Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PSIKOLOGI ISU PENDIDIKAN

BULLYING DI SEKOLAH

Dosen Pengampu: Arini Alhaq M.Pd

Disusun oleh :

Novilia (1911050149)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia, yang
telah dilimpahkan-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini
disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
tentang “Isu Seputar Pendidikan (Bullying di Sekolah)"

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi


Pendidikan, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Dalam makalah ini
kami mencoba menyajikan hal-hal yang berkaitan dengan “Isu Seputar
Pendidikan (Bullying di Sekolah)"”. Berbagai sumber kami gunakan untuk
memenuhi tugas ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih belum sempurna


karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah Swt. Maka dari itu kami
mengharapkan saran maupun kritik kepada semua pihak demi perbaikan makalah
ini.

Kepada semua pihak yang telah memberi saran dan kritik, kami ucapkan
terimakasih. Semoga Allah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih selalu
memberikan petunjuk dan penerangan bagi kita semua dengan ilmu-ilmu yang
diberikan-Nya di dunia dan akhirat. Amin.

Bandar Lampung, 30 November 2022

Penulis

DAFTAR ISI..........................................................................................................2
KATA PENGANTAR...........................................................................................2
BAB 1
PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................5
C. Tujuan.................................................................................................................5
BAB 11 PEMBAHASAN......................................................................................6
A. Pengertian Bullying……………………………………………………………6
B. Jenis – Jenis Bullying.........................................................................................8
C. Faktor Penyebab Perilaku Bullying antar Pelajar..............................................11
D. Dampak yang Timbul dari Tindakan Bullying antar Pelajar……………...….12
E. Upaya untuk Mengatasi Bullying di Sekolah…………………………………13
BAB 111 PENUTUP............................................................................................15
1. Kesimpulan.................................................................................................15
2. Saran...........................................................................................................16
3. Penutup.......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17

BAB 1
PENDAHULUAN

A..Latar Belakang

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-


kanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan
emosi, sosial, fisik dan psikis. Remaja juga merupakan tahapan perkembangan
yang harus dilewati dengan berbagai kesulitan. Dalam tugas perkembangannya,
remaja akan melewati beberapa fase dengan berbagai tingkat kesulitan
permasalahannya sehingga dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan remaja
dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja dalam keseharian yang
sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak salah persepsi dalam menangani
permasalahan tersebut. Pada masa ini juga kondisi psikis remaja sangat labil.
Karena masa ini merupakan fase pencarian jati diri. Biasanya mereka selalu ingin
tahu dan mencoba sesuatu yang baru dilihat atau diketahuinya dari lingkungan
sekitarnya, mulai lingkungan keluarga, sekolah, teman sepermainan dan
masyarakat. Semua pengetahuan yang baru diketahuinya diterima dan ditanggapi
oleh remaja sesuai dengan kepribadian masing-masing. Disinilah peran
lingkungan sekitar sangat diperlukan untuk membentuk kepribadian seorang
remaja.

Lemahnya emosi seseorang akan berdampak pada terjadinya masalah di


kalangan remaja, misalnya bullying yang sekarang kembali mencuat di media.
Kekerasan di sekolah ibarat fenomena gunung es yang nampak ke permukaan
hanya bagian kecilnya saja. Akan terus berulang, jika tidak ditangani secara tepat
dan berkesinambungan dari akar persoalannya. Budaya bullying (kekerasan) atas
nama senioritas masih terus terjadi di kalangan peserta didik. Karena meresahkan,
pemerintah didesak segera menangani masalah ini secara serius. Bullying adalah
suatu bentuk kekerasan anak (child abuse) yang dilakukan teman sebaya kepada
seseorang (anak) yang lebih ‘rendah’ atau lebih lemah untuk mendapatkan
keuntungan atau kepuasan tertentu. Biasanya bullying terjadi berulang kali.
Bahkan ada yang dilakukan secara sistematis. Dari menjamurnya, kasus – kasus
bullying yang ada di lembaga pendidikan di Indonesia khususnya lingkungan
sekolah, penulis mengambil tema yang berkaitan dengan perilaku bullying di
jenjang pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah faktor penyebab bullying antar pelajar di sekolah?
2. Apa sajakah dampak dari tindakan bullying antar pelajar di sekolah?
3. Bagaimana altrnatif tindakan yang bisa dilakukan untuk permasalahan tersebut?

C. Tujuan
1. Mendeskripsikan faktor penyebab bullying antar pelajar di sekolah.

2. Mendeskripsikan dampak yang timbul dari tindakan bullying antar pelajar di


sekolah.
3. Mengidentifikasi alternatif tindakan yang bisa dilakukan untuk permasalahan
tersebut.
BAB 11

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bullying

Definisi bullying merupakan sebuah kata serapan dari bahasa Inggris. Bullying
berasal dari kata bully yang artinya penggertak, orang yang mengganggu orang
yang lemah. Beberapa istilah dalam bahasa Indonesia yang seringkali dipakai
masyarakat untuk menggambarkan fenomena bullying di antaranya adalah
penindasan, penggencetan, perpeloncoan, pemalakan, pengucilan, atau intimidasi
(Susanti, 2006). Barbara Coloroso (2003:44) : “Bullying adalah tindakan
bermusuhan yang dilakukan secara sadar dan disengaja yang bertujuan untuk
menyakiti, seperti menakuti melalui ancaman agresi dan menimbulkan terror.
Termasuk juga tindakan yang direncanakan maupun yang spontan bersifat nyata
atau hampir tidak terlihat, dihadapan seseorang atau di belakang seseorang,
mudah untuk diidentifikasi atau terselubung dibalik persahabatan, dilakukan oleh
seorang anak atau kelompok anak. Banyak para ahli yang mengemukakan
pendapatnya mengenai bullying. Seperti pendapat Olweus (1993) dalam pikiran
rakyat, 5 Juli 2007: “Bullying can consist of any action that is used to hurt another
child repeatedly and without cause”. Bullying merupakan perilaku yang ditujukan
untuk melukai siswa lain secara terus-menerus dan tanpa sebab. Sedangkan
menurut Rigby (2005; dalam Anesty, 2009) merumuskan bahwa “bullying”
merupakan sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan dalam aksi,
menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh
seseorang atau sekelompok orang yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab,
biasanya berulang dan dilakukan dengan perasaan senang (Retno Astuti, 2008:
3).Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2001) mendefinisikan school bullying
sebagai perilaku agresif kekuasaan terhadap siswa yang dilakukan berulang-ulang
oleh seorang/kelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa lain yang
lebih lemah dengan tujuan menyakiti orang tersebut. Beberapa ahli meragukan
pengertian-pengertian di atas bahwa bullying hanya sekedar keinginan untuk
menyakiti orang lain, mereka memandang bahwa “keinginan untuk menyakiti
seseorang” dan “benar-be nar menyakiti seseorang” merupakan dua hal yang jelas
berbeda. Oleh karena itu beberapa ahli psikologi menambahkan bahwa bullying
merupakan sesuatu yang dilakukan bukan sekedar dipikirkan oleh pelakunya,
keinginan untuk menyakiti orang lain dalam bullying selalu diikuti oleh tindakan
negatif. Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bullying
merupakan serangan berulang secara fisik, psikologis, sosial, ataupun verbal, yang
dilakukan dalam posisi kekuatan yang secara situasional didefinisikan untuk
keuntungan atau kepuasan mereka sendiri. Bullying merupakan bentuk awal dari
perilaku agresif yaitu tingkah laku yang kasar. Bisa secara fisik, psikis, melalui
kata-kata, ataupun kombinasi dari ketiganya. Hal itu bisa dilakukan oleh
kelompok atau individu. Pelaku mengambil keuntungan dari orang lain yang
dilihatnya mudah diserang. Tindakannya bisa dengan mengejek nama, korban
diganggu atau diasingkan dan dapat merugikan korban.
B. Jenis – Jenis Bullying

Bullying dapat terjadi pada siapa saja. Bahkan kadang kala baik pelaku maupun
korban perundungan tidak menyadari bahwa perlakuan yang diberikan atau
diterima di lingkungan manapun termasuk sekolah merupakan bentuk bullying.
Oleh karena itu, sangat penting bagi guru, orangtua dan siswa itu sendiri untuk
dapat mengenali macam macam bullying. Dengan demikian diharapkan semua
pihak memiliki awareness terhadap hal ini sehingga potensi terjadinya bullying
atau perundungan dapat ditekan. Berikut merupakan jenis – jenis bullying yang
ada di sekolah maupun lingkungan sekitar :

1. Verbal bullying atau perundungan verbal


Jenis bullying verbal sering kali tanpa sadar dilakukan. Banyak pelaku pelaku
perundungan verbal ini berdalih bahwa mereka hanya sedang melontarkan lelucon
atau bercanda saja dan melabeli korban baperan jika merasa tersinggung dengan
kalimat atau perkataan tidak menyenangkan yang mereka ucapkan. Perundungan
verbal atau verbal bullying biasanya berupa kalimat kasar atau ejekan yang
ditujukan pada seseorang. Dampak verbal bullying adalah anak atau siswa
menjadi takut berbicara atau mengemukakan pendapat. Korban perundungan
verbal/ verbal bullying memiliki ketakutan ketika harus tampil di muka umum
karena trauma pada tanggapan atau ucapan buruk yang pernah diterimanya.
Meskipun sering diremehkan, ternyata perundungan verbal memiliki efeknya
jangka panjang dan sangat membekas pada korbannya.
Bagi guru, haruslah waspada ketika mendengar siswa berkata kasar, membuat
lelucon yang tidak pantas, sering menertawakan keburukan orang dan
membuatnya jadi bahan guyonan. Hal ini perlu segera diatasi karena dapat
menjadi bibit-bibit bullying.

2. Physical bullying atau perundungan fisik


Berbeda jauh dengan tanda-tanda bullying secara verbal, bullying fisik dapat
meninggalkan bekas yang mudah terlihat oleh guru dan orangtua. Oleh karenanya,
dapat dilakukan penanganannya lebih cepat dan pelaku maupun korban dapat
diidentifikasi dengan segera. Ciri-ciri anak yang menjadi pelaku perundungan
fisik di antaranya adalah bersifat emosional/temperamental dan kurang berempati
dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan anak atau siswa yang menjadi korban
yang menjadi korban sering menunjukkan ketakutan berlebih saat harus bertemu
dengan pelakunya. Korban juga biasanya malas pergi ke sekolah, meminta pindah
sekolah, atau menangis ketakutan saat teringat peristiwa bullying yang
dialaminya. Penindasan fisik ternyata tidak hanya berupa pukulan atau aksi yang
meninggalkan bekas atau luka pada tubuh korbannya. Bullying fisik juga juga
dapat berupa penghadangan di tengah jalan, menggertak dengan membawa
rombongan, atau melempari dengan benda-benda kecil. Orangtua dan juga guru
harus waspada ketika siswa terlihat ‘ringan tangan’ pada temannya atau orang di
sekitarnya. Atau jangan sampai orangtua atau guru memberikan contoh yang
membuat siswa menjadi pelaku bullying.

3. Social bullying atau perundungan sosial


Contoh bullying sosial antara lain pengucilan atau intimidasi tidak langsung
yang dilakukan secara berkelompok terhadap seseorang. Hal ini banyak sekali
dicontohkan dalam film-film remaja untuk membuat mereka menyadari bahaya
social bullying. Korban perundungan sosial (social bullying) biasanya akan
mengalami kesulitan dalam berteman dan sering menyendiri. Hal ini dapat terjadi
karena korban mungkin pernah melakukan tindakan yang tidak disukai teman-
temannya, memiliki kelebihan yang menonjol sehingga menyebabkan pelaku
merasa iri, atau memang memiliki kesulitan berinteraksi dengan orang lain sejak
kecil. Guru tidak boleh membiarkan perundungan sosial terjadi sampai berlarut-
larut karena bisa berdampak pada masa dewasa korban. Korban akan menjadi
terbiasa menutup diri dan rentan mengalami depresi.

4. Cyber Bullying atau perundungan dunia maya


Cyber bullying meskipun tergolong baru karena baru muncul sejak sosial media
dan internet marak di kalangan masyarakat, namun sering sekali terjadi di sekitar
kita. Munculnya hater atau orang yang suka memberi ujaran buruk karena rasa
tidak suka di media sosial merupakan salah satu contoh dari perundungan dunia
maya. Bentuk-bentuk lain bullying siber misalnya status atau unggahan gambar
bernada negatif yang ditujukan pada seseorang dan obrolan via aplikasi chat yang
mengintimidasi korban. Jika siswa menunjukkan ekspresi yang sedih atau marah
saat membaca atau melihat komentar-komentar tidak menyenangkan pada gadget
mereka, ini bisa menjadi alaram bagi guru atau orangtua. Guru dapat bekerja sama
dengan orang tua supaya selalu memantau gadget yang dipegang oleh siswa.
Harapannya, jika ada indikasi perundungan di dunia maya akan segera dapat
diatasi. Sexual harassment atau pelecehan seksual juga dapat dikategorikan
sebagai bullying karena pelakunya memiliki motif tendensi negatif. Saat ini, juga
makin banyak kasus-kasus pelecehan seksual yang menimpa anak-anak. Guru dan
orangtua harus memberikan pendidikan seks dasar pada anak sesuai dengan usia
mereka. Ajarkan pada mereka untuk dapat menjaga diri, atau mengenali bagian
tubuh mana yang boleh disentuh orang lain, dan juga jangan membiarkan orang
asing menyentuh tubuh anak. Jangan berpikiran bahwa edukasi seks adalah hal
yang tabu. Jika diberikan sesuai dengan usia dan juga kebutuhan siswa, maka
akan sangat berguna untuk menekan potensi terjadinya sexual bullying di mana
saja.

C. . Faktor Penyebab Perilaku Bullying antar Pelajar

Bullying merupakan masalah sosial yang sudah tidak asing di telinga masyarakat
Indonesia. Dan bullying juga bukan merupakan sesuatu yang baru di dunia
pendidikan. Tindakan bullying banyak terjadi di dalam ranah pendidikan baik
dilakukan oleh anak sekolah maupun mahasiswa. Ada beberapa faktor yang
menjadi penyebab terjadinya tindakan bullying antara lain factor dari keluarganya,
faktor media massa dan juga faktor peer group atau teman sebaya. Tiga faktor
tersebut merupakan faktor yang paling kuat mempengaruhi tindakan bullying
siswa. Agar lebih terperinci peneliti akan membahas satu persatu faktor penyebab
tindakan bullying dikaitkan dengan permasalahan, Berikut penjelasan lebih
lengkapnya:

Faktor Keluarga

Pada dasarnya, Keluarga merupakan agen sosialisasi pertama dan utama bagi
pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, sehingga peran dan fungsi
keluarga menjadi sangat penting dan bertanggung jawab terhadap tumbuh
kembang anak. Dalam hal peran dan fungsi orangtua terhadap anak, sangat
berhubungan dengan pola pengasuhan orangtua terhadap tumbuh kembang
anaknya. Berdasarkan dari hasil temuan peneliti di lapangan, dapat dijelaskan
bahwa mereka yang menjadi pelaku bullying di sekolah disebabkan oleh keluarga
yang begitu cuek, terlalu membebaskan anaknya, dan juga berasal dari keluarga
yang memiliki pola pengasuhan otoriter, tidak harmonis, sering bertengkar hebat
di depan anaknya. Sedangkan yang menjadi korban bullying adalah siswa dari
keluarga yang baik, sering menghabiskan waktu bersama orang tuanya,
melakukan komunikasi dan interaksi dengan anak, dan tidak pernah melakukan
pertengkarang di depan anaknya, dapat memberikan kebutuhan kepada anak, akan
tetapi tidak memanjakannya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa,
perilaku bullying berawal dari sosialisasi yang tidak sempurna yang berawal dari
keluarganya. sosialisasi yang tidak sempurna ini akan menyebabkan anak
mempelajari perilaku menyimpang salah satunya adalah tindakan bullying.
Perilaku menyimpang merupakan hasil dari proses belajar yang dia lihat dari
interaksi dengan orang-orang terdekatnya.

Faktor Teman Sebaya

Pada masa remaja, terjadilah proses pencarian jati diri di mana remaja banyak
melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya, dan sekolah merupakan salah
satu tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi, sehingga remaja
banyak menghabiskan waktu di sekolah mulai dari memahami mata pelajaran
yang diberikan guru, sampai memenuhi kebutuhan bersosial bersama teman-
temannya. Pengaruh teman sebaya merupakan pengaruh yang cukup dominan
terhadap tindakan bullying, karena remaja akan menghabiskan waktunya bersama
teman-teman sebayanya, remaja akan banyak menghabiskan waktu di sekolahnya.
Maka dari itu, teman sebaya memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
perilaku bullying siswa. Remaja identik dengan pencarian jati diri, mereka akan
mendapatkan banyak masukan atau pengaruh dari teman-temannya yang nantinya
akan membentuk pola perilaku mereka. Dalam proses pencarian jati diri, biasanya
remaja lebih sering membuat suatu kelompok atau dinamakan genk bersama
teman-temannya yang memiliki satu tujuan. Sebenarnya sah-sah saja jika para
remaja membentuk sebuah genk jika itu tidak merugikan atau berdampak negatif
bagi dirinya atau orang lain, yang akan jadi masalah adalah ketika mereka
membentuk sebuah genk yang justru banyak dampak negatifnya dan sering
membuat masalah. Di sini peneliti menemukan bahwa bentuk tindakan bullying
yang sering dilakukan oleh genk pelaku di antaranya: membentak, menyuruh,
memalak, tidak memperbolehkan junior mereka untuk duduk di kantin sekolah,
tidak boleh bermain dengan kakak kelas wanita, dan lain sebagainya, ada banyak
peraturan aneh yang di buat oleh genk dari pelaku. Hal yang telah dipaparkan di
atas, peneliti sejalan dengan teori yang di ungkapkan oleh Benites dan Justicia
(dalam Usman, 2013) bahwa kelompok teman sebaya (genk) yang cenderung ke
arah negatif atau yang memiliki masalah di sekolah akan memberikan dampak
yang buruk pula bagi teman- teman lainnya seperti berperilaku dan berkata kasar
terhadap guru atau sesama teman yang lain. Hal ini memperjelas bahwa kelompok
teman sebaya menjadi salah satu faktor yang paling dominan penyebab terjadinya
perilaku bullying

Faktor Media Massa

Jika kita melihat di layar kaca, saat ini tontonan yang kurang mendidik malah
dijadikan tuntunan bagi para remaja yang sedang mencari jati diri. Adegan-adegan
kekerasan dalam sebuah sinetron merupakan tontonan yang sangat tidak mendidik
tapi malah ditiru oleh para remaja kebanyakan. Banyak sekali aksi bullying yang
ditonjolkan dalam sebuah adegan tersebut, baik itu bersifat bully verbal maupun
fisik. Mulai dari yang paling sederhana, contohnya menghasut seseorang,
mengucilkan, intimidasi, sampai pada tindakan kekerasan contohnya memukul,
menjambak, menapar, berkelahi dan lain sebagainya. Terkait dengan hal tersebut,
remaja adalah yang paling mudah dipengaruhi dengan adegan-adegan yang dia
lihat di televisi dan bahkan mempraktekannya. Terkait dengan ini, sebenarnya
pengawasan dari orang tua sangat dibutuhkan bagi anak-anak yang kecanduan
terhadap segala bentuk sosial

D. Dampak

Berikut di bawah ini adalah dampak-dampak bullying yang perlu diwaspadai.

1. Masalah Psikologis

Korban bully seringkali menunjukkan berbagai gejala masalah psikologis, bahkan


setelah perundungan berlangsung. Kondisi yang paling sering muncul ialah
depresi serta gangguan kecemasan.

Selain itu, pengaruh bullying pada kesehatan mental pada remaja dan anak ialah
rasa sedih, rendah diri, kesepian, serta hilangnya minat pada hal yang biasa
mereka sukai, serta perubahan pada pola tidur ataupun pola makan.

Efek bullying juga kemudian akan menyebabkan gejala psikosomatis, diantaranya


masalah psikologis yang memicu gangguan pada kesehatan fisik. Hal ini tak
hanya berlaku pada orang dewasa, tapi juga pada anak-anak.

Sebagai contoh, saat waktunya masuk sekolah, anak kemudian akan merasa sakit
perut serta sakit kepala meski secara fisik tak ada yang salah di tubuhnya

2. Masalah Fisik

Bullying juga akan menyebabkan anak mengalami gangguan pencernaan Bukan


hanya pada memar ataupun rasa terluka akibat kekerasan fisik yang dialaminya,
korban bullying juga sering mengalami kecemasan yang kemudian akan memicu
stres pada tubuh.
Kondisi ini juga akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan, serta sering
sakit, terkena gangguan pencernaan, juga berbagai masalah lainnya. Bullying pada
anak juga akan memperburuk masalah kesehatan yang kemudian mereka derita
sebelumnya. Misalnya saja pada masalah kulit, masalah perut, ataupun masalah
jantung pada anak yang menjadi lebih parah akibat stres.

3. Gangguan Tidur

Dampak negatif bullying kemudian juga terlihat jelas ialah gangguan tidur. Para
korban bullying juga sering kali mengalami kesulitan untuk tidur yang nyenyak.
Sekalipun dapat tidur, tidak jarang waktu tersebut justru dihiasi oleh berbagai
mimpi buruk.

4. Pikiran untuk Bunuh Diri

Dampak bullying bagi korban yang satu ini juga tidak hanya akan menghampiri
pikiran pada orang dewasa. Korban bullying yang berusia anak-anak serta pada
remaja juga berisiko memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup.

Tak jarang ada laporan kejadian tentang anak-anak berusia sekolah yang
kemudian meninggal dunia akibat bunuh diri setelah dirundung oleh teman-
temannya. Inilah bahaya bullying yang harus orangtua waspadai.

5. Tidak Dapat Menyatu dengan Orang-Orang di Sekitar

Salah satu akibat dari bullying yang kemudian perlu diwaspadai ialah kesulitan
untuk menyatu dengan orang-orang di sekitar. Anak pada orang dewasa yang
mengalami bullying, secara tak langsung ditempatkan pada status sosial yang
kemudian lebih rendah dari rekan-rekannya.
Hal ini juga akan membuat korban bully menjadi sering merasa kesepian,
terabaikan, serta berujung pada turunnya rasa percaya diri.

6. Gangguan Prestasi

Dampak dari bullying lainnya ialah anak yang cenderung akan mengalami
kesulitan dalam mencapai prestasi belajar. Mereka juga akan merasa kesulitan
untuk berkonsentrasi di kelas, sering tidak masuk sekolah, serta tidak
diikutsertakan dalam berbagai kegiatan yang ada di sekolah.

7. Sulit Percaya dengan Orang Lain

Dampak bullying bagi korban yang tak boleh diremehkan ialah rasa sulit percaya
dengan orang lain. Saat seorang anak menjadi korban bully, mereka kemudian
akan menjadi sulit untuk mempercayai orang lain di sekitarnya.

Salah satu dampak buruk akibat dari bullying akan terlihat pada saat korban masih
kecil. Namun, ketika beranjak dewasa, mereka akan merasa untuk membangun
hubungan dengan orang lain.

E. Upaya untuk Mengatasi Bullying di Sekolah

Stop bullying di sekolah! Sekolah sangat rentan menjadi tempat terjadinya


bullying. Oleh karena itu, Guru Pintar dan seluruh warga sekolah harus
mengambil langkah untuk mencegahnya. Lebih-lebih jika kasus bullying sudah
terjadi, maka jangan tunggu terlalu lama, segera hentikan bullying di sekitar kita!

Berikut ini adalah cara mengatasi bullying di sekolah

1. Deteksi Tindakan Bullying Sejak Dini


Sebagai seorang guru, kita harus peka dengan situasi dan kondisi yang dihadapi
oleh siswa. Jangan sampai hal-hal yang menyebabkan siswa tidak nyaman atau
bahkan membahayakan siswa terjadi secara terus menerus. Segera hapuskan bibit-
bibit bullying sedini mungkin, seperti memanggil nama siswa dengan nama
ayahnya, menghina bentuk fisik, merampas benda-benda, atau menyakiti fisik.
Apapun dalihnya, bercanda sekalipun, hal seperti tidak dapat dibenarkan.

2. Memberikan Sosialisasi Terkait Bullying

Pembullyan yang terjadi di sekolah sering menjadi bahan pemberitaan baik di


media sosial maupun media-media lainnya.Sering sekali kejadian bullying ini
terjadi karena kurangnya pengetahuan dan juga pemahaman tentang bullying. Hal
penting yang harus dilakukan oleh pihak sekolah adalah melakukan sosialisasi
kepada seluruh warga sekolah seperti guru, siswa, pegawai tata usaha, sekuriti,
bahkan tenaga kebersihan juga perlu diedukasi tentang hal ini. Jika semua orang
memahami bentuk-bentuk perundungan, dampak yang ditimbulkan bagi
korbannya, dan juga bagaimana menghindari bullying, maka akan lebih mudah
untuk meminimalisir potensi bullying di sekolah. Bentuk-bentuk sosialisasi dapat
dilakukan dengan cara menempelkan poster-poster anti bullying, menyelipkan
pesan anti bullying dalam pembelajaran, atau ketika kepala sekolah atau guru
memberikan amanat pada saat upacara bendera.

3. Memberikan Dukungan Pada Korban

Solusi bullying yang harus dilakukan adalah memberikan dukungan kepada


korban bullying. Korban bullying biasanya merasakan ketakutan dan kecemasan
berada di lingkungan di mana ia mengalami bullying. Oleh karena tunjukkan
bahwa guru dan teman-temannya peduli akan dapat membantu korban bullying
merasa aman kembali. Jangan lupa untuk bekerjasama dengan orang tua siswa
sehingga korban bullying dapat hidup normal kembali.

4. Membuat Peraturan yang Tegas tentang Bullying

Mengatasi orang yang melakukan bullying juga harus dilakukan sebagai langkah
menghentikan tindakan atau sikap bullying. Selain korban, pelaku juga harus
diberikan treatment supaya tidak terus terulang. Perlu bagi guru dan juga sekolah
membuat peraturan yang ketat tentang bullying. Peraturan-peraturan ini bisa
dimulai dari level peraturan kelas hingga peraturan sekolah. Dengan demikian,
semua orang akan tahu konsekuensi yang didapat ketika terjadi pembullyan. Nah,
dengan begini para pembully akan menjadi jera dan tidak melakukan pembullyan
lagi.

5. Memberikan Teladan atau Contoh yang Baik

Bullying pada anak sering terjadi karena mencontoh orang-orang di sekitarnya.


Sebagai guru, maka Guru Pintar harus sangat berhati-hati dalam bertindak
maupun bertutur kata. Jangan sampai suka memberikan hukuman verbal yang
tanpa disadari sudah masuk dalam kategori pembullyan. Hal ini tentu akan
dicontoh oleh siswa-siswanya.

6. Mengajarkan Siswa untuk melawan bullying

Bentuk perlawanan terhadap tindakan perundungan atau bullying tidak harus


dengan cara kekerasan atau melakukan hal yang sama dengan pembullyinya.
Salah satu cara melawan bullying adalah dengan berani melaporkan tindakan
bullying terhadap gurunya. Dengan begitu, guru dan pihak sekolah akan dapat
segera mengambil tindakan untuk menghentikan pembullyian.
3. Memberikan Dukungan Pada Korban

Solusi bullying yang harus dilakukan adalah memberikan dukungan kepada


korban bullying. Korban bullying biasanya merasakan ketakutan dan kecemasan
berada di lingkungan di mana ia mengalami bullying. Oleh karena tunjukkan
bahwa guru dan teman-temannya peduli akan dapat membantu korban bullying
merasa aman kembali. Jangan lupa untuk bekerjasama dengan orang tua siswa
sehingga korban bullying dapat hidup normal kembali.

4. Membuat Peraturan yang Tegas tentang Bullying

Mengatasi orang yang melakukan bullying juga harus dilakukan sebagai langkah
menghentikan tindakan atau sikap bullying. Selain korban, pelaku juga harus
diberikan treatment supaya tidak terus terulang. Perlu bagi guru dan juga sekolah
membuat peraturan yang ketat tentang bullying. Peraturan-peraturan ini bisa
dimulai dari level peraturan kelas hingga peraturan sekolah. Dengan demikian,
semua orang akan tahu konsekuensi yang didapat ketika terjadi pembullyan. Nah,
dengan begini para pembully akan menjadi jera dan tidak melakukan pembullyan
lagi.

5. Memberikan Teladan atau Contoh yang Baik

Bullying pada anak sering terjadi karena mencontoh orang-orang di sekitarnya.


Sebagai guru, maka Guru Pintar harus sangat berhati-hati dalam bertindak
maupun bertutur kata. Jangan sampai suka memberikan hukuman verbal yang
tanpa disadari sudah masuk dalam kategori pembullyan. Hal ini tentu akan
dicontoh oleh siswa-siswanya.

6. Mengajarkan Siswa untuk melawan bullying


Bentuk perlawanan terhadap tindakan perundungan atau bullying tidak harus
dengan cara kekerasan atau melakukan hal yang sama dengan pembullyinya.
Salah satu cara melawan bullying adalah dengan berani melaporkan tindakan
bullying terhadap gurunya. Dengan begitu, guru dan pihak sekolah akan dapat
segera mengambil tindakan untuk menghentikan pembullyian.

7. Membantu Pelaku Menghentikan perilaku buruknya

Bullying merupakan contoh perilaku buruk. Guru Pintar wajib membantu pelaku
bullying untuk menghentikan perilaku buruknya, apalagi mengucilkan mereka.
Selain korban, pelaku juga membutuhkan penanganan supaya tidak melakukan
pembullyan lagi. Ajarkan pada mereka bersimpati dan berempati pada orang lain.
Selain itu berikan juga pengetahuan bahaya pembullyan terhadap korban-
korbannya. 
BAB 111

PENUTUP

1. Kesimpulan

Bullying adalah suatu tindakan negatif yang dilakukan secara berulang-ulang


dimana tindakan tersebut sengaja dilakukan dengan tujuan untuk melukai dan
membuat seseorang merasa tidak nyaman. Jenis bullying dapat dibedakan menjadi
4, bullying secara verbal, bullying secara fisik, bullying secara relasional, dan
bullying elektronik.

Ciri orang yang membullying salah satunya adalah haus perhatian, sedangkan ciri
orang yang dibullying salah satunya adalah karena anak yang dibully itu paling
miskin atau paling kaya. Faktor dari bullying bisa berasal dari faktor keluarga,
faktor sekolah, dan faktor kelompok sebaya.

Dampak dari bullying ada yang positif dan ada juga yang negatif. Solusi atau
upaya untuk mengatasi bullying bisa dilakukan dari lingkungan keluarga, sekolah,
dan sebagainya.

2. Saran

1. Hendaknya pihak sekolah proaktif dengan membuat program pengajaran


keterampilan sosial, problem solving, manajemen konflik, dan pendidikan
karakter.

2. Hendaknya guru memantau perubahan sikap dan tingkah laku siswa di dalam
maupun di luar kelas; dan perlu kerja sama yang harmonis antara guru BK, guru-
guru mata pelajaran, serta staf dan karyawan sekolah.
3. Sebaiknya orang tua menjalin kerja sama dengan pihak sekolah untuk
tercapainya tujuan pendidikan secara maksimal tanpa adanya tindakan bullying
antar pelajar di sekolah.

3.Penutup
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.Karena kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah
ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya
DAFTAR PUSTAKA

Abror, AR. (1993). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.


Abruscato, J., dan DeRosa D. A. (2010). Teaching Children Science A
Alfarisi & Herlanti (2020). Korelasi Antara Keterampilan Proses Sains
(KPS) dan Interaksi Siswa Terhadap Alat Praktikum (Istap) pada
Praktikum Biologi Pembedahan dan Pengamatan Mikroskop di
SMA Tangsel. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Kependidikan
UIN Jakarta.
Anderman & Dawson (2011). Learning with Motivation. Dalam
Handbook of Research and Learning Instruction. Mayer & Alexander
(editors). Ney York: Routledg terhadap profesi.

Anda mungkin juga menyukai