Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kekerasan merupakan suatu hal yang banyak di takuti oleh manusia.baik kekerasan
langsung maupun tidak langsung,baik kekerasan verbal maupun non verbal. bentuk kekerasan
yang paling sering terjadi di sekolah adalah Bullying. Menurut penelitian yang di lakukan untuk
pemerintah pada 2009,hampir separuh anak anak di inggris (46%) berkata mereka perna di
bully. Bullying tidak memilih umur atau jenis kelamin korban. Biasanya yang menjadi korban
pada umumnya adalah anak yng lemah,pemaluh,pendiam,dan
(cacat,tertutup,pandai,cantik,atau punya ciri tubuh tertentu),yang dapat menjadi bahan ejekan.

Di indonesia sendiri kasus bullying di sekolah sudah meraja lelah. Baik di tingkat sekolah
dasar,menengah sampai perguruan tinggi. Dari 2011 hingga agustus 2014, KPAI mencacat 369
pengaduan terkait masalah tersebut. Jumlah itu sekitar 25% dari total pengaduan di bidang
pendidikan sebanyak 1.480 kasus. Bullying yang sebut KPAI sebagai bentuk kekerasan di
sekolah,mengalahkan tawuran pelajar,diskriminasi pendidikan,ataupun aduan pungutan liar.

Sebuah ricet yang di lakukan oleh LSM Plam international dan international center for
research on women (ICRW) yang di rilis awal bulan maret 2015 lalu menunjukan terdapat 84%
anak di indonesia mengalami kekerasan di sekolah. Angka tersebut lebih tinggi dari tren di
kawasan asia yaknib70%. Data lain lagi menyebutkan bahwa jumlah anak sebagai pelaku
bullying di sekolah mengalami kenaikan dari 67 kasus pada 2014 menjadi 79 kasus di 2015.

BAB II

1. LANDASAN TEORI

Bullying berasal dari kata bully, yaitu sesuatu kata yang mengacuh pada pengertian adanya
“ancaman”yang di lakukan seseorang terhadap orang lain yang menimbulkan gangguan psikis
bagi korbannya berupa stress yang muncul dalam bentuk gangguan fisik atau psikis,atau
keduanya. Menurut Ken Rigby, bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti orang lain. Aksi
ini di lakukan secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat,tidak bertanggung
jawab,biasanya berulang dan di lakukan dengan senang.
Definisi bullying sendiri menurut Komisi Nasional Perlindungan Anak adalah kekerasan
fisik dan psikologis berjamgka panjang yang di lakukan seseorang atau kelompok terhadap
seseorang yang tidak mampu mempertahankan diri. Dapat di katakan pula bullying adalah
Tindakan yang di lakukan seseorang secara sengaja membuat orang lain takut atau terancam
sehingga menyebabkan korban takut,terancam, atau setidak tidaknya tidak bahagia.

2. Bentuk Bentuk Bullying


Bullying merupakan perilaku yang di sengaja untuk menyakiti atau melukai korbannya baik
secara jasmani atau rohani. Menurut yayasan sejiwa (seperti di kutip dari muhamad) bentuk
bentuk bullying dapat di kelo mpokan dalam tiga kategori yaitu :
a. Bullying Fisik, meliputi tindakan menampar,menimpuk,menjagal,meludahi,menginjak
kaki,memalak,serta menghukum dengan berlari keliling lapangan atau push up.
b. Bullying Verbal, terdeteksi karena tertangkap oleh indra pendengaran seperti:
memaki,menghina,menjuluki,meneriaki,memalukan di depan umum,menudu,menebar
gosip,dan menyebar fitna.
c. Bullying Mental atau Psikologis, merupakan jeling bullying paling berbahaya karena
bullying bentuk ini langsung menyerang mental atau psikologis korban,tidak tertangkap
mata atau pendengaran,seperti memandang sinis,meneror lewat pesan atau
sms,mempermalukan dan mencibir.

3. Ciri – Ciri Perilaku Bullying


a. Hidup berkelompok dan mengusai kehidupan siswa di sekolah
b. Menempatkan diri di tempat tertentu di sekolah dan di sekitarnya
c. Seorang yang populer di sekolah
d. Gerak geraknya serimg kali dapat di tandai seperti,sering berjalan di depan,sengaja
menabrak,berkata kasar,menyepelehkan atau melecehkan

Ciri – Ciri korban Bullying


a. Pemalu,pendiam,penyendiri,
b. Bodoh atau dungu
c. Sering tidak masuk sekolah atau alasan tidak jelas
d. Berperilaku aneh atau tidak biasa (marah tanpa sebab,mencoret coret,dll).
4. Faktor – Faktor Bullying

Menurut Andrew Mellor, Ratna Djuwita, dan Kamarudin Hidayat dalam seminar “Bullying”.
Masalah tersembunyi dalam dunia pendidikan di indonesia” di jakarta tahun 2009,mengatakan
bullying terjadi akibat faktor lingkungan keluarga,sekolah,media masa ,budaya dan peer group.
Bullying juga muncul oleh karena adanya pengaruh situasi politik dan ekonomi yang koruptif.

a. Faktor Keluarga,
Beberapa penelitian mengatakan bahwa sikap orang tua yang terlalu dalam melindungi
anaknya ,membuat mereka rentan terkena bullying. Pola hidup orang tua yang
berantakan,terjadinya perceraian orang tua,orang tua yang tidak stabil perasaan dan
pikirannya,orang tua yang saling mencaci maki,menghina,bertengkar di depan anak
anaknya,bermusuhan dan tidak perna akur,memicuh terjadinya depresi dan stress bagi
anak. Seorang remaja yang tumbuh dalam keluarga yang menerapkan pola
komunikasih negatif seperti sarcams (sindiran tajam) akan cenderung meniru kebiasaan
tersebut dalam keseharian.
b. Faktor Sekolah,
Menurut Setiawati (seperti di kutip dari Usman),kecenderungan pihak sekolah yang
sering mengabaikan keberadaan bullying, menjadikan siswa yang menjadi pelaku
bullying semakin mendapatkan penguatan terhadap perilaku tersebut. Selain itu
bullying dapat terjadi di sekolah jika pengawasan dan bimbingan etika dari para guru
rendah, sekolah dengan kedisiplinan yang sangat kaku,bimbingan yang tidak layak
serta peraturan yang tidak konsisten. Dalam penelitian oleh Adair,79% kasus Bullying
di sekolah tidak di laporkan ke guru atau orang tua. Siswa cenderung untuk menutupi
hal ini dan menyelesaikannya dengan teman sepermainannya di sekolah untuk
mencerminkan kemandirian.
c. Media Masa
Saripa mengutip sebuah survei yang di lakukan kompas (Seperti yang di kutip dari
Masdin) yang memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan adegan film yang di
tontonnya,umumnya mereka meniru gerakannya (64%) dan kata katanya (43%). Hal
ini menciptakan perilaku anak yang keras dan kasar yng selanjutnya memicu terjadi
bullying yang di lakukan oleh anak anak terhadap teman temannya di sekolah.
d. Faktor Budaya
Faktor kriminal budaya menjadi salah satu penyebab munculnya perilaku bullying.
Suasana politik yang kacau,perenokomian yang tidak menentu,prasangka dan
diskriminasi,konflik dalam masyarakat,hal ini dapat mendorong anak anak remaja
menjadi seorang depresi,stress,arogan dan kasar.
e. Faktor Teman Sebaya
Menurut Benites dan Justicia tahun 2006
(Seperti di kutip dari Usman),kelompok teman sebaya(genk) yang memiliki masalah
di sekolah akan memberikan dampak yang buruk bagi teman teman lainnya seperti
berperilaku dan berkata kasar terhadap guru atau sesama teman dan membolos. Anak
anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah,kadang kala
terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying hanya untuk
membuktikan kepada teman sebayanya agar di terima dalam kelompok
tersebut,walaupun sebenarnya mereka tidak nyaman melakukan hal tersebut.

5. Pengertian Peserta didik


Menurut undang undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat
4” peserta didik di artikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
dirinya melalui proses pendidikana pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Menurut Abudin Nata, peserta didik dalam pendidikan islam adalah individu yang
sedang tumbuh dan berkembang,baik secara fisik,psikologis, sosial, dan relijiusnya dalam
mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat.
Dari paparan di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian peserta didik adalah manusia
yang memiliki potensi dan bakat namun belum dapat di katakan dewasa baik secara fisik
maupun psikologis,yang memiliki sifat ketergantungan terhadap pendidikan dan
membutuhkan pendidikan tersebut untuk menata kehidupannya di masa depan melalui
pembelajaran dalam pendidikan formal maupun non formal.

6. Karakteristik Peserta Didik


Karakteristik peserta didik dapat di bedahkan berdasarkan tingkat
usia,kecerdasan,bakat,hobbi, dan minat,tempat tinggal dan budaya,dan lain sebagainya.
a. Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Usia.
Di lihat dari segi usia peserta didik di bagi dalam 5 tahapan, yaitu :
1. Tahap asuhan (0 – 2 tahun).
Pada tahap ini, individu belum memiliki kesadaran dan daya intelektual.
2. Tahap jasmani (usia 2 – 12 tahun).
Pada tahap ini anak mulai memiliki potensi biologis,pedagogis,dan psikologis.
3. Tahap psikologis (usia 12 – 20 tahun).
Pada fase ini anak sudah dapat di bina,di bimbing dan di didik untuk melaksanakan
tugas tugas yang menuntut komitmen dan tanggung jawab.
4. Tahap dewasa (usia 20 – 30 tahun).
Pada fase ini seseorang sudah memiliki kematangan dalam bertindak dan
mengambil keputusan sendiri.
5. Tahap bijaksana (usia 30 sampai akhir hayat).
Pada fase ini manusia telah menemukan dirinya yang hakiki.

b. Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Kecerdasan.


Hasil penelitian di lakukan oleh Binet Simon terhadap Intelligence Quotient (IQ)
manusia,menunjukan bahwa IQ yang di miliki setiap manusia itu berbeda beda. Ada
yang ber IQ tinggi biasa di sebut manusia jenius,ada yang ber IQ rendah atau biasa di
sebut Idiot,debil, dan embisil. Ada yang ber IQ sedang seperti manusia pada umumnya.
Dengan mengetahui karakteristik peserta didik berdasarkan timgkat kecerdasannya, di
harapkan para guru atau pendidik mampu menyiapkan metode belajar dan pendekatan
pembelajaran yang tepat.

c. Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya.


Dalam kaitannya dengan latar belakang ekonomi keluarga,dapat di ketahui adanya
peserta didik yang keluarga yang ekonominya ke atas,menengah ke
atas,menengah,menengah ke bawa,atau fakir miskin. Dalam kaitannya dengan latar
belakang status sosial dapat di ketahui peserta didik terlahir terlahir dari keluarga
PNS,pejabat,guru honorer,atau pengemis. Dengan mengetahui latar belakang
tersebut,di harapkan seorang guru dapat menciptakan sebuah keadaan atau sebuah
kegiatan pembelajaran yang memungkinkan setiap anak yang berasal dari latar
belakang sosial ekonomi dan budaya yang berbeda beda tersebut dapat berinteraksi
secara harmonis.
Dalam pembicaraan mengenai karakteristik individu peserta didik, ada tiga hal yang
perlu di perhatikan,yaitu ;
a. Karakteristik yang berkenan dengan kemampuan awal atau prerequisite skills,
kemampuan intelektual,kemampuan berfikir dan hal hal yang berkaitan dengan
aspek psikomotorik.
b. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan sttus sosio kultural.
c. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan perbedaan kepribadian seperti
minat,bakat,perasaan dll.

7. Penelitian Relevan

a. Penelitian individu yang di lakukann oleh Asep Ediana Latip,M.Pd dari pusat
penelitian dan penerbitan lembaga penelitian dan pengapdian kepada masyarakat UIN Syarif
Hidyataullah jakarta pada tahun 2013 yang berjudul “Analisis faktor faktor yang
mempengaruhi perilaku Bullying pada peserta didik Anak Usia MI / SD. Tujuan penelitian
untuk menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi perilaku Bullying di MI / SD. Dengan
hipotesis penelitian faktor faktor yang mempengaruhi perilaku bullying pada peserta didik anak
usia MI / SD kelas 6. Untuk menguji hipotesis ini di lakukan identifikasi secara teoritik faktor
faktor yang mempengaruhi bullying dan perilaku bullying di MI / SD terkait dengan faktor pola
asuh orang tua,faktor konformitas teman sebaya,faktor media dan faktor iklim sekolah. Hasil
penelitian menjelaskan bahwa terdapat pengaruh faktor bullying di Madrasah dan Sekolah
Dasar dengan signifikansi pengaruh yang di timbulkannya adalah temperamen 0,000, pola asuh
orang tua 0.461, konformitas 0.926, media 0.006, dan iklim sekolah 0.787. hasil tersebut
apabila di bandingkan dengan standar batas pengaruh signifikansinya dari faktor faktor tersebut
maka lebih kecil dari 0.050. Namun faktor faktor yang paling besar pengaruh signifikansinya
terhadap terjadinya bullying di MI / SD adalah faktor temperamen dan faktor media. Di lihat
dari jenis kelamin yang terkena pengaruh faktor faktor tersebut, terbukti perilaku bullying
banyak terjadi pada laki laki dari pada perempuan.

b. Penelitian yang di lakukan oleh Rina Mulyani, mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Komunikasih UIN Sunan Kalijaga Yogjakarta pada tahun 2013 yang berjudul “Pendekatan
konseling spritual untuk mengatasi Bullying (kekerasan) Siswa di SMA N 1 Depok Sleman
Yogyakarta”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan teknik
Analisis data Miles dan Huberman yaitu model Interaktif sehingga di peroleh hasil bahwa
Dipologi Bullying di SMA N 1 Depok terbagi dalam dua jenis yaitu : Bullying fisik dan
Bullying psikis. Sedangkan untuk jenis pendekatan Konseling Spritual, konselor SMA N 1
Depok menggunakan intervensi keagamaan, intervensi di dalam dan di luar pertemuan
konseling, intervensi dengan merujuk kepada kitab suci, dan intervensi dengan menggunakan
komunitas beragama, sedangkan untuk peran konselor lebih banyak mengadopsi sikap
Ekumenik yaitu pemberian layanan yang tidak bersifat dokrin dan tidak bersifat general atau
universal.
Jika penelitian dari Asep Ediana Latip terfokus pada Analisis berbagai faktor yang
mempengaruhi perilaku bullying di kalangan peserta didik usia SD / MI dan penelitian Rina
Mulyani terfokus pada pendekatan konseling spritual untuk mengatasih bullying, maka
penelitian kali ini berfokus pada analisis faktor keluarga,teman sebaya,dan media masa sebagai
penyebab bullying di kalangan peserta didik.

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Model Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang atau
jasa. Pengertian lain menyebutkan bahwa pengertian penelitian kualitatif adalah
penelitian yang mencoba memahami fenomena dalam seting dan konteks naturalnya
(bukan di dalam laboratorium) di mana peneliti tidak perlu berusaha untuk
memanipulasi fenomena yang di amati.
Sementara itu,untuk model penelitiannya menggunakan model study kasus. Study
kasus adalah sebuah model penelitian kualitatif yang menekankan pada eksplorasi dari
suatu “sistem yang terbatas”(bounded system) pada satu kasus atau beberapa kasus
secara mendetail,di sertai dengan penggalian data secara mendalam yang melibatkan
beragam informasi yang kaya akan konteks.
2. Teknik Pengumpulan Data (di lakukan di lingkungan sekolah)
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang di gunakan adalah dengan
menggunakan metode observasi,wawancara,dan dokumentasi.
a. Obsevasi
Dalam hal ini jenis observasi yang di lakukan adalah pengamatan penuh (complete
observer).
b. Wawancara
Menurut Moloeng (2005),Wawancara adalah dengan maksud tertentu. Percakapan
di lakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan tersebut. Wawancara akan di lakukan dengan peserta didik yang perna
melakukan dan perna mengalami bullying,kepala sekolah,wakil kepala
sekolah,bidang kesiswaan,guru bimbingan konseling (BK) dan wali kelas.
c. Dokumentasi
Study dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data data yang di perlukan
dalam permasalahan penelitian lalu di telaah secara intens sehingga mendukung dan
menambah kepercayaan serta pembuktian suatu kejadian. Dalam penelitian ini
dokumen dokumen yang di perlukan adalah catatan pelanggaran dari guru BK,dan
catatan wali kelas.

BAB IV
PENUTUP
Berdasarkan hasil paparan data dan pembahasan sebagaimana telah di uraikan pada bab
sebelum, hasil penelitian ini adalah faktor keluarga memiliki andil yang besar sebagai
penyebab timbulnya perilaku bullying di kalangan peserta didik dalam kasus ini, sebab
keluarga (khususnya keluarga para pelaku) tidak memberikan kasih sayang dan perhatian yang
penuh kepada anak anak, pada hal seharusnya anak anak di usia remaja seperti para pelaku dan
korban bullying di atas di berikan perhatian yang extra karena di usia inilah para remaja rentan
terhadap hal hal yang berbau negatif.

Anda mungkin juga menyukai