Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL

“FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERAN


PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TINDAKAN BULLYING PADA
REMAJA ”
Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode Penelitian

Di Susun Oleh :
1. Dary Luqman Ul Hakim (1803024)
2. Dewi Melawati (1803026)
3. Dewi Yulinda Kartika (1803028)
4. Dicky Candra Kusuma (1803030)
5. Dinda Nuraini A.A (1803032)
6. Dwi Febri Sulistyawati N. (1803034)
7. Dyah Ayu Fidayanti (1803036)
8. Eka Nur Janah (1803038)
9. Fegi Mentari Putri E. (1803040)

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas rahmatnya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini yang membahas tentang “Peran Perawat yang
Berpengaruh Dalam Faktor-Faktor Pencegahan Tindakan Bullying pada Remaja”.

Terima kasih kami ucapkan kepada para pengajar atas bimbingan dan pendidikan
yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Proposal ini merupakan hasil diskusi kelompok kami dengan Peran Perawat yang
Berpengaruh Dalam Faktor-Faktor Pencegahan Tindakan Bullying pada Remaja.
Pembahasan di dalamnya kami dapatkan dari kuliah, browsing internet dan
diskusi dari anggota.

Dengan pemahaman berdasarkan pokok bahasan Peran Perawat yang


Berpengaruh Dalam Faktor-Faktor Pencegahan Tindakan Bullying pada Remaja.
Kami sadari proposal ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaannya.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan
pelajaran bagi teman-teman dan kami khususnya.

Semarang, 24 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Fokus Penelitian.....................................................................................................3
C.. Rumusan Masalah..................................................................................................3
D. Tujuan Penelitian...................................................................................................4
E. Manfaat Penelitian.................................................................................................4
F. Originalitas Penelitian............................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................8
A. Tinjauan Teori........................................................................................................8
1. Definisi Bullying................................................................................................8
2. Jenis –Jenis Bullying..........................................................................................9
3. Karakteristik Remaja Korban Bullying............................................................10
4. Faktor Penyebab Bullying................................................................................12
5. Bentuk – bentuk bullying pada Remaja...........................................................14
6. Dampak Bullying terhadap Remaja..................................................................15
7. Peran Perawat Dalam Pencegahan Bullying.....................................................16
B. Kerangka Teori.....................................................................................................17
BAB III...........................................................................................................................18
METODE PENELITIAN..............................................................................................18
A. Desain Penelitian..................................................................................................18
B. Tempat & Waktu Penelitian.................................................................................19
C. Definisi Istilah......................................................................................................19
D. Partisipan..............................................................................................................20
E. Instrumen Penelitian.............................................................................................21

ii
F. Uji Keabsahan data...............................................................................................22
G. Teknik Pengumpulan Data...................................................................................23
H. Analisa Data.........................................................................................................24
I. Etika Penelitian....................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bullying berasal dari kata (bully) yang artinya menggertak atau
mengganggu. Bullying adalah tindakan agresi yang di lakukan berupa
kekerasan fisik, verbal, atau psikologis yang sengaja dilakukan oleh orang
lain atau sekelompok orang yang merasa kuat atau berkuasa bertujuan untuk
menyakiti seseorang atau sekelompok orang yang merasa tidak berdaya
(Trevi, 2010). Bullying atau pelecehan dapat terjadi lewat kata – kata atau
perbuatan yang bertujuan untuk membuat mental lawannya jatuh atau
tertekan. Tujuan lain adalah untuk mengontrol seseorang lewat kata – kata
yang menghina, dan engancam (Sugijokanto, 2014). [ CITATION Yun19 \l 1033 ]

Remaja merupakan salah satunya korban dari bullying. Fenomena


perilaku bullying pada remaja merupakan bagian dari kenakalan remaja yang
sering terjadi pada masa- masa remaja, dikarenakan masa ini remaja memiliki
egosentrisme yang tinggi. Remaja yang sering menerima tindakan bullying
seringkali mengalami tidak percaya diri, tidak nyaman berada di sekolah,
takut, rendah diri, penurunan prestasi akademik, sulit berkonsentrasi bahkan
sempat berkeinginan untuk bunuh diri (Priyatna, 2010). [ CITATION Wen18 \l
1033 ].

Pada tahun 2016 UNICEF melakukan riset pada 100.000 remaja di 18


negara terkait bullying. Hasilnya 67% dari mereka mengatakan pernah
mengalami bullying, 25% mengatakan di bully karena penampilan fisiknya,
25% karena jenis kelamin dan 25% karena etnis atau negara asal mereka
(UNICEF, 2016). Statistik di Amerika Serikat terkait bullying menunjukkan
bahwa 28% siswa kelas 6 hingga 12 mengaku pernah di bully, 30% remaja
mengaku melakukan bullying terhadap orang lain, 70% mengaku pernah

1
melihat bullying di sekolah dan 70% staf sekolah juga mengaku pernah
melihat bullying (Gomez, 2016). [ CITATION Wen18 \l 1033 ].

Komisi Nasional Perlindungan Anak menemukan bahwa kasus


kekerasan terhadap anak paling banyak dilakukan oleh orang tua kandung
(44,3%), teman (25,9%), tetangga (10,9%), orang tua tiri (9,8%), guru (6,7%)
dan saudara (2%), sedangkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI) sepanjang tahun 2014, sangat miris melihat adanya 19 kasus bullying
di sekolah. Jumlah ini berdasarkan pengaduan langsung melalui media dan
melalui surat elektronik, mulai dari ejekan hingga perlakuan kasar yang
menyebabkan luka fisik (KPAI, 2014). Bullying dapat terjadi selama atau
setelah jam-jam sekolah, sementara kebanyakan dari kasus yang dilaporkan
mengatakan bullying biasa terjadi di dalam gedung sekolah, di tempat
bermain dan di dalam bus. Bullying dapat terjadi disaat perjalanan menuju
atau kembali dari sekolah, di lingkungan, ataupun di warnet (Sejiwa, 2008).

Upaya untuk meningkatkan pengetahuan pada remaja tentang bullying yaitu


dengan pemberian pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan
serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari
individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku
hidup sehat. Pendidikan kesehatan dapat diberikan dengan berbagai metode,
antara lain: ceramah, diskusi, pemberian leaflet, booklet ataupun praktek
langsung terkait dengan kebutuhan pada remaja. Pendidikan kesehatan yang
diberikan dapat memperkecil ketidaktahuan remaja dalam tahap
perkembangan psikososial sehingga tidak terjadi perilaku yang menyimpang.
[ CITATION Liv18 \l 1033 ].

Perawat yang berperan sebagai pendidik dan pemberi informasi mempunyai


tanggung jawab untuk memfasilitasi remaja dalam memperoleh informasi dalam
bentuk pendidikan kesehatan, sehingga kenakalan pada masa remaja seperti
bullying dapat dihindari (Notoatmodjo, 2010). Peran perawat di sekolah salah

2
satunya memberikan skrining terhadap kondisi kesehatan dan merujuk. Skrining
kesehatan dapat menurunkan efek negatif dari masalah kesehatan dengan
mengidentifikasi siswa yang mempunyai masalah kesehatan potensial secara dini
dan merujuk mereka untuk menerima pengobatan yang sesuai (Gini, 2009).
[ CITATION Liv18 \l 1033 ]

A. Fokus Penelitian

Segala bentuk penelitian ilmiah fenomena sosial dirancang untuk


kesempurnaan suatu deskripsi permasalahan sosial. Penelitian dibutuhkan
untuk memberi manfaat yang signifikan dalam suatu realita sosial yang pada
penelitian ini difokuskan pada tindakan bullying. Maka dari itu, kegunaan atau
manfaat dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Teoretis
Secara teoretis kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran bagi peneliti dan pengembangan ilmu kesejahteraan
sosial, terutama untuk mengetahui dan mempelajari serta mengembangkan
pengetahuan tentang resiliensi remaja korban bullying.
2. Praktis
Secara praktis kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan dan rekomendasi sebagai bentuk pemecahan masalah-masalah
yang berkaitan dengan resiliensi remaja korban bullying di Indonesia pada
umumnya

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi bullying?
2. Apa jenis- jenis bullying?
3. Bagaimana karakteristik remaja korban bullying ?
4. Apa faktor penyebab bullying pada remaja ?
5. Apa saja bentuk-bentuk bullying pada remaja ?
6. Apa dampak dari bullying pada remaja ?

3
7. Bagaimana peran perawat untuk mencegah bullying pada remaja ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah peran perawat yang berpengaruh
dalam faktor-faktor pencegahan tindakan bullying pada remaja.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasidefinisi bullying
b. Mengidentifikasi jenis –jenis bulying
c. Mengidentifikasi karakteristik korban bullying pada remaja.
d. Mengidentifikasi faktor penyebab bullying pada remaja.
e. Mengidentifikasi bentuk- bentuk bullying pada remaja
f. Mengidentifikasi dampak bullying pada remaja.
g. Mengidentifikasi peran perawat dalam pencegahan bullying pada
remaja

D. Manfaat Penelitian
1. Ilmu Keperawatan
Penelitian ini dapat menjadi referensi dalam penelitian yang akan dating
serta dapat menambah wawasan dalam bidang ilmu keperawatan jiwa,anak
maupun keluarga. Serta diharapkan dapat menambah teori yang sudah ada
mengenai bagaimana faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peran
perawat dalam pencegahan tindakan bullying kepada anak remaja.
2. Penelitian
Penelitian ini juga diharapkan agar menambah wawasan keilmuan serta
metodologi penelitian yang baik dan benar, dan bisa memberi dan menjadi
pengalaman untuk penelitian pemula.

4
E. Originalitas Penelitian
Nama tahun & Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
Judul penelitian

Athi’ Linda Penelitian ini ingin Penelitian ini Variable


Yani, 2016. menggali makna menghasilkan tujuh sebelumnya
Eksplorasi pengalaman santri tema berdasarkan Eksplorasi
fenomena yang menjadi analisis tematik fenomena korban
korban bullying korban bullyingdi dengan bullying pada
pada kesehatan lingkungan pengumpulan data, kesehatan jiwa
jiwa remaja di pesantren membaca transkip remaja di
pesantren. menggunakan wawancara, pesantren.
desain kualitatif pemilihan kata kunci Variabel sekarang
dengan pendekatan dari kalimat faktor-faktor yang
fenomenologi partisipan, mencari berpengaruh
interpretif yang tema penelitian terhadap peran
menjadi ciri khas dengan melalui perawat dalam
dari metode ini penentuan kategori pencegahan
adalah menjadi sub-sub tindakan bullying
menginterprestasik tema, dari pada remaja.
an, memaknai, dan pengelompokan sub-
memahami lebih sub tema yang
detail terhadap sejenis akan
fenomena yang membentuk sub
terjadi (Polit & tema yang akan
Beck, 2010).Lokasi membentuk tema
penelitian terletak penelitian. delapan
di salah satu tema yang dihasilkan
Pondok Pesantren menggambarkan
yangada fenomena
diJombang, Waktu bullyingyang terjadi
pelaksanaan di pesantren yaiyu ;

5
penelitian (1) bullyingdipahami
dilakukan pada sebagai pertentangan
bulan 5 April 2016. yang tidak pernah
usai, (2)
bullyingdipahami
sebagai tindakan
mengganggu, (3)
partisipan mendapat
perilaku yang
menyakitkan dari
senior kepada junior,
(4) partisipan merasa
tertekan , (5)
partisipan merasa
kehilangan motivasi,
(6) partisipan
berusaha
mengamankan diri,
(7)mencari
pertolongan, (8)
tidak menyelesaikan
masalah.

Arifa Penelitian ini untuk Penelitian ini Variabel


Retnowuni, menggali menghasilkan empat sebelumnya
2019. pengalaman santri tema berdasarkan Pengalaman santri
Pengalaman yang mengikuti analisis tematik mengikuti progam
santri mengikuti progam GPM dengan GPM (gerakan
progam GPM (Gerakan Pondok pengumpulan data, pondok
(gerakan pondok Menyenangkan) membaca transkip menyenangkan)
menyenangkan) terhadap perilaku wawancara, terhadap perilaku
terhadap bullying pemilihan kata kunci bullying

6
perilaku bullying dipesantren. dari kalimat dipesantren.
dipesantren. Menggunakan partisipan, mencari Variabel sekarang
desain kualitaif tema penelitian faktor-faktor yang
dengan pendekatan dengan melalui berpengaruh
fenomenologi penentuan kategori terhadap peran
diskriptif. Peneliti menjadi sub-sub perawat dalam
ingin tema, dari pencegahan
menggambarkan pengelompokan sub- tindakan bullying
bagaimana sub tema yang pada remaja.
pengalaman santri sejenis akan
setelah mengikuti membentuk sub
progam GPM tema yang akan
terhadap perilaku membentuk tema
bullying serta dan penelitian. Empat
memahami lebih tema dalam
detai lterhadap penelitian ini adalah:
fenomena yang (1) saling
terjadi menghargai, (2)
(Pollit&Beck,2010. memberikan
Waktu pelaksanaan bantuan, (3)
dilakukan pada meningkatkan
bulan April 2019. motivasi, (4)
perasaan senang.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Definisi Bullying
Kata bullying berasal dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata bull
yang berarti banteng yang senang merunduk kesana kemari. Dalam
Bahasa Indonesia, secara etimologi kata bully berarti penggertak, orang
yang mengganggu orang lemah. Sedangkan secara terminology
menurut Definisi bullying menurut Ken Rigby dalam Astuti (2008 ; 3,
dalam Ariesto, 2009) adalah “sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini
diperlihatkan ke dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi
ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau sekelompok yang
lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan
dengan perasaan senang”.
Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku kekerasan dimana terjadi
pemaksaan secara psikologis ataupun fisik terhadap seseorang atau
sekelompok orang yang lebih “lemah” oleh seseorang atau sekelompok
orang. Pelaku bullying yang biasa disebut bully bisa seseorang, bisa
juga sekelompok orang, dan ia atau mereka mempersepsikan dirinya
memiliki power (kekuasaan) untuk melakukan apa saja terhadap
korbannya. Korban juga mempersepsikan dirinya sebagai pihak yang
lemah, tidak berdaya dan selalu merasa terancan oleh bully. (Jurnal
Pengalaman Intervensi Dari Beberapa Kasus Bullying, Djuwita, 2005 ;
8, dalam Ariesto 2009). [ CITATION ELA17 \l 1033 ]

8
2. Jenis –Jenis Bullying
Bullying juga terjadi dalam beberapa bentuk tindakan. Menurut
Coloroso (2007), bullying dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Bullying Fisik
Penindasan fisik merupakan jenis bullying yang paling tampak dan
paling dapat diidentifikasi diantara bentuk-bentuk penindasan
lainnya, namun kejadian penindasan fisik terhitung kurang dari
sepertiga insiden penindasan yang dilaporkan oleh siswa.
Jenis penindasan secara fisik di antaranya adalah memukul,
mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, memiting,
mencakar, serta meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang
menyakitkan, serta merusak dan menghancurkan pakaian serta
barang-barang milik anak yang tertindas. Semakin kuat dan semakin
dewasa sang penindas, semakin berbahaya jenis serangan ini, bahkan
walaupun tidak dimaksudkan untuk mencederai secara serius.
b. Bullying Verbal
Kekerasan verbal adalah bentuk penindasan yang paling umum
digunakan, baik oleh anak perempuan maupun anak laki-laki.
Kekerasan verbal mudah dilakukan dan dapat dibisikkan dihadapan
orang dewasa serta teman sebaya, tanpa terdeteksi. Penindasan
verbal dapat diteriakkan di taman bermain bercampur dengan hingar
binger yang terdengar oleh pengawas, diabaikan karena hanya
dianggap sebagai dialog yang bodoh dan tidak simpatik di antara
teman sebaya.
Penindasan verbal dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik
kejam, penghinaan, dan pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan
seksual atau pelecehan seksual. Selain itu, penindasan verbal dapat
berupa perampasan uang jajan atau barang-barang, telepon yang
kasar, e-mail yang mengintimidasi, surat-surat kaleng yang berisi
ancaman kekerasan, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk
yang keji, serta gosip.

9
c. Bullying Relasional
Jenis ini paling sulit dideteksi dari luar. Penindasan relasionaladalah
pelemahan harga diri si korban penindasan secara sistematis melalui
pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau penghindaran.
Penghindaran, suatu tindakan penyingkiran, adalah alat penindasan
yang terkuat. Anak yang digunjingkan mungkin akan tidak mendengar
gosip itu, namun tetap akan mengalami efeknya. Penindasan relasional
dapat digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman
atau secara sengaja ditujukan untuk merusak persahabatan. Perilaku
ini dapat mencakup sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan yang
agresif, lirikan mata, helaan napas, bahuyang bergidik, cibiran, tawa
mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.
d. Cyber bullying
Ini adalah bentuk bullying yang terbaru karena semakin
berkembangnya teknologi, internet dan media sosial. Pada intinya
adalah korban terus menerus mendapatkan pesan negative dari pelaku
bullying baik dari sms, pesan di internet dan media sosial lainnya.
[ CITATION ELA17 \l 1033 ]

3. Karakteristik Remaja Korban Bullying


Karakteristik korban bullying adalah penampilan mereka yang
berbeda atau yang memiliki kebiasaan yang berbeda dalam berperilaku
sehari-hari. Sebagian anak menjadi target bullying karena berasal dari
latar belakang etnik, keyakinan, ataupun budaya yang bereda dari
kebanyakan anak di lingkungan tersebut. Karakteristik internal yaitu
anak-anak yang memiliki jenis kepribadian pasif dan submisif. Anak-
anak ini cenderung tidak mampu untuk mempertahankan diri mereka dan
hak mereka, walaupun dalam situasi menjadi target bullying. Respon
pasif saat menjadi korban bullying menjadikan korban bullying terus
menerus menjadi korban dalam waktu yang lama (Hidayati 2012).

10
Hasil penelitian yang pernah di lakukan oleh Rompas (2018)
terdapat hubungan antara bullying dengan kepercayan diri pada remaja di
SMP Negeri 10 Manado. Hasil studi pendahuluan yang di lakukan
dengan wawancara 10 siswa, siswa mengatakan sering di panggil
temannya tidak dengan nama sendiri melainkan dengan nama orang tua,
ada yang memiliki tubuh kurang tinggi dan gemuk sering jadi bahan
tertawaan teman-temannya, ada yang pernah di todong uang jajan. Reaksi
siswa yang pernah mengalami bullying tersebut ada yang menjadi
pendiam, ada yang jengkel dan ada yang merasa tubuhnya tidak menarik
lagi. Hal tersebut selaras dengan penelitian (Zakiyah, Humaedi,
&Santoso (2017) menjelaskan bahwa perilaku bullying memiliki dampak
dalam masalah kesehatan baik secara fisik seperti sakit kepala, sakit perut
dan ketegangan otot, rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah,
dan penurunan semangat belajar dan prestasi akademis maupun mental
seperti depresi, kegelisahan dan masalah tidur yang mungkin akan
terbawa hingga dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
konsep diri remaja yang pernah mengalami tindakan bullying.[ CITATION
Liy20 \l 1057 ]
Dampak luar biasa dari bullying akan terjadi pada pelaku dan
korban. Pelaku akan memiliki watak keras, dan merasa memiliki
kekuasaan, korban bullying akan merasa cemas, dapat meningkat kearah
depresi yang dapat berakhir dengan bunuh diri. Korban bullyingakan
berkaca dari tindakan apa yang pernah diterima, tindakan ekstrim
lainnya korban akan melakukan balas dendam pada pelaku bullying yang
tentu saja dalam bentuk yang lebih ekstrim. Korban bullying akan
berubah kondisi menjadi pelaku bullying. [ CITATION Rah19 \l 1057 ]

11
Bullying telah diakui sebagai pemicu dari masalah kesehatan bagi anak
sekolah terutama anak pada jenjang sekolah dasar, karena mereka
berhubungan dengan berbagai masalah penyesuaian termasuk kesehatan
mental yang buruk dan perilaku kekerasan. Bullying berpeluang besar
untuk ditiru, siswa yang melakukan bullying bisa terjadi setelah mereka
sendiri pernah mendapatkan perlakuan bullying misalnya pernah disakiti
oleh orang yang lebih kuat, misalnya orang tua, kakak, atau teman sebaya
yang lebih dominan. [ CITATION Rah19 \l 1057 ]

Bullying psikologis dapat identik pada perasaan anak yang


cenderung reflek mengeluarkan apa yang dirasakan dan dia ekspresikan
lewat bahasa tubuhnya. Namun mereka belum dapat merasakan
kesusahan dan kesulitan yang dirasakan atau dialami oleh orang lain.
[ CITATION Pra17 \l 1057 ]

4. Faktor Penyebab Bullying


Perilaku bullying dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut
Hover, dkk (dalam Simbolon, 2012) faktor penyebab terjadinya bullying
adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa
karakteristik kepribadian, kekerasan yang di alami sebagai pengalaman
masa lalu, dan sikap keluarga yang memanjakan anak sehingga tidak
membentuk kepribadian yang matang. Faktor eksternal yang
menyebabkan kekerasan yaitu lingkungan dan budaya.[ CITATION Pra17 \l
1057 ]
Perilaku bullying dapat terjadi akibat dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Menurut Hover,dkk (dalam Simbolon, 2012), faktor penyebab
terjadinya bullying adalah faktor internal dan eksternal. Berdasarkan
tabel 4, hampir setengah dari siswa membully temannya karena hanya
iseng (25,8%). Jika dilihat dari faktor internal, mereka melakukan
bullying untuk merasakan kepuasan tersendiri. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Olweus (dalam Moutappa dkk., 2004)

12
yang mengatakan bahwa perilaku bullying baik itu dengan alasan
tertentu maupun tidak, samasama bertujuan mendominasi korbannya
agar mendapatkan kesenangan atau kepuasan dari tindakan yang
dilakukan terhadap korbannya. Faktor internal lain yang mempengaruhi
siswa untuk melakukan perilaku bullying yaitu kekerasan yang
dialaminya sebagai pengalaman masa lalu. Subjek dalam penelitian ini
mengakui membully karena ingin membalas orang yang membully
(2,7%). Dalam kasus ini, siswa tersebut melakukan perilaku bullying
sebagai bentuk balas dendam. Siswa sebelumnya merupakan korban
bullying yang dilakukan oleh temannya. Disini terjadi perubahan
peranan, dari yang asalnya merupakan korban bullying menjadi pelaku
bullying. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pelaku bullying
mungkin berasal dari korban yang pernah melakukan perlakuan negatif
atau kekerasan dapat dilihat alasan lain siswa membully temannya, yaitu
karena bertubuh gendut (2,3%), pendiam (4,2%), serta kelakuannya yang
aneh (3,1%). Hal ini juga termasuk kedalam faktor internal individu
dimana adanya keinginan siswa untuk melakukan perilaku bullying
terhadap temannya yang memiliki kelakuan atau penampilan fisik yang
berbeda dari yang lain.Selain faktor internal, juga terdapat faktor
eksternal yang memungkinkan anak untuk melakukan perilaku bullying
yaitu faktor keluarga, media dan sekolah. Faktor keluarga misalnya
seperti latar belakang keluarga yang buruk, korban perceraian,
kurangnya kasih sayang orang tua, atau ketidak lengkapannya keluarga
yang mengharuskan untuk terus bekerja dan akhirnya menyebabkan
kurangnya perhatian. Selain itu, ketidakharmonisan keluarga seperti
pertengkaran antara suami istri yang dilakukan didepan anakanaknya
juga dapat memberikan dampak yang buruk pada anak. Anak secara
psikologis akan merekam bahwa perilaku kekerasan itu hal yang wajar
untuk dilakukan sehingga memicu anak untuk melakukan hal yang
serupa kepada orang disekitarnya. Faktor media baik media elektronik
maupun media sosial juga berpengaruh terhadap perilaku kekerasan pada

13
anak. Media elektronik contohnya tayangan televisi yang
memperlihatkan adegan-adegan kekerasan dan media sosial terutama
internet dengan berbagai macam situs dan game online yang penuh
dengan perkelahian dapat dicontoh atau ditiru oleh anak sehingga orang
tua harus lebih memperhatikan apa yang anak tonton dan apa yang anak
lakukan diluar lingkungan rumah. Hal-hal seperti ini juga seharusnya
menjadi perhatian dari pihak sekolah. Guru-guru seharusnya lebih
memperingatkan anaknya mana hal yang boleh dilakukan dan mana hal
yang tidak boleh di lakukan. Faktor eksternal lainnya adalah sekolah.
Sekolah memiliki peranan yang penting dalam mempengaruhi perilaku
yang dimunculkan oleh siswa. Kurangnya perhatian sekolah terhadap
perilaku bullying yang mungkin disebabkan oleh melekatnya pemikiran
bahwa perilaku bullying merupakan hal biasa yang tidak memiliki
dampak serius dapat berpengaruh terhadap meningkatnya perilaku
bullying yang terjadi disekolah. Pihak sekolah perlu memperhatikan
cara-cara atau upaya yang baik dalam mengatasi atau bahkan
menghentikan perilaku bullying yang terjadi pada siswa. Pengawasan
dari pihak sekolah terhadap siswa sangat penting dilakukan. Pihak
sekolah juga dapat memberikan pendidikan dan penyuluhan kepada
guru, staff, orang tua, siswa dan anggota masyarakat mengenai perilaku
bullying, strategi dan respon serta tersedianya sumber daya. [ CITATION
Pra17 \l 1057 ]

5. Bentuk – bentuk bullying pada Remaja


Menurut Fitria (2016), tipe-tipe bullying adalah sebagai berikut :
a. Overt bullying (Intimidasi terbuka)
meliputi bullying secara fisik dan secara verbal, misalnya dengan
mendorong hingga jatuh, memukul, mendorong dengan kasar,
memberi julukan nama, mengancam dan mengejek dengan tujuan
untuk menyakiti.

14
b. Indirect bullying (Intimidasi tidak langsung)
meliputi agresi relasional, dimana bahaya yang ditimbulkan oleh
pelaku bullying dengan cara menghancurkan hubungan-hubungan
yang dimiliki oleh korban, termasuk upaya pengucilan, menyebarkan
gosip, dan meminta pujian atau suatu tindakan tertentu dari
kompensasi persahabatan. Bullying dengan cara tidak langsung
sering dianggap tidak terlalu berbahaya jika dibandingkan dengan
bullying secara fisik, dimaknakan sebagai cara bergurau antar teman
saja. Padahal relational bullying lebih kuat terkait dengan distress
emosional daripada bullying secara fisik. Bullying secara fisik akan
semakin berkurang ketika siswa menjadi lebih dewasa tetapi bullying
yang sifatnya merusak hubungan akan terus terjadi hingga usia
dewasa.
c. Cyberbullying (Intimidasi melalui dunia maya)
seiring dengan perkembangan dibidang teknologi, siswa memiliki
media baru untuk melakukan bullying, yaitu melalui sms, telepon
maupun internet. Cyberbullying melibatkan penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi, seperti e-mail, telepon seluler dan peger,
sms, website pribadi yang menghancurkan reputasi seseorang, survei
di website pribadi yang merusak reputasi orang lain, yang
dimaksudkan adalah untuk mendukung perilaku menyerang
seseorang atau sekelompok orang, yang ditujukan untuk menyakiti
orang lain, secara berulang-ulang kali.

6. Dampak Bullying terhadap Remaja


Dampak negatif bullying baik pelaku maupun korban akan
mengalami masalah gangguan kesehatan mental sejiwa. Pelaku akan
memiliki watak keras dan merasa memiliki kekuasaan.Sedangkan
korban yang mengalami bullying mereka akan mengalami depresi,
mempunyai self-esteem rendah, dan kesulitan interpersonal,sedangkan
Rievers et all 2011 dalam (Rosani, 2017) mengatakan korban bullying

15
rentan memiliki ide atau percobaan bunuh sebagai dampak dalam jangka
panjang serta gangguan mental emosional seperti depresi.

Selain itu Bullying pada remaja, seperti tindak kekerasan lainnya,


memiliki dampak dan akibat bagi korban dan pelakunya. Bukan hanya
dampak fisik, namun juga dampak psikologis, seperti rendahnya harga
diri, ketakutan akan masuk sekolah, timbulnya depresi, perasaan
kesepian, hingga berujung pada tindakan bunuh diri. [ CITATION
Wen18 \l 1033 ].

7. Peran Perawat Dalam Pencegahan Bullying


Bullying berdampak besar bagi keadaan psikologis korban. Oleh
karena itu, peran perawat sangat dibutuhkan dalam membantu korban
bullying. Perawat selaku tenaga profesional harus berkolaborasi baik
dengan keluarga maupun dengan pihak sekolah dalam megatasi masalah
bullying sehingga dapat memaksimalkan perannya sebagai konselor dan
edukator. Hal ini berkaitan dengan peran dan fungsi perawat dalam
upaya pelayanan kesehatan utama yang berfokus pada preventif dan
promotif tanpa meninggalkan peran kuratif dan rehabilitatif yaitu
melakukan penyuluhan dan memberikan pendidikan untuk pengenalan
dan pencegahan atau pengendalian masalah kesehatan. [ CITATION
Pra17 \l 1057 ]

16
B. Kerangka Teori

Jenis – jenis bullying


Bullying fisik, verbal,
relasional, Cyber bullying

Penyebab terjadinya Peran perawat


bullying
Dampak bullying dalam pencegahaan
Faktor keluarga,teman
pada remaja tindakan bullying
sebaya,lingkungan
sekolah

Bentuk – bentuk bullying


Overt bullying (Intimidasi
terbuka), Indirect bullying
(Intimidasi tidak langsung)
, Cyberbullying (Intimidasi
melalui dunia maya)

17
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif. Peneliti
menggunakan metode kualitatif karena dengan data verbal yang
diperoleh, peneliti dapat mengungkapkan informasi secara lebih
mendalam. Sehingga, peneliti dapat mendeskripsikan dinamika psikologis
korban perilaku bullying pada remaja di sekolah, dimana dalam
pendekatannya tidak dapat diungkapkan oleh angka-angka atau secara
kuantitatif.
Bogdan dan taylor (2007, h.4) medefinisikan metode kualitatif
sebagai suatu metode penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang yang perilaku yang dapat diamati.
Pendekatan ini diarahkan kepada individu dan lingkungannya secara
holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini peneliti tidak dapat mengisolasi
individu atau organisasi dalam variabel atau hipotesisi, tapi perlu
memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Bungin (2007, h.68-69) menjelaskan bahwa terdapat tiga macam
desain dalam penelitian kualitatif. Tiga macam desain tersebut antara lain
desain deskripsi kualitatif, desain kualitatif verifikatif dan desain
grounded theory. Dari ketiga desain tersebut, peneliti menggunakan
desain deskriptif kualitatif. Desain ini bertujuan untuk menggambarkan,
meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi dan berbagai fenomena
realistis sosial yang ada di masyarakat menjadi objek penelitian.
Penelitian dengan desain ini berupaya menarik realitas itu ke permukaan
sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang
kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu.

18
B. Tempat & Waktu Penelitian
Tempat penelitian di SMPN 11 Kota Semarang dikarenakan
adanya berita tentang kasus bullying dikalangan remaja awal yang ada di
sekolah menengah pertama di Kota Semarang waktu penelitian dilakukan
akhir bulan Juni sampai akhir bulan Desember 2020

C. Definisi Istilah
Istilah Definisi
Pengaruh Daya yang ada atau timbul dari
sesuatu (orang atau benda) yang ikut
membentuk watak, kepercayaan
atau perbuatan seseorang.
Perawat Suatu profesi yang difokuskan pada
perawatan individu,keluarga,dan
komunitasdalam mencapai,
memelihara,da nmenyembuhkan
kesehatan yang optimal dan
berfungsi.
Bullying Bullying merupakan salah satu
tindakan perilaku agresif yang
disengaja dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang secara
berulang-ulang dan dari waktu ke
waktu terhadap seorang korban yang
tidak dapat mempertahankan
dirinya dengan mudah.
Remaja Remaja adalah masa peralihan
manusia dari anak-anak menuju
dewasa.

19
D. Partisipan
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang mengalami bulliying
di SMPN 11 Kota Semarang, penelitian dilakukan akhir bulan Juni
sampai akhir bulan Desember 2020.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi maka tentunya sampel
tersebut harus memiliki ciri-ciri yang sama dengan populasinya.
Ciri-ciri subjek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Remaja yang duduk di bangku SMP (kelas 7 sampai 9) di SMPN
11 Kota Semarang berusia 13-15 tahun.
b. Siswa-siswi yang pernah menerima perlakuan bullying fisik
(misalnya: dipukul, dipalak, ditendang, dicubit), bullyingpsikis
(misalnya: dikucilkan, dipermalukan di depan umum, dipandang
sinis), atau bullying verbal (misalnya:dimaki, diejek,diberi
julukan.
c. Jumlah partisipan yang berpartisipasi berjumlah 30 responden.
3. Teknik Sampling
Penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian
yang berusaha untuk mendiskripsikan suatu gejala, peristiwa yang
tejadi pada saat sekarng. Dengan kata lain penelitian deskriptif
mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-
masalah aktual.
Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-
fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Penelitian kualitatif
dilakukan dalam setting tertentu, yang ada dalam kehidupan riil
(alamiah) dengan maksud menginvestigasi dan memahami fenomena:
apa yang terjadi, mengapa terjadi dan bagaimana terjadi. Penelitian
kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh seperti hasil
pengamatan, hasil wawancara, analisis dokumen, catatan lapangan,

20
disusun peneliti dilokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk
dan angka-angka. Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai
situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri.
Peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data,
penganalisis dan pelapor hasil penelitian. Dengan penerapan pendekatan
kualitatif, dalam mengungkapkan kenyataan-kenyataan yang terjadi pada
subjek penelitian dideskripsikan melalui kata-kata, tindakan dan bukan
angka-angka. Keberadaan peneliti sebagai instrumen merupakan alat
pengumpul data utama. Hal ini dilakukan karena dalam penelitian
kualitatif peneliti merupakan instrumen pokok yang dapat menelaah dan
menafsirkan berbagai keadaan dan sekaligus mengadakan penyesuaian
terhadap kenyataan yang terjadi di lapangan. Selain itu peneliti sebagai
instrumen dapat mengadakan hubungan langsung dengan responden dan
objek lainnya serta memahami kaitan-kaitan yang ada di lapangan.
Adapun alat instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu,
kamera, telepon genggam untuk recorder, pensil, ballpoint dan buku.
a. Kamera digunakan ketika penulis melakukan observasi untuk
merekam kejadian yang penting pada suatu peristiwa baik dalam
bentuk foto maupun video.
b. Recorder, digunakan untuk merekam suara ketika melakukan
pengumpulan data, baik menggunakan metode wawancara,
observasi, dan sebagainya.
c. Sedangkan pensil, ballpoint, buku, dan buku gambar digunakan
untuk menuliskan atau menggambarkan informasi data yang didapat
dari narasumber.

21
F. Uji Keabsahan data
Tidak berbeda dengan proses yang sebelumnya dilakukan pada
tahap pemeriksaan keabsahan data penulis juga akan melalui beberapa
tahapan guna menguji keabsahan informasi ataupun data yang diperoleh,
dimana tahapannya seperti dijelaskan sebagai berikut:
a. Ketekunan pengamatan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian
data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan
sistematis. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan
adalah dengan membaca berbagai referensi buku maupun hasil
penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan
yang diteliti.
b. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu. Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan
menggunakan wawancara kepada, orang tua, guru wali kelas, guru
bimbingan konseling dan teman sebaya. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.
Diluar data itu untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu.Teknik triangulasi yang digunakan ialah pemeriksaan melalui
sumber lainnya. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif.
Hal itu dapat dicapai dengan jalan:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakannya secara pribadi

22
3) Membandingkan hasil wawancara dengan isu suatu dokumen
berkaitan.
c. Pemeriksaan sejawat
Diskusi teman sejawat dilakukan dengan mendiskusikan hasil
penelitian yang masih bersifat sementara kepada teman-teman.
Melalui diskusi ini banyak pertanyaan dan saran. Pertanyaan yang
berkenaan dengan data yang belum bisa terjawab, maka peneliti
kembali kelapangan untuk mencarikan jawabannya, dengan demikian
data akan semakin lengkap.

G. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara
dan dokumentasi. Penjelasannya sebagai berikut :

a. Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan observasi tak berstruktur, karena fokus
penelitian belum jelas. Fokus penelitian akan berkembang selama
kegiatan observasi berlangsung.

b. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan study pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi apabila peneliti ingin juga
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Menurut
Sugiyono (2012) menyatakan bahwa wawancara adalah pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab
sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

c. Dokumentasi
Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan
dokumen-dokumen yang penting dan terkait dengan pelaksanaan
study kasus tentang perilaku bullying di SMPN 11 Kota Semarang.

23
Menurut Sugiyono (2009) dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau
karya-karya monumental dari seseorang.

H. Analisa Data
Setelah data terkumpul, akan dianalisis dengan menggunakan teknik
deskriptif kualitatif. Menurut Miles and Huberman, pengolahan data
kualitatif dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah berikut, yaitu
data reduction, data display and conclusion drawing. Data yang diperoleh
dilapangan dianalisis melalui reduksi data, yaitu memilih data yang
pokok dan penting. Selanjutnya data disajikan secara naratif. Setelah data
disajikan, selanjutnya diambil kesimpulan dari data yang telah terkumpul
tersebut. Penjelasannya sebagai berikut:
a. Menelaah data dari berbagai sumber (wawancara, observasi atau
dokumentasi pribadi) yang telah tersedia yang merupakan proses
awal. Setelah data berbagai sumber terkumupul maka peneliti
mencoba menelaah data yang ada dan menginterpretasikannya.
b. Membuat kategori data yang diperlukan. Data yang sudah
diinterpretasikan akan digolongkan berdasarkan pedoman
wawancara dan observasi. Selanjutnya data-data tersebut akan
direduksi melalui abstraksi, disusun dalam satuan-satuan, ditentukan
kata-kata kunci, ditemukan tema, dibuat koding (pengkodean).
c. Menghubungkan dengan landasan teori yang ada.
d. Menarik kesimpulan. Dalam menarik kesimpulan dapat dilakukan
dengan mengumpulkan seluruh hasil pengolahan data yang telah
dilakukan

24
I. Etika Penelitian
Penelitian ini tidak boleh bertentangan dengan etika. Penelitian harus etis
dalam arti hak responden harus dilindungi. Etika penelitian dimaksud yang
meliputi :
1. Informed concent (Lembar Persetujuan Responden)
Informed concent dalam hal ini berupa lembaran persetujuan,
merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden. Peneliti
memberikan penjelasan terkait penelitian kepada responden sebelum
dilakukan perlakuan. Responden yang bersedia untuk dilakukan
perlakuan diminta untuk menandatangani informed concent yang telah
peneliti siapkan.
2. Anonimity (Kerahasiaan Identitas)
Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa identitasnya terjamin
kerahasiaannya dengan menggunakan penkodean sebagai pengganti
nama asli berupa angka.
3. Confidentiality (Keraahasiaan Informasi)
Peneliti menyimpan seluruh dokumen hasil pengumpulan data berupa
lembar persetujuan mengikuti penelitian, biodata dan hasil pengukuran
jumlah eksudat dalam tempat khusus yang hanya dapat diakses oleh
peneliti. Semua bentuk data hanya digunakan untuk keperluan proses
analisis sampai penyusunan laporan penelitian dan akan dimusnahkan
setelah penelitian selesai sehingga responden tidak perlu takut data
yang bersifat rahasia dan pribadi diketahui orang lain.
4. Hak Untuk Berkomentar
Peneliti memberikan hak kepada responden untuk memberikan
komentar terkait dengan intervensi yang dilakukan oleh peneliti.
5. Laporan Akhir
Peneliti memberikan hasil akhir dari hasil intervesi terhadap responden
penelitian, sehingga responden mengethaui manfaat dari intervensi
yangdilakukan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Bulu Yunita, Maemunah Neni, Sulasmini. (2019). Konsep Diri Remaja Yang
Mengalami Bullying. Nursing News , Vol 4.

ELA ZAIN ZAKIYAH 1, S. H. (2017). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


REMAJA DALAM MELAKUKAN BULLYING . Jurnal Penelitian &
PPM, ISSN: 2442-448X, Vol 4, No: 2, Hal: 129 - 389, Juli 2017 .

Lestari Puji, Liyanovitasari. (2020). Konsep Diri Remaja Yang Mengalami


Bullying. JURNAL KEPERAWATAN TERPADU , Vol 2.

Livana PH1*, Y. S. (2018). PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP


PADA REMAJA MELALUI PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG
DAMPAK BULLYING . Jurnal Ners Widya Husada Volume 5 No 3, Hal
113 - 122, November 2018 .

Liyanovitasari, & Lestari, P. (2020). Konsep Diri Remaja Yang Mengalami


Bullying. Jurnal Keperawatan .

Prawitasari, N., Widianti, E., & Fitria, N. (2017). PERILAKU BULLYING


PADA SISWA SMP. JKA .

Rahayu, B. A., & Permana, I. (2019, November). BULLYING DI SEKOLAH :


KURANGNYA EMPATI PELAKU BUlLYING DAN. Jurnal
Keperawatan Jiwa , 237-246.

Saifullah, Fitrian. (2016). HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN


BULLYING. ejournal Psikologi , 4(2):200-214.

Wenna Araya1*, D. N. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Bullying


Dengan Metode Role Play Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMPN
. Dinamika Kesehatan, Vol 9 No. 2 Desember 2018 .

26
Yanil, A. L., Winarni, I., & Lestari, R. (2016). EKSPLORASI FENOMENA
KORBAN BULLYING PADA KESEHATAN JIWA REMAJA DI
PESANTREN. Jurnal Ilmu Kesehatan Keperawatan .

Yunita Bulu1), N. M. (2019). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PERILAKU BULLYING PADA REMAJA AWAL . Nursing News Volume
4, Nomor 1, 2019 .

27

Anda mungkin juga menyukai