Anda di halaman 1dari 14

STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN KONSELING UNTUK

MENGATASI PERILAKU BULLYING GUNA MENINGKATKAN


SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS DI SEKOLAH
DASAR

Nella Agustin¹, M. Bisri², Salimatul Falahiyah³

nellaagustin0308@gmail.com , muhammad06bisri12@gmail.com ,
salimatulfalahiyah3@gmail.com

Program Studi Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri
Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Abstract

This research aims to describe how guidance and counseling services can overcome bullying

behavior among students in elementary schools in order to improve quality human resources.

By implementing effective guidance and counseling service strategies in elementary schools,

it can help overcome bullying behavior and develop quality human resources. This not only

improves student well-being but also strengthens the school community as a whole. Apart

from that, cooperation between schools and parents is very important in overcoming bullying

behavior. Parents can be given information about bullying behavior and how to deal with it,

and given support to support their students at school. This type of research uses the literature

review method to collect and analyze various sources of information from various previous

studies. The results of this research found that one of the guidance and counseling services,

namely basic and responsive services, can overcome bullying behavior in elementary schools

in order to increase quality human resources .


.

Keywords : Counseling guidance services, Elementary school, Bullying, human Resources

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana layanan bimbingan


dan konseling untuk mengatasi perilaku bullying pada siswa di sekolah dasar guna
meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan menerapkan strategi
layanan bimbingan konseling di sekolah dasar yang efektif, dapat membantu mengatasi
perilaku bullying dan mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini
tidak hanya meningkatkan kesejahteraan siswa tetapi juga memperkuat komunitas
sekolah secara keseluruhan. Selain itu, kerja sama antara sekolah dan orang tua sangat
penting dalam mengatasi perilaku bullying. Orang tua dapat diberikan informasi
tentang perilaku bullying dan cara mengatasinya, serta diberikan dukungan untuk
mendukung siswa mereka di sekolah. Jenis penelitian ini menggunakan metode literatur
review untuk mengumpulkan dan menganalisis berbagai sumber informasi dari
berbagai penelitian sebelumnya. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa salah satu
layanan bimbingan dan konseling yaitu layanan dasar dan responsif dapat mengatasi
perilaku bullying di sekolah dasar guna meningkatkan sumber daya manusia yang
berkualitas.

Kata Kunci : Layanan Bimbingan Konseling, Sekolah Dasar, Bullying, Sumber Daya Manusia

A. Pendahuluan
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal ialah menyelenggarakan
seluruh proses pendidikan secara optimal dan penuh kepedulian sehingga menghasilkan
peserta didik yang bermutu. Dalam proses pembelajaran, siswa dapat memperoleh
manfaat dari ilmu dan bimbingan yang diberikan oleh gurunya. Berkaitan dengan hal
tersebut, manusia memerlukan pendidikan untuk kebutuhan sehari-harinya. Manusia
dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pendidikan yang berlangsung di
sekolah. Ki Hajar Dewantara mengatakan, “Tri Pusat Pendidikan” ialah 3 lingkungan
pendidikan yang memiliki peran besar terhadap perilaku serta kepribadian anak. Tiga
pilar pendidikan meliputi: pendidikan di lingkungan rumah (keluarga), pendidikan di
lingkungan sekolah, dan pendidikan di masyarakat (Novitasari & Setyowati, 2020).
Salah satu jenjang awal di mana anak-anak memulai pendidikan secara formal
ialah sekolah dasar (SD). Untuk memungkinkan proses belajar mengajar yang layak
dan menyenangkan, setiap sekolah harus memiliki sumber daya manusia dan fasilitas
yang optimal. Dalam rangka membentuk karakter siswa yang baik, perlu banyak pihak
untuk membantu perkembangan siswa dalam hal belajar, sosial, dan pribadi ini
termasuk kepala sekolah, wali murid, guru, masyarakat sekitar sekolah, dan teman-
teman sekolah. Selain itu, pendidikan dianggap memiliki pengaruh terbesar terhadap
kemajuan suatu bangsa karena pendidikan menghasilkan sumber daya manusia yang
mengenal jati dirinya, membentuk sifat-sifat yang baik, mendorong kreativitas,
kepedulian, dan membangun kualitas kepemimpinan (Nugroho, 2023).
Harlock (1980) menyatakan bahwa sekolah mempengaruhi perkembangan
kepribadian anak dalam hal sikap, pikiran, dan perilaku. Sekolah berfungsi sebagai
pengganti orang tua. Dari sudut pandang psikologis, seorang guru dapat digambarkan
sebagai 1) Pakar psikologis , yaitu seseorang yang memahami psikologi pendidikan dan
mampu mengamalkannya dalam berperan sebagai pendidik, 2) Seniman dalam
hubungan antar manusia, yang berarti guru adalah orang yang dapat menciptakan
suasana hubungan antar manusia, khususnya dengan siswa-siswi untuk mencapai
tujuan pendidikan, 3) Pembentukan kelompok, artinya seorang guru mampu
membentuk , membangun, dan mempertahankan kelompok sebagai cara untuk
mencapai tujuan pendidikan, 4) Petugas kesehatan mental (kesehatan mental pekerja),
yang berarti guru bertanggung jawab atas kesehatan mental siswa, 5) Agen Katalistik,
yang berarti seorang guru mampu menciptakan perubahan (Nugroho, 2023).
Namun saat ini, arus teknologi yang semakin maju memudahkan penyebaran
dan masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan karakter bangsa. Akibatnya,
nilai-nilai budaya bangsa memudar, budaya bangsa melemah, nilai kehidupan berubah,
dan interaksi sosial yang lebih luas melalui media sosial. Salah satunya perilaku
bullying, seperti mengejek, melukai, memukul, menjambak, dan menjegal teman saat
berjalan, merupakan contoh penyimpangan perilaku yang terjadi pada siswa. Bullying
memiliki sikap dan perilaku yang menunjukkan sifat yang tidak baik, dan perilaku ini
akan menjadi kebiasaan yang akan menyebabkan ketidaknyamanan atau bahkan
ancaman bagi orang di sekitarnya (Aswat et al., 2022).
Seperti pada kasus yang kami dapatkan dari www.Liputan6.com pada awal
Februari 2023 terjadi kasus bullying di Sukabumi, Jawa barat. Korban yang berinisial
NCS (10 tahun) masih duduk dikelas 3 sekolah dasar (SD) di kota Sukabumi mengalami
phisycal bullying, yang mana ia didorong dan dijegal oleh teman sekelasnya dikamar
mandi hingga akhirnya korban terjatuh dan mengalami patah tulang.
Kemudian kami juga mendapatkan kasus dari dinamikabanten.co.id terdapat
juga kasus bullying di kota serang, yaitu SDN Ciceri Indah. Salah seorang Wali murid
di SDN Ciceri Indah mengatakan sejak awal masuk sekolah, anaknya kerap mendapat
bullyan dari teman-temannya seperti mengambil makanan secara paksa, hingga
pemukulan secara fisik mengakibatkan korban enggan untuk sekolah.
Kemudian juga kami mendapatkan kasus dari Republika.co.id Aksi
perundungan di SDN 3 Karangsong, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu,
mendapat sorotan seusai videonya viral di media sosial. Guru di SDN 3 Karangsong
tersebut pun langsung bertindak cepat mengetahui siswanya menjadi korban maupun
pelaku aksi perundungan (bullying). Terungkap bahwa peristiwa itu terjadi karena
korban mengejek salah satu pelaku bahwa sepeda miliknya dijual.
Siswa pada berbagai tingkat usia di seluruh dunia terkena gangguan bullying
atau perundungan, yang membutuhkan perhatian orang tua dan guru. Bullying
merupakan kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh teman sebaya terhadap anak
yang "lebih rendah" atau "lebih lemah" dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan
atau kepuasan tersendiri sebagai kekerasan terhadap anak (Nurwalidah, 2023).. Sekolah
idealnya menjadi tempat belajar yang menyenangkan bagi semua siswa, namun
faktanya banyak pula perilaku bullying yang terjadi di sekolah termasuk pada tingkat
sekolah dasar.
Hasil penelitian Program For International Students Assessment (PISA) tahun
2018 menunjukkan bahwa 41,1% siswa di Indonesia pernah mengalami perundungan,
yang jauh di atas rata-rata negara anggota Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD), yang hanya 22, 7%. Indonesia berada di posisi kelima tertinggi
dari 78 negara yang melaporkan kasus perundungan. Selain mengalami perundungan,
15% murid Indonesia mengalami intimidasi, 19% dikucilkan, 22% dihina dan
barangnya dicuri, 14% mengatakan diancam, 18% didorong oleh temannya, dan 20%
mengatakan bahwa pelaku perundungan menyebarkan berita buruk tentang mereka
(Dwiningrum, 2020).
Untuk menangani perilaku bullying di sekolah, banyak orang yang bekerja
sama, salah satunya guru bimbingan dan konseling. Sebenarnya, ada peraturan yang
mengatur layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar. Salah satunya adalah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 111 tahun
2014 tentang bimbingan dan konseling pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah. Peraturan lain adalah panduan bimbingan dan konseling di sekolah dasar
yang diterbitkan pada tahun 2016 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Dwiningrum, 2020).. Pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan di
sekolah dasar, karena dalam praktiknya tidak sedikit diantara peserta didik yang
mengikuti proses belajar mengajar menghadapi masalah yang berasal dari dirinya
sendiri dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, dalam artikel ini akan membahas
mengenai strategi layanan bimbingan konseling di sekolah dasar untuk mengatasi
perilaku bullying guna meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.

B. Pembahasan

Teori-Teori Yang Relevan Dengan Penelitian


Program bimbingan konseling di sekolah adalah layanan fungsional yang
memerlukan keahlian dan sikap profesional dengan menggunakan teknologi dan ilmu
pengetahuan. Setiap siswa di sekolah memerlukan layanan bimbingan dan konseling
yang diberikan oleh tenaga ahli sesuai dengan pekerjaannya agar program tersebut
berfungsi dengan baik dan memberikan layanan yang tepat kepada siswa. Jika
dilakukan oleh orang yang sesuai dengan pekerjaannya sebagai konselor atau guru BK,
layanan bimbingan konseling akan paling bermanfaat bagi peserta didik. Khususnya
pada jenjang sekolah dasar, guru BK sangat dibutuhkan untuk membantu mengatasi
masalah peserta didik yang semakin meningkat, seperti bullying. Guru BK harus
memberikan layanan yang menyeluruh untuk membantu peserta didik berkembang
sesuai dengan tahapan mereka (Qonita et al., 2022).
Namun, kebanyakan sekolah dasar tidak memiliki guru bimbingan dan
konseling, sehingga guru kelas bertugas sebagai guru BK sekaligus dan terkadang tidak
melakukan secara maksimal untuk membantu peserta didik. Pada saat ini, peserta didik
memasuki tahap perkembangan remaja awal, yang memiliki tugas perkembangan yang
cukup mendasar dan kompleks. Mereka sangat membutuhkan bantuan dan bimbingan
bukan hanya dari guru kelas, mereka juga membutuhkan guru BK dengan keahlian
khusus. Orang tua juga diperlukan untuk bekerja sama dalam membantu dan
mengembangkan anak-anak mereka agar mereka dapat menyelesaikan semua tugas
perkembangannya dengan baik.
Sudah jelas bahwa sumber daya manusia yang dimaksud adalah peserta didik,
yang didefinisikan sebagai orang yang mengalami perubahan dan perkembangan serta
memerlukan bimbingan dan arahan dari orang lain untuk membentuk kepribadian
mereka sebagai bagian dari proses pendidikan yang struktural. Dengan kata lain, peserta
didik adalah orang yang sedang mengalami tahap pertumbuhan atau perkembangan
fisik, mental, dan pikiran (Sidik, 2016). Tidak hanya guru yang harus memiliki
keterampilan yang diperlukan, tetapi juga peserta didik harus memahami bahwa
pengembangan sumber daya manusia harus selalu diperbarui setiap tahun untuk tetap
berdaya saing. Sumber daya manusia (SDM) yang baik sangat penting untuk kemajuan
suatu negara dalam bidang ekonomi, IPTEK, politik, budaya, dan karakter bangsa
(Digital & Conference, 2021). Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang
berkualitas, strategi layanan bimbingan konseling di sekolah dasar harus disesuaikan
dengan kebutuhan siswa dan guru, dan harus diterapkan secara terintegrasi dan
berkelanjutan. Perlu juga dilakukan evaluasi dan pengembangan secara terus menerus
untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan konseling di sekolah.
Salah satu jenis perilaku agresif yang disengaja dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang terhadap seseorang secara berulang kali dan dari waktu ke waktu
dikenal sebagai perilaku bullying. Perilaku bullying didefinisikan sebagai perilaku yang
direncanakan oleh pihak yang lebih kuat dan berdaya terhadap pihak yang dianggap
lebih lemah darinya yang dapat menimbulkan rasa takut, sakit, atau stres secara fisik
dan mental (Dwiningrum, 2020).
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan 37.381 pengaduan
kekerasan terhadap anak dalam kurun waktu 9 tahun, dari tahun 2011 hingga 2019.
Kasus bullying yang terjadi di sekolah dan media sosial terus meningkat (KPAI, 2019).
Banyak penelitian tentang materi bullying khususnya yang terjadi dalam dunia
pendidikan, namun masih ada kekurangan informasi tentang bagaimana orang tua
merespons bullying. Terutama bagi siswa tingkat sekolah dasar, tidak semua orang tua
menyadari atau memahami bahaya bullying pada anak mereka. Studi menunjukkan
bahwa anak-anak tidak suka melaporkan bahwa mereka dibully oleh orang lain, kepada
orang tua dan guru.
Jenis-jenis perilaku bullying terbagi menjadi 4, diantaranya : (Dwiningrum,
2020).
1. Verbal Bullying, perundungan secara lisan misalnya mengatakan atau
menulis hal-hal yang berarti. Verbal intimidasi meliputi, sindiran, saling
mengata-ngatai, komentar seksual yang tidak pantas, mengejek, dan
mengancam.
2. Social Bullying, perundungan sosial yakni merusak nama baik seseorang,
atau membuat hubungan orang menjadi kurang baik, meninggalkan
seseorang, mengatakan siswa-siswa lain untuk tidak berteman dengannya,
menyebarkan rumor tentang siswa yang memalukan di depan umum.
3. Phisycal Bullying atau perundungan fisik meliputi : memukul, menendang,
mencubit, peludahan, tripping/mendorong, mengambil atau merusak barang
seseorang, serta memperlakukan secara kasar.
4. Cyber bullying, didefinisikan sebagai tindakan yang menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung perilaku
bermusuhan secara disengaja dan berulang oleh seorang individu atau
kelompok, yang dimaksudkan untuk menyakiti atau merugikan orang lain.

Faktor yang mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap jumlah


kejadian bullying adalah lingkungan. Sikap dan perilaku seseorang sangat
dipengaruhi oleh lingkungan mereka. Akibatnya, penting bagi sekolah untuk
mempertahankan lingkungan sekolah yang positif. Selain itu, faktor teman
sebaya dan lingkungan juga berpengaruh terhadap perilaku bullying seseorang.
Jika seseorang memiliki tingkat konformitas yang lebih tinggi dengan teman
sebayanya, mereka lebih cenderung berperilaku bullying. (Pratama, 2023)

Beberapa dampak negatif yang dapat terjadi pada anak yang menjadi
korban bullying, diantaranya kecemasan, rasa kesepian, rendah diri, kurangnya
kemampuan sosial, depresi, dan trauma. Sedangkan dampak dari pelaku
bullying yang terjadi pada anak diantaranya : psikosomatik, penarikan sosial,
kesehatan fisik yang buruk, kabur dari rumah, konsumsi alkohol maupun obat
terlarang, bunuh diri, dan prestasi akademik yang buruk. Selain itu, menjadi
pelaku bullying juga terlibat dalam perkelahian, berisiko mengalami cedera
karena perkelahian, merokok, minum alkohol, atau kabur dari sekolah, serta
melakukan tindakan kriminal. Baik pelaku maupun anak-anak yang
menyaksikan tindakan bullying memiliki konsekuensi yang sangat berbahaya.
Siswa yang menyaksikan bullying mempunyai resiko seperti menjadi penakut
dan rapuh, mengalami kecemasan, dan tidak merasa aman (Nugroho, 2023).

Oleh karena itu, guru bimbingan dan konseling memiliki peran penting
dalam mencegah dan menanggulangi bullying di sekolah. Mereka harus
memberikan layanan yang efektif dan menyeluruh kepada seluruh siswa dengan
menggunakan berbagai sumber daya dan keterampilan yang dapat membantu
guru dalam menangani bullying. Salah satu layanan bimbingan konseling
diantaranya layanan dasar, dan layanan responsif (Bu’ulolo et al., 2022).

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kajian literatur atau literatur review dari
berbagai data dan informasi serta berbagai sumber kajian pustaka dan artikel terkait
topik penelitian. Analisis terhadap literatur bertujuan untuk mendapatkan sebuah
gagasan ilmiah untuk mendapatkan gambaran layanan bimbingan dan konseling di
sekolah dasar untuk mengatasi perilaku bullying guna meningkatkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Pada beberapa literatur tertulis terbit pada tahun 2020-2023
karena literatur tersebut merupakan salah satu induk teori dalam pembahasan bullying
di tingkat sekolah dasar.

D. Hasil Pembahasan
Sudah banyak penelitian yang membahas terkait bullying untuk siswa sekolah
dasar, diantaranya hasil penelitian Sufriani (2017) menunjukkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi tindakan bullying pada anak usia sekolah di Sekolah Dasar
Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh, yakni : faktor individu sebesar 66,0%, faktor
keluarga sebesar 51,1%, faktor media sebesar 56,4 %, faktor teman sebaya sebesar 56,4
%, dan faktor sekolah sebesar 59,6%. Sekolah idealnya menjadi tempat belajar yang
menyenangkan bagi semua siswa, namun faktanya banyak pula perilaku bullying yang
terjadi di sekolah termasuk pada tingkat sekolah dasar Fauziah Soleman (2021), hasil
penelitian menunjukkan bahwa bimbingan klasikal ternyata dapat meminimalisir
bahaya bullying pada siswa VIII SMP Negeri 7 Telaga Biru (Nugroho, 2023).
Pengertian Bullying
Siswa pada berbagai tingkat usia di seluruh dunia terkena gangguan bullying
atau perundungan, yang membutuhkan perhatian orang tua dan guru. Bullying adalah
perilaku agresif yang sengaja dilakukan maupun direncanakan oleh pihak yang lebih
kuat dan berdaya terhadap pihak yang dianggap lebih lemah darinya yang dapat
menimbulkan rasa takut, sakit, atau stres secara fisik dan mental (Dwiningrum, 2020).
Bullying di sekolah terjadi antara teman sebaya dan bahkan di antara kelompok
siswa. Perilaku bullying dapat dipicu oleh perbedaan pendapat, kondisi fisik, psikis,
sosial, ekonomi, agama, dan budaya. Misalnya, orang dengan gangguan pendengaran
dihina karena cacat fisiknya. Individu merasa rendah diri karena perbedaan status sosial
yang dipermasalahkan, dan banyak dari mereka yang mengalami bullying verbal,
termasuk dihina dan diejek.
Beberapa komponen penting mengenai bullying di sekolah termasuk serangan
fisik, verbal, atau psikologis. Intimidasi yang bertujuan untuk membuat korban takut,
stres, membahayakan, ke kekuasaan secara fisik atau psikologis dengan anak yang lebih
kuat (atau anak-anak) menindas anak yang kurang kuat, dan mengulangi kejadian
antara sesama anak-anak dalam jumlah yang signifikan.

Strategi Layanan Bimbingan Konseling Di Sekolah Dasar Untuk Mengatasi


Perilaku Bullying
Pengembangan layanan bimbingan dan konseling disekolah dasar yang efektif
dalam mengatasi perilaku bullying membutuhkan pendekatan yang komprehensif.
Peran serta guru kelas, guru mata pelajaran, teman sebaya, guru bk, administrator serta
orang tua. Guru bimbingan dan konseling atau konselor berperan membantu
tercapainya perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir peserta didik. Langkah
pertama yang harus dilakukan untuk menangani perilaku bullying pada siswa adalah
mengenali dan menyadari bahwa perilaku bullying itu memang ada di sekolah.
Sekolah yang belum tersedia guru bimbingan dan konseling atau konselor, guru
kelas berperan melaksanakan layanan bimbingan dan konseling secara terbatas setelah
memperoleh pelatihan, berkolaborasi dan berjejaring dengan stakeholder untuk
mendukung pencapaian perkembangan peserta didik yang optimal.
Beberapa strategi layanan bimbingan konseling di sekolah dasar yang dapat dilakukan
dalam mengatasi masalah bullying adalah : (Dwiningrum, 2020).
1. Layanan Dasar
Layanan dasar adalah proses memberikan bantuan kepada seluruh siswa
yang terkait dengan pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam
bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir sebagai penjabaran tugas perkembangan
mereka. Di sekolah dasar, layanan dasar dilaksanakan melalui aktivitas yang
langsung diberikan kepada siswa, seperti bimbingan kelompok, bimbingan klasik,
dan layanan informasi. Bimbingan dan konseling juga dilakukan melalui berbagai
media, seperti papan bimbingan dan leaflet.
Bagi guru kelas yang menjalankan fungsi sebagai guru bk, dapat
menggunakan layanan bimbingan klasik dalam kegiatan pembelajaran tematik mata
pelajaran. Beberapa materi yang dapat digunakan dalam layanan dasar untuk
mengatasi perilaku bullying adalah tentang bagaimana memaksimalkan tugas
perkembangan dan memastikan bahwa Standar Kompetensi Kemandirian Peserta
Didik (SKKPD) tercapai.
Layanan dasar juga dapat membantu meningkatkan pemahaman dan
pencegahan. Dengan menyediakan konten yang mencakup apa saja yang termasuk
dalam kategori perilaku bullying cara menghindarinya. Guru bimbingan dan
konseling juga dapat memberikan materi tentang jenis-jenis perilaku yang
mendukung dan mengganggu teman. Siswa sekolah dasar dapat belajar lebih
banyak tentang perilaku yang sesuai dengan norma agama dan sosial. Salah satu
materi yang dapat diberikan adalah mengajarkan siswa untuk berempati sejak dini.
Dalam layanan dasar untuk memerangi intimidasi. Salah satu faktor yang
menyebabkan munculnya perilaku bullying pada siswa adalah fakta bahwa guru
bimbingan dan konseling mulai memperkenalkan ketidakmampuan anak untuk
merasakan apa yang dirasakan korban bullying. Fenomena intimidasi adalah
fenomena sosial yang muncul dalam dinamika kelompok akibat kurangnya empati
dalam masyarakat.

2. Layanan Responsif
Layanan responsif adalah layanan untuk memenuhi kebutuhan jangka
pendek peserta didik, atau masalah-masalah yang dialami peserta didik/konseli
yang bersumber dari lingkungan kehidupan pribadi, sosial, belajar, dan karir.
Layanan terdiri atas konseling individual, konseling kelompok, konsultasi,
konferensi kasus, referal dan advokasi.
Implementasi layanan responsif untuk mengatasi perilaku bullying adalah
guru bimbingan konseling atau guru wali kelas membersamai dan mendampingi
jika terdapat anak-anak yang memunculkan tanda-tanda menjadi korban bullying,
beberapa tanda tersebut adalah : a. Kecemasan meningkat (jika berbicara tentang
sekolah atau tempat tertentu), b. Tidak ingin pergi ke sekolah (atau tempat tertentu),
c. Terdapat memar yang tidak ingin dijelaskan alasannya, d. Percaya diri rendah:
“Aku bodoh, aku tidak punya teman”, e. Menggambarkan orang lain secara negatif,
“Mereka nakal, mereka jahat”; dan f. Bersikap menantang dan mungkin terlibat
dalam perkelahian di sekolah, g. Frustrasi ketika tidak dapat melakukan sesuatu
dengan benar, h. Tidak masalah ketika orang lain mengalami kesulitan.
Kita menduga bahwa siswa dengan tanda-tanda di atas memerlukan
dukungan lebih lanjut dari orang dewasa di lingkungan mereka, seperti orang tua
dan pendidik di sekolah. Reaksi terhadap bullying pada siswa sekolah dasar,
termasuk meminta bantuan dari guru dan pejabat sekolah lainnya, dapat
meningkatkan pendidikan untuk menghindari bullying, terutama yang dilakukan
melalui internet.
Secara keseluruhan, penelitian Stives (2019) terhadap 54 orang tua siswa
menemukan bahwa salah satu pendekatan yang digunakan oleh orang tua untuk
memahami adalah meminta anak mereka untuk memberi tahu seorang guru atau
pendidik di sekolah . Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
menetapkan hal ini, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 82 Tahun 2015 tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Sekolah,
implementasi layanan responsif ini bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi
tindak kekerasan di lingkungan sekolah terhadap siswa serta bekerja sama dengan
orang tua dan wali siswa, pendidik, tenaga kependidikan, satuan pendidikan, komite
sekolah, dan masyarakat.

E. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwasannya dengan
menerapkan strategi layanan bimbingan konseling di sekolah dasar yang efektif, dapat
membantu mengatasi perilaku bullying dan mengembangkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Hal ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan siswa tetapi juga
memperkuat komunitas sekolah secara keseluruhan. Selain itu, kerja sama antara
sekolah dan orang tua sangat penting dalam mengatasi perilaku bullying. Orang tua
dapat diberikan informasi tentang perilaku bullying dan cara mengatasinya, serta
diberikan dukungan untuk mendukung siswa mereka di sekolah.
Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, strategi
layanan bimbingan konseling di sekolah dasar harus disesuaikan dengan kebutuhan
siswa dan guru, dan harus diterapkan secara terintegrasi dan berkelanjutan. Perlu juga
dilakukan evaluasi dan pengembangan secara terus menerus untuk meningkatkan
kualitas layanan bimbingan konseling di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Aswat, H., Kasih, M., Ode, L., Ayda, B., & Buton, U. M. (2022). Eksistensi Peranan
Penguatan Pendidikan Karakter terhadap Bentuk Perilaku Bullying di Lingkungan
Sekolah Dasar. Jurnal BASICEDU, 6(5), 9105–9117.

Bu’ulolo, S., Zagoto, S. F. L., & Laia, B. (2022). Peran Guru Bimbingan Dan Konseling
Dalam Mencegah Bullying Di Sma Negeri 1 Amandraya Tahun Pelajaran 2020/2021.
Counseling For All (Jurnal Bimbingan dan Konseling), 2(1), 53–62.
https://doi.org/10.57094/jubikon.v2i1.376

Digital, I., & Conference, C. (2021). 西薗 由依 * 1 ,尾城 孝一 * 2 ,古川 雅子 * 3 ,


南山 泰之 * 4. 12(1), 187–193.

Dwiningrum, siti irene. (2020). Arum Setiowati. 7, 188–196.

Novitasari, D. I., & Setyowati, R. N. (2020). Penerapan Strategi Guru Dalam Menangani
School Bullying Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Taman Siswa Kota Mojokerto
(Studi Kasus Di SMP Taman Siswa Kota Mojokerto). Kajian Moral dan
Kewarganegaraan., 08, 1104–1116.

Nugroho, M. Y. (2023). Strategi Intervensi Konseling Melalui Layanan Bimbingan Klasikal


Untuk Menumbuhkan Pemahaman Akan Bahaya Bullying Terhadap Kesehatan Mental
Siswa SDN 3 Gunungwetan. Proceedings of Annual Guidance and Counseling
Academic Forum, 46–54.

Nurwalidah, N. (2023). Bullying Dan Penanganannya (Studi Kasus Pada Siswa Di Mts
Sultan Hasanuddin Kabupaten Gowa). Guidance : Jurnal Bimbingan dan Konseling,
20(12).

Pratama, A. P. (2023). Identifikasi Faktor Penyebab Perilaku Bullying Di Sekolah Dan


Implikasi Untuk Guru Bimbingan Konseling. Realita : Jurnal Bimbingan dan
Konseling, 8(2), 2053. https://doi.org/10.33394/realita.v8i2.8143

Qonita, M., Artati, K. B., Musyarofah, A., Wahyuni, F., & Tjalla, A. (2022). Pentingnya
Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar Terhadap Perkembangan Peserta
Didik. Guidance, 19(02), 106–120. https://doi.org/10.34005/guidance.v19i02.2211

Sidik, F. (2016). Guru Berkualitas Untuk SDM Berkualitas. Manajemen Pendidikan Islam,
4(2), 109–114.

Anda mungkin juga menyukai