Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Makalah Karya Ilmiah yang berjudul “ Maraknya
Kasus Perundungan di Indonesia “ tepat pada waktunya. Dalam proses penyusunan laporan
ini, penulis mendapatkan bantuan, bimbingan yang baik dari berbagai pihak.
Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Sri Budiastuti, S.Pd. yang telah memberikan dukungan moral dan materi pada kami. Terima
kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman seperjuangan serta pihak lain yang
mendukung penulis dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan, masih banyak
kekurangan, dan banyak kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca yang sifatnya membangun untuk menyempurnakan laporan ini. Akhir kata,
penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bukan
hanya bagi penulis melainkan juga kepada para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB 1..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
A. Definisi Bullying...................................................................................................................3
B. Jenis-Jenis Tindakan Bullying.............................................................................................4
C. Peran-Peran Dalam Tindakan Bullying..............................................................................5
D. Faktor Penyebab Bullying...................................................................................................5
E. Dampak Bullying Terhadap Korban...................................................................................6
F. Cara Mengatasi Tindakan Bullying....................................................................................7
BAB III............................................................................................................................................9
PENUTUP.......................................................................................................................................9
A. Kesimpulan..........................................................................................................................9
B. Saran....................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................10
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan
masa dewasa. Di mana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik
dan psikis. Remaja juga merupakan tahapan perkembangan yang harus dilewati dengan
berbagai kesulitan. Dalam tugas perkembangannya, remaja akan melewati beberapa fase
dengan berbagai tingkat kesulitan permasalahannya sehingga dengan mengetahui tugas-
tugas perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja
dalam keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak salah persepsi dalam
menangani permasalahan tersebut. Pada masa ini juga kondisi psikis remaja sangat labil.
Karena masa ini merupakan fase pencarian jati diri. Biasanya mereka selalu ingin
tahu dan mencoba sesuatu yang baru dilihat atau diketahuinya dari lingkungan
sekitarnya, mulai lingkungan keluarga, sekolah, teman sepermainan dan masyarakat.
Semua pengetahuan yang baru diketahuinya diterima dan ditanggapi oleh remaja sesuai
dengan kepribadian masing-masing. Di sinilah peran lingkungan sekitar sangat
diperlukan untuk membentuk kepribadian seorang remaja. Setiap remaja sebenarnya
memiliki potensi untuk dapat mencapai kematangan kepribadian yang memungkinkan
mereka dapat menghadapi tantangan hidup secara wajar di dalam lingkungannya, namun
potensi ini tentunya tidak akan berkembang dengan optimal jika tidak ditunjang oleh
faktor fisik dan faktor lingkungan yang memadai.
Dalam pembentukan kepribadian seorang remaja, akan selalu ada beberapa faktor yang
mempengaruhi yaitu faktor risiko dan faktor protektif. Faktor risiko ini dapat bersifat
individual, kontekstual (pengaruh lingkungan), atau yang dihasilkan melalui interaksi
antara individu dengan lingkungannya. Faktor risiko yang disertai dengan kerentanan
psikosial dan resilience pada seorang remaja akan memicu terjadinya gangguan emosi
dan perilaku yang khas pada seorang remaja. Sedangkan faktor protektif merupakan
faktor yang memberikan penjelasan bahwa tidak semua remaja yang mempunyai faktor
risiko akan mengalami masalah perilaku atau emosi, atau mengalami gangguan tertentu.
1
Budaya bullying (kekerasan) atas nama senioritas masih terus terjadi di kalangan
peserta didik. Karena meresahkan, pemerintah didesak segera menangani masalah ini
secara serius. Bullying adalah suatu bentuk kekerasan anak (Child Abuse) yang
dilakukan teman sebaya kepada seseorang (anak) yang lebih rendah atau lebih lemah
untuk mendapatkan keuntungan dan kepuasan tertentu. Biasanya bullying terjadi
berulang kali. Bahkan bullying terjadi berulang kali, dan dilakukan secara sistematis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari bullying?
2. Apa jenis-jenis perbuatan bullying?
3. Apa saja peran yang terdapat di dalam tindakan bullying?
4. Apa Saja Faktor yang Menyebabkan Perilaku Bullying?
5. Bagaimana Dampak Bullying Terhadap Korban
6. Bagaimana Cara Mengatasi Tindakan Bullying?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tindakan bullying dan jenis-jenis
perbuatan yang termasuk dalam tindakan ini,
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab tindakan bullying serta dampak yang
diakibatkan dari tindakan tersebut,
3. Untuk mengetahui bagaimana upaya mengatasi bullying.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Bullying
Definisi bullying merupakan sebuah kata serapan dari bahasa Inggris. Bullying
berasal dari kata bully yang artinya penggertak, orang yang mengganggu orang yang
lemah. Beberapa istilah dalam bahasa Indonesia yang seringkali dipakai masyarakat
untuk menggambarkan fenomena bullying di antaranya adalah penindasan,
perpeloncoan, pemalakan, pengucilan, atau intimidasi. Dari definisi di atas, ada seorang
mengemukakan pendapat yaitu,
3
B. Jenis-Jenis Tindakan Bullying
Barbara Coloroso (2006: 47-50) membagi jenis-jenis bullying ke dalam empat jenis,
yaitu sebagai berikut :
1. Bullying Secara Verbal
Perilaku ini dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritikan kejam, penghinaan,
pernyataan-pernyataan yang bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual, teror,
surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar kasak-kusuk
yang keji dan keliru, gosip dan sebagainya. Dari ketiga jenis bullying, bullying dalam
bentuk verbal adalah salah satu jenis yang paling mudah dilakukan dan bullying
bentuk verbal akan menjadi awal dari perilaku bullying yang lainnya serta dapat
menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih lanjut.
2. Bullying Secara Fisik
Perilaku yang termasuk dalam jenis ini ialah memukuli, menendang, menampar,
mencekik, menggigit, mencakar, meludahi, dan merusak serta menghancurkan
barang-barang milik anak yang tertindas. Kendati bullying jenis ini adalah yang
paling tampak dan mudah untuk di identifikasi, namun kejadian bullying secara fisik
tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Remaja yang secara teratur melakukan
bullying dalam bentuk fisik kerap merupakan remaja yang paling bermasalah dan
cenderung akan beralih pada tindakan-tindakan kriminal lebih lanjut.
3. Bullying Secara Relasional
Bullying secara relasional adalah pelemahan harga diri korban secara sistematis
melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Perilaku ini dapat mencakup
sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan
nafas, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang mengejek. Bullying dalam
bentuk ini cenderung perilaku bullying yang paling sulit dideteksi dari luar. Bullying
secara relasional mencapai puncak kekuatannya di awal masa remaja, karena saat itu
terjadi perubahan fisik, mental emosional dan seksual remaja. Ini adalah saat ketika
remaja mencoba untuk mengetahui diri mereka dan menyesuaikan diri dengan teman
sebaya.
4. Cyberbullying
Cyberbullying merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan pelakunya
melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting
room, email, SMS, dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror korban
dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar, dan rekaman video atau film yang
sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan. Bullying jenis ini biasanya
dilakukan oleh kelompok remaja yang telah memiliki pemahaman cukup baik
terhadap sarana teknologi informasi dan media elektronik lainnya.
Pada umumnya, anak laki-laki lebih banyak menggunakan bullying secara fisik dan
anak wanita banyak menggunakan bullying relasional/emosional, namun keduanya
sama-sama menggunakan bullying verbal. Perbedaan ini, lebih berkaitan dengan
pola sosialisasi yang terjadi antara anak laki-laki dan perempuan (Coloroso, 2006:
51).
4
C. Peran-Peran Dalam Tindakan Bullying
Menurut Salmivalli, dkk (dalam Trismani & Wardani, 2016) dalam tindakan
perundungan atau bullying terdapat peran-peran yang mengisi tindakan tersebut,
setidaknya terdapat 5 (lima) peran di dalamnya. Kelima peran tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Peran pertama adalah bully. Peran ini dimainkan oleh seorang siswa yang
bertindak sebagai pemimpin dari sekelompok siswa yang aktif melakukan
tindakan perundungan atau bullying.
2. Peran kedua adalah asisten bully. Peran ini dilakukan oleh seorang atau
beberapa siswa yang ikut secara aktif dalam tindakan bullying atau
perundungan. Namun, peran ini memiliki ketergantungan kepada peran bully
atau pemimpin mereka.
3. Selain terdapat peran yang secara aktif melakukan tindakan perundungan,
terdapat juga siswa yang terlibat dalam perundungan namun tidak secara
langsung atau aktif. Mereka berada di lokasi terjadinya tindakan perundungan
atau bullying. Mereka hanya menyaksikan, menjadikan apa yang mereka lihat
sebagai hiburan mereka serta memberitahu kejadian tersebut kepada yang
lainnya di saat kejadian perundungan sedang berlangsung.
4. Sekeras dan sekejam apa pun perilaku perundungan tidak sedikit yang mau
membela korban perundungan. Siswa yang melakukan peran ini disebut
sebagai defender. Namun, karena aksinya inilah ia juga terkena aksi bullying
dari para pelaku.
5. Yang terakhir adalah outsider. Siswa yang mengetahui akan terjadinya
perilaku bullying di sekolah namun bersikap acuh tak acuh atau tidak
memedulikannya disebut sebagai outsider.
Menurut psikolog Seto Mulyadi, bullying disebabkan karena saat ini remaja di
Indonesia penuh dengan tekanan. Terutama yang datang dari sekolah akibat kurikulum
5
yang padat dan teknik pengajaran yang terlalu kaku. Sehingga sulit bagi remaja untuk
menyalurkan bakat non akademisnya penyalurannya dengan kejahilan-kejahilan dan
menyiksa. Budaya feodalisme yang masih kental di masyarakat juga dapat menjadi salah
satu penyebab bullying sebagai wujudnya adalah timbul budaya senioritas, yang bawah
harus menurut sama yang atas.
1. Faktor Keluarga
Anak yang melihat orang tuanya atau saudaranya melakukan bullying sering akan
mengembangkan perilaku bullying juga. Ketika anak menerima pesan negatif berupa
hukuman fisik di rumah, mereka akan mengembangkan konsep diri dan harapan diri
yang negatif, yang kemudian dengan pengalaman tersebut mereka cenderung akan
lebih dulu menyerang orang lain sebelum mereka diserang. Bullying dimaknai oleh
anak sebagai sebuah kekuatan untuk melindungi diri dari lingkungan yang
mengancam.
2. Faktor Sekolah
Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak
sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka
untuk melakukan intimidasi anak-anak yang lainnya. Bullying berkembang dengan
pesat dalam lingkungan sekolah yang sering memberikan masukan yang negatif pada
siswanya misalnya, berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak
mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.
3. Faktor Kelompok Sebaya
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman sekitar rumah
kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Kadang kala beberapa anak
melakukan bullying pada anak yang lainnya dalam usaha untuk membuktikan bahwa
mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak
nyaman dengan perilaku tersebut.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bullying berdampak buruk pada proses perkembangan masa muda korban
untuk menerima kondisi fisik korban. Ketika menjadi korban bullying, remaja
membenci diri mereka sendiri, menutup diri dari orang lain, dan memiliki rasa takut
untuk bersosialisasi. Dalam hal penyakit fisik yang sehingga membuat remaja
merasakan kesedihan, kemarahan, dan merasa harga dirinya rendah. Hal ini membuat
korban ragu untuk menerima kondisi fisiknya yang tidak sesuai dengan keinginannya
dan selalu takut untuk berkenalan dengan orang baru. Dalam beberapa kasus seorang
remaja yang menjadi korban bullying mengalami depresi. Akibat dari remaja yang
memiliki depresi adanya pemikiran untuk menyakiti diri sendiri bahkan melakukan
bunuh diri. Perilaku bullying merupakan faktor risiko yang sangat besar dalam
berkembangnya depresi sehingga memicu munculnya gangguan psikologis.
B. Saran
Bagi para remaja yang mengetahui bahwa mereka dikelilingi oleh tindakan
bullying, kami berharap dapat mencegah dan menghentikan perilaku tersebut. Ada
berbagai cara untuk menghentikan tindakan bullying, salah satu caranya adalah dengan
melaporkan tindakan tersebut pada pihak sekolah atau orang tua. Untuk memahami
bahwa tindakan mereka tidak hanya berdampak pada korban tetapi juga berdampak pada
dirinya sendiri. Perilaku bullying dalam bentuk apapun hanya akan memberikan dampak
yang buruk.
Kemudian, sebagai orang tua juga diharapkan lebih dapat diperhatikan perilaku
pada remaja, karena semua perilaku mereka dapat dipersepsikan oleh remaja. Orang
tua harus bersikap lebih serius lagi dalam menanggapi masalah bullying dan lebih
sensitif lagi memperhatikan apakah anaknya termasuk ke dalam korban bullying atau
pelaku bullying, serta dapat mengajarkan hal positif pada anaknya. Untuk membantu
anak- anak menjadi lebih sadar tentang sikap yang pantas dilakukan dan tidak pantas.
9
DAFTAR PUSTAKA
Asie, Tumon. M. B. 2014. Studi Deskriptif Perilaku Bullying pada Remaja. Surabaya :
Universitas Surabaya.
10
1