak efektif keperawatan diharapakan status kedalaman, usaha nafas)
b/d sekresi yang pernafasan : kepatenan jalan nafas 2. monitor bunyi nafas tambahan
tertahan meningkat dengan kriteria hasil : 3. monitor sputum
1. batuk efektif meningkat 4. posisikan semi fowler atau
2. produksi sputum menurun fowler
3. gelisah menurun 5. berikan minum air hangat
4. frekuensi nafas mambaik 6. lakukan pengisapan lendir
kurang dari 15 detik
7. ajarkan teknik batukefektif
8. kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. monitor frekuensi, irama,
pertukaran gas b/d keperawatan diharapakan kedalaman, dan upaya nafas
ketidakseimbangan pertukaran gas meningkat dengan 2. monitor pola nafas
ventilasi-perfusi kriteria hasil : 3. monitor kemampuan batuk
1. dispenia menurun efektif
2. bunyi nafas tambahan 4. monitir adanya produksi sputum
menurun 5. monitor adanya sumbatan jalan
3. pola nafas membaik nafas
6. auskultasi bunyi nafas
7. monitor saturasi oksigen
3 Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan tindakan 1. identifikasi lokasi, karakteristik,
cedera fisiologis keperawatan diharapakan nyeri durasi, frekuensi, kualitas,
proses inflamasi menurun, dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
1. keluhan nyeri menurun 2. identifikasi skala nyeri
2. meringis menurun 3. identifikasi respon non verbal
3. gelisah menurun 4. berikan teknik non farmakoogi
4. frekuensi nadi menurun untuk mengurangi rasa nyeri
5. kontrol lingkungan yang dapat
memperberat rasa nyeri
6. ajarkan teknin non farmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
7. kolaborasi pemberian analgetik
4 Hipertermia b/d Setelah dilakukan tindakan 1. identifikasi penyebab
proses peradangan keperawatan diharapakan suhu hipertermia
tubuh membaik, dengan kriteria 2. monitor suhu tubuh
hasil : 3. monitor kadar elektrolit
1. menggigil menurun 4. sediakan lingkungan yang
2. suhu tubuh membaik dingin
3. suhu kulit membaik 5. longgarkan pakaian pasien
4. tekanan darah membaik 6. ganti linen setiap hari/ lebih
sering jika hiperhidrosis
7. anjurkan tirah baring
8. kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
5 Resiko defisit Setelah dilakukan tindakan 1. identifikasi status nutrisi
nutrisi b/d keperawatan diharapakan status 2. identifikasi makanan disukasi
ketidakmampuan nutrisi membaik, dengan kriteria 3. monitir asupan makan
mencerna makanan hasil : 4. monitor berat badan
1. nafsu makan membaik 5. berikan makanan tinggi serat
2. berat badan membaik untuk mencegah konstipasi
3. indeks masa tubuh (IMT) 6. berikan makanan tinggi kalori
membaik dan tinggi protein
7. kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang
dibutuhksn
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood & Abdul Mukty. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga
University Press.
Andra F.S & Yessie M.P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta. Nuha Medika
Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: Diva Press
Depkes RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberculosis Klinis. Jakarta. Widya
Medika
Depkes RI. 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Gerdunas TB.
Dinkes Kampar. 2018. Profil Kesehatan Kesehatan Kampar.
Diagnosa Nanda Nic Noc. 2007-2008. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:
EGC
Djojodibroto, R. Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Edisi 1. Jakarta:EGC
pp.136-143.
Doenges, Marilynn E.dkk.2000. Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Alih Bahasa : I Made
Kriasa.EGC.Jakarta
Hariadi, Slamet, dkk.2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Departemen Ilmu
Penyakit Paru FK Unair – RSUD Dr. Soetomo. Hasan, Helmia, Wibisono M, Winariani,
Hariadi S, editors. 2010. Tuberkolosis Paru.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR – RSUD
Dr. Soetomo.
Hidayat, A.A. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Junaidi, Iskandar. 2010. Penyakit Paru dan Saluran Napas. Jakarta : Buana Ilmu Populer

Anda mungkin juga menyukai