Alur tersebut terlihat seperti lingkaran tanpa putus sehingga membuat kasus
bullying menjamur dan terus meradang. Tidak ada cara lain untuk menghentikannya
selain memutus garis lingkaran tersebut. Kasus bullying juga dianalogikan sebagai
‘peradangan yang menular’ sehingga ketika berbagai upaya telah dilakukan dan
menunjukan keredaan, namun kasusnya kembali meradang bahkan di tempat yang
berbeda. Untuk itu, penting meninjau kembali upaya-upaya yang telah dilakukan
sebelumnya dan mencari alternatif lain.
Pemerintah telah melakukan berbagai bentuk pencegahan seperti
mengembangkan sekolah penggerak dengan menghadirkan peserta didik yang
berkarakter pelajar pancasila, melakukan sosialisasi di berbagai sekolah, melakukan
pendataan sekolah yang menerapkan ramah anak secara kontinu, hingga membuat
pedoman pencegahan dan penanggulangan perundungan di Sekolah Dasar.2 Namun,
perlu dilakukan peninjauan kembali terkait efektivitas program-program tersebut.
Melihat bagaimana karakteristik pelajar saat ini, beberapa poin perlu
diperhatikan kembali. Melakukan pencegahan dan penanggulangan bullying perlu
2
Direktorat Sekolah Dasar. (2020, Desember 13). Pemerintah Kuatkan Pencegahan dan Penanggulangan
Perundungan Anak di Sekolah Dasar.
http://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/pemerintah-kuatkan-pencegahan-dan-penanggulangan-perund
ungan-anak-di-sekolah-dasar-2 diakses pada 23 April 2023
memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi kepada instansi atau sekolah agar korban atau
‘penonton’ berani melaporkan kasus bullying. Sementara itu, tidak hanya siswa-siswi
yang berpotensi menjadi pelaku atau korban yang mendapatkan edukasi. Namun,
berbagai pihak pemangku kepentingan juga perlu mendapat edukasi yang sama agar
memiliki awareness yang tinggi pada kasus bullying. Instansi atau sekolah serta
komponen pendukungnya harus terbuka agar dapat memberikan laporan atau data kasus
bullying, bukan justru menutup-nutupi kasus tersebut. Tidak hanya itu, perlu juga
memperhatikan bagaimana karakteristik target audiens di zaman ini sehingga dapat
memberikan pelayanan yang sesuai dengan karakteristik agar dapat diterima dan
dipahami.
Oleh karena itu, diperlukan inovasi dalam upaya memberantas tindakan bullying
seperti melakukan kampanye secara digital dan dikemas dengan menarik agar dapat
terus diingat oleh target audiens sebagai upaya meningkatkan pengetahuan mengenai
tindakan bullying. Melibatkan agen perubahan dan pemangku kepentingan dalam
konten-konten kampanye dapat membuat target audiens memiliki rasa kepercayaan.
Serta berikan dukungan aksi seperti bersama-sama melakukan gerakan anti bullying
atau gerakan speak up secara viral sebagai bentuk support nyata kepada target audiens.
Upaya-upaya ini penting sekali dilakukan secara bersama-sama untuk mengobati
peradangan dan mencegah kasus terus terjadi secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Fatimatuzzahro, A., & Suseno, M. N. (2017). Efektivitas Terapi Empati Untuk
Menurunkan Perilaku Bullying pada Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Empati,
7(3), 362-378.
Khanolainen, D., Semenova, E., & Magnuson, P. (2020). Teachers see nothing’:
exploring students’ and teachers’ perspectives on school bullying with a new
arts-based methodology. Pedagogy, Culture & Society, 1-23.
https://doi.org/10.1080/14681366.2020.1751249
Kustanti, E. R., Rahmandani, A., & Febriyanti, D. A. (2020). Bullying Experience in
Elementary School Students. International Journal of Psychosocial
Rehabilitation, 24(1), 1475-7192. DOI: 10.37200/IJPR/V24I1/PR200248
Lestari, N. D., Lestari, N. A., Ningrum, E. Q., & Anggraini, K. P. (2020). Determinant
analysis of bullying among school-age children in Yogyakarta, Indonesia.
Journal of Health Technology Assessment in Midwifery, 3(1), 46-56.
Menesini, E., & Salmivalli, C. (2017). Bullying in schools: the state of knowledge and
effective interventions. Psychology, Health & Medicine, 22(S1), 240-253.
https://doi.org/10.1080/13548506.2017.1279740
Rawlings, V. (2019). ‘It’s not bullying’, ‘It’s just a joke’: Teacher and student discursive
manoeuvres around gendered violence. British Educational Research
Association, 45(4), 698-716. https://doi.org/10.1002/berj.3521
Sestiani, R. A., & Muhid, A. (2021). Pentingnya Dukungan Sosial Terhadap
Kepercayaan Diri Penyintas Bullying: Literature Review. Jurnal Tematik, 3(2),
245-251.
Swearer, S. M., Espelage, D. L., Vaillancourt, T., & Hymel, S. (2010). What Can Be
Done About School Bullying? Linking Research to Educational Practice.
Educational Researcher, 39(1), 38-47. https://doi.org/10.3102/0013189X093576