Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL METODOLOGI KUALITATIF

DAMPAK VERBAL BULLYING TERHADAP MENTAL SISWA DI SDN


SAMBAKATI I KABUPATEN SUMENEP

Oleh :
Raudatul Jannah
717720094

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses untuk membentuk perilaku peserta
didik menjadi lebih baik, dimana dalam prosesnya terjadi terjadi transfer ilmu
dan transfer nilai. Pendidikan juga merupakan suatu kebutuhan bagi semua
orang agar mampu mengembangkan potensi dirinya, karena tujuan pendidikan
adalah mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan merupakan usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara (UU No 20 Tahun 2003). Tahapan pendidikan
sekolah yang dilalui anak sebagai seorang siswa salah satunya adalah sekolah
dasar (SD) yang merupakan jenjang paling dasar pada pendidikan formal.
Pembentukan karakter dasar pada anak yang kurang baik akan berpengaruh
pada diri anak sampai dewasa nanti. Oleh karena itu pendidikan yang baik
sangat diperlukan bagi anak agar dapat memiliki sifat dan watak yang
berkarakter baik. Akan tetapi saat ini sudah banyak isu-isu dan masalah
bermunculan didunia pendidikan mengenai banyaknya siswa sekolah dasar
yang tidak menunjukkan karakter baik tersebut juga banyaknya siswa sekolah
dasar yang tidak menunjukkan perilakunya sebagai makhluk sosial yang
sebagai mana mestinya. Salah satu isu atau masalah yang sekarang
banyakdiperbincangkan didunia pendidikan yaitu tentang kasus bullying yang
terjadi di sekolah dasar.
Bullying merupakan istilah yang asing bagi kebanyakan masyarakat
indonesia, walaupun fenomena ini telah berlangsung lama dan terjadi
diberbagai segi kehidupan termasuk dunia pendidikan. Belum ada penelitian
formal yang mengukur pemahaman murid terhadap istilah bullying di
indonesia (Soedjatmiko et al., 2016). efek fisik, psikologis, dan emosional dari
intimidasi mengurangi keinginan siswa untuk bersekolah dan kemampuan
mereka untuk memperhatikan saat di sekolah, yang mengarah pada retensi dan
kegagalan akademik (Blust, 2016; Diyantini, Yanti, & lismawati, 2015). Kasus
bullying ini merupakan perilaku yang saat ini sedang marak terjadi di era ini.
Tindakan bullying yang dilakukan dilingkungan institusi ini menyebabkan
banyak keprihatinan dari berbagai kalangan. Sejak diadakan penelitian
mengenai bullying pertama di eropa pada tahun 1970, hingga kini kasus
pembullyan menjadi perhatian dunia pendidikan maupun masyarakat luas.
Bullying yang terjadi dilingkungan sekolah (school bullying) merupakan
bentuk perilaku agresif dikalangan teman sebaya, dimana seseorang atau
sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan memberikan tindakan yang
negatif secara berulang-ulang kepada siswa/siswi lain yang lebih lemah,
dengan tujuan menyakiti orang tersebut (Riauskina, dkk., 2005). Bentuk yang
paling umum terjadi pada kasus bullying di sekolah adalah verbal bullying,
yang bisa datang dalam bentuk ejekan, merendahkan, memanggil dengan
makian, mengancam, menghina, serta menggoda atau meledek seseorang
(Nandya, Putra, & Komariah. 2017). Hal tersebut memang terlihat sepele
bahkan guru maupun orang tua sering menganggap bahwa hal tersebut hanya
bercanda, namun apabila tidak diperhatikan, maka bentuk penyalahgunaan ini
dapat meningkat menjadi teror, bahkan hal tersebut dapat menyebabkan anak
menjadi tertekan.
Verbal Bullying ini tak jarang ditemukan ditingkat sekolah dasar (SD).
Dimana pada usia anak sekolah dasar (SD) ini rentan terjadi verbal bullying,
karena pada periode ini anak mulai diarahkan keluar dari kelompok keluarga
dan mulai berinteraksi dengan lingkungan sosial yang akan berdampak pada
hubungan interaksi dengan teman sebaya (Fatimatuzzahro, Suseno, & Irwanto,
2017; Rohman, 2016). Kurangnya perhatian dari orang tua dan guru membuat
kasus verbal bullying ini terus berlanjut dan semakin marak terjadi di
lingkungan anak usia sekolah dasar (SD). Tidak banyak juga yang tahu bahwa
ternyata verbal bullying ini memiliki efek yang lebih parah dari bullying yang
dilakukan dengan kekerasan fisik. Efeknya memang tidak terlihat tapi verbal
bullying ini bisa dengan cepat mempengaruhi kondisi mental anak pada usia
sekolah dasar (SD) ini yang terbilang cukup labil. Intimidasi verbal juga dapat
membuat rasa percaya diri anak tersebut menurun bahkan sampai mengarah
pada depresi, hal itu juga menyebabkan anak menjadi tidak dapat berinteraksi
dengan baik terhadap lingkungan sosial disekitarnya, sehingga dapat
menghambat proses perkembangan diri anak. Hal tersebut sesuai dengan apa
yang diutarakan oleh (Newman dan Murray : 2005) yang menjelaskan bahwa
murid yang tidak popular di sekolah menganggap olokan/ejekan atau gangguan
yang diberikan oleh temannya sebagai sesuatu hal yang sangat serius dan
menganggapnya sebagai ancaman dan agresifisik. Untuk itu guru harus lebih
sensitif lagi dengan keadaan peserta didik serta menawarkan bantuan bagi
peserta didik yang mengalami bullying tersebut. Verbal bullying ini sangat
berpengaruh untuk masa depan anak, dimana saat anak mengalami verbal
bullying pada usia yang terbilang rentan ini akan mempengaruhi kondisi mental
anak selanjutnya, anak akan merasa terkucilkan di dunianya sendiri juga anak
akan menjadi sangat pendiam dan selalu merasa kesepian.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa guru SDN
Sambakati I, ditemukan perilaku verbal bullying ini yang dilakukan secara
langsung seperti mengejek, mengancam, memaki, dan meledek. Terdapat siswa
yang kurang bisa berinterkasi dengan semua teman-temannya sehingga anak
tersebut tidak memiliki teman. Terdapat pula siswa yang memiliki grup yang
membuat siswa lain yang bukan termasuk dalam grup tersebut menjadi sulit
bersosialisasi dengan teman yang lain sehingga interaksi sosial siswa tidak
dapat berjalan optimal. Hal ini membuat siswa yang pendiam dan kurang dapat
bergaul menjadi semakin terkucil keberadaannya sehingga memberikan
dampak yang negatif bagi korban verbal bullying ini.Berdasarkan uraian
tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Dampak
verbal Bullying Terhadap Mental Siswa di SDN Sambakati I Kabupaten
Sumenep”

B. Fokus Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis akan
mengindentifikasi bagaimana dampak dari verbal Bullying terhadap mental
siswa, penelitian ini fokus pada siswa SDN Sambakati I Kabupaten Sumenep.

C. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan fokus masalah di atas maka dapat
ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana verbal bullying bisa terjadi di SDN Sambakati I?
2. Bagaimana cara mengatasi verbal bullying agar tidak mempengaruhi
kondisi mental di SDN Sambakati I?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah doatas maka dapat ditarik tujuan penelitian
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana verbal bullying bisa terjadi di SDN
Sambakati I?
2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi verbal bullying agar tidak
mempengaruhi kondisi mental di SDN Sambakati I?

D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini
diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang cara
meningkatkan minat belajar siswa menggunakan media pembelajaran.
2. Bagi guru
Dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran tentang cara
meningkatkan minat belajar siswa khususnya menggunakan media
pembelajaran.
3. Bagi siswa
Siswa sebagai subyek penelitian, diharapkan dapat memperoleh
pengalaman langsung mengenai pembelajaran secara aktif, kreatif dan
menyenangkan menggunakan media pembelajaran. Dan siswa dapat
tertarik mempelajari matematika sehingga minat belajar siswa dapat
meningkat.
4. Bagi sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program pembelajaran serta
menentukan media pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan minat
belajar anak.

Anda mungkin juga menyukai