Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN BULLYING

KELOMPOK 4

Di Susun oleh:
1. Putri Pradika Sari (30902100184)
2. Rizky Amanullah (30902100202)
3. Saikha Nabila Hasna (30902100207)
4. Shinta Zulfatul Ulya (30902100221)
5. Siti Naimatul Arifah (30902100229)
6. Siti Nuriyah (30902100232)
7. Tyas Anggari Nengsi (30902100239)

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2023/2024
i
Kata Pengantar
Pertama-tama kami panjatkan puja & Puji syukur atas rahmat & ridho Allah SWT,
karena tanpa Rahmat & RidhoNya, kita tidak dapat menyelesaikan mekalah ini dengan baik
dan selesai tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ns. Betie Febriana, M.Kep selaku dosen
pengampu Psikiatri yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam hal
mengumpulkan data- data dalam pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan
tentang Bullying.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.
Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya
makalah yang sempurna.

Semarang, 12 November 2023

Penyusun

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar ..................................................................................................................................... ii


Daftar Isi ............................................................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 4
B. Rumusan masalah ..................................................................................................................... 6
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 6
BAB II .................................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 7
1.1. Konsep Teori ......................................................................................................................... 7
A. Definisi Bullying .................................................................................................................... 7
B. Etiologi Bullying .................................................................................................................... 7
C. Manifestasi Klinis Bullying .................................................................................................. 8
D. Jenis-Jenis Tindakan Bullying ............................................................................................. 9
E. Dampak Bullying di Masa Depan ...................................................................................... 10
F. Peran Orangtua untuk Mengatasi Korban Bullying ....................................................... 11
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan............................................................................................ 12
1. Pengkajian ........................................................................................................................... 12
2. Analisa data ......................................................................................................................... 20
3. Diagnose keperawatan ........................................................................................................ 22
4. Intervensi keperawatan ..................................................................................................... 22
5. Implementasi keperawatan ................................................................................................ 24
6. Evaluasi ................................................................................................................................ 24
BAB III................................................................................................................................................. 26
PENUTUP............................................................................................................................................ 26
1. Kesimpulan .............................................................................................................................. 26
2. Saran ........................................................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 28

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan sosial manusia terdiri atas beberapa fase dan tingkatan. Pada saat
lahir, manusia sebagai individu tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga. Setiap
hari, ia melakukan kontak dan interaksi dengan keluarga terutama orang tua. Pada fase
ini, bayi ditanamkan nilai-nilai yang dianut oleh orang tuanya. Bertumbuh dewasa dan
menjadi remaja, manusia sebagai individu mulai mengenal lingkungan yang lebih luas
daripada keluarga. Sosialisasi yang dialami individu mulai bertambah luas. Individu
mulai berinteraksi dengan teman sebayanya. Hal ini membuat keterampilan sosial
individu makin meningkat. Jika nilai-nilai yang ditanamkan oleh kedua orang tuanya
diserap dengan baik, maka keterampilan sosial yang dimiliki oleh individu tersebut bisa
menjadi lebih baik. Hal itu disebabkan karena manusia tumbuh dan berkembang dari
fase ke fase tanpa meninggalkan apa yang telah ia pelajari dari fase sebelumnya.
Sebaliknya, apabila sosialisasi nilainilai yang ditanamkan keluarga kurang terserap oleh
anak, maka bisa jadi perkembangan perilaku dan psikososialnya terhambat. Akibatnya,
remaja mulai menunjukkan gejala-gejala patologis seperti kenakalan dan perilaku-
perilaku beresiko lainnya, salah satunya adalah bullying.
Bullying merupakan masalah universal yang menyentuh hampir setiap orang,
keluarga, sekolah, bisnis dan masyarakat, demikian pula usia, jenis kelamin, ras, agama
atau status sosial ekonomi. Dampak yang dialami oleh korban bullying adalah
mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi kesejahteraan psikologis yang
rendah (low psychological well-being) dimana korban akan merasatidak nyaman, takut,
rendah diri, serta tidak berharga, penyesuaian sosial yang buruk dimana korban merasa
takut ke sekolah bahkan tidak mau sekolah, menarik diri dari pergaulan, prestasi
akademik yang menurun karena mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dalam
belajar, bahkan berkeinginan untuk bunuh diri dari pada harus menghadapi tekanan-
tekanan berupa hinaan dan hukuman (Coloroso, 2003). Bullying berdampak ekonomi
yang terkait dengan penurunan produktivitas, kehilangan jam kerja, absensi, agresi
tempat kerja, pelecehan dan intimidasi.
Bullying (dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai “ penindasan/risak” )
merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja
oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang
lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus. Menurut
4
Ernawati et al., (2021) kasus bullying merupakan tindakan kekerasan yang
menggunakan intimidasi atau paksaan untuk menyakiti orang lain. Proses bullying
diawali dengan suatu peristiwa yang dapat menyebabkan emosi negatif (Junita,
Mamesah, & Hidayat, 2020). Dunia pendidikan seolah menjadi tempat yang subur bagi
para pelajar untuk melakukan bullying (Rahayu & Permana, 2019). Banyak kasus
bullying yang terbongkar, bahkan sampai membunuh korbannya. Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI) mencatat, sepanjang tahun 2020 ada 17 kasus yang melibatkan
peserta didik dan pendidik. Bullying adalah masalah psikososial di mana orang lain
berulang kali dihina dan direndahkan. Pengganggu biasanya memiliki kekuatan yang
lebih daripada korban (KPAI, 2020).
Karakter remaja yang cenderung labil dan sensitif mendorong remaja
berperilaku sesuai kehendak hatinya tanpa berfikir akan resiko yang kemungkinan
terjadi di kemudian hari. Remaja juga kerap mengikuti tren dan mengikuti apa yang
temannya lakukan. Ini merupakan bagian dimana remaja mencoba untuk menonjolkan
diri sebagai individu maupun sebagai sebagai anggota pada suatu kelompok sosial
tertentu. Sementara itu, bentuk-bentuk bullying yang paling sering dilakukan oleh para
pelaku adalah bullying verbal atau lisan dan non-verbal (melalui media sosial seperti
whatsapp, facebook, instagram, dan sebagainya). Biasanya korban diintimdasi dengan
ucapan atau kata-kata kotor dan kasar yang menyebabkan korban sakit hati bahkan
cenderung takut. Sedangkan, untuk para korban sendiri cenderung memiliki sedikit
teman, tidak agresif, dan termasuk peserta didik yang tidak populer. Mereka kurang
senang bergerombol dalam satu kelompok saja, obrolan mereka lebih ke arah hobi atau
kegiatan yang disenangi, dan bukan berasal dari keluarga yang status sosialnya tinggi.

5
B. Rumusan masalah
1. Apa Definisi Bullying?
2. Bagaimana etiologi bullying?
3. Apa manifestasi bullying?
4. Ada berapa Jenis jenis tindakan Bullying?
5. Bagaimana Dampak Bullying di masa depan?
6. Bagaimana Peran orang tua untuk mengatasi korban bullying?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada korban bullying?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi bullying
b. Untuk mengetahui etiologi bullying
c. Untuk mengetahui manifestasi bullying
d. Untuk mengetahui jenis jenis tindakan bullying
e. Untuk mengetahui dampak bullying di masa depan
f. Untuk mengetahui apa saja peran orangtua untuk mengatasi korban bullying
g. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada korban bullying

6
BAB II

PEMBAHASAN
1.1. Konsep Teori
A. Definisi Bullying
Bullying berasal dari Bahasa asing bull yang berarti banteng. Banteng dapat diibaratkan
sebagai hewan yang agresif dan suka menyerang apapun yang ada di sekitarnya. Bullying
dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai perundungan. Bullying dapat terjadi pada
semua ranah Pendidikan formal, non-formal maupun informal. Bullying adalah suatu isu
yang tidak semestinya dipandang sebelah mata dan diremehkan, bahkan disangkal
keberadaannya. Siswa-siswa yang menjadi korban dari bullying akan menghabiskan
banyak waktu untuk memikirkan berbagai cara untuk menghindari gangguan di sekolah
sehingga mereka. hanya memiliki sedikit energi untuk belajar. Hal inilah yang akan
mempengaruhi prestasi belajar yang akan dicapai oleh siswa.
Menurut Olweus perilaku bullying adalah tindakan negatif yang dilakukan secara
berulang dan bersifat menyerang. Perilaku ini dilakukan oleh pelaku sendiri maupun
dengan kelompok temannya. Perilaku bullying harus segera dihentikan meskipun untuk
mewujudkannya membutuhkan bantuan dari berbagai pihak sehingga perilaku bullying
tidak disikapi sebagai suatu tindakan wajar dan bukan bentuk dari penyiksaan yang
menimbulkan korban (Herman dan Kusbaryanto, 2020).
Bullying menurut Ken Rigby adalah sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini
diperlihatkan ke dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara
langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya
berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang. Bullying adalah suatu isu yang tidak
semestinya dipandang sebelah mata dan diremehkan, bahkan disangkal keberadaannya.
Siswa-siswa yang menjadi korban dari bullying akan menghabiskan banyak waktu untuk
memikirkan berbagai cara untuk menghindari gangguan di sekolah sehingga mereka. hanya
memiliki sedikit energi untuk belajar. Hal inilah yang akan mempengaruhi prestasi belajar
yang akan dicapai oleh siswa.
B. Etiologi Bullying
Bullying adalah sebuah situasi di mana terjadinya penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan
yang dilakukan oleh seseorang/kelompok. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
seseorang menjadi pelaku bullying antara lain:

7
1) Faktor keluarga, dimana anak menjadi pembully karena sering melihat situasi dan
kondisi keluarga yang sering melakukan kekerasan sehingga pada akhirnya anak
mencontoh perilaku kekerasan tersebut;
2) Faktor pertemanan yang buruk, ketika anak bergabung dalam pertemanan yang terbiasa
menyelesaikan masalah dengan konflik maka secara tidak langsung dia akan ikut serta;
3) Faktor lingkungan sekolah apabila tidak bisa mengatasi konflik yang ada, maka akan
tumbuh dan membudaya sehingga menjadi hal yang biasa dan secara tidak langsung
membenarkan perilaku bullying yang dapat berkelanjutan pada perkembangan
psikologis siswa;
4) Faktor media dan teknologi, diera digital membuka peluang anak melakukan bullying
melalui media sosial untuk menyakiti hati dan menekan orang lain (Umro,2022).
Bullying baik itu kekerasan fisik, psikis yang terjadi baik dilingkungan sekolah ataupun
lingkungan rumah haruslah mendapatkan perlindungan. Intesitas pertemuan yang rawat
terhadap perilaku bullying ada dilingkungan sekolah. Oleh karena itu wajib mendapatkan
perlindungan dari kekerasan atau kejahatan yang ditimbulkan dari guru, siswa, dan
lingkungan sekolah (Katyana, 2019)
C. Manifestasi Klinis Bullying
Tanda dan gejala bullying diukur melalui tanda gejala kognitif, afektif, fisiologis
perilaku dan sosial. Berikut merupakan 9 indikator tanda dan gejala kognitif pada korban
bullying (Sari & Maryuni, 2020):
1. Penolakan terhadap kemampuan diri
2. Pandangan hidup yang pesimis
3. Merasa tidak berguna
4. Merasa menilai diri negatif
5. Kurang konsentrasi
6. Merasa tidak mampu melakukan sesuatu
7. Merasa tidak memiliki kemampuan kognitif
8. Menilai diri tidak berguna
9. Membanggakan diri berlebihan.
Berikut 6 indikator afektif bullying :
1. Merasa tidak berarti
2. Merasa malu
3. Merasa sedih
4. Merasa kesal

8
5. Marah
6. Merasa gagal
Berikut 6 indikator fisiologis bullying :
1. Selera makan menurun/meningkat
2. Sulit tidur
3. Lemas
4. Nyeri kepala
5. Mual
6. Postur tubuh membungkuk
Berikut 15 perilaku korban bullying :
1. Kontak mata kurang
2. Murung
3. Berjalan menunduk dan postur tubuh menunduk
4. Menghindari orang lain
5. Bicara pelan dan lebih banyak diam
6. Nada suara lemah
7. Aktivitas menurun
8. Produktivitas menurun
9. Bergerak lamban
10. Bicara pelan
11. Merusak diri
12. Perilaku tidak asertif
13. Pasif
14. Mengkritik orang lain
15. Kurang memperhatikan penampilan/penampilan berlebihan.
Sosial terdiri dari 3 yaitu :
1. Lebih senang menyendiri
2. Membatasi interksi dengan orang lain
3. Lebih banyak diam.
D. Jenis-Jenis Tindakan Bullying
Bullying di bagi menjadi 4 jenis, diantaranya :
a. Bullying Fisik
Penindasan fisik diantaranya adalah memukul, mencekik, menyikut, meninju,
menendang, menggigit, mencakar, meludahi dan tindakan fisik lainnya terhadap anak

9
yang ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan dan acapkali menimbulkan cedera
serius bahkan berujung pada kematian.
b. Bullying Verbal
Kekerasan verbal adalah bentuk penindasan yang paling umum digunakan dapat berupa
julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan, dan pernyataan-pernyataan
bernuansa ejekan atau pelecehan seksual.
c. Bullying Relasional
Perilaku non verbal Jenis ini paling sulit dideteksi dari luar. Penindasan relasional/
perilaku non verbal adalah pelemahan harga diri si korban penindasan secara sistematis
melalui pengabaian, pengucilan, atau penghindaran. Perilaku ini dapat mencakup sikap-
sikap tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan napas, bahu
yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar. Hal ini sesuai
dengan yang disampaikan oleh Yayasan Semai Jiwa Insani bully mental atau psikologi
yang paling berbahaya karena sulit dideteksi dari luar seperti: memandang sinis,
menjulukan lidah, menampilkan ekspresi wajah yang merendahkan, mengejek,
memandang dengan penuh ancaman, mempermalukan didepan umum, mengucilkan,
menjauhkan, dan lain-lain.
d. Cyber bullying
Cyber bullying adalah bentuk bullying melalui media sosial seperti facebook,
instagram, email, whatsapp, dan lain sebagainya dalam bentuk:
1. Mengirim pesan yang menyakitkan atau menggunakan gambar;
2. Meninggalkan pesan voicemail yang kejam;
3. Menelepon terus menerus tanpa henti namun tidak mengatakan apa-apa (silent
calls);
4. Membuat website yang memalukan bagi si korban;
5. Menyebarluaskan video pembullyan korban.
E. Dampak Bullying di Masa Depan
1. Dampak perilaku bullying terhadap kehidupan Individu
Penelitian tentang bullying telah dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri.
Penelitian-penelitian tersebut mengungkapkan bahwa bullying memiliki efek-efek
negatif seperti:
a. Gangguan psikologis (seperti cemas dan kesepian)
b. Konsep diri korban bullying menjadi lebih negatif karena korban merasa
tidak diterima oleh teman-teman sebaya

10
c. Menjadi penganiaya ketika dewasa
d. Agresif dan kadang-kadang melakukan tindakan criminal
e. Korban bullying merasakan stress, depresi, benci, terhadap pelaku, dendam,
ingin keluar sekolah, merana, tertekan, terancam, bahkan ada yang
menyilet-nyilet lengannya
f. Menggunakan obat-obatan alcohol
g. Membenci lingkungan sosialnya
h. Korban atau merasa rendah diri dan tidak berharga
i. Cacatan fisik permanen
j. Gangguan emosional bahkan dapat menjurus pada gangguan kepribadian
k. Keinginan untuk bunuh diri
2. Dampak Perilaku Bullying Terhadap Kehidupan Sosial
Remaja sebagai korban bullying sering mengalami ketakutan untuk sekolah dan
menjadi tidak percaya diri, merasa tidak nyaman dan tidak bahagia (Setiawati, 2008),
Aksi bullying menyebabkan seseorang menjadi terisolasi dari kelompok sebayanya
karena teman sebaya bullying tidak mau akhirnya mereka menjadi target bullying
kerana mereka berteman dengan korban.
Menurut YKAI (Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia) menyimpulkan
bahwa tindakan kekerasan berdampak sangat serius terhadap kehidupan seseorang,
misalnya korban memiliki konsep diri yang negatif dan ketidakmampuan mempunyai
dan mencintai orang lain, pasif dan menarik dari lingkungan, takut membina hubungan
baru dengan orang lain.
F. Peran Orangtua untuk Mengatasi Korban Bullying
Peran orang tua, menurut teori yang dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner
mengemukakan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh berbagai sistem, salah
satunya adalah sistem mikro yang melibatkan interaksi antara anak dengan orang tua. Teori
ini menunjukan bahwa pentingnya peran orang tua dalam mengatur dan menciptakan
lingkungan yang mendukung untuk perkembangan anak. Tugas dan tanggung jawab orang
tua adalah, memelihara, melindungi, menjamin kesehatan anak dan mendidik anak. Orang
tua memiliki tugas dan fungsi perawatan, dukungan emosi dan materi serta pemenuhan
tertentu dalam Muctar mengungkapkan bahwa keluarga merupakan bagian penting dari
unit masyarakat. Keluarga memiliki peran penting dalam membimbing, merawat,
mendidik, melindungi dan mengasuh anak. Keluarga merupakan tempat pertama dan utama
bagi pendidikan anak. Cara mendidik anak dapat mempengaruhi pola kepribadian anak.

11
Anak akan mempelajari nilai-nilai keyakinan, budi pekerti, komunikasi, dan keterampilan
hidup dari orang tua. Sejalan dengan itu (Gloria, 2020) menyebutkan bahwa, mengajak
anak berpartisipasi dalam pekerjaan rumah seperti membersihkan tempat tidur dan lain-
lainnya dapat mengajarkan keterampilan pada anak.
Peran orang tua sebagai pendidik memiliki tujuan untuk menyiapkan anak menjadi
manusia yang bertanggung jawab baik secara moral, agama dan sosial. Perbuatan orang tua
akan menjadi acuan bagi anak, karena sifat dasar anak adalah meniru, maka orang tua harus
memberikan contoh yang baik bagi anaknya. Hal terpenting dalam pendidikan moral adalah
keteladanan dari orang tua.
Dalam proses pengasuhan, orang tua berperan sebagai pembimbing dan pendidik agar
anak dapat menjalankan kehidupan bermasyarakat. Melalui pengasuhan orang tua akan
membentuk perkembangan dan moral pada anak. Peran dan contoh yang baik dapat
membentuk perkembangan moral anak yang baik dan akan mendorong anak berperilaku
positif serta mencegah perilaku yang negatif di kemudian hari. Pengasuhan yang positif
terjadi ketika adanya penerimaan antara anak dengan orang tua sehingga memberikan rasa
aman untuk anak.
Peran orang tua sebagai pelindung, menurut Jhon Bowlby pentingnya ikatan emosional
antara orang tua dan anak dalam memberikan perlindungan akan membantu anak merasa
aman. Gaya pengasuhan orang tua juga menjadi salah satu faktor rasa aman yang anak
alami, otoritatif paling efektif karena memungkinkan anak merasa didengar dan dihargai
dengan memberikan perlindungan yang seimbang untuk anak, yaitu menggabungkan
kehangatan dan dukungan sambil mengajarkan anak tanggung jawab dan kemandirian,
namun jika orang tua terus menerus menjadi pelindung anak maka akan beresiko
membangun mental anak yang tidak mencapai kemandirian. Orang tua memiliki tanggung
jawab dan tugas untuk menjalankan fungsi-fungsi pengasuhan seperti membesarkan,
membimbing dan mendidik. Selain itu orang tua berperan dalam melindungi anaknya dari
tindakan seperti kekerasan, eksploitasi, penelantaran dan perlakuan yang salah (Dinas
Sosial, 2023).
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal sebuah proses keperawatan meliputi
pengumpulan data, analisis data, dan perumusan masalah klien. Data yang
dikumpulkan adalah data klien secara holistik, meliputi aspek biologis, psikologis,
sosial, dan spiritual. Sebagai seorang perawat jiwa, diharapkan memiliki kesadaran diri

12
atau kemampuan tilik diri (self awareness), kemampuan mengobservasi dengan akurat,
berkomunikasi secara terapeutik, dan kemampuan berespons secara efektif. Karena hal
tersebut menjadi kunci utama dalam membina hubungan saling percaya dengan klien.
Hubungan saling percaya antara perawat dengan klien akan memudahkan perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Oleh karena itu, perawat dapat membantu
klien menyelesaikan masalah sesuai kemampuan yang dimilikinya.
Stuart dan Sundeen menyebutkan bahwa faktor predisposisi, faktor presipitasi,
penilaian terhadap stresor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien
adalah aspek yang harus digali selama proses pengkajian. Pengkajian kesehatan jiwa
yang lebih terstruktur meliputi hal berikut :
a. Identitas klien
Berisi tentang identitas pribadi klien berupa nama, tempat tanggal lahir,
pekerjaan, status, tanggal masuk Rumah sakit, dan lain-lain.
b. Alasan masuk
Berisi tentang alasan utama mengapa klien masuk ke Rumah sakit dan usaha
apa saja yang sudah dilakukan oleh pihak keluarga sebelum klien dibawa ke
Rumah sakit.
c. Faktor Predisposisi
Definisi dari faktor predisposisi adalah faktor resiko dan protektif yang
mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat digunakan seseorang untuk
mengatasi stres. Ada tiga aspek dalam faktor predisposisi yaitu aspek biologis,
psikologis, dan sosial budaya.
1. Predisposisi biologis meliputi latar belakang genetik, status nutrisi, kepekaan
biologis, kesehatan secara umum dan keterpaparan racun.
2. Predisposisi psikologis meliputi intelegensi, ketrampilan verbal, moral,
kepribadian, pengalaman masa lalu, konsep diri, motivasi, pertahanan psikologis,
dan lokus kendali, atau suatu pengendaian terhadap nasib sendiri.
3. Predisposisi sosial budaya meliputi usia, gender, pendidikan, penghasilan,
pekerjaan, latar belakang budaya, keyakinan religi, afiliasi
politik, pengalaman sosialisasi, dan tingkat integrasi sosial.
d. Faktor Presipitasi
Pengertian dari faktor presipitasi adalah stimulus yang menuntut, mengancam, atau
menantang individu. Stresor ini dapat berbentuk biologis, psikologis, dan sosial
budaya. Lingkunagn internal dan eksternal merupakan asal dari stimulus. Selain itu,
13
hal yang perlu dikaji adalah waktu stresor yang mencakup lama seseorang terpapar
stresor dan kejadian stresor. Faktor selanjutnya yang penting adalah jumlah dari
stresor. Apabila seseorang terkena stresor beberapa kali dalam waktu yang
berdekatan dapat menimbulkan stres yang mungkin sulit untuk diatasi.
e. Aspek Fisik
Kaji tanda vital klien, ukur TB, BB klien, tanyakan apakah terdapat keluhan
fisik. Jika terdapat keluhan fisik beri tanda “√” pada kotak “Ya”, jika tidak ada
keluhan fisik beri tanda “√” pada kotak “Tidak”. Kaji lebih lanjut mengenai
sistem dan fungsi organ, jelaskan sesuai dengan keluhan yang ada. Masalah
keperawatan ditulis sesuai dengan data yang didapatkan.
f. Aspek Psikososial
Pada aspek psikososial, perawat membuat genogram minimal tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga. Jelaskan maslah terkait
dengan komunikasi, pengambilan keputusan, dan pola asuh. Masalah
keperawatan ditulis sesuai dengan data yang didapat.
g. Konsep Diri
a) Gambaran Diri
Merupakan persepsi diri terhadap tubuh klien, bagian tubuh mana yang
disukai dan tidak disukai.
b) Identitas
Tanyakan terkait :
1) Status dan posisi klien sebelum dirawat
2) Kepuasan klien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat kerja,
kelompok)
3) Kepuasan klien sebagi anak laki-laki atau perempuan
c) Peran
Tanyakan terkait :
1) Peran yang diemban klien dalam keluarga/kelompok/masyarakat.
2) Ke mana saja klien dalam melaksanakan peran tersebut.
d) Ideal Diri
Tanyakan terkait :
1) Harapan/cita-cita terhadap tubuh, posisi, status dan peran klien.
2) Harpan/cita-cita klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat
kerja, dan masyarakat)
14
3) Harapan klien terhadap penyakitnya
e) Harga Diri
Tanyakan terkait :
1) Hubungan klien dengan orang lain
2) Penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya.
h. Hubungan Sosial
a) Tanyakan kepada klien siapa orang yang paling berarti dalam kehidupannya,
tempat mengadu, tempat bicara, serta meminta bantuan dan dukungan.
b) Tanyakan kepada klien kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat
serta peran klien dalam kelompok masyarakat tersebut.
c) Tanyakan kepada klien hambatan apa yang menghalanginya ketika
berhubungan dengan orang lain.
Tulis masalah keperawatan sesuai data yang didapatkan.
i. Spiritual
a) Nilai dan keyakinan, tanyakan hal berikut :
1) Tanyakan pandangan dan keyakinan terhadap gangguan jiwa sesuai
dengan norma budaya dan agama yang dianut.
2) Pandangan masyarakat setempat tentang gangguan jiwa.
b) Kegiatan ibadah, tanyakan hal berikut :
1) Bagaimana kegiatan ibadah klien saat di rumah, baik secara individu
maupun kelompok.
2) Pendapat klien/keluarga tentang kegiatan ibadah.
j. Status Mental
a) Penampilan
Data ini didapat dari hasil observasi perawat/keluarga.
1) Penampilan tidak rapi jika dari ujung rambut sampai ujung kaki ada yang
tidak rapi. Misal : rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat, resleting
tidak dikunci, baju dipakai terbalik, baju tidak pernah ganti.
2) Penggunaan pakaian tidak sesuai, misal : pakaian dalam dipakai di luar
baju.
3) Cara berpakaian tidak tepat (waktu, tempat, identitas, situasi/kondisi).
Jelaskan tampilan klien saat di observasi dan kondisi lain yang tidak
tercantum.
b) Pembicaraan
15
Amati pembicaraan saat wawancara dengan klien apakah cepat, keras,
gagap, membisu, apatis, dan/atau lambat. Kotak inkoheren di beri tanda “√”
apabila pembicaraan klien berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat
yang lain yang tidak ada kaitannya.
Jelaskan keadaan berbicara klien saat wawancara, tulis masalah
keperawatan sesuai data yang didapat saat wawancara.
c) Aktivitas motorik
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat/keluarga. Lesu, tegang,
gelisah sudah jelas. Agitasi : Gerakan motoric yang menunjukkan
kegelisahan. TIK : Gerakan-gerakan kecil yang tidak terkontrol pada otot
muka. Grimasen : Gerakan otot muka yang tidak terkontrol dan berubah-
ubah. Tremor : jari-jari yang tampak gemetar ketika klien menjulurkan
tangan dan merentangkan jari-jari. Kompulsif : kegiatan yang dilakukan
berulang-ulang, seperti : cuci muka berulang kali, cuci tangan, mandi,
mengeringkan tangan, dll.
Jelaskan aktivitas motorik yang ditampilkan klien dan kondisi lain yang
tidak tercantum.
d) Alam perasaan
Data ini diperoleh dari hasil observasi perawat/keluarga. Sedih, putus asa,
gembira yang berlebihan sudah jelas. Ketakutan : objek yang ditakuti sudah
jelas.

e) Afek
Data ini diperoleh dari hasil observasi perawat/keluarga.
1) Datar : Tidak ada perubahan raut muka saat ada stimulus yang
menyenangkan atau menyedihkan.
2) Tumpul : Hanya bereaksi saat ada srimulus emosi yang kuat.
3) Labil : Emosi yang cepat berubah-ubah.
4) Tidak sesuai : emosi yang tidak sesuai atau bertentangan dengan
stimulus yang ada.
f) Interaksi selama wawancara
Data ini diperoleh dari hasil wawancara dan observasi perawat dan keluarga.
1) Bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung sudah jelas.
2) Kontak mata kurang : Klien tidak mau menatap lawan bicaranya.
16
3) Defensif : Selalu berusaha untuk mempertahankan
pendapat dan kebenaran dirinya.
4) Curiga : Menunjukkan sikap atau perasaan tidak percaya
pada orang lain.
5) Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
6) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang tercantum.
g) Persepsi
1) Halusinsi : jenis-jenis halusinasi sudaah jelas, kecuali menghidung sma
dengan penciuman.
2) Jelaskan isi halusinasi dan frekuensi gejala yang terlihat pada saat klien
halusinasi.
3) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada.
h) Proses berpikir
Data diperoleh dari hasil observasi saat wawancara.
1) Sirkumtansial : Pembicaraan yang berbelit-belit tetapi sampai
ke tujuan pembicaraannya.
2) Tangensial : Pembicaraan yang berbelit-belit tetapi tidak
sampai ke tujuan pembicaraannya.
3) Kehilangan asosiasi : Pembicaraan tidak berhubungan antara kalimat
satu dengan kalimat lainnya dan klien tidak menyadarinya.
4) Flight of ideas : Pembicaraan meloncat dari satutopik ke topik lainnya,
masih ada hubungan yang tidak logis, dan tidak sampe ke tujuan
pembicaraannya.
5) Blocking : Pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan
eksternal kemudian dilanjutkan kembali.
6) Perseverasi : Pembicaraan yang diulang-diulang.
Jelaskan apa yang dikatakan klien saat wawancara. Masalah keperawatan
ditulis sesuai data yang diperoleh.
i) Isi pikir
Data diperoleh dari hasil saat wawancara.
1) Obsesi : Pikiran yang selalu muncul walaupun klien
selalu berusaha untuk menghilangkannya.
2) Fobia : Ketakutan berlebihan (yang patologis/tidak
logis) pada objek/situasi tertentu.
17
3) Hipokondria : Keyakinan terhadap adanya gangguan organ
dalam tubuh yang sebenarnya tidak ada.
4) Depersonalisasi : Perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri,
orang, atau lingkungan.
5) Ide yang terkait : Keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi
di lingkungan dan terkait pada dirinya.
6) Pikiran magis : Keyakinan klien tentang keyakinannya
melakukan hal-hal mustahil/di luar kemampuannya.
j) Waham
1) Agama : Keyakinan klien yang berlebihan pada suatu agama dan
diucapkan berulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
2) Somatik : Klien memiliki keyakinan tentang tubuhnya dan
diucapkan berulng kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
3) Kebesaran : Klien memiliki keyakinan berlebihan terhadap
kemampuannya yang disampaikan berulang kali tetapi tidak sesuai
kenyataan.
4) Curiga : Klien memiliki keyakinan bahwa ada
seseorang/kelompok yang berusaha untuk merugikan/mencederai dirinya
yang disampaikan berulang kali dan tidak sesuai kenyataan.
5) Nihilistik : Klien yakin bahwa dirinya sudah tidk ada di
dunia/meninggal yang dikatakan berulang kali dan tidak sesuai
kenyataan.
6) Siar pikir : Klien yakin bahwa orang lain tahu apa yang dia pikirkan
walaupun dia tidak menyatakan pada orang tersebut yang dikatakan
berulang kali dan tidak sesuai kenyataan.
7) Sisip pikir : Klien yakin ada ide pikir orang lain yang disisipkan di
dalam pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan.
8) Kontrol pikir : Klien meyakini bahwa pikirannya dikontrol oleh
kekuatan dari luar.
Jelaskan apa yang dikatakan klien.
k) Tingkat kesadaran

18
Data diperoleh dari hasil observasi dengan cara mengukur dari kesadaran
dan respon seseorang saat wawancara. Dengan demikian maka tentu kondisi
tingkat kesadaran seseorang tidak selalu berada dalam kondisi normal.
l) Disorientasi
Data diperoleh dari hasil observasi saat wawancara untuk mengetahui
kehilangan daya mengenal lingkungan, terutama berhubungan dengan
waktu, tempat dan orang.
m) Memori
Data diperoleh dari hasil observasi saat wawancara kemampuan individu
untuk menyimpan, memproses dan memunculkan kembali pengalaman
ataupun informasi yang telah didapatkan individu tersebut pada masa lalu.
n) Tingkat konsentrasi & berhitung
Data diperoleh dari hasil observasi saat wawancara klien mampu
berkonsentrasi dan berhitung dengan tepat.
o) Kemampuan penilaian
Data diperoleh dari hasil observasi saat wawancara, apakah klien dapat
memilih prioritas keputusan yang tepat atau tidak.
p) Daya tilik diri
Data diperoleh dari haasil observasi saat wawancara kemampuan klien
dalam menghayati (menyadari) tentang sifat sesuatu gangguan yang terjadi
pada dirinya.
k. Kebutuhan persiapan pulang
a) Makan
b) BAB/BAK
c) Mandi
d) Berpakaian/berhias
e) Kebersihan diri
Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum. Masalah keperawatan ditulis sesuai
dengan data yang diperoleh
f) Istirahat dan tidur :
Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum. Masalah keperawatan ditulis sesuai
dengan data yang diperoleh.
g) Penggunaan obat
h) Pemeliharaan Kesehatan
19
i) Perawatan lanjutan
j) System pendukung
k) Kegiatan di dalam rumah
l) Kegiatan di luar rumah
Jelaskan hal-hal yang tidak tercntum. Masalah keperawatan ditulis sesuai
dengan data yang diperoleh.
l. Mekanisme koping
Menginvestasi upaya sadar seseorang, untuk memecahkan masalah pribadi dan
antar pribadi, untuk mencoba menguasai, meminimalkan atau mentolerir stress dan
konflik psikologis.
m. Masalah psikososial dan lingkungan
Data diperoleh melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap masalah
yang dimiliki pasien bei uraian, singkat, dan jelas
n. Pengetahuan kurang
Data diperoleh melalui wawancara pada klien. Pada tiap item yang dimiliki oleh
klien simpulkan dalam masalah.
o. Aspek medik

2. Analisa data
Data Etiologi Diagnosa
Data subjektif Penilaian internal maupun Harga diri rendah
Klien dan keluarga eksternal individu yang
mengungkapkan tentang : negatif
a. Hal negatif dari diri
sendiri atau orang lain. Mekanisme koping
maladaptif
b. Perasan tidak mampu.
c. Pandangan hidup yang
Harga diri rendah
pesimis.
d. Penolakan terhadap
kemampuan diri.
Gangguan prespsi sensorik

20
Data objektif
a. Penurunan
produktifitas.
b. Tidak berani menatap
lawan bicara
c. Lebih banyaak
menundukan kepala
saan berinteraksi.
d. Bicara lambat dengan
nada suara lemas.
Data subjektif : Ketidakefektifan koping Isolasi sosial
Klien atau keluarga individu
mengungkapkan tentang
a. Ingin sendiri. Harga diri rendah
b. Menarik diri.
c. Adanya permusuhan.
Isolasi sosial
d. Merasa tidak aman
ditempat umum. Gangguan presepsi
e. Perasaan berbeda dari sensorik
orang lain.
Data objektif:
a. Riawayat ditolak.
b. Tidak ada kontak mata.
c. Terlihat sedih.
Data subjektif: Ketidakefektifan koping Resiko bunuh diri
Klien atau keluarga individu
mengungkapkan tentang
a. Isolasi sosial. Putus asa
b. Kesepian.
c. Putus asa.
Resiko bunuh diri
d. Tidak berdaya.
e. Mengatakan keinginan
Kematian
untuk mati.

21
Data objektif
a. Tidak ada kontak mata.
b. Adanya Riwayat
dibully

3. Diagnose keperawatan
Diagnose keperawatan jiwa yang mungkin muncul pada klien dengan trauma bullying
adalaah sebagai berikut:
a. Harga diri rendah
b. Isoalasi sosial
c. Resiko bunuh diri
4. Intervensi keperawatan
a. Intervensi harga diri rendah
Tujuan pada klien :
1) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
2) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3) Klien dapat menetapkan atau memilih kegiatan sesuai kemampuan.
4) Klien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatih.

Tindakan keperawatan pada klien :


1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
klien.
2) Membantu klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3) Membantu klien dapat memilih atau menetapkan kegatan sesuai
kemampuan.
4) Melatih kegiatan klien yang sudh dipilih sesuai kemampuan.
5) Membantu klien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya.
Tujuan pada keluarga :
1) Keluarga dapat membantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
2) Keluarga menfasilitasi aktifitas klien yang sesuai kemampuan.
3) Keluarga memotivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan latihan
yang dilakukan.

22
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan klien.
Tindakan keperawatan pada keluarga:
1) Diskusi dengan keluarga tentang kemampuan yang dimiliki klien.
2) Anjurkan memotivasi klien agar menunjukan kemampuan yang dimiliki.
3) Anjurkan keluarga untuk memotivasi klien dalam melakukan kegiatan yang
sudah dilakukan klien dengan perawat.
4) Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan perubahan perilkau klien.
b. Intervensi isolasi sosial
Tujuan klien :
1) Membina hubungan saling percaya.
2) Menyadari penyebab isolasi sosial.
3) Berinteraksi dengan orang lain.
Tindakan keperawatan pada klien :
1) Membina hubungan saling percaya.
2) Membantu klien menyadari perilaku isolasi sosial.
3) Melatih klien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
Tujuan pada keluarga :
1) Setelah Tindakan keperawatan, keluarga mampu merawat klien isolasi sosial
dirumah
Tindakan keperawatan pada keluarga :
1) Melatih keluarga merawat klien isoalasi solasi sosial
c. Intervensi resiko bunuh diri
Tujuan pada klien :
1) Klien tetap aman dan selamat
Tindakan keperawatan pada klien :
1) Menemani klien terus menerus samapai dia dapat dipindahkan ke tempat yang
aman.
2) Menjauhkan semua benda yang berbahaya.
3) Memeriksa pasien apakah benar-benar meminum obatnya, jikan klien
mendspatkan obat.
4) Menjelaskan dengan lembut pda pasien bahwa anda akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri.
Tujuan pada keluarga :

23
1) Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam atau
mencoba bunuh diri.
Tindakan keperawatan pada keluarga :
1) Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi klien serta jangan pernah
meningggalkan klien sendirian.
2) Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang barang
berbahaya.
3) Mendiskusi dengan kelurga untuk tidak sering melamun sendiri.
4) Menjelaskan pada keluarga pentingnya klien minum obat secara teratur.
5. Implementasi keperawatan
Sebelum Tindakan keperawatan diimplementasikan perawat perlu
menvalidasiapakah rencana Tindakan yang ditetapkan masih sesuai dengan kondisi
klien saat ini. Perawat perlu mengevaluasi diri apakah mempunyai kemampuan
interpersonal, intelektual, dan teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan.
Setelah tidak ada hambatan lagi, maka Tindakan keperawatan bisa diimplementasikan.
Saat memulaiuntuk implementasi Tindakan keperawatan, perawat harus membuat
kontrak dengan pasien dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta
pasien yang diharapkan. Kemudian penting untuk diperhatikan terkait dengan standar
Tindakan yang telah ditentukan dan aspek legal yaitu mendokumentasikan apa yang
telah dilaksanakan.

6. Evaluasi
a. Evaluasi harga diri rendah
Evaluasi pasien
1) Kemampuan yang diharapkan dari pasien.
2) klien dapat mengungkapkan kemampuan daan aspek positif yang dimiliki klien.
3) Klien dapat membuat rencana kegiatan harian.
4) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
Kemampuan yang diharapkan dari keluarga
1) Keluarga membantu klien dlam melakukan aktifitas.
2) Keluarga memberikan pujian pada pasien terhadapa kemampuannya
melakukan aktifitas.
b. Evaluasi isolasi sosial

24
Kemampuan klien
1) Klien menunjukan rasa percayanya kepada saudara sebagai perawat dengan
ditandai oleh klien mau berkerja sama secara aktif dalam melaksanakan program
yang saudara usulkan kepada klien.
2) Klien mengugkapkan hal-hal yang menyebabkan tidak mau bergaul dengan
orang lain, kerugian tidak mau bergaul, dan unungan bergaul dengan orang lain.
3) Klien menunjukan kemajuan dalam berinterksi dengan orang lain secara
bertahap.
Kemampuan keluarga
1) Keluarga ikut bekerjasama merawat klien sesuai anjuran yang diberikan
perawat.
c. Evaluasi resiko bunuh diri
1) Untuk klien yang memberikan ancaman atau mencoba melkukan percobaan
bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatn, ditandai dengan keadaan klien
yang tetap aman dan selamat.
2) Untuk keluarga klien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan
bunuh diri, keberhasihan asuhan keperawatan ditandai dengan kemampuan
keluarga berperan serta dalam melindungi anggota keluarga yang mengancam
atau mencoba bunuh diri.
3) Untuk klien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasialan asuhan
keperawatan ditandai dengan hal berikut:
a) Klien mampu mengungkapkan perasaannya.
b) Klien mampu meningkatkan harga dirinya.
c) Klien mampu menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik.
4) Untuk keluaarga klien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan asuhan
keperawatan ditandai dengan kemampuan keluarga dalam meraat klien dengan
resiko bunuh diri, sehingg keluarga mampu melakuakn hal berikut:
a) Keluarga mampu menyebutkaan kembali tanda dan gejala bunuh diri.
b) Keluarga mampu memperagakan kembali cara-cara melindungi anggota
keluarga yang beresiko bunuh diri.
c) Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia dalam
merawat anggota keluarga yang beresiko bunuh diri

25
BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan
sebagai berikut:

2. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bullying adalah bentuk tindakan
atau perilaku negatif, agresif seperti mengganggu, menyakiti atau melecehkan yang
dilakukan secara sadar, sengaja dengan cara berulang-ulang oleh seseorang atau
sekelompok orang untuk menyebabkan ketidaksenangan atau menyakiti orang lain
secara berulang kali. Dan bullying ini sifatnya mengganggu orang lain karna

26
dampak dari perilaku negatif yang kini sedang popular dikalangan masyarakat ini
adalah ketidaknyamanan orang lain atau korban bullying.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Bullying meliputi faktor keluarga
menjadi penyebab timbulnya perilaku bullying dikalangan peserta didik, sebab
keluarga khususnya pelaku bullying tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang
dari orang tuanya. Mereka cenderung mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari
orang tua. Sehingga mereka mencontoh apa yang mereka lihat dari orang tua. Faktor
teman sebaya juga memiliki peran yang besar sebagai penyebab bullying karena
sebagian besar waktu yang mereka miliki dihabiskan bersama teman-
temannya.Lingkungan pergaulan pelaku bullying memiliki peran penting dalam
tindakan bullying yang ia lakukan, karena 2 pelaku cenderung mengikuti apa yang
dilakukan teman-temannya.faktor media massa Tayangan yang sering dinikmati
oleh pelaku didalamnya banyak mengandung unsur-unsur kekerasan sehingga
mempengaruhi perilaku si anak.

2. Saran
Dari kesimpulan hasil penelitian diatas, dapat diajukan beberapa saran sebagai beirkut:

1. Bagi sekolah, hendaknya lebih menambah pengawasan dengan berkeliling


sekolah dijam-jam tertentu dan temppat-tempat tertentu yang berpotensi
terjadinya bullying.
2. Bagi guru, hendaknya lebih tanggap terhadap perilaku bullying dalam bentuk yang
kecil ataupun besar agar tidak sampai menimbulkan korban.
3. Bagi guru BK, hendaknya mencatat setiap kasus-kasus bullying yang terjadi
disekolah sebagai catatan untuk penanganan tindakan yang tepat dalam
menangani kasus-kasus tersebut.
4. Bagi orang tua hendaknya menjadi panutan yang bersifat positif bagi anak serta
menciptakan hubungan yang hangat antar keluarga

27
DAFTAR PUSTAKA
Sari, N. Y., & Maryuni, S. (2020). Peningkatan harga diri melalui intervensi Cognitive
behavioral therapy pada remaja korban bullying. Holistik Jurnal Kesehatan, 13(4), 270–
277. https://doi.org/10.33024/hjk.v13i4.1561
Dwipayanti, & Surya, I. A. (2014). Hubungan antara tindakan bullying dengan prestasi
belajar anak korban bullying pada tingkat sekolah dasar, 251-260

Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif , dan R&D . Bandung:


ALFABETA.
Wiyani, N. A. (2012). Save Our Children FromSchool Bullying . Jakarta: Ar-Ruzz Media.
Wulandari, A. (2014). Karakteristik Pertumbuhan Perkembangan Remaja DanImplikasinya
Terhadap Masalah
Kesehatan Dan Keperawatannya. Jurnal Keperawatan Anak , 2 (1).

28
Purwaningsih, S., & Mega, I. (2017). Hubungan Perundungan (Bullying) Dengan Kepercayaan
Diri Siswa
Kelas X SMA Muhammadiy 11 Karanganyar. Undergraduate Thesis . Surakarta: Institut Islam
NegeriSurakarta.
Riauskina, I. I., Djuwita, R., & Soesetio, S. R. (2005). "Gencet-gencetan” Di Mata Siswa/Siswi
Kelas 1 SMA:
Rosen, L. H., DeOrnellas, K., & Scott, S. R. (2007). Bullying in School: Perspectives from
School Staff,
Students, and Parents . Texas: Springer.
Skrzypiec, G., Slee, P. T., Askell-Williams, H., & Lawson, M. J. (2012). Associations between
types of
involvement in bullying, friendships and mental health status. Emotional and Behavioural
Difficulties ,
17 (3–4), 259–272. https://doi.org/10.1080/13632752.2012.704312

29

Anda mungkin juga menyukai