Anda di halaman 1dari 11

Pengaruh perundungan remaja di

sekolah
Tugas ini disusun untuk memenuhi mata pelajaran
bahasa Indonesia

Guru pembimbing: Novia Astri.w S.Pd,

Nama kelompok : 4
:Bagas Puttra Pratama

:Eggi Saputra
:Mozza Hendra . A
:Roland Agustin
:Sri Wahyuni

:Viona Desita Anggraeni l


Kelas : Xl-IPS-3
Mata Pelajaran : Bahasa IndonesIa

SMAN-2 PALANGKA-RAYA
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah
Pengaruh perundungan remaja di sekolah ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam
semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Makalah Bahasa Indonesia
yang berjudul Makalah Pengaruh perundungan remaja di
sekolah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan
sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu
dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan
makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya
selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat
dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan Makalah ini sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi penyempurnaan.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak


kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya
milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan
pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Pengaruh
perundungan remaja di sekolah ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………………….... 1
KATA PENGANTAR…..…………………………………………………………………………..……. 2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..………..….. 3

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………... 4
A. Latar Belakang………………………………………………………………………………........ 4
B. Rumusan Masalah………………………………………..……………………..……............ 4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 5
A.Definisi Bullying/perundungan................................................................ 5
B.Jenis – Jenis Tindakan Bullying/perundungan ............................. 6
C.Faktor Penyebab Bullying ……………………………………….…………………….. 7
1. Faktor sekolah……………………………………………………………………………. 7
2. Faktor kelompok sebaya ……………………………………….…………………. 7
D.Dampak Tindakan Bullying ………………………………..……………………….… 8
1. Dampak negatif…………………………………………………………………………. 8
2. Dampak positif…………………………………………………………………………… 8
E.Upaya Mengatasi Bullying …………………….………………………..…………….. 8
1. Cara menghadapi tukang “bully” ……………………..…………………….. 8
2. Solusi/upaya buat orang tua atau wali orang tua ..……………….. 9
3. Penanganan yang bisa dilakukan oleh guru …………….……………. 9
BAB III PENUTUP........................................................................................ 10
A. Kesimpulan……………………………..…………………………………………... 10
B. Saran……………………………………………………………………………………. 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak
dan masa dewasa. Di mana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi,
sosial, fisik dan psikis. Remaja juga merupakan tahapan perkembangan yang
harus dilewati dengan berbagai kesulitan.Karena masa ini merupakan fase
pencarian jati diri.

Lemahnya emosi seseorang akan berdampak pada terjadinya masalah di


kalangan remaja, misalnya bullying yang sekarang kembali mencuat di media.
Kekerasan di sekolah ibarat fenomena gunung es yang nampak ke permukaan
hanya bagian kecilnya saja. Akan terus berulang, jika tidak ditangani secara
tepat dan berkesinambungan dari akar persoalannya.

Budaya bullying (kekerasan) atas nama senioritas masih terus terjadi di


kalangan peserta didik. Karena meresahkan, pemerintah didesak segera
menangani masalah ini secara serius. Bullying adalah suatu bentuk kekerasan
anak (child abuse) yang dilakukan teman sebaya kepada seseorang (anak) yang
lebih ‘rendah’ atau lebih lemah untuk mendapatkan keuntungan atau
kepuasan tertentu. Biasanya bullying terjadi berulang kali. Bahkan ada yang
dilakukan secara sistematis.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bullying?
2. Apa jenis-jenis perbuatan bullying?
3. Apa saja faktor yang menyebabkan perilaku bullying?
4. Apa saja dampak dari perilaku bullying?

4
5. Bagaimana upaya pencegahan bullying?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Bullying
Definisi bullying merupakan sebuah kata serapan dari bahasa Inggris. Bullying
berasal dari kata bully yang artinya penggertak, orang yang mengganggu orang
yang lemah. Beberapa istilah dalam bahasa Indonesia yang seringkali dipakai
masyarakat untuk menggambarkan fenomena bullying di antaranya adalah
penindasan, penggencetan, perpeloncoan, pemalakan, pengucilan, atau
intimidasi. Dari definisi di atas, ada beberapa para ahli yang mengemukakan
pendapatnya tentang bullying, di antaranya:
Barbara Coloroso (2003: 44): “Bullying adalah tindakan bermusuhan yang
dilakukan secara sadar dan disengaja yang bertujuan untuk menyakiti, seperti
menakuti melalui ancaman agresi dan menimbulkan teror. Termasuk juga
tindakan yang direncanakan maupun yang spontan bersifat nyata atau hampir
tidak terlihat, di hadapan seseorang atau di belakang seseorang, mudah untuk
diidentifikasi atau terselubung dibalik persahabatan, dilakukan oleh seorang
anak atau kelompok anak”.
Olweus (1993) dalam Pikiran Rakyat, 5 Juli 2007: “Bullying can consist of any
action that is used to hurt another child repeatedly and without cause”.
Bullying merupakan perilaku yang ditujukan untuk melukai siswa lain secara
terus-menerus dan tanpa sebab. Sedangkan menurut Rigby (2005: dalam
Anesty, 2009) merumuskan bahwa “bullying” merupakan sebuah hasrat untuk
menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan dalam aksi, menyebabkan seseorang
menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau sekelompok
orang yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang dan
dilakukan dengan perasaan senang (Retno Astuti, 2008: 3). Riauskina, Djuwita,
dan Soesetio (2001) mendefinisikan school bullying sebagai perilaku agresif
kekuasaan terhadap siswa yang dilakukan berulang-ulang oleh
seorang/kelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa lain yang
lebih lemah dengan tujuan menyakiti orang tersebut.

Beberapa ahli meragukan pengertian-pengertian di atas bahwa bullying hanya


sekedar keinginan untuk menyakiti orang lain, mereka memandang bahwa

5
“keinginan untuk menyakiti seseorang” dan “benar-benar menyakiti
seseorang” merupakan dua hal yang jelas berbeda.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bullying merupakan


serangan berulang secara fisik, psikologis, sosial, ataupun verbal, yang
dilakukan dalam posisi kekuatan yang secara situasional didefinisikan untuk
keuntungan atau kepuasan mereka sendiri. Bullying merupakan bentuk awal
dari perilaku agresif yaitu tingkah laku yang kasar. Bisa secara fisik, psikis,
melalui kata-kata, ataupun kombinasi dari ketiganya. Hal itu bisa dilakukan
oleh kelompok atau individu. Pelaku mengambil keuntungan dari orang lain
yang dilihatnya mudah diserang. Tindakannya bisa dengan mengejek nama,
korban diganggu atau diasingkan dan dapat merugikan korban.

B. Jenis-jenis Tindakan Bullying

1. Bullying secara verbal


Perilaku ini dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritikan kejam,
penghinaan, pernyataan-pernyataan yang bernuansa ajakan seksual atau
pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan
yang tidak benar kasak-kusuk yang keji dan keliru, gosip dan sebagainya.

2. Bullying secara fisik


Yang termasuk dalam jenis ini ialah memukuli, menendang, menampar,
mencekik, menggigit, mencakar, meludahi, dan merusak serta menghancurkan
barang-barang milik anak yang tertindas.

3. Bullying secara relasional


Bullying secara relasional adalah pelemahan harga diri korban secara
sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Perilaku ini
dapat mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif,
lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang
mengejek.

6
C. Faktor Penyebab Bullying
Bullying dapat terjadi di mana saja, di perkotaan, pedesaan, sekolah negeri,
sekolah swasta, di waktu sekolah maupun di luar waktu sekolah. Bullying
terjadi karena interaksi dari berbagai faktor yang dapat berasal dari pelaku,
korban, dan lingkungan di mana bullying tersebut terjadi. Dalam penelitian
Riauskina, Djuwita, dan Soesetio, (2005) alasan seseorang melakukan bullying
adalah karena korban mempunyai persepsi bahwa pelaku melakukan bullying
karena tradisi, balas dendam karena dia dulu diperlakukan sama (menurut
korban laki-laki), ingin menunjukkan kekuasaan, marah karena korban tidak
berperilaku sesuai dengan yang diharapkan, mendapatkan kepuasan (menurut
korban laki-laki), dan iri hati (menurut korban perempuan).

Faktor sekolah
Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak
sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku
mereka untuk melakukan intimidasi anak-anak yang lainnya. Bullying
berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah yang sering memberikan
masukan yang negatif pada siswanya misalnya, berupa hukuman yang tidak
membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan
menghormati antar sesama anggota sekolah.

Faktor kelompok sebaya


Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman sekitar rumah
kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Kadang kala beberapa anak
melakukan bullying pada anak yang lainnya dalam usaha untuk membuktikan
bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri
merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

7
D. Dampak Tindakan Bullying

1. Dampak negatif
Bullying memiliki dampak yang sangat buruk bagi seorang. Berikut ini adalah
beberapa dampak bullying di antaranya: prestasi belajar menurun, fobia
sekolah, gelisah, sulit tidur, gangguan makan, menyendiri, mengucilkan diri,
sensitif, lekas marah, agresif , bersikap kasar pada orang lain (contoh: pada
kakak atau adik bahkan orang tua), depresi, hasrat bunuh diri (data dari jepang
dinyatakan bahwa 10% korban bullying mencoba bunuh diri), rendahnya
kepercayaan diri/minder, dan merasa terisolasi dalam pergaulan.
2. Dampak positif
Dari dampak negatif di atas, ternyata bullying dapat mengakibatkan dampak
positif yaitu:
Bullying bisa menjadi stresor positif bagi remaja yang kuat fisik dan mental
dalam menjalani hidupnya.
Remaja yang terkena bullying akan termotivasi untuk berani membela dirinya
di hadapan orang lain, dapat membela temannya (berjiwa ksatria).
Lebih proaktif dan tanggap akan permasalahan yang dihadapi.

E. Upaya Mengatasi Bullying

1. Cara menghadapi tukang “bully”


Tatap mata mereka dan katakan pada mereka untuk berhenti. Jika pengganggu
semakin mendekat, letakkan tangan Anda seperti menghentikan kendaraan
saat menyeberang, ciptakan penghalang antara Anda dan si tukang bully.
Tataplah mata mereka dan katakan dengan tenang tapi tegas, “Cukup! Kamu
harus berhenti sekarang!” Jika mereka terus melewati batas atau terus
mengejek Anda berbagai cara, cukup ulangi kalimat Anda. “Hentikan! Aku ingin
kamu berhenti sekarang!” Jangan mengatakan atau melakukan apa pun selain
terus mempertahankan jarak Anda dan ulangi lagi.

8
2. Penanganan yang bisa dilakukan oleh guru
Usahakan mendapat kejelasan mengenai apa yang terjadi. Tekankan bahwa
kejadian tersebut bukan kesalahannya. Bantu anak mengatasi rasa tidak
nyaman yang ia rasakan, jelaskan apa yang terjadi dan mengapa hal itu terjadi.
Pastikan Anda menerangkan dalam bahasa sederhana dan mudah dimengerti
anak. Jangan pernah menyalahkan anak atas tindakan bullying yang ia alami.
Mintalah bantuan pihak ketiga (guru atau ahli profesional) untuk membantu
mengembalikan anak ke kondisi normal, jika dirasakan perlu. Untuk itu bukalah
mata dan hati Anda sebagai orang tua. Jangan tabu untuk mendengarkan
masukan pihak lain.

3. Pencegahan buat anak yang menjadi korban bullying


Bekali anak dengan kemampuan untuk membela dirinya sendiri, terutama
ketika tidak ada orang dewasa/ guru/ orang tua yang berada di dekatnya.
Bekali anak dengan kemampuan menghadapi beragam situasi tidak
menyenangkan yang mungkin ia alami dalam kehidupannya Walau anak sudah
diajarkan untuk mempertahankan diri dan dibekali kemampuan agar tidak
menjadi korban tindak kekerasan, tetap beritahukan anak ke mana ia dapat
melaporkan atau meminta pertolongan atas tindakan kekerasan yang ia alami
(bukan saja bullying).

4. Cara paling ideal untuk mencegah terjadinya bullying


Mengajarkan kemampuan asertif, yaitu kemampuan untuk menyampaikan
pendapat atau opini pada orang lain dengan cara yang tepat. Hal ini termasuk
kemampuan untuk mengatakan tidak atas tekanan-tekanan yang didapatkan
dari teman/pelaku bullying. Sekolah meningkatkan kesadaran akan adanya
perilaku bullying (tidak semua anak paham apakah sebenarnya bullying itu)
dan bahwa sekolah memiliki dan menjalankan kebijakan anti bullying. Murid
harus bisa percaya bahwa jika ia menjadi korban, ia akan mendapatkan
pertolongan. Sebaliknya, jika ia menjadi pelaku, sekolah juga akan bekerja
sama dengan orang tua agar bisa bersama-sama membantu mengatasi
permasalahannya.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bullying adalah suatu tindakan negatif yang dilakukan secara berulang-ulang
dimana tindakan tersebut sengaja dilakukan dengan tujuan untuk melukai dan
membuat seseorang merasa tidak nyaman. Jenis bullying dapat dibedakan
menjadi 4, bullying secara verbal, bullying secara fisik, bullying secara
relasional, dan bullying elektronik.
Ciri orang yang membullying salah satunya adalah haus perhatian, sedangkan
ciri orang yang dibullying salah satunya adalah karena anak yang dibully itu
paling miskin atau paling kaya. Faktor dari bullying bisa berasal dari faktor
keluarga, faktor sekolah, dan faktor kelompok sebaya.
Dampak dari bullying ada yang positif dan ada juga yang negatif. Solusi atau
upaya untuk mengatasi bullying bisa dilakukan dari lingkungan keluarga,
sekolah, dan sebagainya.

B. Saran

1. Hendaknya pihak sekolah proaktif dengan membuat program


pengajaran keterampilan sosial, problem solving, manajemen konflik,
dan pendidikan karakter.
2. Hendaknya guru memantau perubahan sikap dan tingkah laku siswa di
dalam maupun di luar kelas; dan perlu kerja sama yang harmonis antara
guru BK, guru-guru mata pelajaran, serta staf dan karyawan sekolah.
3. Sebaiknya orang tua menjalin kerja sama dengan pihak sekolah untuk
tercapainya tujuan pendidikan secara maksimal tanpa adanya tindakan
bullying antar pelajar di sekolah.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://doc.lalacomputer.com/makalah-bullying/

Buku interaktif bahasa Indonesia PT intan pariwara

11

Anda mungkin juga menyukai