nellaagustin0308@gmail.com , muhammad06bisri12@gmail.com ,
salimatulfalahiyah3@gmail.com
Program Studi Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri
Sultan Maulana Hasanuddin Banten
Abstract
This research aims to describe how guidance and counseling services can overcome bullying
behavior among students in elementary schools in order to improve quality human resources.
it can help overcome bullying behavior and develop quality human resources. This not only
improves student well-being but also strengthens the school community as a whole. Apart
from that, cooperation between schools and parents is very important in overcoming bullying
behavior. Parents can be given information about bullying behavior and how to deal with it,
and given support to support their students at school. This type of research uses the literature
review method to collect and analyze various sources of information from various previous
studies. The results of this research found that one of the guidance and counseling services,
namely basic and responsive services, can overcome bullying behavior in elementary schools
Abstrak
Kata Kunci : Layanan Bimbingan Konseling, Sekolah Dasar, Bullying, Sumber Daya Manusia
A. Pendahuluan
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal ialah menyelenggarakan
seluruh proses pendidikan secara optimal dan penuh kepedulian sehingga menghasilkan
peserta didik yang bermutu. Dalam proses pembelajaran, siswa dapat memperoleh
manfaat dari ilmu dan bimbingan yang diberikan oleh gurunya. Berkaitan dengan hal
tersebut, manusia memerlukan pendidikan untuk kebutuhan sehari-harinya. Manusia
dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pendidikan yang berlangsung di
sekolah. Ki Hajar Dewantara mengatakan, “Tri Pusat Pendidikan” ialah 3 lingkungan
pendidikan yang memiliki peran besar terhadap perilaku serta kepribadian anak. Tiga
pilar pendidikan meliputi: pendidikan di lingkungan rumah (keluarga), pendidikan di
lingkungan sekolah, dan pendidikan di masyarakat (Novitasari & Setyowati, 2020).
Salah satu jenjang awal di mana anak-anak memulai pendidikan secara formal
ialah sekolah dasar (SD). Untuk memungkinkan proses belajar mengajar yang layak
dan menyenangkan, setiap sekolah harus memiliki sumber daya manusia dan fasilitas
yang optimal. Dalam rangka membentuk karakter siswa yang baik, perlu banyak pihak
untuk membantu perkembangan siswa dalam hal belajar, sosial, dan pribadi ini
termasuk kepala sekolah, wali murid, guru, masyarakat sekitar sekolah, dan teman-
teman sekolah. Selain itu, pendidikan dianggap memiliki pengaruh terbesar terhadap
kemajuan suatu bangsa karena pendidikan menghasilkan sumber daya manusia yang
mengenal jati dirinya, membentuk sifat-sifat yang baik, mendorong kreativitas,
kepedulian, dan membangun kualitas kepemimpinan (Nugroho, 2023).
Harlock (1980) menyatakan bahwa sekolah mempengaruhi perkembangan
kepribadian anak dalam hal sikap, pikiran, dan perilaku. Sekolah berfungsi sebagai
pengganti orang tua. Dari sudut pandang psikologis, seorang guru dapat digambarkan
sebagai 1) Pakar psikologis , yaitu seseorang yang memahami psikologi pendidikan dan
mampu mengamalkannya dalam berperan sebagai pendidik, 2) Seniman dalam
hubungan antar manusia, yang berarti guru adalah orang yang dapat menciptakan
suasana hubungan antar manusia, khususnya dengan siswa-siswi untuk mencapai
tujuan pendidikan, 3) Pembentukan kelompok, artinya seorang guru mampu
membentuk , membangun, dan mempertahankan kelompok sebagai cara untuk
mencapai tujuan pendidikan, 4) Petugas kesehatan mental (kesehatan mental pekerja),
yang berarti guru bertanggung jawab atas kesehatan mental siswa, 5) Agen Katalistik,
yang berarti seorang guru mampu menciptakan perubahan (Nugroho, 2023).
Namun saat ini, arus teknologi yang semakin maju memudahkan penyebaran
dan masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan karakter bangsa. Akibatnya,
nilai-nilai budaya bangsa memudar, budaya bangsa melemah, nilai kehidupan berubah,
dan interaksi sosial yang lebih luas melalui media sosial. Salah satunya perilaku
bullying, seperti mengejek, melukai, memukul, menjambak, dan menjegal teman saat
berjalan, merupakan contoh penyimpangan perilaku yang terjadi pada siswa. Bullying
memiliki sikap dan perilaku yang menunjukkan sifat yang tidak baik, dan perilaku ini
akan menjadi kebiasaan yang akan menyebabkan ketidaknyamanan atau bahkan
ancaman bagi orang di sekitarnya (Aswat et al., 2022).
Seperti pada kasus yang kami dapatkan dari www.Liputan6.com pada awal
Februari 2023 terjadi kasus bullying di Sukabumi, Jawa barat. Korban yang berinisial
NCS (10 tahun) masih duduk dikelas 3 sekolah dasar (SD) di kota Sukabumi mengalami
phisycal bullying, yang mana ia didorong dan dijegal oleh teman sekelasnya dikamar
mandi hingga akhirnya korban terjatuh dan mengalami patah tulang.
Kemudian kami juga mendapatkan kasus dari dinamikabanten.co.id terdapat
juga kasus bullying di kota serang, yaitu SDN Ciceri Indah. Salah seorang Wali murid
di SDN Ciceri Indah mengatakan sejak awal masuk sekolah, anaknya kerap mendapat
bullyan dari teman-temannya seperti mengambil makanan secara paksa, hingga
pemukulan secara fisik mengakibatkan korban enggan untuk sekolah.
Kemudian juga kami mendapatkan kasus dari Republika.co.id Aksi
perundungan di SDN 3 Karangsong, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu,
mendapat sorotan seusai videonya viral di media sosial. Guru di SDN 3 Karangsong
tersebut pun langsung bertindak cepat mengetahui siswanya menjadi korban maupun
pelaku aksi perundungan (bullying). Terungkap bahwa peristiwa itu terjadi karena
korban mengejek salah satu pelaku bahwa sepeda miliknya dijual.
Siswa pada berbagai tingkat usia di seluruh dunia terkena gangguan bullying
atau perundungan, yang membutuhkan perhatian orang tua dan guru. Bullying
merupakan kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh teman sebaya terhadap anak
yang "lebih rendah" atau "lebih lemah" dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan
atau kepuasan tersendiri sebagai kekerasan terhadap anak (Nurwalidah, 2023).. Sekolah
idealnya menjadi tempat belajar yang menyenangkan bagi semua siswa, namun
faktanya banyak pula perilaku bullying yang terjadi di sekolah termasuk pada tingkat
sekolah dasar.
Hasil penelitian Program For International Students Assessment (PISA) tahun
2018 menunjukkan bahwa 41,1% siswa di Indonesia pernah mengalami perundungan,
yang jauh di atas rata-rata negara anggota Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD), yang hanya 22, 7%. Indonesia berada di posisi kelima tertinggi
dari 78 negara yang melaporkan kasus perundungan. Selain mengalami perundungan,
15% murid Indonesia mengalami intimidasi, 19% dikucilkan, 22% dihina dan
barangnya dicuri, 14% mengatakan diancam, 18% didorong oleh temannya, dan 20%
mengatakan bahwa pelaku perundungan menyebarkan berita buruk tentang mereka
(Dwiningrum, 2020).
Untuk menangani perilaku bullying di sekolah, banyak orang yang bekerja
sama, salah satunya guru bimbingan dan konseling. Sebenarnya, ada peraturan yang
mengatur layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar. Salah satunya adalah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 111 tahun
2014 tentang bimbingan dan konseling pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah. Peraturan lain adalah panduan bimbingan dan konseling di sekolah dasar
yang diterbitkan pada tahun 2016 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Dwiningrum, 2020).. Pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan di
sekolah dasar, karena dalam praktiknya tidak sedikit diantara peserta didik yang
mengikuti proses belajar mengajar menghadapi masalah yang berasal dari dirinya
sendiri dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, dalam artikel ini akan membahas
mengenai strategi layanan bimbingan konseling di sekolah dasar untuk mengatasi
perilaku bullying guna meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.
B. Pembahasan
Beberapa dampak negatif yang dapat terjadi pada anak yang menjadi
korban bullying, diantaranya kecemasan, rasa kesepian, rendah diri, kurangnya
kemampuan sosial, depresi, dan trauma. Sedangkan dampak dari pelaku
bullying yang terjadi pada anak diantaranya : psikosomatik, penarikan sosial,
kesehatan fisik yang buruk, kabur dari rumah, konsumsi alkohol maupun obat
terlarang, bunuh diri, dan prestasi akademik yang buruk. Selain itu, menjadi
pelaku bullying juga terlibat dalam perkelahian, berisiko mengalami cedera
karena perkelahian, merokok, minum alkohol, atau kabur dari sekolah, serta
melakukan tindakan kriminal. Baik pelaku maupun anak-anak yang
menyaksikan tindakan bullying memiliki konsekuensi yang sangat berbahaya.
Siswa yang menyaksikan bullying mempunyai resiko seperti menjadi penakut
dan rapuh, mengalami kecemasan, dan tidak merasa aman (Nugroho, 2023).
Oleh karena itu, guru bimbingan dan konseling memiliki peran penting
dalam mencegah dan menanggulangi bullying di sekolah. Mereka harus
memberikan layanan yang efektif dan menyeluruh kepada seluruh siswa dengan
menggunakan berbagai sumber daya dan keterampilan yang dapat membantu
guru dalam menangani bullying. Salah satu layanan bimbingan konseling
diantaranya layanan dasar, dan layanan responsif (Bu’ulolo et al., 2022).
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kajian literatur atau literatur review dari
berbagai data dan informasi serta berbagai sumber kajian pustaka dan artikel terkait
topik penelitian. Analisis terhadap literatur bertujuan untuk mendapatkan sebuah
gagasan ilmiah untuk mendapatkan gambaran layanan bimbingan dan konseling di
sekolah dasar untuk mengatasi perilaku bullying guna meningkatkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Pada beberapa literatur tertulis terbit pada tahun 2020-2023
karena literatur tersebut merupakan salah satu induk teori dalam pembahasan bullying
di tingkat sekolah dasar.
D. Hasil Pembahasan
Sudah banyak penelitian yang membahas terkait bullying untuk siswa sekolah
dasar, diantaranya hasil penelitian Sufriani (2017) menunjukkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi tindakan bullying pada anak usia sekolah di Sekolah Dasar
Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh, yakni : faktor individu sebesar 66,0%, faktor
keluarga sebesar 51,1%, faktor media sebesar 56,4 %, faktor teman sebaya sebesar 56,4
%, dan faktor sekolah sebesar 59,6%. Sekolah idealnya menjadi tempat belajar yang
menyenangkan bagi semua siswa, namun faktanya banyak pula perilaku bullying yang
terjadi di sekolah termasuk pada tingkat sekolah dasar Fauziah Soleman (2021), hasil
penelitian menunjukkan bahwa bimbingan klasikal ternyata dapat meminimalisir
bahaya bullying pada siswa VIII SMP Negeri 7 Telaga Biru (Nugroho, 2023).
Pengertian Bullying
Siswa pada berbagai tingkat usia di seluruh dunia terkena gangguan bullying
atau perundungan, yang membutuhkan perhatian orang tua dan guru. Bullying adalah
perilaku agresif yang sengaja dilakukan maupun direncanakan oleh pihak yang lebih
kuat dan berdaya terhadap pihak yang dianggap lebih lemah darinya yang dapat
menimbulkan rasa takut, sakit, atau stres secara fisik dan mental (Dwiningrum, 2020).
Bullying di sekolah terjadi antara teman sebaya dan bahkan di antara kelompok
siswa. Perilaku bullying dapat dipicu oleh perbedaan pendapat, kondisi fisik, psikis,
sosial, ekonomi, agama, dan budaya. Misalnya, orang dengan gangguan pendengaran
dihina karena cacat fisiknya. Individu merasa rendah diri karena perbedaan status sosial
yang dipermasalahkan, dan banyak dari mereka yang mengalami bullying verbal,
termasuk dihina dan diejek.
Beberapa komponen penting mengenai bullying di sekolah termasuk serangan
fisik, verbal, atau psikologis. Intimidasi yang bertujuan untuk membuat korban takut,
stres, membahayakan, ke kekuasaan secara fisik atau psikologis dengan anak yang lebih
kuat (atau anak-anak) menindas anak yang kurang kuat, dan mengulangi kejadian
antara sesama anak-anak dalam jumlah yang signifikan.
2. Layanan Responsif
Layanan responsif adalah layanan untuk memenuhi kebutuhan jangka
pendek peserta didik, atau masalah-masalah yang dialami peserta didik/konseli
yang bersumber dari lingkungan kehidupan pribadi, sosial, belajar, dan karir.
Layanan terdiri atas konseling individual, konseling kelompok, konsultasi,
konferensi kasus, referal dan advokasi.
Implementasi layanan responsif untuk mengatasi perilaku bullying adalah
guru bimbingan konseling atau guru wali kelas membersamai dan mendampingi
jika terdapat anak-anak yang memunculkan tanda-tanda menjadi korban bullying,
beberapa tanda tersebut adalah : a. Kecemasan meningkat (jika berbicara tentang
sekolah atau tempat tertentu), b. Tidak ingin pergi ke sekolah (atau tempat tertentu),
c. Terdapat memar yang tidak ingin dijelaskan alasannya, d. Percaya diri rendah:
“Aku bodoh, aku tidak punya teman”, e. Menggambarkan orang lain secara negatif,
“Mereka nakal, mereka jahat”; dan f. Bersikap menantang dan mungkin terlibat
dalam perkelahian di sekolah, g. Frustrasi ketika tidak dapat melakukan sesuatu
dengan benar, h. Tidak masalah ketika orang lain mengalami kesulitan.
Kita menduga bahwa siswa dengan tanda-tanda di atas memerlukan
dukungan lebih lanjut dari orang dewasa di lingkungan mereka, seperti orang tua
dan pendidik di sekolah. Reaksi terhadap bullying pada siswa sekolah dasar,
termasuk meminta bantuan dari guru dan pejabat sekolah lainnya, dapat
meningkatkan pendidikan untuk menghindari bullying, terutama yang dilakukan
melalui internet.
Secara keseluruhan, penelitian Stives (2019) terhadap 54 orang tua siswa
menemukan bahwa salah satu pendekatan yang digunakan oleh orang tua untuk
memahami adalah meminta anak mereka untuk memberi tahu seorang guru atau
pendidik di sekolah . Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
menetapkan hal ini, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 82 Tahun 2015 tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Sekolah,
implementasi layanan responsif ini bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi
tindak kekerasan di lingkungan sekolah terhadap siswa serta bekerja sama dengan
orang tua dan wali siswa, pendidik, tenaga kependidikan, satuan pendidikan, komite
sekolah, dan masyarakat.
E. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwasannya dengan
menerapkan strategi layanan bimbingan konseling di sekolah dasar yang efektif, dapat
membantu mengatasi perilaku bullying dan mengembangkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Hal ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan siswa tetapi juga
memperkuat komunitas sekolah secara keseluruhan. Selain itu, kerja sama antara
sekolah dan orang tua sangat penting dalam mengatasi perilaku bullying. Orang tua
dapat diberikan informasi tentang perilaku bullying dan cara mengatasinya, serta
diberikan dukungan untuk mendukung siswa mereka di sekolah.
Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, strategi
layanan bimbingan konseling di sekolah dasar harus disesuaikan dengan kebutuhan
siswa dan guru, dan harus diterapkan secara terintegrasi dan berkelanjutan. Perlu juga
dilakukan evaluasi dan pengembangan secara terus menerus untuk meningkatkan
kualitas layanan bimbingan konseling di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Aswat, H., Kasih, M., Ode, L., Ayda, B., & Buton, U. M. (2022). Eksistensi Peranan
Penguatan Pendidikan Karakter terhadap Bentuk Perilaku Bullying di Lingkungan
Sekolah Dasar. Jurnal BASICEDU, 6(5), 9105–9117.
Bu’ulolo, S., Zagoto, S. F. L., & Laia, B. (2022). Peran Guru Bimbingan Dan Konseling
Dalam Mencegah Bullying Di Sma Negeri 1 Amandraya Tahun Pelajaran 2020/2021.
Counseling For All (Jurnal Bimbingan dan Konseling), 2(1), 53–62.
https://doi.org/10.57094/jubikon.v2i1.376
Novitasari, D. I., & Setyowati, R. N. (2020). Penerapan Strategi Guru Dalam Menangani
School Bullying Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Taman Siswa Kota Mojokerto
(Studi Kasus Di SMP Taman Siswa Kota Mojokerto). Kajian Moral dan
Kewarganegaraan., 08, 1104–1116.
Nurwalidah, N. (2023). Bullying Dan Penanganannya (Studi Kasus Pada Siswa Di Mts
Sultan Hasanuddin Kabupaten Gowa). Guidance : Jurnal Bimbingan dan Konseling,
20(12).
Qonita, M., Artati, K. B., Musyarofah, A., Wahyuni, F., & Tjalla, A. (2022). Pentingnya
Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar Terhadap Perkembangan Peserta
Didik. Guidance, 19(02), 106–120. https://doi.org/10.34005/guidance.v19i02.2211
Sidik, F. (2016). Guru Berkualitas Untuk SDM Berkualitas. Manajemen Pendidikan Islam,
4(2), 109–114.