Anda di halaman 1dari 14

KARYA TULIS ILMIAH

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KENAKALAN


SISWA DI SMAN 26 BANDUNG

Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas individu pada mata

kuliah Bimbingan Konseling

Dosen Pengampu : Teti Ratnasih, Hj., Dr., M.Ag

Disusun oleh:

Hesty Handayany (1202080019)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS TARBUYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJARI BANDUNG
2022
ABSTRAK
Bimbingan dan konseling adalah suatu proses membantu siswa dalammengatasi masalah
yang dihadapinya. Pelayanan bimbingan di sekolah sangat membantu untuk menemukan pribadi,
mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Dengan begitu, mereka tidak akan
melakukan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi disekitar lingkungannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) kenakalan-kenakalan yang dilakukan siswa SMAN
26 Bandung, (2) peran guru bimbingan dan konseling dalam mengani kenakalan siswa melalui
konseling individual, serta (3) faktor penyebab kenakalan siswa di SMAN 26 Bandung.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dan jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian lapangan (field recearch), dengan subjek penelitian yang terdiri dari
enam responden, yaitu: guru Bimbingan dan Konseling, Wali kelas, Waka kesiswaan, dan tiga
siswa kelas X yang melakukan kenakalan disekolah. Teknik pengumpulan data menggunakan
teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa:
(1) kenakalan yang dilakukan siswa seperti: lompat pagar, keluar masuk kelas saat jam belajar,
alfa, merokok, rambut panjang bagi laki-laki, terlambat ke sekolah, ribut di kelas, membully secara
verbal, (2) peran guru bimbingan dan konseling dalam menangani kenakalan siswa melalui
konseling individual sapngat efektif dan penting, karena terdapat perubahan sikap dan tingkah laku
pada siswa yang melakukan kenakalan disekolah setelah mendapatkan layanan konseling
individual dari guru bimbingan dan konseling, (3) faktor penyebab kenakalan siswa adalah faktor
keluarga, teman dan guru disekolah.
Kata kunci :Peran, Guru Bimbingan dan Konseling , Kenakalan Remaja

PENDAHULUAN
Tujuan utama dari pelaksanaan Pendidikan adalah membina dan mendidik anak-anak
bangsa agar memiliki keimanan serta ketaqwaan kepada Tuhan, untuk mewujudkan hal tersebut
perlu adanya peran pembimbing memberikan arahan pada siswa agar memiliki pemahaman
komunikasi yang baik dengan sesama. Sehingga mampu mewujudkan perilaku yang sesuai
dengan keadaan masyarakat. Layanan bimbingan yang diberikan pembimbing harus dirancang
sedemikian rupa harus diberikan secara kontinyu atau secara terus menerus untuk mengarahkan
anak-anak menuju kedewasaan dengan demikian melalui pemberian bimbingan dan konseling
akan menurunkan kenakalan siswa di sekolah.
Mengingat luasnya tujuan bimbingan dan konseling bagi siswa, tidak dapat dibantah
bahwa guru memiliki peranan yang amat besar dibidang bimbingan dan konseling. Menurut
Soekanto, peran adalah tindakan seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan
kedudukannya. Peran dalam persepektif ilmu psikologi sosial, didefinisikan dengan suatu
perilaku atau tindakan yang diharapkan oleh orang lain dari seseorang yang memiliki suatu status
di dalam kelompok tertentu (Soekanto, 1990)
Peran guru bimbingan dan konseling adalah tindakan seseorang yang melaksanakan hak
dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya dan memiliki wewenang dalam membimbing dan
memberikan bantuan kepada siswa melalui layanan bimbingan dan konseling, agar siswa dapat
berkembang secara optimal dan mandiri. Peran guru bimbingan dan konseling tidak hanya
sebatas membantu siswa menangani masalah yang sedang dihadapi saja, tetapi juga membantu
menangani kenakalan pada siswa. Karena siswa merupakan individu yang sedang berkembang
menuju dewasa, maka guru bimbingan dan konseling hendaknya mampu menangani kenakalan-
kenakalan yang terjadi pada siswa di sekolah yang tentunya mengganggu berlangsung proses
pendidikan. Kenakalan siswa atau dikenal dengan istilah juvenile delinquency mengacu pada
tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial, pelanggaran status (seperti melarikan diri)
hingga tindakan kriminal yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain (Amelia, 2019).
Berbagai fenomena perilaku siswa dewasa ini seperti tawuran, penyalahgunaan obat-
obatan terlarang dan psikotropika, perilaku seksual menyimpang, degradasi moral, pencapaian
hasil belajar yang tidak memuaskan, tawuran, pembullian, game online dan bahaya sosial media
yang terjadi saat ini. Semua masuk kedalam pelanggaran disiplin siswa dan dapat dipandang
sebagai perwujudan rendahnya disiplin diri dalam masa remaja ini.
Berdasarkan fenemona-fenomena dan penelitian yang relevan diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian di SMAN 26 Bandung, dengan judul “Peran Guru Bimbingan dan
Konseling dalam Mengatasi Kenakalan Siswa di SMAN 26 Bandung”

KERANGKA TEORITIS
Guru bimbingan dan konseling adalah seorang pembimbing di sekolah yang akrab
dikenal dengan sebutan konselor sekolah yang mempunyai tugas dan peran sebagai fasilitator
siswa untuk melayani dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki siswa. Guru bimbingan
dan konseling yang sebenarnya adalah konselor yang mempunyai background bimbingan dan
konseling dan mampu memfasilitasi siswa menjadi tauladan dan lebih baik dari sebelumnya,
mampu bersahabat dengan siswa sehingga tercipta kenyamanan, dan mampu membuat siswa
akan rindu dengan ruangan bimbingan dan konseling.
Peran guru bimbingan dan konseling adalah menyampaikan kebenaran-kebenaran kepada
klien serta fungsi peran guru bimbingan dan konseling sangat diperlukan dalam membantu
perkembangan serta menangani masalah yang dialami siswa, dimana seorang guru Bimbingan
dan Konseling harus mampu manjalankan tugas-tugas sebaik-baiknya dengan tujuan agar siswa
dapat berkembang sesuai dengan yang diharapkan.
Remaja merupakan masa perkembangan seseorang yang menunjuk pada rentang usia
peralihan atau masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Sedangkan kenakalan
remaja adalah tindak perbuatan yang dilakukan siswa di lingkungannya baik lingkungan
keluarga, sekolah maupun masyarakat dan perbuatan tersebut bersifat melawan hukum, anti
sosial, dan melanggar norma-norma, baik norma agama, susila, atau norma yang berlaku dalam
masyarakat yang dapat merugikan dirinya dan orang lain (Aisiyah, 1996).
Bentuk-bentuk kenakalan remaja (siswa) meliputi: (1) bentuk kenakalan yang dilakukan
oleh remaja (siswa) di lingkungan keluarga (di rumah) yang berupa pelanggaran terhadap aturan
dan nilai-nilai keluarga, pelanggaran terhadap etika pergaulan dengan anggota keluarga (ayah,
ibu, dan saudara) (2) bentuk kenakalan yang dilakukan oleh remaja (siswa) di lingkungan sekolah
yang berupa pelanggaran terhadap peraturan sekolah, pelangaran terhadap hak milik warga
sekolah, pelanggaran terhadap kegiatan belajar mengajar, pelanggaran terhadap ketenteraman
sekolah dan pelanggaran terhadap etika pergaulan dengan warga sekolah, (3) bentuk kenakalan
remaja (siswa) di masyarakat yang berupa pelanggaran terhadap peraturan di masyarakat yang
merugikan diri sendiri dan pelanggaran terhadap peraturan di masyarakat yang merugikan orang
lain (Mulyono, 1995).
Kenakalan pada dasarnya disebabkan oleh adanya dua faktor, yakni faktor internal di
dalam remaja dan faktor eksternal dari luar dirinya (Y. Singgih D. Gunarsa, 2007: 35). Faktor
internal dapat berupa keadaan fisik, usia, perasaan, kedudukan dalam keluarga, maupun adanaya
konlik batin dan ketegangan emosional dalam dirinya. Sedangkan faktor ekternal yaitu hal-hal
yang mendorong timbulnya kenakalan itu sendiri, misalnya karena pengaruh lingkungan
sekitarnya dan faktor keluarga. Faktor eksternal meliputi : ketidak harmonisan keluarga, faktor
ekonomi yang kurang mencukupi untuk kehidupan sehari-hari, pengaruh media masa dan lain-
lain. Menurut zakiah darajat, hal-hal yang menyebabkan kenakalan remaja adalah: a) Kurang
tentramnaya jiwa agama pada tiap-tiap orang dalam masyarakat. b) Keadaan masyarakat yang
kurang stabil baik dari segi sosial, ekonomi, maupun politik. c) Suasana yang kurang harmonis.
d) Diperkenalkannya secara populer obat-obatan dan alat anti hamil. e) Banyaknya tulisan-
tulisan, gambar-gambar, siaran-siaran, kesenian-kesenian yang tidak mengindahkan dasar-dasar
tuntutan moral. f) Kurangnya bimbingan untuk mengisi waktu dan kurangnya tempattempat
bimbingan dan penyuluhan bagi remaja.(Y. Singgih D. Gunarsa, 2007:7)
Adapun bentuk-bentuk kenakalan siswa munurut Singgih D. Gunarsa dari segi hukum
kenakalan siswa digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum
yaitu a) Perilaku kenakalan yang bersifat amoral dan asosial yang penyelesaiannya tidak dapat
diatur dengan undang-undang seperti berbohong, meninggalkan rumah tanpa izin orang tua atau
wali siswa, bolos (alpha), pergi tanpa tujuan yang jelas, membaca buku porno, cabul, berpakaian
yang tidak sesuai dengan keadaan lingkungan atau berpakaian mini, sehingga dipandang kurang
sopan di mata lingkungannya. b) Perilaku kenakalan yang bersifat melanggar hukum yang
penyelesaiannya diatur dalam undang-undang seperti perjudian, penggelapan barang, penipuan,
pemalsuan dan pemerkosaan, percobaan pembunuhan dan pengguguran kandungan (Moh, Ali
Yafik. 2016).

Adapun cara yang dilakukan dalam upaya mengatasi kenakalan remaja sebagaimana
yang dikemukakan oleh seorang kriminologi, Soerdjono Dirjo Siswono, S.H., yang dikutip
Soedarsono dalam bukunya“Kenakalan Remaja”, mengemukakan bahwa asas umum dalam
pengulangan kejahatan yang banyak dipakai oleh Negara-negara maju, yaitu: a) Cara
moralitas, dilaksanakan dengan penyebaran ajaran agama dan moral, perundang-undangan
yang baik dan sarana-sarana yang dapat menekan nafsu untuk berbuat kejahatan. b) Cara
abolisionalistis, berusaha memberantas mengulangi kejahatan dengan sebab musababnya,
umpamanya diketahui bahwa faktor tekanan ekonomi (kemelaratan) merupakan salah satu
penyebab kejahatan, maka usaha untuk mencapai tujuan dalam mengurangi kejahatan yang
disebabkan oleh faktor ekonomi, merupakan cara abolisiolistis (Sudarsono. 1989)

Kenakalan yang dilakukan siswa dapat mengganggu proses belajar mengajar sehingga
guru bimbingan dan konseling memiliki peran yang sangat penting dalam membantu
mengatasi kenakalan yang dilakukan siswa dengan tujuan agar proses belajar mengajar dapat
berjalan dengan lancar serta siswavb dapat berkembang seoptimal mungkin dan memiliki masa
depan yang cerah seseuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu guru bimbingan dan
konseling dapat menggunakan layanan bimbingan dan konseling dalam membantu
mengentaskan masalah siswa. Menurut peneliti, peran guru bimbingan dan konseling dalam
menangani kenakalan siswa melalui konseling individual sangat diperlukan. Adanya peran
guru bimbingan dan konseling disekolah dapat membantu siswa dalam menangani
kenakalannya, sehingga proses belajar mengajar disekolah dapat bejalan dengan efektif sesuai
yang diharapkan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini
dilakukan di SMAN 26 Bandung yang berada di Jalan Sukaluyu No. 26, Cipadung, Kec. Cibiru,
Kota Bandung Prov. Jawa Barat. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada hari Rabu, 21 Desember
2022. Subyek penelitian yaitu informan yang memberikan informasi sebagai sumber utama dari
data penelitian. Subyek penelitian ini yaitu seorang guru bimbingan dan konseling di SMAN 26
Bandung yakni Ibu Siti Patimah M.Pd.
Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen utama yang dibantu
dengan pedoman wawancara. Dalam hal ini, peneliti sebagai perencana, pelaksana, pemgumpul
data, penganalisis, penafsir data, dan mennjadi pelapor hasil penelitian. Pada penelitian ini juga
digunakan instrumen pendukung lainnya yaitu instrumen pedoman wawancara. Instrumen
pedoman wawancara tersebut memuat pertanyaan-pertanyaan pokok yang akan diajukan kepada
subjek penelitian.

Dalam penelitian kualitatif, digunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu


wawamcara, observasi dan dokumentasi. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan
melakukan survey yang menggunakan pertanyaan secara lisan terhadap subyek penelitian.
Observasi merupakan peninjauan langsung dan sistematis untuk mengamati fenomena sosial.
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menyelidiki benda-benda tertulis
seperti buku, majalah, dokumentasi, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan
sebagainya.

PEMBAHASAN
1. Bentuk-Bentuk Kenakalan Siswa di SMAN 26 Bandung
Kenakalan siswa merupakan tingkah laku menyimpang yang ada pada diri siswa yang
melanggar peraturan-peraturan yang sudah di buat oleh sekolah, adapun kenakalan-kenakalan
yang dilakukan siswa di sekolah seperti, cabut, lompat pagar, merokok, berkelahi, rambut
panjang bagi laki-laki, alfa, ribut didalam kelas, mengganggu teman, membully teman secara
verbal, keluar masuk kelas saat jam pelajaran berlangsung, tidak membuat tugas sekolah, dan
terlambat kesekolah. Kenakalan-kenakalan ini dilakukan oleh beberapa siswa di kelas X. Hal
tersebut berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan ibu Siti Patimah, M. Pd selaku guru BK
yang menyatakan bahwa siswa X lebih dominan melakukan kenakalan seperti sering keluar
masuk kelas pada saat jam pelajaran berlangsung. Selain itu, adanya laporan dari guru mapel
bahwa siswa ribut didalam kelas pada saat guru menjelaskan materi pelajaran.
2. Peran guru BK dalam mengatasi kenakalan siswa di SMAN 26 Bandung
Guru BK berperan sangat penting dalam hal membantu siswa dalam mengatasi permasalahan
kenakalan pada siswa. Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kenakalan
siswa di SMAN 26 Bandung, yaitu :
a) Tindakan Preventife
Pada dasarnya makna preventife ini sendiri yang berarti mencegah. Tindakan preventif
ini merupakan suatu tindakan yang berfungsi untuk mencegah timbulnya kenakalan remaja
(khususnya siswa). Terkait dalam upaya mengatasi kenakalan siswa tindakan preventif ini
dilakukan secara sistematis, terencana dan terarah, untuk menjaga agar kenakalan itu tidak
timbul. Peran guru BK adalah dengan mengadakan bimbingan secara klasikal didalam kelas
selama dua jam pelajaran perminggu. Bimbingan yang diberikan berupa karir, bimbingan
sosial dan bimbingan belajar. Selain itu tindakan lain yang dilakukan adalah dengan
memberikan nasihat dan wawasan-wawasan yang bertujuan untuk mendidik siswa agar
memiliki kepribadian yang lebih baik.
Menurut peneliti tindakan pereventif yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling
di SMAN 26 Bandung sudah cukup baik karena guru BK sudah melakanakan tugas sesuai
dengan program bimbingan konseling yang ada di SMAN 26 Bandung.
b) Tindakan preserfatif
Tindakan preserfatif ini adalah usaha guru BK untuk membina siswa yang bermasalah
agar tidak melakukan kenakalan dikemudian hari. Upaya yang dilakukan guru BK adalah
dengan mengarahkan siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Dengan mengarahkan
siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler diharapkan siswa dapat lebih menggunakan
waktu luangnya untuk melakukan kegiatan yang lebih positf, kegiatan yang diarahkan guru
BK diantaranya adalah siswa diwajibkan untuk mengikuti kegiatan kerohanian seperti
istighosah dan tahlil yang diadakan rutin satu minggu sekali. Selain kegiatan tersebut siswa
juga diarahkan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang lain seperti pramuka, marawis
dan marching band.
Menurut peneliti, peran yang dilakukan guru BK di SMAN 26 Bandung sudah cukup
baik, dengan mengarahkan siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler siswa menjadi
lebih bisa menggunakan waktu luang mereka untuk kegiatan yang lebih positif dan tidak
melakukan pelanggaran-pelanggaran yang ada disekolah SMAN 26 Bandung.
c) Tindakan kuratif BK dalam mengatasi kenakalan siswa.
Tindakan kuratif merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh guru BK dalam
mengembalikan kondisi siswa yang sudah melakukan kenakalan atau pelanggaran agar
normal kembali upaya lain yang dilakukan adalah dengan membantu menyelesaikan masalah
yang dihadapi oleh siswa dan memberikan pengarahan yang intinya mendidik siswa untuk
menambah keimanan, ketakwaan dan kedisiplinan.
Menurut peneliti tindakan kuratif yang dilakukan oleh guru BK cukup baik. Dengan
memberi pengarahan dan penjelasan diharapkan cara berfikir serta wawasan siswa dapat
lebih berkembang. Selain itu dengan adanya pemantauan terhadap siswa, guru dapat melihat
sejauh mana keberhasilan dalam mengatasi kenakalan siswa.
3. Faktor Penyebab Kenakalan Siswa di SMAN 26 Bandung
Faktor yang menyebabkan kenakalan siswa dikarenakan faktor internal dan faktor
eksternal. Adapun faktor internalnya ialah pembawaan diri siswa/i yang mengarah ke
perbuatan nakal, tidak mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan, lemahnya kontrol
sosial siswa, dan juga memendam masalah dan tidak mau bercerita tentang masalahnya.
Kemudian adapun faktor eksternal yang menyebabkan kenakalan siswa ialah siswa memiliki
masalah dengan keluarga yang membuat siswa kurang mendapat perhatian yang baik dari
keluarga, sehingga membuat siswa menyalurkan keinginannya dengan sesuka hatinya tanpa
bimbingan orang tua, kemudian masalah lingkungan yang tidak baik, sehingga siswa yang
kurang kontrol diri terpengaruh kepada hal-hal yang tidak baik. Kemudian siswa memiliki
dasar-dasar agama yang kurang, sehingga siswa kurang memahami mana yang baik dan mana
yang buruk.
4. Upaya Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kenakalan Siswa di SMAN
26 Bandung
Kenakalan siswa memerlukan penanganan khusus baik oleh orang tua maupun oleh guru
di sekolah. Kenakalan yang terus menerus jika dibiarkan hal itu akan menjadi lebih parah dan
susah untuk dihilangkan. Meskipun begitu bentuk kenakalan siswa di SMAN 26 Bandung
masih tergolong kenakalan sampai sedang, akan tetapi hal itu harus secepatnya diatasi agar
tidak menjadi kenakalan yang lebih berat lagi. Maka dari itu peneliti melakukan wawancara
kepada informan tentang langkah langkah apa yang dilakukan guru BK dalam mengatasi
kenakalan siswa.
Hal ini senada dengan pendapat Ibu Siti Fatimah selaku guru BK di SMAN 26 Bandung,
beliau mengatakan :
Untuk mengatasi kenakalan siswa, “langkah-langkah yang saya lakukan ialah
melakukan pendekatan kepada siswa yang bermalasah, kemudian saya mengajak mereka
untuk berbicara empat mata tentang permasalahan apa yang di alami oleh mereka, lalu saya
kelompokkan mereka dengan kenakalan mereka masing-masing kemudian saya melakukan
layanan informasi, bimbingan kelompok,dan layanan konseling individu. Cara ini saya
lakukan jika kenakalan yang dilakukan oleh siswa masih dalam tahap kewajaran, jika sudah
kelewat batas kewajaran seperti mencuri, berkelahi atau sebagainya, saya akan memanggil
orang tuanya kesekolah dan mengajak orang tuanya untuk ikut serta dalam memperhatikan
dan mengawasi siswa/i yang bersangkutan tadi.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat saya simpulkan bahwa dalam mengatasi
kenakalan siswa guru BK harus melakukan langkah-langkah dalam mengatasi kenakalan
siswa sesuai dengan jenis kenakalan yang dilakukan oleh siswa, selanjutnya guru BK
memberikan layanan-layanan yang ada di dalam Bimbingan dan Konseling serta
mengelompokkan jenis kenakalan yang telah diperbuat oleh siswa agar guru BK dapat
dengan mudah memberikan layanan yang sesuai kepada siswa yang melakukan kenakalan.
5. Hambatan-hambatan guru BK dalam mengatasi kenakalan siswa di SMAN 26
Bandung
Berdasarkan hasil wawancara disimpulkan bahwa dalam mengatasi kenakalan siswa guru BK
memiliki hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya berupa latar belakang dari siswa itu
sendiri yang kurangnya perhatian dari orang tua terhadap kedisiplinan anak dan juga
hambatanhambatannya terdapat dari dalam diri siswa yaitu kesadaran dari siswa itu sendiri
yang menyepelekan kedisiplinan yang harus mereka miliki sehingga bagi guru BK sulit untuk
mengatasi kenakalan siswa tersebut.

KESIMPULAN
Dari penelitian mengenai peran guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi
kenakalan siswa di SMAN 26 Bandung, maka dapat di tarik kesimpulan bahwasanya:
1) Peran guru BK dalam mengatasi kenakalan siswa di SMAN 26 Bandung sudah maksimal.
Hal ini terdapat dari guru BK yang mengatakan bahwa bimbingan dan konseling yang guru
BK lakukan membawa dampak positif. Adapun peran yang dilakukan guru BK untuk
mengatasi masalah kenakalan siswa yaitu dengan diberlakukannya sanksi terhadap siswa
yang melakukan pelanggaran. Sehingga diharapkan tidak terjadi pelanggaran selanjutnya dan
menimbulkan efek jera terhadap siswa. Bentuk - bentuk sanksi yeg diberlakukan tidak
mengarah pada hal yang negatif, tetapi mengarah pada tindakan positif dari efek sanksi
tersebut.
2) Langkah-langkah yang dilakukan guru BK dalam mengatasi kenakalan siswa di SMAN 26
Bandung adalah guru BK melakukan pendekatan kepada siswa yang bermalasah,
mengelompokkan siswa dalam jenis-jenis kenakalannya, dan kemudian guru BK juga
melakukan layanan informasi, konseling kelompok dan bimbingan kelompok, cara ini
dilakukan guru BK jika kenakalan yang dilakukan oleh siswa masih dalam tahap kewajaran,
jika sudah kelewat batas kewajaran guru BK akan memanggil orang tuanya kesekolah dan
mengajak orang tuanya untuk ikut serta dalam memperhatikan dan mengawasi siswa yang
bersangkutan.
3) Dalam mengatasi kenakalan siswa guru BK memiliki hambatan-hambatan dalam
pelaksanaannya berupa latar belakang dari siswa itu sendiri yang kurangnya perhatian dari
orang tua terhadap kedisiplinan anak dan juga hambatan-hambatannya terdapat dari dalam
diri siswa yaitu kesadaran dari siswa itu sendiri yang menyepelekan kedisiplinan yang harus
mereka miliki sehingga bagi guru BK sulit untuk mengatasi kenakalan siswa tersebut.

SARAN
1) Kepada Guru BK harus terus membimbing dan mengawasi perkembangan serta gerak-gerik
siswa agar tidak terjadi permasalahan kenakalan siswa yang lebih berat lagi
2) Untuk mencapai efektifitas Program Bimbingan dan Konseling, perlu adanya kerja sama dari
berbagai pihak yang terkait, dalam lingkungan sekolah perlu adanya kerja sama dari kepala
sekolah, seluruh dewan guru, staf sekolah, masyarakat sekitar sekolah dan terutama orang tua
siswa sendiri.
3) Untuk memecahkan persoalan yang dihadapi siswa koordinasi sekolah dengan orang tua
siswa perlu ditingkatkan, karena orang tua yang lebih mengetahui keadaan anak yang
sebenarnya, oleh karena itu perlu adanya hubungan yang aktif antara sekolah dengan orang
tua siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia Dwi Syifaunnufush. 2019. Kecenderungan Kenakalan Remaja ditinjau dari Kekuatan
Karakter dan Persepsi Komunikasi Empatik Orangtua, Jurnal Psikolog Integratif, Vol.
5, No. 1
Asiyah, Ririn Nur. 1996. Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja SMUN di Kabupaten
Boyolali. Malang: Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FIP IKIP
MALANG
Ika, Awalnya. 2020. Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kenakalan Siswa
di Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.
Jambi : SMPN 5 Sekernan
Maryanah. 2008. Pelaksanaan Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Kenakalan Siswa di Man
1 Jakarta. Jakarta : MAN 1 Jakarta
Moh. Ali Yafik. 2016. Layanan Konseling Individual Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa Di
Smk Nu Kesesi Pekalongan. Yogyakarta: Uin Sunan Kalijaga
Mulyono, B. 1995. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya.
Yogyakarta: Kanisius
Norman, Fahri Siagian. 2019. Peran Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Kenakalan
Siswa di MTSN 3 Medan. Medan : MTSN 3 Medan
Rahayu, Dewany. 2020. Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Menangani Kenakalan
Siswa Melalui Konseling Individual di SMAN 5 Banda Aceh. Aceh : SMAN 5 Banda
Aceh

Sudarsono. 1989. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Bina Aksara
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grapindo Persada.
UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis bernama Hesty Handayany yang merupakan salah satu mahasiswa


semester 5 Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, karya ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling sebagai projek UAS
di semester 5. Penulis juga sadar masih banyak kekurangan dalam
pembuatan karya ini.
Penulis
Hesty Handayany

Penulis juga ucapkan terima kasih banyak kepada ibu Dr. Hj. Teti
Ratnasih. M.Ag. CIPS, CHT selaku dosen mata kuliah bimbingan
konsling yang telah membimbing dan memberikan ilmu sehingga
karya ini bisa di buat.

Dosen Pengampu
Dr. Hj. Teti Ratnasih,
M. Ag., CIPS, Cht
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai