Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekolah merupakan salah satu institusi yang menjadi ujung tombak

keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan merupakan suatuilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia

dan menjadi tolak ukur dalam melakukan proses berfikir dan bertindak sesuai

dengan pengetahuan yang ada pada dirinya. Menurut UU NO 20 Tahun 2003,

pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensisiswa sehingga menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab (Mula,

2022).

Ekosistem sekolah yang baik dan kondusif dapat mendorong peserta

didik mengembangkan potensi terbaiknya. Sekolah harus menjadi tempat yang

aman dan nyaman untuk peserta didik menimba Ilmu. Tidak hanya

mempelajari materi pelajaran, tapi juga mempelajari cara bersosialisasi,

pengembanga bakat dan minat serta mengembangkan karakter-karakter baik.

Akan tetapi, sangat disayangkan di satuan pendidikan masih banyak kasus

perudungan pada peserta didik. Ini mengakibatkan efek negatif baik pada

korban maupun pelaku. Menurut data dari Komisi Perlindungan Anak

Indonesia (KPAI) kasus perudungan terhadap anak lebih banyak dialami oleh

siswa sekolah dasar (SD) (Mulia, 2022).

1
2

Pada masa ini, sering adanya informasi yang menginformasikan

mengenai kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah dan lingkungan

masyarakat yang disampaikan melalui media cetak dan tayangan televisi.

Terdapat banyak jenis kekerasan verbal yang terjadi dilingkungan sekolah,

akan tetapi tidak pernah mendapatkan perhatian yang khusus dan dianggap

suatu hal yang tidak serius. Misalnya bentuk intimidasi dari teman-teman

seperti penghinaandan pengucilan diri dari temannya, hal tersebut biasa

dikatakan sebagai perilaku verbal bullying, sehingga menyebabkan seseorang

menjadi malas pergi ke sekolah karena merasa terancam dan takut, sehingga

hal tersebut dapat mempengaruhi kegiatan belajar di kelas dan jika terjadi

secara terus-menerus dapat menyebabkan anak tersebut mengalami depresi

tahap ringan (Mulia, 2022).

Kasus bullying yang dilakukan oleh siswa baik di dalam kelas maupun

di lingkungan sekolah akan sangat berdampak pada diri si penerima bully,

yaitu pada rasa percaya diri seseorang. Menurut Vega (2019) berpendapat

bahwa, kepercayaan diri merupakan kemampuan individu dapat memahami

dan yakinakan kapasitas dirinya, yakin mencapai tujuan yang diharapkan,

tidak cemas dalam bertindak, hangat dan sopan dalam berinteraksi dan

percaya akan kemampuan yang dimilikinya. Apabila kepercayaan

diriseseorang terganggu, maka kemampuan anak dalam berkomunikasi dan

bergaul dengan temannya akan menjadi lebih sulit dan menghambat

perkembangan anak tersebut. Kepercayaan diri seseorang terganggu, maka


3

kemampuan anak dalam berkomunikasi dan bergaul dengan temannya akan

menjadi lebih sulit dan menghambat perkembangan anak tersebut.

Menurut Mulia Sari Dewi, M.Si., dosen fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dalam perudungan ada beberapa pihak yang berkait,

yaitu yang paling umum terbagi tiga yaitu pelaku sebagai orang yang

melakukan kekerasan, kedua adalah korban yang mendapatkan kekerasan dari

pelaku, dan yang ketiga adalah orang-orang yang ada di sekitar peristiwa

perundungan, baik yang mendukung pelaku maupun yang membela korban.

Perundungan atau bullying merupakan hal yang dilakukan oleh

seseorang atau sekelompok orang menggunakan perkataan atau perbatan

secara intens dan berulang pada seseorang atau sekelompok orang lainnya,

sehingga menimbulkan tekanan. Biasanya, bentuk perilaku ini dilakukan oleh

orang-orang yang memiliki banyak pengaruh atau kekuatan lebih besar

terhadap seseorang (Ghyna, 2021).

Sekolah sebagai tempat bergaul dengan teman sebaya, belajar

menghargai kepada teman sebaya, teman lebih kecil maupun para guru dan

utamanya adalah tempat untuk menimba ilmu dan tempat berlangsungnya

pendidikan. Pendidikan merupakan sarana terpenting dalam pengembangan

potensi agar pendidikan berinteraksi dengan lingkungan secara kreatif bagi

anak, pendidikan bertujuan menghasilkan manusia berbudi pekerti luhur dan

berakhlak mulia. Pendidikan juga diarahkan sebagai pemberdayaan yang cepat


4

di berbagai bidang dan berbagai alternatif (Purnamasari 2020). Anak dalam

proses pendidikan sebagai hakikat yang diproses (peserta didik), dengan

program dan fasilitas dalam sebuah proses (fasilitas belajar). Hubungan

multiple processing antara anak dan pendidik, bentuk layanan proses belajar

dan faktor-faktor aktivitas dalam belajar harus melibatkan lingkungan yang

kondusif dan mendukung perkembangan anak (Purnamasari 2020).

Adapun kategori bullying meliputi 5 (lima) kategori yaitu fisik,

verbal, perilaku non-verbal langsung, perilaku nonverbal tidak langsung, dan

pelecehan seksual mental, atau seksual yang mana itu semua diindikasikan

dengan kerugian dan ancaman terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak

(Suyanto 2014).

Menurut Isnayanti (2020) mengatakan bahwa bullying adalah

tindakan kekerasan atau pelecehan dengan menggunakan kata-kata negatif

yang tidak pantas seperti menghina, mencela, mengejek, mencemooh, memberi

julukan yang tidak disukai oleh seseorang sehingga dapat mengganggu

kenyamanan hidup seseorang tersebut. Bahwasannya perilaku bullying

memiliki dampak yang sangat berbahaya terhadap semua pihak karena bullying

adalah tindakan atau perilaku yang sangat agresif yang dapat menyakiti orang

lain secara berulang kali.

Riset Hillis, Mercy, Amobi and Kress (2021) menyebut bahwa rata-

rata 50% atau diperkirakan lebih dari 1 milyar anak-anak di dunia berusia 2-17

tahun mengalami kekerasan fisik seksual, emosional, dan penelantaran di

kawasan afrika, asia, dan amerika utara mengalami kekerasan dalam satu tahun
5

terakhir. Menurut laporan United Nations International Children’s Emergency

Fund (UNICEF) tahun 2020 disebutkan bahwa kekerasan terhadap anak terjadi

secara luas di Indonesia; 40% anak berusia 8-15 tahun melaporkan pernah

diserang secara fisik setidaknya satu kali dalam setahun, 26% melaporkan

pernah mendapat hukuman fisik dari orang tua atau pengasuh di rumah, dan

50% anak melaporkan di-bully di sekolah.

Sedangkan berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak

Indonesia (KPAI) mengenai rekapitulasi jumlah kasus pengaduan anak

berdasarkan klaster perlindungan anak tahun 2012-2019; anak berhadapan

hukum (10.186), keluarga dan pengasuhan alternatif (5.618), pendidikan

(3.184), pornografi dan cyber and crime (2.845), trafficking dan eksploitasi

(1.956), agama dan budaya (1.394), sosial dan anak dalam situasi darurat

(1.39), hak sipil dan partisipasi (733), kasus perlindungan anak lainnya (599).

Kasus bullying yang dilakukan oleh siswa baik di dalam kelas

maupun di lingkungan sekolah akan sangat berdampak pada diri si penerima

bully, yaitu pada rasa percaya diri seseorang. Menurut Vega (2019)

berpendapat bahwa, kepercayaan diri merupakan kemampuan individu dapat

memahami dan yakin akan kapasitas dirinya, yakin mencapai tujuan yang

diharapkan, tidak cemas dalam bertindak, hangat dan sopan dalam berinteraksi

dan percaya akan kemampuan yang dimilikinya. Apabila kepercayaan diri

seseorang terganggu, maka kemampuan anak dalam berkomunikasi dan

bergaul dengan temannya akan menjadi lebih sulit dan menghambat

perkembangan anak tersebut.


6

Rasa percaya diri merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh

anak yang mengalami perkembangan, anak yang memiliki rasa percaya diri

akan mampu mengatasi berbagai tekanan dan situasi sulit dalam kehidupannya.

Anak yang memiliki rasa percaya diri yang baik akan lebih menghargai dirinya

sendiri, suka mencoba sesuatu hal yang baru, dan dapat membantu menghadapi

berbagai situasi dalam pergaulan serta menangani berbagai tugas dengan

mudah (Sundari, 2020).

Sekarang ini, rasa percaya diri masih sangat jarang dimiliki oleh anak-

anak, bahkan masih banyak anak yang memiliki rasa percaya diri yang

rendah. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan seseorang mengenai arti dari

tindakan bullying yang diterima, mungkin saja seseorang pernah mengalami

perilaku negatif di sekolah maupun di lingkungan bermainnya secara

langsung maupun tidak langsung, akan tetapi seseorang tersebut kurang

memperhatikan perilaku negatif yang diterimanya, sehingga menjadikannya

sebagai anak yang selalu merasa cemas, takut dan kurang percaya diri untuk

sekedar ikut bermain dengan teman-temannya (Maulida, 2022).

Peneliti melakukan penelitian ini karena peneliti sendiri pernah

mendapatkan pengalaman bullying di Sekolah Dasar. Oleh karena itu peneliti

ingin melakukan penelitian ini di SD Negeri Inpres Hawai ada bullying

seperti mengejek dengan panggilan nama orang tua, memaki dengan nama

binatang dan memukul atau mencubit serta untuk membuktikan bahwa benar

atau tidak bahwasanya bullying berpengaruh terhadap kepercayaan diri.


7

Tema atau judul penelitian ini dianggap penting karena seorang

individu berhak mendapatkan kebahagiaan atas dirinya sendiri tanpa ada yang

menganggu atas kebahagiaan tersebut dengan cara membully individu yang

bersangkutan. Selain itu bullying memang mempengaruhi kepercayaan diri

seorang individu dan menganggu kebahagiaan dari subjek atau korban yang

bersangkutan dan juga menjadi alasan mengapa peneliti memilih siswa-siswi

di SD Negeri Inpres Hawai sebagai tempat untuk dijadikan penelitian karena

berdasarkan pengambilan data awal yang peneliti lakukan dari 10 siswa-siswi

mengatakan pernah dibully oleh teman-teman dan kakak kelas mereka seperti

memaki dengan nama binatang, mengejek dengan panggilan nama orang tua,

memukul dan melempar menggunakan batu.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti sangat tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh bullying terhadap kepercayaan

diri siswa-siswi kelas V dan VI di SD Negeri Inpres Hawai.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pengaruh Bullying terhadap

Kepercayaan diri siswa-siswi kelas V dan VI di SD Negeri Inpres Hawai?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Pengaruh Bullying terhadap Kepercayaan diri siswa-siswi

kelas V dan VI di SD Negeri Inpres Hawai.


8

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Anak

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran kepada

anak tentang pencegahan bullying dan pentingnya upaya penanganan

Bullying di SD Negri Inpres Hawai tersebut.

1.4.2 Institusi Pendidikan

Sebagai masukan dan pertimbangan dalam memberikan pendidikan

kesehatan tentang bullying pada anak sekolah.

1.4.3 Peneliti selanjutnya

Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat menambah variabel

dan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai