ABSTRACT
Bullying is an aggressive act that is carried out repeatedly by a group against a particular individual.
Bullying can be verbal and non-verbal. Verbal bullying usually takes the form of insults and hate
speech. Non-verbal bullying usually takes the form of physical violence. Bullying is done purely for
fun. There are many impacts of bullying behavior that are dangerous for other people and the
individual concerned. Therefore, efforts are needed to overcome bullying behavior.One way that can
be used is through the application of group guidance using sociodrama techniques. Through
sociodrama, individuals will be invited to play a role to train their abilities in dealing with bullying
behavior according to the theme of the drama being played. In group guidance research using
sociodrama techniques to overcome bullying behavior, it refers to qualitative methods. Researchers
use qualitative methods because with the vector data obtained, researchers can reveal information
in more depth. So, researchers can describe the psychological dynamics of victims of bullying
behavior among teenagers at school, where in his approach it cannot be expressed by numbers in
order to be quantitative.
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan berperan sebagai fondasi pembangunan pribadi seseorang. Dikutip dari kamus
Besar bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah bagian penting dari kehidupan bermasyarakat dan juga menjadi salah satu alasan
mengapa pendidikan perlu ditanamkan sejak dini.
Sebagai salah satu institusi pendidikan, sekolah seharusnya mampu memberikan rasa
aman dan nyaman bagi para peserta didik, seperti telah yang diamanatkan dalam pasal 54 UU
nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, yang menjelaskan bahwa “anak di dalam
dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh
guru, pengelola sekolah, atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan atau
lembaga pendidikan lainnya”. Namun dalam kenyataannya, perkembangan dunia pendidikan
saat ini tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Perilaku bullying dapat menimbulkan perasaan tidak aman, takut pergi ke sekolah, merasa
terisolasi, perasaan harga diri yang rendah, depresi atau stres yang dapat berakhir dengan.
Selain itu, perilaku tersebut dapat membuat korban bullying mengalami masalah gangguan
emosional dan perilaku (Prasetyo, 2011). Dikutip dari solopos.com (edisi 7 Maret 2014)
menerangkan peristiwa sebagai berikut: “Warga solo bunuh diri di pantai Depok Bantul.
Mayat lelaki bernama Ganang Kurniawan, umur 39 itu ditemukan warga pada Kamis malam.
Ganang diduga bunuh diri karena kerap menjadi korban bullying teman-temannya. Dia
diduga nekat menghabisi nyawanya dengan meminum racun. Mayat Ganang ditemukan
warga tidak bernyawa di pinggir pantai Depok, kota Bantul pada hari Kamis malam.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi perilaku bullying di SMP Plus Abdul Aziz
Kecamatan balung, Kabupaten Jember pada tahun 2023, menunjukkan bahwa salah satu cara
penanganan perilaku bullying yaitu dengan melaksanakan pengawasan yang terdiri dari:
meningkatkan pengawasan terhadap siswa, menasehati siswa yang melakukan bullying,
memberi perhatian kepada siswa pelaku bullying. Dari berbagai studi tentang penanganan
korban bullying pada siswa yaitu diserahkan kepada pihak bimbingan dan konseling untuk
dilakukan tindak lanjut dengan menggunakan pendekatan bimbingan dan konseling.
Berdasarkan beberapa upaya yang sudah diuraikan, nampak bahwa bimbingan dan konseling
menjadi pihak yang sentral dalam penanganan kasus bullying. Oleh karena itu perlu adanya
model dalam bimbingan dan konseling untuk mengatasi perilaku bullying. Permasalahan
mengenai perilaku bullying merupakan permasalahan yang berkaitan dengan bidang sosial
karena ada kaitannya dengan hubungan sosial remaja. Hal tersebut dikarenakan perilaku
bullying terdampak pada terganggunya hubungan sosial remaja. Oleh karena itu bimbingan
kelompok dengan teknik sosiodrama dipandang tepat untuk dijadikan cara guna mengatasi
perilaku bullying.
METODE PENELITIAN
Penelitian dengan desain ini berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu
ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena
tertentu. Dalam penelitian ini, tuntunan dari beberapa teori yang ada akan tetap digunakan
sebagai dasar untuk menganalisis fenomena tertentu namun tidak menutup kemungkinan juga
ada beberapa hal baru yang akan ditambahkan nantinya sesuai dengan data yang diambil di
lapangan. Hal-hal baru tersebut akan mencoba terus digali dalam penelitian ini supaya teori
yang sudah ada dapat terus berkembang berdasarkan data yang akan didapat di lapangan
nanti. Dalam penelitian kualitatif, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Pada penelitian ini, metode utama yang dipilih adalah
wawancara, sedangkan observasi dan dokumentasi sebagai data pendukungnya.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bullying
Bullying berasal dari kata bully, yaitu suatu kata yang mengacu pada pengertian adanya
“ancaman” (yang dilakukan seseorang kepada orang lain yang umumnya lebih lemah dari
pelaku), sehingga menimbulkan gangguan fisik maupun psikis sebagai korbannya. Bullying
adalah suatu tindakan agresif yang dilakukan secara berulang yang dilakukan oleh satu
kelompok pada satu individu tertentu. Bullying biasanya ditujukan untuk individu yang
dinilai lebih lemah atau berbeda di antara kebanyakan individu lainnya. Bullying dapat
berupa verbal dan non-verbal. Bullying verbal biasanya berupa cacian dan umpatan
kebencian. Bullying non-verbal biasanya berupa kekerasan fisik. Bullying dilakukan dengan
dasar kesenangan semata.
Mengutip Widya Ayu dalam buku Cegah dan Stop Bullying Sejak Dini, bullying berasal
dari bahasa Inggris yaitu bully yang berarti banteng. Secara etimologi bullying berarti
penggertak, orang yang mengganggu yang lemah. Dalam bahasa Indonesia, bullying disebut
menyakat yang artinya mengusik (supaya menjadi takut, menangis, dan sebagainya), merisak
secara verbal. Sementara itu, mengutip hasil ratas bullying Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA), bullying juga dikenal sebagai penindasan/risak.
Bullying merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja
oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain,
dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus. Menurut UNICEF,
bullying bisa diidentifikasi lewat tiga karakteristik yaitu disengaja (untuk menyakiti), terjadi
secara berulang-ulang, dan ada perbedaan kekuasaan. Bullying bisa terjadi secara langsung
atau online. Bullying online atau biasa disebut cyber bullying sering terjadi melalui media
sosial, SMS/teks atau pesan instan, email, atau platform online tempat anak-anak
berinteraksi.
Bullying memiliki pengaruh jangka panjang dan jangka pendek pada korban bullying.
Efek jangka pendek yang disebabkan oleh perilaku bullying tertekan karena penindasan,
penurunan minat dalam melakukan tugas sekolah yang diberikan oleh guru, dan menurunnya
minat untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah. Sementara konsekuensi jangka panjang
dari penindasan ini seperti mengalami kesulitan dalam membangun hubungan baik dengan
lawan jenis, selalu mengalami kecemasan akan mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan
dari rekan-rekan mereka . Perilaku ini dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja, namun
memang paling sering terjadi pada anak-anak. Menurut data KPAI pada tahun 2018, kasus
bullying dan kekerasan fisik masih menjadi kasus yang mendominasi pada bidang
pendidikan.
Sekolah menjadi lingkungan yang dipenuhi rasa takut dan tidak hormat
Siswa mengalami kesulitan dalam belajar
Siswa merasa insecure
Siswa tidak menyukai lingkungan sekolah
Siswa merasa bahwa guru dan karyawan di sekolah tidak peduli dengan
mereka.
KESIMPULAN
Bullying adalah suatu tindakan agresif yang dilakukan secara berulang yang
dilakukan oleh satu kelompok pada satu individu tertentu. Bullying dapat berupa
verbal dan non-verbal. Bullying verbal biasanya berupa cacian dan umpatan
kebencian. Bullying non-verbal biasanya berupa kekerasan fisik. Bullying dilakukan
dengan dasar kesenangan semata. Terdapat banyak dampak dari adanya perilaku
bullying yang membahayakan bagi orang lain maupun individu yang bersangkutan.
Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk mengatasi perilaku bullying. Salah satu
cara yang bisa digunakan yaitu melalui penerapan bimbingan kelompok dengan
teknik sosiodrama. Melalui sosiodrama, individu akan diajak untuk memainkan
sebuah peran guna melatih kemampuannya dalam mengatasi perilaku bullying sesuai
dengan tema drama yang dimainkan. Dalam penelitian bimbingan kelompok dengan
teknik sosiodrama untuk mengatasi perilaku bullying mengacu pada metode
kualitatif. Peneliti menggunakan metode kualitatif karena dengan data verbal yang
diperoleh, peneliti dapat mengungkapkan informasi secara lebih mendalam. Sehingga,
peneliti dapat mendeskripsikan dinamika psikologis korban perilaku bullying pada
remaja di sekolah, dimana dalam pendekatannya tidak dapat diungkapkan oleh angka-
angka atau secara kuantitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Introduction. New
Bullying.
Elliot, M. (2005). Wise Guides Bullying. New York: Hodder Children’s Books.
Kingsley Publishers.
Terdapat dalam :
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/05/03/14464891/
Pergi.ke.Kafe.Alasan.Siswi.
Lakukan.Bullying.di.SMAN.3?
10 Mei 2016.
Levianti. (2008). Konformitas dan Bullying Pada Siswa. Jurnal Psikologi Fakultas
Bandung : Rizqi.
Negeri Malang.